Sebagai suatu metode bercerita mengundang perhatian anak terhadap pendidik sesauai
dengan tema pembelajaran. Bila isi cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak di
Sekolah Dasar, maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan
mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita
(Moeslichatoen R, 2004: 157).
Menurut Abuddin Nata: “Metode kisah adalah suatu metode yang mempunyai daya tarik
yang menyentuh perasaan anak. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi
cerita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan.Oleh karenanya dijadikan sebagai salah
satu teknik pendidikan” (Abuddin Nata, 2001: 97).
Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan
luar sekolah. Kegiatan bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak di kelas
pemula Sekolah Dasar yang bersifat unik dan menarik yang menggetarkan perasaan anak
dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita sampai tuntas.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode
kisah adalah menuturkan atau menyampaikan cerita secara lisan kepada anak didik
sehingga dengan cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik. Dengan
adanya proses belajar mengajar, maka metode kisah merupakan suatu cara yang dilakukan
oleh guru untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran yang disesuaikan dengan
kondisi anak didik.
Metode percobaan adalah pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau
kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah,
(2000).
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana
siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan
dievaluasi oleh guru.

Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan
sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan
percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan
eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka
jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa. (b) Agar
eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin
hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang
digunakan harus baik dan bersih. (c) dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi
dalam mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga
mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam
eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas,
sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga
kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen
itu. (e) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan,
beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat
terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya
belum ada.
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan kepada
siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan
melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-
bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan
ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung
guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang
menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru harus
mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan
tes atau tanya jawab.
Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana
siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam
proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,
keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri ,
mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan
dari proses yang dialaminya itu.
Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen
adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu
memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan
kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep
dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.
Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta
emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar
memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat
tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan
dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan
rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.
Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep
fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan
mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri
konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-
tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan
percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.
Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang
akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan
percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3)
hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil
pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal
yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan
merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan
hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya
diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah
dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari suatu
masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip
metode ilmiah.

Sirkulasi Model Pembelajaran Problem Solving
Sedangkan menurut Purwanto (1999:17) Problem solving adalah suatu proses dengan
menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu untuk menghadapi situasi baru, agar
keadaan tersebut dapat dilalui sesuai keinginan yang ditetapkan.Selain itu Zoler (Sutaji,
2002:17) menyatakan bahwa pengajaran dimulai dengan pertanyaan – pertanyaan yang
mengarahkan kepada konsep, prinsip, dan hukum, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
memecahkan masalah disebut sebagai pengajaran yang menerapkan model pemecahan
masalah.
Sedangkan menurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode
yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada
terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Menurut Syaiful Bahri Djamara (2006 :
103) bahwa, Model pembelajaran problem solving (metode pemecahan masalah) bukan
hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam
problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan.
Senada dengan pendapat diatas Sanjaya (2006:214) menyatakan pada metode pemecahan
masalah, materi pelajaran tidak terbatas pada buku saja tetapi juga bersumber dari peristiwa
– peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Model Pembelajaran Problem
Solving merupakan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan melatih siswa
menghadapi berbagai masalah, baik masalah pribadi maupun masalah kelompok untuk
dipecahkan sendiri atau secara bersama.sama. Orientasi pembelajarannya adalah
investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. (Hamdani,
2011:84).
Metode Problem Solving menurut Suprijono (2012:46) ialah pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Sedangkan, Arends
(Suprijono, 2012:46) menyatakan model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang
akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Dengan demikian model pembelajaran problem solving adalah metode pembelajaran yang
mengaktifkan dan melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah dan dapat mencari
pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan itu.
2. Define (Mendefinisikan): membuat daftar hal yang diketahui dan tidak diketahui,
menggunakan gambar grafis untuk memperjelas permasalahan.
6. Check (Mengoreksi kembali): membimbing siswa untuk mengecek kembali jawaban yang
dibuat, mungkin ada beberapa kesalahan yang dilakukan.
Iklan

LAPORKAN IKLAN INI
2. Menelaah masalah
Kemampuan yang diperlukan adalah : menggunakan pengetahuan untuk memperinci,
menganalisis masalah dari berbagai sudut.
3. Merumuskan hipotesis
Kemampuan yang diperlukan adalah : berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab
akibat dan alternatif penyelesaian.
5. Pembuktian hipotesis
Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan menelaah dan membahas data,
kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung, serta keterampilan mengambil
keputusan dan kesimpulan.
✕TUTUP
BERANDA
EKONOMI
KESEHATAN
MIPA
PENDIDIKAN
SOSPOL
TEKNIK
Pembelajaran aktif (active learning) adalah metode atau strategi belajar yang melibatkan
siswa secara langsung dalam berinteraksi, menyelidiki, menyelesaikan masalah dan
menyimpulkan pemahaman diri. Melalui pembelajaran aktif, guru akan mengondisikan siswa
untuk selalu mengalami pengalaman belajar yang lebih bermakna dan senantiasa berpikir
tentang apa yang dilakukan selama proses pembelajaran.
Pembelajaran aktif merupakan usaha untuk memperkuat dan memperlancar respon peserta
didik dalam pembelajaran. Melalui pembelajaran aktif proses pembelajaran menjadi hal yang
menyenangkan dan tidak menjadi hal yang membosankan. Pada pembelajaran aktif terjadi
aktivitas berbicara dan mendengar, menulis, membaca, dan refleksi yang menggiring
peserta didik ke arah pemaknaan. Peserta didik akan berusaha mengenali isi pelajaran, ide-
ide, dan berbagai hal yang berkaitan dengan satu topik yang sedang dipelajari. Dalam
pembelajaran aktif, guru lebih berperan sebagai fasilitator daripada pemberi ilmu.
Menekankan pada proses pembelajaran, bukan pada penyampaian materi oleh guru.
Proses ini merupakan upaya menanamkan nilai kerja keras kepada siswa. Proses
pembelajaran tidak lagi sekedar transfer of knowledge atau transfer ilmu pengetahuan,
melainkan lebih kepada transfer of values atau transfer nilai. Nilai yang dimaksud di sini
yaitu nilai-nilai karakter secara luas, salah satunya adalah rasa ingin tahu.
Siswa tidak boleh pasif, tetapi harus aktif mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan
materi pembelajaran. Aktif dalam konteks ini merupakan upaya penanaman nilai tanggung
jawab, dimana siswa harus mempraktikkan bahkan membuktikan teori yang dipelajari, tidak
sekedar diketahui.
Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi
pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik berhak menerima materi pelajaran yang
dipandang selaras dengan pandangan hidupnya atau menolak materi pelajaran yang tidak
sesuai dengan pandangan hidupnya. Pola pembelajaran ini merupakan proses
pembentukan sikap secara matang.
Siswa lebih banyak dituntut berpikir kritis, menganalisis dan melakukan evaluasi daripada
sekadar menerima teori dan menghafalnya.
Umpan balik dan proses dialektika yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
Pembelajaran yang dialogis, secara tidak langsung membentuk karakter siswa yang
demokratis, pluralis, menghargai perbedaan pendapat, inklusif, terbuka dan humanitas
tinggi.
Adapun menurut Effendi (2013), ciri-ciri pembelajaran aktif adalah sebagai berikut:
Situasi kelas menantang peserta didik melakukan kegiatan belajar secara bebas tapi
terkendali.
Pendidik tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih banyak memberikan rangsangan
berpikir kepada peserta didik untuk memecahkan masalah.
Pendidik menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi peserta didik,bisa sumber
tertulis, sumber manusia, misalnya peserta didik itu sendiri menjelaskan permasalahan
kepada peserta didik lainnya, berbagai media yang diperlukan, alat bantu pengajaran,
termasuk pendidik sendiri sebagai sumber belajar.
Kegiatan belajar peserta didik bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya bersama-sama
dilakukan oleh semua peserta didik, ada kegiatan belajar yang dilakukan secara kelompok
dalam bentuk diskusi dan ada pula kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh masing-
masing peserta didik secara mandiri. Penetapan kegiatan belajar tersebut diatur oleh guru
secara sistematik dan terencana.
Pendidik menempatkan diri sebagai pembimbing semua peserta didik yang memerlukan
bantuan manakala mereka menghadapi persoalan belajar.
Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang mati, tapi sewaktu-waktu
diubah sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai peserta didik tapi juga
dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan siswa.
Adanya keberanian peserta didik mengajukan pendapatnya melalui pertanyaan atau
pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada pendidik maupun kepada peserta didik
lainnya dalam pemecahan masalah belajar.
Pendidik senantiasa menghargai pendapat peserta didik terlepas dari benar atau salah.
Bahkan pendidik harus mendorong peserta didik agar selalu mengajukan pendapatnya
secara bebas.
Prinsip Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif pada prinsipnya sama dengan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) atau
ALIS (Active Learning In School). Adapun prinsip-prinsip dalam pembelajaran aktif yaitu:
Prinsip melakukan, yang dalam CBSA disebut belajar sambil bekerja, pada dasarnya
pembelajaran itu harus membuat peserta didik berbuat sesuatu, bukan tinggal diam,
berpangku tangan.
Prinsip menggunakan semua alat indra (panca indra), bahwa dalam pembelajaran
hendaknya mengaktifkan semua alat indra untuk memperoleh informasi atau pengetahuan.
Dengan mengerahkan semua indra (sejauh mungkin) peserta didik akan memperoleh
pengetahuan atau informasi yang lebih mengesankan, bukan sekedar hafalan, dan tidak
mudah untuk dilupakan.
Prinsip eksplorasi lingkungan, bahwa pembelajaran aktif memanfaatkan lingkungan sebagai
sarana media atau sumber belajar. Lingkungan itu dapat berupa objek (benda-benda),
tempat (situasi dan kondisi), kejadian atau peristiwa dan ide atau gagasan.
Beberapa aktivitas pembelajaran yang khas dan hanya terjadi di dalam pembelajaran aktif
antara lain yaitu sebagai berikut:
Pengamatan terhadap beberapa model atau contoh yang memberikan kesempatan pada
siswa untuk melihat dan mengetahui.
Refleksi yang dilakukan dengan cara mengungkapkan pengalaman kepada teman dan guru
potensial mengundang dialog di dalam kelas sehingga memungkinkan muncul pengalaman
atau pengetahuan baru.
Pemecahan masalah yang disajikan memungkinkan siswa berada di dalam kondisi higher-
order thinking.
Diskusi melatih siswa untuk menganalisis, menilai, membandingkan, dan memecahkan
masalah adalah metode belajar kooperatif dan interaktif.
Self explanation adalah suatu proses menjelaskan mengenai pemahaman siswa, baik
kepada temannya maupun guru memungkinkan terjadinya pemahaman yang lebih kuat.
Vicarious learning yang diperoleh pada saat siswa menyaksikan perdebatan mengenai topik
tertentu.
Jenis-jenis Metode Pembelajaran Aktif
Terdapat berbagai jenis metode pembelajaran aktif yang dapat digunakan di dalam kelas,
antara lain yaitu sebagai berikut:
a. Think-Pair-Share
Pada metode ini siswa diberi pertanyaan atau soal untuk dipikirkan sendiri kurang lebih 2-5
menit (think), kemudian siswa diminta untuk mendiskusikan jawaban atau pendapatnya
dengan teman yang duduk di sebelahnya (pair). Setelah itu pengajar dapat menunjuk satu
atau lebih siswa untuk menyampaikan pendapatnya atau pertanyaan atau soal itu di depan
kelas (share). Teknik ini dapat dilakukan setelah menyelesaikan pembahasan satu topik,
misalkan setelah 10-20 menit belajar biasa. Setelah selesai kemudian dilanjutkan dengan
membahas topik berikutnya untuk kemudian dilakukan cara ini kembali setelah topik
tersebut selesai dijelaskan.
BACA JUGA
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Handout - Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Teknik Penyusunan
Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
Model Pembelajaran Scramble
b. Collaborative Learning Groups
Kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa yang dapat bersifat tetap sepanjang semester atau
bersifat jangka pendek untuk satu pertemuan. Untuk setiap kelompok dibentuk ketua
kelompok dan penulis. Kelompok diberikan tugas untuk dibahas bersama di mana sering kali
tugas ini berupa pekerjaan rumah yang diberikan sebelum pembelajaran dimulai. Tugas
yang diberikan kemudian harus diselesaikan bisa dalam bentuk makalah maupun catatan
singkat.
g. Jigsaw
Jigsaw adalah strategi kerja kelompok yang terstruktur didasarkan pada kerja sama dan
tanggung jawab. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dan setiap
peserta didik memikul suatu tanggung jawab yang signifikan dalam kelompok.
a. Kelebihan
Kelebihan atau keunggulan strategi pembelajaran aktif adalah:
Siswa dapat belajar dengan cara yang menyenangkan, sehingga materi sesulit apapun
siswa tidak akan merasa sulit.
Aktivitas yang ditimbulkan dalam active learning dapat meningkatkan daya ingat peserta
didik, karena gerakan dapat mengikat daya ingat pada memori jangka panjang.
Active learning dapat memotivasi siswa lebih maksimal sehingga dapat menghindarkan
siswa dari sikap malas, mengantuk, melamun.
b. Kekurangan
Kekurangan atau kelemahan strategi pembelajaran aktif adalah:
Suasana gaduh di kelas akibat dari aktivitas yang ditimbulkan oleh active learning justru
sering kali dapat mengacaukan suasana pembelajaran.
Konsep pembelajaran aktif (active learning) menyenangkan juga dapat membuat siswa lebih
cenderung hanya untuk bermain dan melupakan tugas utamanya untuk belajar.
Daftar Pustaka
Amri, Sofan. 2015. Implementasi Pembelajaran Aktif dalam Kurikulum 2013. Jakarta:
Prestasi Pustakaraya.
Silberman, Melvin L. 2010. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa
Cendekia.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soegeng, Ysh. A.Y. 2012. Pengembangan Sistem Pembelajaran. Semarang: IKIP PGRI
Semarang Press.
Zaini, H., Munthe, B., Aryani, S.A. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: CTSD Inastitut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Warsono dan Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Effendi, M. 2013. Integrasi Pembelajaran Active Learning dan Internet-Based Learning
dalam Meningkatkan Keaktifan dan Kreativitas Belajar. Jurnal Pendidikan Islam.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan
sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (2021). Pembelajaran Aktif (Active Learning) - Pengertian, Karakteristik,
Prinsip dan Jenis-jenis. Diakses pada 10/5/2022, dari
https://www.kajianpustaka.com/2021/12/pembelajaran-aktif-active-learning.html
Berbagi
METODOLOGI PENELITIAN
Pemilihan Judul Penelitian
Menemukan Masalah Penelitian
Latar Belakang Masalah Penelitian
Proposal Penelitian
Menyusun Hipotesis Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
Skala Pengukuran Penelitian
Variabel Penelitian
Reabilitas Penelitian
Validitas Penelitian
Jenis-jenis Penelitian Kualitatif
KATA KUNCI
administrasi Agama Akuntansi Arsitektur Bahasa Biologi Ekonomi Elektronika Fiqih Fisika
Hukum Informatika Jaringan Komputer Kebidanan Kehutanan keperawatan Kesehatan
Kimia komunikasi Lingkungan Listrik Manajemen Matematika Mesin metode pembelajaran
Olahraga Pajak Pemasaran Pendidikan Penelitian Penyakit Perbankan Pertambangan
Pertanian Politik Psikologi Seni Sistem Informasi Sosial Statistik syariah Teknik Sipil
Transportasi
ARSIP
Home About Us Hubungi Kami Pemasangan Iklan Daftar Isi Disclaimer Privacy Policy
© 2022 - KajianPustaka.com