Anda di halaman 1dari 7

Aku dan Kelasku dalam Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas di Masa Pandemi

Sejak World Health Organization (WHO) menetapkan Coronavirus Disease


(Covid-19) penyakit yang disebabkan virus corona jenis baru atau SARS-CoV-2 dapat
dikategorikan sebagai Pandemi. Status ini ditetapkan menyusul dampak penyakit yang
tak hanya pada kesehatan, tetapi juga berdampak pada berbagai sektor, termasuk dalam
dunia pendidikan. Rasa lelah tak hanya menyenyelimuti para rangtua siswa yang
mendapat peran tambahan menjadi guru bagi putra-putri mereka, tetapi jugas guru
mereka, terlebih wali kelas dimana siswa-siswi dalam satu kelas adalah tanggung
jawabnya untuk menghasilkan output yang berkualitas. Begitupun dengan aku yang
yang menjadi guru di kelas 5B UPT. SDN Darussalam. Sebagai walikelas mereka, aku
memiliki kewajjiban mengajar dan mendidik mereka, agar tercipta output yang
unggul,yang beriman, bertakwa, cerdas, terampil, berwawasan lingkungan dan
teknologi sesuai dengan visi yang telah ditetapkan sekolahku.
Kurang lebih dua tahun dalam masa pandemi, yang kurasakan sebagai guru,
mengajar dalam keterbatasan dimasa pandemi bukanlah hal yang mudah, Pahit manis,
suka duka, sedih senang, jatuh bangun, semua telah aku lalui masa-masa itu. Ya aku
harus kuat demi mereka, siswaku, generasi penerus bangsa. Masa depan bangsa ini
nantinya akan diteruskan oleh mereka. Tak dapat dibayangkan, jika aku hanya
menyerah tanpa melakukan inovasi pembelajaran. Dalam pembelajaran daring, aku
memberikan mereka berbagai metode pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka
agar mereka bersemangat mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dari gurunya.
Bukan tanpa hambatan aku melakukan perubahan dalam pembelajaran daring di
masa pandemi. Aku menggunakan Google Classroom, Google Form, Google Meet,
quizizz, video pembelajaran melalui youtube channel diriku, video pembelajaran
Tangerang Belajar, dan literasi lainnya aku jadikan media dan sumber belajar dalam
kegiatan pembelajaran jarak jauh. Mereka yang awalnya di kelas IV hanya
menggunakan whatsapp group sebagai media belajar. Bahkan ada seorang rekan guru
yang mencemooh jika aku tak akan berhasil menggunakan media pembelajaran lain
selain wa group. Tetapi hal itu tak mematahkan semangatku untuk melakukan
perubahan. Dengan mengucapkan bismillah dan tak lupa doa kepadaNya, aku mulai
mengenalkan kepada mereka media pembelajaran yang lain yang menarik untuk
menghilangkan kejenuhan dalam pembelajaran. Aku memang ditahun sebelumnya telah
mencoba media dan sumber pembelajarandi atas. Dan hasilmya memuaskan. Diawal
memang ada beberapa walimurid yang menentang dengan alasan merepotkan mereka
karena bagi mereka itu hal yang baru. Dengan keyakinan teguh, pelahan dan dengan
alasan yang mendukung aku memberikan penjelasan dan tatacara menggunakan media
dan sumber belajar yang nantinya akan dipergunakan dalam pembelajaran daring.
Tutorial, istilah yang dipakai generasi milenial.
Usahaku membuahkan hasil. Benar kata pepatah, usaha takakan pernah
mengkhianati hasil. Mereka bisa mempergunakan berbagai macam media pembelajaran
jarak jauh yang ku berikan yang menuntut mereka mahir memanfaatkan teknologi. Ilmu
yang kudapatkan melalui webminar, baik yang aku dapatkan melalui webminar yang
diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Dinas
Pendidikan Kota Tangerang, maupun bahan-bahan yang tersedia dalam google (semua
informasi tersedia disana) aku terapkan dalam pembelaran di kelas. Mereka yang
meragukan usahaku, hanya terdiam. Alhamdulillah, atas izin Allah usaha yang diriku
lakukan berbuah manis, tapi tak lantas membuatku merasa tinggi hati. Tujuan utamaku
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dalam kelas online.
Ketika pertama kali menggunakan google meet sebagai media tatap muka
virtual, antusiasme mereka, keceriaan diwajah mereka terlihat jelas. Kelas virtual
sebagai pengganti kelas mereka yang untuk sementara dihentikan karena pandemic.
Mengajar dalam google meet menjadi pengobat rindu bagi mereka sebagai siswa dan
bagiku khususnya sebagai walikelas mereka, mendalami sifat dan karakter mereka,
walau hanya dalam tatap layar, bukan tatap muka. Setidaknya memberikan kesejukan
dimasa pandemi yang sudah aku dan mereka lalui selama dua tahun.
Selama pandemi COVID-19 mewabah istilah learning loos muncul
kepermukaan. Learning loss menjadi salah satu dampak sosial negatif yang muncul.
Aku sendirpun merasakan ditutupnya sekolah akibat pandemi menyebabkan proses
belajar mengajar harus dilakukan secara daring yang dalam pelaksanaannya tak
sesempurna seperti pembelajaran tatap muka. Learning loss adalah hilangnya
pengetahuan dan kemampuan siswa, baik secara spesifik atau umum, yang dipengaruhi
berbagai faktor. Istilah ini sering diartikan sebagai kemunduran secara akademis yang
berkaitan dengan kesenjangan yang berkepanjangan atau proses pendidikan yang
berlangsung secara tidak baik. Semenjak awal pandemi menyebar di Indonesia, tepatnya
pada bulan Maret 2020, pemerintah menerapkan Belajar dari Rumah atau yang lebih
kita kenal dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Tak sampai di situ, untuk menekan
penyebaran COVID-19, Ujian Nasional pun ditiadakan.
Perlahan tapi pasti, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) mulai dilakukan bagi
sekolah secara bertahap. Saat ini sekolah-sekolah di Indonesia sudah melaksanakan
pembelajaran secara langsung dengan Standar Operasioanl Prosedur (SOP) yang telah
ditentukan. Hal ini dilakukan sebagai solusi untuk mencegah dampak sosial negatif
berkepanjangan yang muncul pada siswa, salah satunya adalah learning loss. Wilayah
berzona hijau atau kuning diizinkan menyelenggarakan pembelajaran tatap muka,
dengan mengikuti berbagai persyaratan.
Adanya surat edaran dari dinas Pendidikan Kota Tangerang tentang pelaksanaan
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas dengan segala aturan protokol kesehatan
yang wajib dipenuhi dan dilaksanakan bagi sekolah yang menyelenggarakan PTM
terbatas sedikit membawa angin segar bagi kami khususnya para dewan guru yang
mengingikan pembelajaran di kelas terlaksana, meskipun dalam keadaan yang berbeda.
Ya, kami harus mempersiapkan segala sesuatunya sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan. Mulai dari penggunaan masker, pengaturan jarak
tempat duduk siswam, pengecekan suhu saat siswa memasuki gerbang sekolah, wastafel
cuci tangan lengkap dengan sabun tersedia di depan tiap kelas, toilet siswa, toilet guru
dan gerbang sekolah, penyemprotan kelas siswa dengan disinfektan sebelum digunakan,
dan setelah digunakan, serta syarat-syarat lainnya dipenuhi untuk penyelenggaraan tatap
muka terbatas. Semua itu dilakukan untuk menjamin kesehatan siswa saat pelaksanaan
pembelajaran agar tidak terjadi penularan dan penyebaran virus.
Sebelum pelaksanaan penyelenggaraan tatap muka terbatas, kepala sekolah
selaku pimpinan tak henti serta tak bosan selalu mengingatkanku, guru-guru, dan tenaga
kependidikan untuk selalu menerapkan protokol keseharan agar sekolah bisa tetap
melaksanaan pembelajaran tatap muka. Karena, jika nantinya ditemukan kasus
penyebaran virus disekolahku, yang terjadi adalah penutupan kembali sekolah dan
pembelajaran dilaksanakan daring. Saat itu yang menjadi prasarat PTM terbatas, siswa
kelas 1 sampai dengan kelas 6 wajib melampirkan fotocopy sertifikat vaksin orangtua
mereka. Bagi mereka yang orangtuanya belum vaksin, mereka tetap mendapakan
pembelajaran seecara daring. Kelaspun dibagi menjadi dua sesi karena kapasitas kelas
hanya boleh 50% saja. Dengan penuh semangat kami melaksanakan apa yang sudah
menjadi SOP. Waktu pelaaksanaan pembelajaran tatap muka terbataspun dijadwal, 1
minggu satu kali pertemuan untuk setiap tingkat kelas dengan alokasi waktu belajar
setiap sesi 120 menit. Hari Senin untuk kelas 6, hari Selasa untuk kelas 5, hari Rabu
untuk kelas 4, hari Kamis untuk kelas 3, hari Jumat untuk kelas 2 dan hari Sabtu untuk
kelas 1. Pelaksanaan hari pertama Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas nantinya
sekolah kami akan kedatangan perwakilan dari Kelurahan, Kecamatan, Kepolisian
untuk mengawasi awal penyelenggaraan tatap muka terbatas disekolah.
Pengumuman tentang penyelenggaraan pembelajaran tatap muka terbatas bagi
orangtua siswapun menjadi hal yang menggembirakan, karena mereka bisa melihat anak
mereka kembali belajar disekolah. Karena, sebagian dari mereka menceritakan sulit
untuk mengajari putra-putri mereka, terlebih lagi ada orangtua mereka yang hanya
menyemam pendidikan dibangku sekolah dasar. Merupakan hal yang sulit bagi mereka,
menjadi guru untuk putra-putrinya yang sudah duduk di bangku kelas 5.
Dari segi manfaat, dilakukannya pembelajaran jarak jauh (PJJ) telah membuat
proses pendidikan ke arah digitalisasi. Disisi lain, menimbulkan hambatan. Bagi daerah
yang mengalami kendala akses internet dan ketiadaan gawai karena rendahnya tingkat
ekonomi masyarakat PJJ cukup sulit untuk dilakukan. Selain itu, proses belajar
mengajar yang membutuhkan praktek secara langsung juga mengalami kendala. Untuk
mengatasi hal itu dibutuhkan inovasi khususnya oleh pihak guru dan madrasah dalam
memanfaatkan keadaan yang serba terbatas.Dengan menggunakan tiga pendekatan yang
diamanatkan oleh Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan, konsep 3N, yakni Niteni,
Niroke, dan Nambahi yang berarti mengamati, meniru, dan menambahkan. Pendekatan
ini bisa dilakukan dimanapun,
Tujuan pendidikan adalah untuk membuat cerdas generasi penerus bangsa, serta
membentuk karakter bangsa yang berbudaya. Sehingga, tantangan sebesar apapun harus
bisa diatasi dan menjadi tanggung jawab bersama. Semua harus menjadi guru yang bisa
mendidik siswa penerus bangsa. "Siapa yang bertanggung jawab untuk hal itu?
Pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru, tetapi juga tanggung jawab semua unsur
masyarakat. Masa pandemi ini memiliki hikmah untuk membuat gerakan agar semua
orang bisa menjadi guru untuk siswa agar proses pendidikan tidak terhenti meskipun
terdapat beragam kendala. Hal itu perlu adanya mapping untuk memilih orang terbaik
yang bisa dilibatkan untuk mengajar dan membimbing siswa, mulai dari lingkup
keluarga seperti orang tua, kakak, saudara, serta pihak luar yang peduli terhadap
pendidikan.
Kalau hal ini digerakan maka memunculkan satu kampung bisa melakukan
kegiatan belajar mengajar sehingga menyelamatkan anak kita. Katakan saja guru tak
memiliki akes internet tapi dia punya mitra di wilayah anak didik mereka bahkan kakak
dan orang tuanya yang lebih bertanggung jawab. Inovasi yang dilakukan adalah dengan
memanfaatkan perangkat sederhana untuk media pembelajaran oleh guru seperti
memanfatakan TV. Dengan dikoneksikan ke Handphone atau laptop agar siswa yang
memiliki kendala ketidakmampuan memiliki gawai bisa melakukan belajar secara
berkelompok dan dengan protokol kesehatan di bawah bimbingan guru.melakukan
sosialisasi kepada guru agar menyiapkan konten belajar yang interaktif agar peserta
didik tidak merasa bosan dan lebih mudah memahami dalam proses belajar. Pelibatan
keluarga, sampai mahasiswa juga diperlukan untuk membimbing peserta didik. Inovasi
ini bisa menjadi alternatif dalam proses PJJ dan bisa diterapkan oleh pihak madrasag.
Mari semua jadi guru untuk menyelamatkan generasi penurus bangsa, seperti para
pahlawan menyelamatkan bangsa ini di masa penjajahan.
Pandemi menghadirkan tantangan besar dalam dunia pendidikan, di antaranya
adaptasi dengan sistem pembelajaran jarak jauh, yang tentu secara kualitas tidak
seoptimal pembelajaran tatap muka (PTM). Peran dan kontribusi guru sangat besar
dalam upaya pemulihan pendidikan, sehingga hak anak bangsa untuk mendapatkan
pendidikan terpenuhi meski masih dalam situasi pandemi. Selama pandemi, siswa
mengalami learning loss, kehilangan pengalaman belajar, interaksi, elaborasi dengan
sesama siswa dan guru. Guru pun mengalami kendala yang sama. Demikian
disampaikan Anggota Komisi X DPR RI, Putra Nababan, dalam dialog bertema Peran
Aktif Guru dalam Pemulihan Pendidikan di media center Forum Merdeka Barat 9 (FMB
9)-KPCPEN, Kamis (25/11/2021). Meski mendorong kembali dilakukannya PTM di
satuan pendidikan, Putra tetap menekankan bahwa perlindungan kesehatan harus tetap
dikedepankan dalam pelaksanaannya.Mengembalikan anak didik ke sekolah secara fisik
(PTM) dikatakannya akan dapat mengoptimalkan peran penting guru dalam
pertumbuhan pendidikan anak bangsa. Namun guru juga diharapkan dapat memberikan
pendidikan protokol kesehatan kepada anak didik, bekerja sama dengan para orang tua.
Begitu pula vaksinasi, yang akan melindungi insan pendidikan dari gejala berat saat
terpapar COVID-19. “Kurikulum kita adalah kurikulum tatap muka. Jadi yang penting
adalah tatap muka dulu,” tambahnya seraya mengingatkan besarnya kehilangan kualitas
pendidikan, terutama pada anak-anak PAUD dan SD, juga pelajar SMK bidang vokasi
yang sangat memerlukan pembelajaran tatap muka. Bila perlindungan kesehatan
berjalan baik, katanya, maka pelaksanaan PTM juga dapat lebih ditingkatkan. Di sisi
lain, pandemi, dikatakan Putra, menciptakan percepatan kepandaian guru dalam
memunculkan inovasi dan kreativitas baru. “Daring di masa pandemi membuat kita juga
tahu, apa yang harus disederhanakan dari kurikulum kita,” imbuhnya.
Diberlakukannnya pembelajaran tatap muka walaupun terbatas, merupakan
usaha yang dilakukan semua pihak dunia pendidikan guna mengurangi learning loss
yang teah terjadi. Masih dalam kesempatan yang sama, Jumeri mengingatkan para guru
untuk tidak mengejar ketertinggalan materi sekaligus di awal saat pelaksanaan PTM
terbatas. Sesuai dengan arahan dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang, di awal
pembukaan sekolah, guru diimbau untuk membangun karakter dan kesenangan anak
akan sekolah, agar mentalnya siap. Aku dan rekan guru yang lain diminta mengecek
keadaan siswa secara psikologis, memberi motivasi tentang kesehatan. Aku juga harus
memastikan siswa mematuhi protokol kesehatan. Ketika siswa di sekolah akan lebih
mudah dikontrol karena terbatasnya alokasi waktu pembelajaran dan jumlahnya siswa
yang hanya 50% untuk setiap sesinya.
Kepala sekolah mengingatkan agar jangan sampai terjadi diskriminasi pada
siswa dalam pembelajaran tatap muka terbatas. Baik terkait materi pelajaran ataupun
dalam pemberian nilai. Beliau menghimbau agar materi yang diberikan sesuai dengan
kondisi siswa. Guru harus memberikan materi esensial, materi yang penting dipelajarari.
Guru juga memberikan evaluasi sesuai kondisi siswa. Hal ini penting agar siswa kita
tidak merasa takut dan terbebani.
Penerapan PTMT agar bisa berjalan dengan efektif, agar proses pembelajaran
berjalan maksimal dan di saat bersamaan tetap menjaga keselamatan dan kesehatan
seluruh warga sekolah di tengah pandemi yang belum usai saat ini. Dalam konteks ini,
dibutuhkan kerjasama dan kolaborasi yang baik antara orang tua siswa, guru, hingga
kepala sekolah, komite, dan pengawas sekolah. Orang tua penting untuk membantu
anaknya agar bisa cepat beradaptasi dengan berbagai kebiasaan baru dalam pelaksanaan
Pembelajaran Tatap Muka Terbatas. Misalnya, orang tua bisa berinisiatif membuat
simulasi PTMT untuk anak di rumah sebagai persiapan bagi anak sebelum mulai masuk
menjalani PTMT. Ini menjadi langkah penting, sehingga ketika di sekolah, anak atau
siswa sudah tahu apa yang harus dilakukannya. Hal ini terutama tentang kepatuhan pada
disiplin protokol kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai