Anda di halaman 1dari 2

Risiko Sistematis dan Risiko Non-sistematis

Risiko sistematis sering disebut dengan istilah risiko pasar, risiko umum, systematic
risk atau general risk.

Risiko sistematis pada umumnya sifatnya sistematik dan sulit dihindari. Contoh risiko
sistematik adalah peningkatan suku bunga (interest rate risk), kenaikan inflasi (purchasing
power / inflationary risk) dan volatilitas pasar yang tinggi (market risk).

Risiko ini dapat mengakibatkan jatuhnya nilai investasi selama suatu periode. Ini dibagi
menjadi tiga kategori, yang dijelaskan sebagai di bawah:

 Risiko bunga : Risiko yang disebabkan oleh fluktuasi tingkat atau bunga dari waktu
ke waktu dan memengaruhi sekuritas berbunga seperti obligasi dan surat utang.
 Risiko inflasi : Atau dikenal sebagai risiko daya beli karena memengaruhi daya beli
individu. Risiko seperti itu muncul karena kenaikan biaya produksi, kenaikan upah,
dll.
 Risiko pasar : Risiko mempengaruhi harga suatu saham, yaitu harga akan naik atau
turun secara konsisten selama periode bersama dengan saham pasar lainnya.

Risiko non sistematis sering disebut dengan istilah risiko spesifik, risiko perusahaan atau un-
systematic risk. Risiko non sistematis pada umumnya dapat dikelola dengan menggunakan
portofolio.Contoh portofolio investasi adalah reksadana. Reksadana pada umumnya terdiri
dari beberapa jenis saham, obligasi atau produk-produk keuangan lainnya.Istilah kerennya
adalah diversifikasi. Risiko non sistematis dapat dikelola dengan menggunakan diversifikasi.
Contoh risiko non sistematis adalah: risiko likuiditas (liquidity risk), risiko kebangkrutan
(financial / credit risk) dan risiko tuntutan hokum (operational risk).

Risiko dapat dihindari oleh organisasi jika tindakan yang perlu diambil dalam hal ini. Ini
telah dibagi menjadi dua kategori risiko bisnis dan risiko keuangan, dijelaskan sebagai di
bawah:

 Risiko bisnis: Risiko yang melekat pada sekuritas, apakah perusahaan dapat atau
tidak memiliki kinerja yang baik. Risiko ketika perusahaan berkinerja di bawah rata-
rata dikenal sebagai risiko bisnis. Ada beberapa faktor yang menyebabkan risiko
bisnis seperti perubahan kebijakan pemerintah, meningkatnya persaingan, perubahan
selera dan preferensi konsumen, pengembangan produk pengganti, perubahan
teknologi, dll.
 Risiko keuangan : Atau dikenal sebagai risiko leveraged. Ketika ada perubahan
dalam struktur modal perusahaan, itu berarti risiko finansial. Rasio hutang - ekuitas
adalah ekspresi risiko tersebut.

Perbedaan Kunci Antara Risiko Sistematis dan Tidak Sistematis


Perbedaan mendasar antara risiko sistematis dan tidak sistematis diberikan dalam poin-poin
berikut:

1. Risiko sistematis berarti kemungkinan kerugian yang terkait dengan seluruh pasar
atau segmen pasar. Risiko tidak sistematis berarti risiko yang terkait dengan industri
atau keamanan tertentu.
2. Risiko sistematis tidak dapat dikendalikan sedangkan risiko tidak sistematis dapat
dikendalikan.
3. Risiko sistematis muncul karena faktor ekonomi makro. Di sisi lain, risiko tidak
sistematis muncul karena faktor ekonomi mikro.
4. Risiko sistematis memengaruhi sejumlah besar sekuritas di pasar. Sebaliknya, risiko
yang tidak sistematis memengaruhi sekuritas perusahaan tertentu.
5. Risiko sistematis dapat dihilangkan melalui beberapa cara seperti lindung nilai,
alokasi aset, Berbeda dengan risiko tidak sistematis yang dapat dihilangkan melalui
diversifikasi portofolio.
6. Risiko sistematik dibagi menjadi tiga kategori, yaitu risiko Bunga, risiko pasar dan
risiko daya beli. Berbeda dengan risiko tidak sistematis, yang dibagi menjadi dua
kategori risiko bisnis besar dan risiko finansial.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Menggunakan


Model Indeks Tunggal (Studi Pada Saham LQ45 dan JII Periode 2013-2015) dapat diambil simpulan
Hasil perhitungan menunjukkan saham yang membentuk portofolio dari indeks LQ45 beserta
proporsi dana yaitu Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) sebesar 52,15%, AKR Corporindo Tbk. (AKRA)
sebesar 28,77% dan Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) sebesar 19,06% dengan return
sebesar 1,77%, risiko sebesar 2,73% dan kinerja portofolio 0,429990.

Portofolio dibentuk dari JII beserta proporsi dana adalah UNVR sebesar 50,80%, AKRA sebesar
27,63%, ICBP sebesar 18,31% dan Wijaya Karya Tbk. (WIKA) sebesar 3,97% dengan return sebesar
1,77%, risiko sebesar 2,93% dan kinerja portofolio 0,404934 Portofolio ini memenuhi asumsi
portofolio dengan risiko terendah pada tingkat return tertentu. Kinerja portofolio yang ditunjukkan
dengan indeks Jensen menunjukkan bahwa kinerja portofolio JII dengan nilai 0,0150893 dan LQ45
dengan nilai 0,0147709. Nilai indeks Jensen positif menunjukkan portofolio memiliki return relatif
tinggi untuk tingkat risiko sistematisnya. Portofolio JII memiliki kinerja lebih baik dibanding LQ45
dilihat dari nilai indeks Jensen portofolio JII yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai