Anda di halaman 1dari 13

Metode kisah merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk anak-anak.

Sebagai suatu metode bercerita mengundang perhatian anak terhadap pendidik sesauai
dengan tema pembelajaran. Bila isi cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak di
Sekolah Dasar, maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan
mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita
(Moeslichatoen R, 2004: 157).
Menurut Abuddin Nata: “Metode kisah adalah suatu metode yang mempunyai daya tarik
yang menyentuh perasaan anak. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi
cerita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan.Oleh karenanya dijadikan sebagai salah
satu teknik pendidikan” (Abuddin Nata, 2001: 97).
Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan
luar sekolah. Kegiatan bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak di kelas
pemula Sekolah Dasar yang bersifat unik dan menarik yang menggetarkan perasaan anak
dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita sampai tuntas.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode
kisah adalah menuturkan atau menyampaikan cerita secara lisan kepada anak didik
sehingga dengan cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik. Dengan
adanya proses belajar mengajar, maka metode kisah merupakan suatu cara yang dilakukan
oleh guru untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran yang disesuaikan dengan
kondisi anak didik.

Metode percobaan adalah pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau
kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah,
(2000).
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana
siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan
dievaluasi oleh guru.


Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan
sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan
percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan
eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.

Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka
jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa. (b) Agar
eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin
hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang
digunakan harus baik dan bersih. (c) dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi
dalam mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga
mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam
eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas,
sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga
kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen
itu. (e) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan,
beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat
terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya
belum ada.
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan kepada
siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan
melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-
bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan
ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung
guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang
menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru harus
mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan
tes atau tanya jawab.

Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana
siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam
proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,
keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri ,
mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan
dari proses yang dialaminya itu.

Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :


Kelebihan metode eksperimen : (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina siswa untuk membuat
terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi
kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran umat manusia.

Kekurangan metode eksperimen :


(a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi. (b) metode ini
memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan
kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. (d) Setiap
percobaan tidak selalu memberikan hasil yang didiharapkan karena mungkin ada factor-
faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen
adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu
memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan
kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep
dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta
emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar
memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat
tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan
dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan
rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.

Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep
fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan
mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri
konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-
tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan
percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.
Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang
akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan
percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3)
hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil
pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal
yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan
merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan
hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya
diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah
dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.

Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk


memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu
mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata
lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh,
dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan .

Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari suatu
masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip
metode ilmiah.

Sumber : Trianto, M.Pd (2010) berjudul Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. 


Penerbit : PT. Prestasi Pustakaraya – Jakarta. Hal.136-139

Pengertian Model Pembelajaran Problem Solving


Model pembelajaran problem solving adalah cara mengajar yang dilakukan dengan cara
melatih para murid menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau secara
bersama – sama (Alipandie, 1984:105). Menurut N.Sudirman (1987:146) model
pembelajaran problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan
masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk
mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.


Sirkulasi Model Pembelajaran Problem Solving
Sedangkan menurut Purwanto (1999:17) Problem solving adalah suatu proses dengan
menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu untuk menghadapi situasi baru, agar
keadaan tersebut dapat dilalui sesuai keinginan yang ditetapkan.Selain itu Zoler (Sutaji,
2002:17) menyatakan bahwa pengajaran dimulai dengan pertanyaan – pertanyaan yang
mengarahkan kepada konsep, prinsip, dan hukum, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
memecahkan masalah disebut sebagai pengajaran yang menerapkan model pemecahan
masalah.

Sedangkan menurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode
yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada
terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Menurut Syaiful Bahri Djamara (2006 :
103) bahwa, Model pembelajaran problem solving (metode pemecahan masalah) bukan
hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam
problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan.

Hidayati (2008), berpendapat bahwa model pembelajaran Problem Solving (metode


pemecahan masalah) didasarkan pada kesadaran terhadap kenyataan, bahwa mengajar
bukanlah sekedar berpidato dan mengkomunikasikan ilmu pengetahuan kepada siswa.
Tetapi, mengajar adalah untuk meneliti dengan seksama, mencari, menyelidiki, memikirkan,
menganalisis, dan sampai menemukan.

Senada dengan pendapat diatas Sanjaya (2006:214) menyatakan pada metode pemecahan
masalah, materi pelajaran tidak terbatas pada buku saja tetapi juga bersumber dari peristiwa
– peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Model Pembelajaran Problem
Solving merupakan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan melatih siswa
menghadapi berbagai masalah, baik masalah pribadi maupun masalah kelompok untuk
dipecahkan sendiri atau secara bersama.sama. Orientasi pembelajarannya adalah
investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. (Hamdani,
2011:84).

Crow dan Crow (Hamdani, 2011:84) menyatakan model pembelajaran pemecahan


masalah / Problem Solving adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong
siswa untuk mencari dan memecahkan suatu masalah atau persoalan dalam rangka
pencapaian tujuan pengajaran.

Metode Problem Solving menurut Suprijono (2012:46) ialah pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Sedangkan, Arends
(Suprijono, 2012:46) menyatakan model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang
akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Dengan demikian model pembelajaran problem solving adalah metode pembelajaran yang
mengaktifkan dan melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah dan dapat mencari
pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan itu.

Silakan baca artikel ini >>>> Model Pembelajaran

Langkah – langkah/Sintak Model pembelajaran problem solving


Menurut Wankat dan Oreovocz (1995) mengemukakan tahap-tahap strategi operasional
dalam pemecahan masalah sebagai berikut:
1. I can (Saya mampu/ bisa): tahap membangkitkan motivasi dan
membangun/menumbuhkan keyakinan diri siswa.

2. Define (Mendefinisikan): membuat daftar hal yang diketahui dan tidak diketahui,
menggunakan gambar grafis untuk memperjelas permasalahan.

3. Explore (Mengeksplorasi) : merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaanpertanyaan


dan membimbing untuk menganalisis dimensi-dimensi permasalahan yang dihadapi.
4. Plan (Merencanakan): mengembangkan cara berpikir logis siswa untuk menganalisis
masalah dan menggunakan flochart untuk mengambarkan permasalahan yang dihadapi.

5. Do it (Mengerjakan): membimbing siswa secara sistematis untuk memperkiraan jawaban


yang mungkin untuk memecahkan masalah.

6. Check (Mengoreksi kembali): membimbing siswa untuk mengecek kembali jawaban yang
dibuat, mungkin ada beberapa kesalahan yang dilakukan.

7. Generalize (Generalisasi): membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan.

Silakan baca artikel ini >>>> Model Pembelajaran STAD

Langkah-langkah / Sintak Model Pembelajaran Problem Solving ( Dewey dalam W.Gulo,


2002:115)
Sintak model pembelajaran problem solving terdiri dari 6 tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Merumuskan masalah
Kemampuan yang diperlukan adalah : mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas.

Iklan

LAPORKAN IKLAN INI

2. Menelaah masalah
Kemampuan yang diperlukan adalah : menggunakan pengetahuan untuk memperinci,
menganalisis masalah dari berbagai sudut.

3. Merumuskan hipotesis
Kemampuan yang diperlukan adalah : berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab
akibat dan alternatif penyelesaian.

4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis


Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan mencari dan menyusun data. Menyajikan
data dalam bentuk diagram, gambar atau tabel.

5. Pembuktian hipotesis
Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan menelaah dan membahas data,
kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung, serta keterampilan mengambil
keputusan dan kesimpulan.

6. Menentukan Pilihan Penyelesaian.


Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan membuat alternatif penyelesaian,
kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap
pilihan.
Penyelesaian masalah Menurut David Johnson dan Johnson dapat dilakukan melalui
kelompok dengan prosedur penyelesaiannya dilakukan sebagai berikut (W.Gulo 2002 : 117):
1. Mendifinisikan Masalah
2. Mendiagnosis masalah
3. Merumuskan Altenatif Strategi
4. Menentukan dan menerapkan Strategi
5. Mengevaluasi Keberhasilan Strategi

Silakan baca artikel ini >>>> Model  discovery learning

Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran problem solving


Kelebihan model pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut:
1. Mendidik siswa untuk berpikir secara sistematis.
2. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
3. Berpikir dan bertindak kreatif.
4. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
5. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
6. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
7. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dengan tepat.
8. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,khususnya dunia
kerja
9. Mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapi.
10. Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek.
11. Mendidik siswa percaya diri sendiri.

Kelemahan model pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut.


1. Memerlukan cukup banyak waktu.
2. Melibatkan lebih banyak orang.
3. Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah.
4. Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang.
5. Tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif.

Silakan baca artikel ini >>>> Model Pembelajaran Jigsaw

Manfaat Model pembelajaran Problem Solving


Manfaat dari penggunaan model pembelajaran problem solving pada proses belajar
mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik. Menurut Djahiri
(1983:133) model pembelajaran problem solving memberikan beberapa manfaat antara
lain :
1. Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan, serta
dalam mengambil kepuutusan secara objektif dan mandiri
2. Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang menyatakan bahwa
kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin bertambah
3. Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi ddiproses dalam situasi atau
keadaan yang bener – bener dihayati, diminati siswa serta dalam berbagai macam ragam
altenatif
4. Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikir objektif
– mandiri, krisis – analisis baik secara individual maupun kelompok
Silakan baca artikel ini >>>> Model Pembelajaran NHT

Tujuan model pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut.


1. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya
dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
3. Potensi intelektual siswa meningkat.
4. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan
penemuan.

Lompat ke kontenLompat ke sidebarLompat ke footer


KAJIANPUSTAKA.COM
Cari blog ini

✕TUTUP
BERANDA
EKONOMI
KESEHATAN
MIPA
PENDIDIKAN
SOSPOL
TEKNIK

BERANDA / METODE PEMBELAJARAN


Pembelajaran Aktif (Active Learning) - Pengertian, Karakteristik, Prinsip dan Jenis-jenis
Oleh Muchlisin Riadi  Desember 14, 2021

Pembelajaran aktif (active learning) adalah metode atau strategi belajar yang melibatkan
siswa secara langsung dalam berinteraksi, menyelidiki, menyelesaikan masalah dan
menyimpulkan pemahaman diri. Melalui pembelajaran aktif, guru akan mengondisikan siswa
untuk selalu mengalami pengalaman belajar yang lebih bermakna dan senantiasa berpikir
tentang apa yang dilakukan selama proses pembelajaran.

Pembelajaran Aktif (Active Learning) - Pengertian, Karakteristik, Prinsip dan Jenis-jenis


Pembelajaran aktif dikembangkan dari pernyataan seorang filsuf dari Tiongkok, yaitu
Confucius. Pernyataan tersebut adalah "Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya
lihat, saya ingat. Apa yang saya kerjakan, saya pahami". Ketika siswa belajar dengan aktif,
berarti siswa mendominasi aktivitas pembelajaran. Siswa secara aktif menggunakan otak
mereka baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan
atau mengaplikasikan apa yang siswa pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam
kehidupan nyata.

Pembelajaran aktif merupakan usaha untuk memperkuat dan memperlancar respon peserta
didik dalam pembelajaran. Melalui pembelajaran aktif proses pembelajaran menjadi hal yang
menyenangkan dan tidak menjadi hal yang membosankan. Pada pembelajaran aktif terjadi
aktivitas berbicara dan mendengar, menulis, membaca, dan refleksi yang menggiring
peserta didik ke arah pemaknaan. Peserta didik akan berusaha mengenali isi pelajaran, ide-
ide, dan berbagai hal yang berkaitan dengan satu topik yang sedang dipelajari. Dalam
pembelajaran aktif, guru lebih berperan sebagai fasilitator daripada pemberi ilmu.

Pengertian Pembelajaran Aktif


Berikut ini definisi dan pengertian pembelajaran aktif (active learning) dari beberapa sumber
buku:

Menurut Amri (2015), pembelajaran aktif adalah kegiatan-kegiatan pembelajaran yang


melibatkan para pelajar dalam melakukan suatu hal dan memikirkan apa yang sedang
mereka lakukan. Pembelajaran aktif itu diturunkan dari dua asumsi dasar, yaitu belajar pada
dasarnya adalah proses yang aktif, dan orang yang berbeda, belajar dalam cara yang
berbeda pula.
Menurut Silberman (2010), pembelajaran aktif adalah kegiatan belajar yang lebih mengajak
peserta didik untuk terlibat secara langsung melalui pengalaman nyata daripada konsep
atau sekedar teori. Disebut belajar aktif apabila pelajar senang untuk mencari sesuatu yang
dapat ditunjukkan dengan menjawab pertanyaan, memerlukan informasi untuk
menyelesaikan masalah, atau menyelidiki cara untuk melakukan pekerjaan.
Menurut Suyadi (2013), pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang
memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk
interaksi antar siswa ataupun siswa dengan guru dalam proses pembelajaran.
Menurut Soegeng (2012), pembelajaran aktif adalah kegiatan-kegiatan pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam melakukan suatu hal dan memikirkan apa yang sedang siswa
lakukan.
Menurut Zaini, Munthe dan Aryani (2002), pembelajaran aktif adalah proses belajar dimana
siswa mendapat kesempatan untuk lebih banyak melakukan aktivitas belajar, berupa
hubungan interaktif dengan materi pelajaran sehingga terdorong untuk menyimpulkan
pemahaman dari pada hanya sekedar menerima pelajaran yang diberikan.
Menurut Warsono dan Hariyanto (2012), pembelajaran aktif adalah metode pengajaran yang
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif
mengondisikan siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa
berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran.
Karakteristik dan Ciri Pembelajaran Aktif
Menurut Suyadi (2013), pembelajaran aktif memiliki beberapa karakteristik khusus yang
membedakan dengan pembelajaran lainnya, yaitu sebagai berikut:

Menekankan pada proses pembelajaran, bukan pada penyampaian materi oleh guru.
Proses ini merupakan upaya menanamkan nilai kerja keras kepada siswa. Proses
pembelajaran tidak lagi sekedar transfer of knowledge atau transfer ilmu pengetahuan,
melainkan lebih kepada transfer of values atau transfer nilai. Nilai yang dimaksud di sini
yaitu nilai-nilai karakter secara luas, salah satunya adalah rasa ingin tahu.
Siswa tidak boleh pasif, tetapi harus aktif mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan
materi pembelajaran. Aktif dalam konteks ini merupakan upaya penanaman nilai tanggung
jawab, dimana siswa harus mempraktikkan bahkan membuktikan teori yang dipelajari, tidak
sekedar diketahui.
Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi
pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik berhak menerima materi pelajaran yang
dipandang selaras dengan pandangan hidupnya atau menolak materi pelajaran yang tidak
sesuai dengan pandangan hidupnya. Pola pembelajaran ini merupakan proses
pembentukan sikap secara matang.
Siswa lebih banyak dituntut berpikir kritis, menganalisis dan melakukan evaluasi daripada
sekadar menerima teori dan menghafalnya.
Umpan balik dan proses dialektika yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
Pembelajaran yang dialogis, secara tidak langsung membentuk karakter siswa yang
demokratis, pluralis, menghargai perbedaan pendapat, inklusif, terbuka dan humanitas
tinggi.
Adapun menurut Effendi (2013), ciri-ciri pembelajaran aktif adalah sebagai berikut:

Situasi kelas menantang peserta didik melakukan kegiatan belajar secara bebas tapi
terkendali.
Pendidik tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih banyak memberikan rangsangan
berpikir kepada peserta didik untuk memecahkan masalah.
Pendidik menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi peserta didik,bisa sumber
tertulis, sumber manusia, misalnya peserta didik itu sendiri menjelaskan permasalahan
kepada peserta didik lainnya, berbagai media yang diperlukan, alat bantu pengajaran,
termasuk pendidik sendiri sebagai sumber belajar.
Kegiatan belajar peserta didik bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya bersama-sama
dilakukan oleh semua peserta didik, ada kegiatan belajar yang dilakukan secara kelompok
dalam bentuk diskusi dan ada pula kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh masing-
masing peserta didik secara mandiri. Penetapan kegiatan belajar tersebut diatur oleh guru
secara sistematik dan terencana.
Pendidik menempatkan diri sebagai pembimbing semua peserta didik yang memerlukan
bantuan manakala mereka menghadapi persoalan belajar.
Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang mati, tapi sewaktu-waktu
diubah sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai peserta didik tapi juga
dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan siswa.
Adanya keberanian peserta didik mengajukan pendapatnya melalui pertanyaan atau
pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada pendidik maupun kepada peserta didik
lainnya dalam pemecahan masalah belajar.
Pendidik senantiasa menghargai pendapat peserta didik terlepas dari benar atau salah.
Bahkan pendidik harus mendorong peserta didik agar selalu mengajukan pendapatnya
secara bebas.
Prinsip Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif pada prinsipnya sama dengan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) atau
ALIS (Active Learning In School). Adapun prinsip-prinsip dalam pembelajaran aktif yaitu:

Prinsip melakukan, yang dalam CBSA disebut belajar sambil bekerja, pada dasarnya
pembelajaran itu harus membuat peserta didik berbuat sesuatu, bukan tinggal diam,
berpangku tangan.
Prinsip menggunakan semua alat indra (panca indra), bahwa dalam pembelajaran
hendaknya mengaktifkan semua alat indra untuk memperoleh informasi atau pengetahuan.
Dengan mengerahkan semua indra (sejauh mungkin) peserta didik akan memperoleh
pengetahuan atau informasi yang lebih mengesankan, bukan sekedar hafalan, dan tidak
mudah untuk dilupakan.
Prinsip eksplorasi lingkungan, bahwa pembelajaran aktif memanfaatkan lingkungan sebagai
sarana media atau sumber belajar. Lingkungan itu dapat berupa objek (benda-benda),
tempat (situasi dan kondisi), kejadian atau peristiwa dan ide atau gagasan.
Beberapa aktivitas pembelajaran yang khas dan hanya terjadi di dalam pembelajaran aktif
antara lain yaitu sebagai berikut:

Pengamatan terhadap beberapa model atau contoh yang memberikan kesempatan pada
siswa untuk melihat dan mengetahui.
Refleksi yang dilakukan dengan cara mengungkapkan pengalaman kepada teman dan guru
potensial mengundang dialog di dalam kelas sehingga memungkinkan muncul pengalaman
atau pengetahuan baru.
Pemecahan masalah yang disajikan memungkinkan siswa berada di dalam kondisi higher-
order thinking.
Diskusi melatih siswa untuk menganalisis, menilai, membandingkan, dan memecahkan
masalah adalah metode belajar kooperatif dan interaktif.
Self explanation adalah suatu proses menjelaskan mengenai pemahaman siswa, baik
kepada temannya maupun guru memungkinkan terjadinya pemahaman yang lebih kuat.
Vicarious learning yang diperoleh pada saat siswa menyaksikan perdebatan mengenai topik
tertentu.
Jenis-jenis Metode Pembelajaran Aktif
Terdapat berbagai jenis metode pembelajaran aktif yang dapat digunakan di dalam kelas,
antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Think-Pair-Share
Pada metode ini siswa diberi pertanyaan atau soal untuk dipikirkan sendiri kurang lebih 2-5
menit (think), kemudian siswa diminta untuk mendiskusikan jawaban atau pendapatnya
dengan teman yang duduk di sebelahnya (pair). Setelah itu pengajar dapat menunjuk satu
atau lebih siswa untuk menyampaikan pendapatnya atau pertanyaan atau soal itu di depan
kelas (share). Teknik ini dapat dilakukan setelah menyelesaikan pembahasan satu topik,
misalkan setelah 10-20 menit belajar biasa. Setelah selesai kemudian dilanjutkan dengan
membahas topik berikutnya untuk kemudian dilakukan cara ini kembali setelah topik
tersebut selesai dijelaskan.

BACA JUGA
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Handout - Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Teknik Penyusunan
Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
Model Pembelajaran Scramble
b. Collaborative Learning Groups
Kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa yang dapat bersifat tetap sepanjang semester atau
bersifat jangka pendek untuk satu pertemuan. Untuk setiap kelompok dibentuk ketua
kelompok dan penulis. Kelompok diberikan tugas untuk dibahas bersama di mana sering kali
tugas ini berupa pekerjaan rumah yang diberikan sebelum pembelajaran dimulai. Tugas
yang diberikan kemudian harus diselesaikan bisa dalam bentuk makalah maupun catatan
singkat.

c. Student-led Review Session


Teknik ini menekankan kepada peran pengajar yang digantikan oleh siswa. Pengajar hanya
bertindak sebagai narasumber dan fasilitator. Teknik ini dapat digunakan pada sesi review
terhadap materi belajar. Pada bagian pertama dari belajar, kelompok-kelompok kecil siswa
diminta untuk mendiskusikan hal-hal yang dianggap belum dipahami dari materi tersebut
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa yang lain menjawabnya. Kemudian
pada bagian kedua kegiatan ini dilakukan untuk seluruh kelas. Proses ini dipimpin oleh
siswa dan pengajar lebih berperan untuk mengklarifikasi hal-hal yang menjadi bahasan
dalam proses pembelajaran tersebut.

d. Active debate (debat aktif)


Strategi ini mendorong pemikiran dan perenungan terutama kalau peserta didik diharapkan
mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinannya sendiri. Debat bisa
menjadi satu metode berharga yang dapat mendorong pemikiran dan perenungan, terutama
kalau peserta didik diharapkan dapat mempertahankan pendapat yang bertentangan
dengan keyakinan mereka sendiri. Strategi ini dapat diterapkan kalau guru hendak
menyajikan topik yang menimbulkan pro-kontra dalam mengungkapkan argumentasinya.
Banyak kecakapan hidup yang dapat dilatih dengan strategi ini antara lain kemampuan
berkomunikasi dan mengomunikasikan gagasannya kepada orang lain.

e. Poster comment (mengomentari gambar)


Strategi yang digunakan pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untuk
memunculkan ide apa yang terkandung dalam suatu gambar. Gambar tersebut tentu saja
berkaitan dengan pencapaian suatu kompetensi dalam pembelajaran. Dengan strategi ini
peserta didik diharapkan dapat memberi masukan berupa pendapat/ide yang bervariasi
karena setiap pikiran manusia itu berbeda-beda, dengan berbagai macam pendapat dari
peserta didik tersebut akan dapat ditarik benang merahnya tentang inti pokok dari materi
yang diajarkan.

f. Role Playing atau bermain peran


Bermain peran adalah strategi pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan
untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian
kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Topik yang dapat diangkat untuk
role play misalnya memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambaran
keadaan yang mungkin muncul di masyarakat.

g. Jigsaw
Jigsaw adalah strategi kerja kelompok yang terstruktur didasarkan pada kerja sama dan
tanggung jawab. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dan setiap
peserta didik memikul suatu tanggung jawab yang signifikan dalam kelompok.

h. Reading Guide (penuntun bacaan)


Strategi ini digunakan pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untuk mempelajari
sesuatu dengan cara membaca suatu teks bacaan (buku, majalah, koran dan lain-lain)
sesuai dengan materi bahasan.

i. Card Sort (menyortir kartu)


Card Sort adalah strategi yang digunakan oleh pendidik dengan maksud mengajak peserta
didik untuk menemukan konsep dan fakta melalui klasifikasi materi yang dibahas dalam
pembelajaran.

j. Concept Mapping (peta konsep)


Suatu cara yang digunakan oleh pendidik dengan maksud meminta peserta didik untuk
membuat konsep atau kata-kata kunci dari suatu pokok persoalan sebagai rumusan inti
pelajaran.

k. Information Search (mencari informasi)


Information Search adalah suatu cara yang digunakan oleh guru dengan maksud meminta
peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan baik oleh pendidik
maupun peserta didik sendiri, kemudian mencari informasi jawabannya lewat membaca
untuk menemukan informasi yang akurat.
l. Demonstration (demonstrasi)
Suatu presentasi yang dipersiapkan dengan hati-hati untuk memperlihatkan bagaimana
berperilaku atau menggunakan suatu prosedur atau alat. Presentasi dilengkapi dengan
penjelasan lisan dan atau alat visual, ilustrasi dan pertanyaan.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Aktif


Setiap metode pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,
begitu juga dengan strategi pembelajaran aktif. Menurut Suyadi (2013), kelebihan dan
kekurangan pembelajaran aktif antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Kelebihan
Kelebihan atau keunggulan strategi pembelajaran aktif adalah:

Siswa dapat belajar dengan cara yang menyenangkan, sehingga materi sesulit apapun
siswa tidak akan merasa sulit.
Aktivitas yang ditimbulkan dalam active learning dapat meningkatkan daya ingat peserta
didik, karena gerakan dapat mengikat daya ingat pada memori jangka panjang.
Active learning dapat memotivasi siswa lebih maksimal sehingga dapat menghindarkan
siswa dari sikap malas, mengantuk, melamun.
b. Kekurangan
Kekurangan atau kelemahan strategi pembelajaran aktif adalah:

Suasana gaduh di kelas akibat dari aktivitas yang ditimbulkan oleh active learning justru
sering kali dapat mengacaukan suasana pembelajaran.
Konsep pembelajaran aktif (active learning) menyenangkan juga dapat membuat siswa lebih
cenderung hanya untuk bermain dan melupakan tugas utamanya untuk belajar.
Daftar Pustaka
Amri, Sofan. 2015. Implementasi Pembelajaran Aktif dalam Kurikulum 2013. Jakarta:
Prestasi Pustakaraya.
Silberman, Melvin L. 2010. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa
Cendekia.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soegeng, Ysh. A.Y. 2012. Pengembangan Sistem Pembelajaran. Semarang: IKIP PGRI
Semarang Press.
Zaini, H., Munthe, B., Aryani, S.A. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: CTSD Inastitut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Warsono dan Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Effendi, M. 2013. Integrasi Pembelajaran Active Learning dan Internet-Based Learning
dalam Meningkatkan Keaktifan dan Kreativitas Belajar. Jurnal Pendidikan Islam.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan
sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (2021). Pembelajaran Aktif (Active Learning) - Pengertian, Karakteristik,
Prinsip dan Jenis-jenis. Diakses pada 10/5/2022, dari
https://www.kajianpustaka.com/2021/12/pembelajaran-aktif-active-learning.html
Berbagi

METODOLOGI PENELITIAN
Pemilihan Judul Penelitian
Menemukan Masalah Penelitian
Latar Belakang Masalah Penelitian
Proposal Penelitian
Menyusun Hipotesis Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
Skala Pengukuran Penelitian
Variabel Penelitian
Reabilitas Penelitian
Validitas Penelitian
Jenis-jenis Penelitian Kualitatif

KATA KUNCI
administrasi Agama Akuntansi Arsitektur Bahasa Biologi Ekonomi Elektronika Fiqih Fisika
Hukum Informatika Jaringan Komputer Kebidanan Kehutanan keperawatan Kesehatan
Kimia komunikasi Lingkungan Listrik Manajemen Matematika Mesin metode pembelajaran
Olahraga Pajak Pemasaran Pendidikan Penelitian Penyakit Perbankan Pertambangan
Pertanian Politik Psikologi Seni Sistem Informasi Sosial Statistik syariah Teknik Sipil
Transportasi
ARSIP

Mei 2022 (2)

Home  About Us  Hubungi Kami  Pemasangan Iklan  Daftar Isi  Disclaimer  Privacy Policy
© 2022 - KajianPustaka.com

Anda mungkin juga menyukai