Fiat Justisia Jurnal Lmu Hukum Volume ! No. gusts 2007 ISSN 1978-5186
STUDIKOMPERATIF SISTEM GADAI KONVENSIONAL
DENGAN GADAISYARIAH DI INDONESIA
Aprifianti
ABSTRAK
Layanan lenbaga pegadaian di Indonesia, selain memberlakukan sistem gadai
konvensional yang diatur dalam PP No. 103 Tahun 2000 Tentang Perum
Pegadaian, juga memberlakukan sistem gadai syariah berdasarkan ketentuan
syariat Islam yang bersumber pada Al Qur'an. Pada gadai konvensional dikenakan
bunga pinjaman yang bersifat akumulatif dan berlipat ganda untuk jasa yang
dilakukannya, sedangkan pada gadai syartah tidak dikenakan bunga.
Nasabah dikenakan jasa wang titipan, pemeliharaan, penjagaan serta biay
penaksiran yang ditetapkan di awal perjanjian.
Kata Kunci: Gadai Konvensional, Gadai Syariah
A. PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi sebagai bagian
dari pembangunan nasional merupakan salah satu
upaya untuk mencapai masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
Untuk mencapai tujuan tersebut baik pemerintah
maupun masyarakat baik perseorangan maupun
badan hukum memerlukan dana yang cukup
besar. Seiring dengan itu kebutuhan akan dana
menjadi masalah yang sangat sulit. Keadaan
seperti ini tidak dapat terus menerus berkembang,
karena akan mempengaruhi kehidupan
masyarakat yang selalu dalam kesulitan. Dalam
kondisi demikian masyarakat sangat berharap
memperoleh bantuan dana baik untuk tujuan
konsumtif maupun untuk tambahan modal usaha.
Pemerintah berusaha membantu masyarakat
dengan menyediakan fasilitas kredit. Jalan
alternatif bagi masyarakat adalah mendapatkan
dana dengan menghubungi lembaga pegadaian
terdekat, Berdasarkan PP No.10 Tahun 1990
Tentang Perum Pegadaian, fungsi Perum
Pegadaian sebagai agen pembangunan ekonomi
yang lebih dinamis dan bertanggungjawab yang
berorientasi pada pelayanan unum (public
service) dan mencari keuntungan (profit
oriented).
Perum pegadaian merupakan satu-satunya
lembaga keuangan bukan bank yang diberi
wewenang oleh undang-undang untuk
melaksanakan usaha pembiayaan dalam bentuk
penyaluran kredit dalam jangka waktu pendek
dengan menggunakan sistem gadai, Sistem gadai
adalah sistem yang menjalankan pemberian kredit
atau peminjaman uang dengan menggadaikan
suatu barang sebagai jaminan hutang, pada saat
Jatuh tempo uang pinjaman harus dikembalikan
dan jika lewat dari masa tempo yang telah
ditentukan maka barang jaminannya akan dilelang
sebagai pelunasan hutang,
Perum pegadaian yang saat ini telah berusia
ebity dari |00 tahun dikancah lembaga keuangan
bukan bank di Indonesia merupakan suatu institusi
penyedia dana dengan syarat mudah dan
sederhana dan bersifat konvensional. Hal tersebut
berarti bahwa pelaksanaannya mengacu pada
sistem hukum positif di Indonesia yang berlaku
saat ini dan berbagai peraturan perundang-
undangan tentang gadai yang telah disepakati
bersama-sama,
Dalam perkembangannya, pegadaian yang
berperan sebagai pengantara keuangan
masyarakat (Financial Intermediary) telah
melebarkan sayapnya dengan memberlakukan
pola pegadaian dengan sistem syariah, hal ini
sebagai salah satu bentuk akibat positif
diundangkannya UU No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan dan semua ketentuan pelaksananya
baik berupa peraturan pemerintah, keputusan
menteri keuangan dan surat edaran Bank
Indonesia. Pemerintah telah memberikan peluang
bagi berdirinya lembaga-lembaga keuangan
syariah. Hal ini menimbulkan kesempatan bagi
173Fiat Justisia: Jurnal tlmu Hukum Volume | No.2 Met-Agustus 2007
pegadaian untuk secara kreatif mengembangkan
ide dengan mendirikan pegadaian dengan sistem
syariah, Dengan penerapan pola pegadaian
syariah, memungkinkan perusahaan pegadaian
untuk proaktif dan lebih produktif menghasilkan
produk jasa keuangan,
Keinginan Perum Pegadaian untuk
menerapkan sistem gadai syariah selain gadai
konvensional dikarenakan adanya amanah untuk
menegaskan misi yang harus diemban oleh
pegadaian yaitu ikut membantu program
pemerintah dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan utama
berupa penyaluran kredit atas dasar hukum gadai
dan melakukan usaha Jain yang menguntungkan
Misi ini tidak berubah hingga terbitnya Peraturan
Pemerintah Nomor 103 tahun 2000 tentang Perum
Pegadaian yang dijadikan sebagai landasan
kegiatan usaha Perum Pegadaian sampai
sekarang.
Implementasi operasional gadai syariah
hampir sama dengan gadai konvensional. Seperti
halnya gadai konvensional, gadai syariah juga
menyalurkan wang pinjaman dengan jaminan
barang bergerak, prosedur dan syarat untuk
memperoleh pinjaman sangat mudah begitu pula
dalam melunasi pinjaman setelah masa jatuh
tempo tiba.
Penelitian ini hendak memaparkan gadai
berdasarkan sistem konvensional dan syariah.
Pendekatan dilakukan secara komparatif,
mempergunakan metode yuridis normative atas
data sekunder. Analisis data secara kualitatif.
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gadai Konyensional dan Gadai Syariah
Gadai merupakan suatu perjanjian riil
karena gadai hanya ada manakala benda yang
akan digadaikan secara fisik telah dikeluarkan dari
kekuasaan pemberi gadai atas kesepakatan para
pihak,
Pengertian gadai (pand) menurut Pasal
1150 KUHPdt mengandung arti suatu hak yang
diperoleh seorang berpiutang, atas suatu benda
bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh
seorang berutang atau oleh seorang lain atas
namanya, dan yang memberikan kekuasaan
kepada si berpiutang itu untuk mengambil
pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan
174
daripada orang-orang yang berpiutang lainnya,
dengan kekecualian biaya untuk melelang benda
tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkannya setelah benda itu digadaikan,
biaya-biaya mana harus didahulukan,
Beberapa pengertian dalam gadai
(konvensional), yaitu : pinjam meminjam wang
dalam batas waktu tertentu dengan menyerahkan
barang sebagai tanggungan dan apabila batas
waktu tersebut tiba temyata tidak bisa ditebus
maka barang tanggungan tersebut menjadi hak
yang memberi pinjaman, merupakan kredit jangka
panjang dengan jaminan sekuritas yang berlaku
dalam jangka waktu 3 bulan dengan ketentuan
setiap saat dapat diperpanjang, Gadai
konvensional pelaksanaannya didasarkan pada
hukum positifdi Indonesia yang berlaku pada saat
ini yang berkenaan dengan gadai dan membayar
bunga bersamaan pokoknya,
Istilah gadai dari bahasa Arab disebut rahn
dan dapat juga dinamai al-habsu. Secara
etimologis, arti rah adalah tetap dan lama,
sedangkan al-habsu berarti penahanan terhadap
suatu barang dengan hak sehingga dapat dijadikan
sebagai pembayaran dari barang tersebut. Istilah-
istilah yang dipakai dalam gadai syariah adalah
rahn (gadai), murtahin (penerima barang),
rahin (yang menyerahkan barang), marhun
(barang jaminan),'
Gadai syariah, pelaksanaannya menitik-
beratkan pada dilarangnya praktek ijon, riba dan
pinjaman tidak wajar yang dilarang agama.
Dengan demikian gadai syariah mengacu pada
norma-norma keagamaan yang bersifat mengikat
dan segala apa yang dilarang, diperbolehkan dan
diwajibkan bagi setiap muslim berdasarkan Al-
Qur'an dan hadist.
Dasar Hukum Gadai Konyensional dan
Gadai Syariah
Dasar Hukum Gadai Konvensional
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(Pasal 1150 sid 1160).
b, Staatsblad No.8] tanggal 29 Maret 1928
tentang aturan Dasar Pegadaian
‘Charaman Pasarib
Sinar Grafika, Jak
1996.tukiem Perjanjian dalam Islam
him. 139,Fiat Justis Jurnal tmu Hukum Volume | No.2 Mei-Agustus 2007 ISSN 1978-5186
«
Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1990
‘Tentang Pengalihan Bentuk Perjan Pegadaian
‘menjadi Perum Pegadaian,
Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2000
‘Tentang Perusahaan Umum Pegadaian
. Surat Edaran Direksi Perum Pegadaian No.5/
1994 Tentang Pemasaran Jasa Taksiran dan
Jasa Penitipan Barang.
Surat EdaranDireksi Perum Pegadaian No. 11/
1994 Tentang Tanggal Jatuh Tempo Kredit
dan Lelang,
Keputusan Direksi Perum Pegadaian
No.OPP.2/67/5/1998 Tentang Pedoman
Operasional Kantor Cabang (POKC),
. Keputusan Direksi Perum Pegadaian No.73/
OP.1,0021 1/1999 Tentang Perubahan Tingkat
‘Sewa Modal,
Surat Edaran Direksi Perusahaan umum
Pegadaian No.32 Tahun 2001 Tentang
Penggolongan dan Minimum Uang Pinjaman.
Dasar Hukum Gadai Syariah
»._ Al-Hadis
Al- Qur'an:
QS. Al-Bagarah ayat 283, secara eksplisit
menyebutkan barang tanggungan dipegang
oleh yang berpiutang. Dalam dunia finansial,
barang tanggungan biasa dikenal sebagai
objek gadai atau jaminan dalam dunia
perbankan,
HR Asy’Syafii, Al Daraquthni dan tbnu
Majah. Dari Abu Hurairah ra., Nabi
Muhammad SAW bersabda: Tidak terlepas
kepemilikan barang gadai dari pemilik yang
menggadaikannya, la memperoleh manfaat
dan menanggung risikonya.
HR Jamaah kecuali Muslim dan Nasai-
Bukhari
Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah bersabda:
Apabila ada ternak digadaikan, maka
punggungnya boleh dinaiki (oleh yang
menerima gadai), karena ia telah
a (menjaganya). Apabila
n, maka air Susunya yang,
deras boleh diminum (oleh orang yang
menerima gadai) karena ia telah mengeluar-
kan biaya (menjaganya). Kepada orang yang
naik dan minum maka ia harus mengeluarkan
biaya perawatannya
4d. Ijtihad: Mengenai pembolehan perjanjian gadai
ini, jumhur ulama juga berpendapat boleh dan
mereka tidak pernah berselisih pendapat
‘mengenai hal ini.
Sayyid Sabiq mengatakan rahm adalah
menjadikan barang yang mempunyai nilai harta
menurut pandangan syara’ sebagai jaminan
hutang, hingga orang bersangkutan boleh
mengambil hutang atau ia bisa mengambil
sebagian (manfaat) barangnya itu,
Menurut Syafi’i Antonio, rahn adalah
menahan salah satu harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai
ekonomis, Dengan demikian pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil
kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara
sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah
semacam jaminan hutang atau gadai?
Landasan ini juga kemudian diperkuat
dengan adanya Fatwa Dewan Syariah Nasional
‘No.25/DSN-MUI/II/2002 tentang Rahn tanggal
26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman
dengan cara menggadaikan barang sebagai
jaminan hutang dalam bentuk rahn diperbolehkan
Mekanisme Pengajuan Gadai
Gadai Konvensional
Untuk melakukan perjanjian gadai, diantara
para pihak harus saling mengikatkan diri untuk
suatu objek tertentu yang dapat mengakibatkan
suatu hubungan hukum dari perjanjian gadai.
Dalam perjanjian gadai ini mencakup tentang
yarat-syarat pengajuan gadai yang disetujui para
pihak dan tata cara/ mekanisme pengajuannya.
Suatu perjanjian yang sah adalah perjanjian yang
memenuhi syarat dan prosedur yang telah
ditetapkan oleh undang-undang dan diberi akibat
hukum (legal concluded contract). Syarat
sahnya suatu perjanjian termuat dalam Pasal 1320
KUHPdt.
Perjanjian gadai adalah perjanjian
pelengkap dari suatu perjanjian pokok hutang
piutang dengan disertakan benda bergerak sebagai
jaminan. Perjanjian gadai terjadi pada saat
Sayyid Sabiq. 1987 1987. Fikih Sunnah Al Maar, Bandung,
him. 34
) MSyafi'i Amtonto, 2001. Bank Syariah: Dari Teort ke Prakiek,
7
Gema Insani Press, Jakarta, hm. 47
175Fiat Justisia Jurnal Mm Hukum Volume ? No.2 Mei-Agustus 2007
penyerahan barang jaminan. Gadai menjadi tidak
sah apabitla barang jaminan tidak diserahkan pada
penerima gadai (Pasal 1152 Ayat (2) KUHPdt).
Mekanisme atau cara kerja gadai
konvensional ini adalah orang yang perlu uang
(pemohon) datang langsung ke pegadaian terdekat
dengan membawa kartu identitas dan
menyerahkan barang jaminan yang akan
digadaikan, Pemohon terlebih dahulu mengisi surat
permintaan kredit, barang jaminan ditaksir oleh
petugas, dan nilai taksirannya akan diberikan
dalam bentuk wang dan dicantumkan dalam Surat
Bukti Kredit (SBK). Penandatanganan SBK oleh
para pihak menandakan bahwa perjanjian gadai
sudah berlaku sampai jangka waktu yang telah
disepakati oleh mereka. Pada saat itupula para
pihak sudah mulai menjalankan hak dan
Kewajibannya masing-masing. Layaknya sebagai
lembaga keuangen lainnya, dalam gadai
onvensionalpun mengenakan bunga pinjaman
(sewa modal) yang bersifat akumulatif.
Gadai Syariab
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah,
menggadaikan barang sebagai jaminan hutang
dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a, Murtahin (penerima barang) mempunyai hak
untuk menahan marhun (barang, jaminan)
sampai semua hutang rahin (yang menyerah-
kan barang) dilunasi.
b. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik
rahin. Pada prinsipnya marhun tidak boleh
dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin
rahin, dengan tidak mengurangi nilaimarhun
dan pemanfaatannyaitu sekedar pengganti
biaya pemeliharaan perawatannya,
¢. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada
dasarnya menjadi kewajiban rahin, namun
dapat dilakukan juga oleh murtahin,
sedangkan biaya pemeliharaan dan
penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin,
4. Besar biaya administrasi dan penyimpanan
‘marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan
jumlah pinjaman,
fe, Penjualan markun terjadi jika telah sampai
Jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan
rahin untuk melunasi hutangnya, apabila rahin
tetap tidak melunasi hutangnya maka marhun
dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai
176
dengan syariah. Hasil penjualan marhun
digunakan untuk melunasi hutang, biaya
pemeliharaan dan penyimpanan yang belum
dibayar serta biaya penjualan. Kelebihan hasil
penjualan menjadi milik rahin dan
kekurangannya menjadi kewajiban rahin.
f.Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan
kewajibannya atau jika terjadi perselisihan
diantara kedua belah pihak, maka
penyelesaiannya dilakukan melalui Bedan
Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
Dalam proses pengajuan pinjaman pada
gadai syariah, rahin terlebih dahulu harus
memenuhi syarat-syarat yaitu menyerahkan foto
copy KTP atau tanda identitas lain, mengisi
formulir permintaan raf, menyerahkan barang
jaminan (marhun).Pada gadai syariah tidak
‘ikenakan bunga atau jasa uang seperti yang
dilakukan pada gadai konvensional. Marhun yang
digadaikan sifatnya adalah penitipan barang.
Tempat penitipan inilah yang dibayar
jas Jasa penitipan ini tidak serta merta
‘dikalikan dengan prosentase tertentu, tapi
dikaitkan dengan suatu rate tertentu. Misalnya
marhunnya berupa emas sekian gram sampai
sekian gram, maka jasa penitipannya sekian.
Selain jasa penitipan juga dipungut biaya
pemeliharaan marhun, penjagaan serta biaya
taksiran.
Pelaksanaan Gadai
Gadai Konvensional
Gadai merupakan penyedia jasa keuangan
yang paling instant, maksudnya wang akan segera
disediakan begitu barang agunan/jaminan
diserabkan.
Masyarakat pengguna jasa Perum
Pegadaian dalam melaksanakan perjanjian gadai
(konvensional) diharuskan menyerahkan harta
bergeraknya di kantor pegadaian terdekat disertai
pemberian hak untuk melakukan Jelang apabila
setelah waktu perjanjian habis, nasabah tidak
menebus barang jaminan. Hasil lelang
dipergunakan untuk melunasi pokok pinjaman
disertai sewa modal (bunga) ditambah biaya
lelang.Fiat Justisia Jurnal Hmu Hukum Volume | No.2 Mei-Agustus 2007 ISSN 1978-5186
Dalam menjalankan usahanya Perum
pegadaian tidak dibenarkan menarik dana dari
masyarakat, baik dalam bentuk giro, deposito
ataupun bentuk tabungan lainnya, Pegadaian tidak
seperti lembaga keuangan bank yang memberikan
kredit jangka menengah atau jangka panjang. Sifat
pemberian kreditnya adalah untuk memenuhi
kebutuhan jangka pendek yaitu tiga sampai enam
bulan dengan jumtah yang relatif kecil, misalnya
minimum Rp. 5000.00 dan maksimumRp.20 juta.
‘Untuk mendapatkan pinjaman, barang-
barang yang akan digadaikan terlebih dahulu
diperiksa keadan ngnya termasuk
kelengkapan yang disyaratkan, Kemudian barang
jaminan ditaksir oleh petugas, Tujuannya adalah
menghitung besarnya jumlah pinjaman yang dapat
diperoleh, Penaksir menetapkan harga pedoman
standar, taksiran uang pinjaman (UP) kemudian
diajukan kepada Kepala Kantopr Cabang selakuk
Kuasa Pemutus Kredit (KPK). Jika besarnya UP
yangtelah diputuskan oleh penaksir maupun KPK
telah disepakati debitur maka diterbitkan Surat
Bukti Kredit (SBK). Pada SBK tersebut dimuat
nama dan alamat nasabah, keterangan barang
jaminan, besarnya taksiran dan wang pinjaman.
‘Setelah ditandatangani nasabah dan penaksir serta
KPK, SBK diserahkan kepada nasabah. Nasabah
menerima uang pinjaman yang diberikan kasir
sejumlah yang tertera dalam SBK, dengan
terlwebih dahulu membayar biaya penyimpanan
dan asuransi yang telah ditetapkan sesuai dengan
besatnya wang pinjaman dan jenis barang jaminan
yang diagunkan*
Gadai berakhir setelah para pihak
menjalankan hak dan kewajibannya. Pelunasan
pinjaman tidak harus menunggu jatuh tempo,
artinya bila jangka waktu pinjaman adalah 4 bulan
maka penggadai dapat saja melunasi kendati
priode pinjaman belum berakhir. Konsckuensinya
jelas bahwa makin cepat dilunasi maka makin
sedikit pula beban bunga yang ditanggung. Adapun
fangkah-langkah yang ditempuh dalam pelunasan
kredit adalah:
a. Nasabah menyerahkan SBK kepada kasir
untuk dihitung sewa modalnya. Berdasarkan
perhitungan dari pembantu kasir, nasabah
menyerahkan pembayaran kepada pemegang
kas. Kemudian kasir menginformasikan
c
Franto Pandia, dk, 2005. Lembaga Kewangan. Rhineka
‘Cepia, Jakarta, him, 76.
pembayaran lunas uang pinjaman kepada
petugas penyimpan barang jaminan, Setelah
ang pelunasan diserahkan maka SBK diberi
cap tanggal pelunasan.
b, Setelah pelunasan, petugas penyimpan
jjaminan, menyerahkan barang jaminan kepada
petugas pengeluar barang jaminan untuk
kemudian diserahkan kepada nasabah,
‘Sebelumnya barang diperiksa terlebih dahulu
untuk menunjukkan bahwa barang tersebut
tidak tertukar dan nilainya serta keadaannya
sama dengan waktu barang itu diserahkan.
Pelunasan uang pinjaman dan penyerahan
barang jaminan menunjukkan bahwa
perjanjian itu berakhie.
¢. Jika telah sampai pada tanggal yang telah
ditetapkan, debitur masih belum memenuhi
kewajibannya baik melalui pembayaran
hutang berikut biaya-biaya fain, pembaharuan
hutang (gadai ulang) maka sesuai dengan hak
Perum Pegadaian akan menjual
barang jaminan tersebut dengan cara lelang,
Dari hasi! penjualan lelang diperhitungkan
uang pinjaman dan sewa modal penuh dan
apabila ada sisa, maka diserahkan kepada
debitur sebagai wang kelebihan setelah
dikurangi 3% bea lelang penjualan
Gadai Syariah
Gadai syariah dibenarkan dalam sistem
perbankan syariah dan berdiri atas perjanjian
dengan sistem bagi hasil antara Perum Pegadaian
dengan Bank Muamalat Indonesia. Hal ini
tertuang dalam perjanjian musyarakah antara BMI
dengan Pegadaian No. 446/SP300. 233/2002 dan
No.015/BMI/PKS/X11/2002.
Gadai syariah atau dikenal dengan istilah
rahn, dalam pelaksanaannya menggunakan
metode Fee Based Income (FBI) atau
Mudharabah (bagi hesil),
Dalam melakukan gadai syariah, telah
ditentukan rukun dan syarat dalam pelaksanaan-
nya, yaitu:
a. jab qabul (sighor), dapat dilakukan baik dalam
bentuk tertulis atau lisan.
b. Orang yang bertransaksi terdiri dari rahin
(pemberi gadai) dan murtahin (penerima
gadai). Pemberi dan penerima gadai haruslah
orang yang berakal dan balig schingga dapat
dianggap cakap untuk melakukan suatu
177Fiat Justisia Jurnal lmu Hukum Volume | No.2 Mei-Agustus 2007
perbuatan hukum sesuai dengan ketentuan
syariat Islam.
c. Adanya barang yang digadaikan (marhun)..
Barang yang akan digadaikan harus dapat
diserahterimakan, bermanfaat, tidak bersatu
dengan harta lain, milik dan dikuasai oleh
rahin.
d, Adanya Mar fun bih (uang pinjaman) sebagai
alas gadai. Hutang yang terjadi haruslah
bersifat tetap, tidak berubah dengan tambahan
bunga atau mengandung unsur riba.
Berdasarkan landasan konsep ral, pada
dasarnya gadai syariah berjalan di atas dua akad
transaksi syariah, yaitu:
a. Akad Rahn, rain yang dimaksud adalah
menahan harta milik sipeminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya,
pihak yang menahan memperoleh jaminan
untuk mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya. Dengan akad ini
lembaga gadai syariah menahan barang
bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah.
b. Akad Ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna
atas barang dan atau jasa melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui
akad ini dimungkinkan bagi lembaga gadai
syariah untuk menarik sewa atas
penyimpanan barang bergerak milik nasabah
yang telah melakukan akad*
Untuk dapat memperoleh layanan dari
gadai syariah, masyarakat hanya cukup
menyerahkan marhun (emas, kendaraan barang-
barang elektronik dan lain-lain) untuk dititipkan
disertai dengan fotocopy tanda identitas yang
dimilikinya. Kemudian staf penaksir akan
menentukan nilai taksiran marhun yang dijadikan
jaminan untuk dijadikan patokan perhitungan
pengenaan sewa titipan (jasa simpan) dan plafon
uang pinjaman yang dapat diberikan.
Taksiran barang ditentukan berdasarkan
nilai ekonomi dan harga pasaran setempat (HPS),
Maksimum marhun bik (uang pinjaman) yang
dapat diberikan adalah sebesar 90% dari nilai
taksiran marhun,
Adapun ketentuan pelayanan dalam gadai
syariah, adalah:
‘TARdul Ghofir Anshori, 2006. Gadai Syariah di Indonesia.
Gajah Mada University Press, Yozyakarta, him. 122.
178
a. Rahin menjaminkan marhun kepada
Pegadaian Syariah untuk mendapatkan
marhun bih (wang pinjaman). Kemudian
pegadaian menaksir harga marhun untuk
dijadikan dasar dalam menentukan besarnya
‘marhun bih (uang pinjaman),
b. Pegadaian syariah dan rahin sepakat dalam
perjanjian gadai . Akad gadai ini meliputijumlah
pinjaman, biaya jasa simpan dan administrasi
dan waktu pengembalian pinjaman adalah
selama 120 hari atau 4 bulan.
¢. Rabin menebus marhun setelah jatuh tempo.
Apabila pada saat jatuh tempo rahin belum
dapat mengembalikan wang pinjaman maka
akad dapat diperpanjang | (satu) kali masa
Jatuh tempo demikian seterusnya,
d, Apabila rahin tidak dapat mengembalikan
uang pinjaman dan tidak dapat memper-
panjang akad gadai, maka pihak pegadaian
syariah akan melakukan kegiatan pelelangan
(penjualan) atas marhun sebagai upaya
pengembalian marhun bih (wang pinjaman)
berserta jasa simpan. Pemberitahuan
penjualan marfun dilakukan paling lambat 5
hari sebelum tanggal penjualan melalui media
cetak atau media elektronik setempat dan atau
diumumkan dipapn pengumuman kantor
cabang pegadaian syariah setempat juga dapat
melalui surat pemberitahuan ke alamat rahin.
Rahin dapat diberikan kelonggaran untuk
melakukan penebusan marhun/pelunasan marhun
bih (uang pinjaman) setiap saat sebelum jangka
waktu 120 hari. Mengangsur uang pinjaman
dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan
yang sudah berjalan ditambah bea administrasi
atau hanya membayar jasa simpanannya saja jika
pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu
melunasi pinjaman vang.
C. PENUTUP
Keberadaan pegadaian sebagai lembaga
keuangan bukan bank adalah bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
terutama golongan menengah ke bawah melalui
penyediaan dana atas dasar hukum gadai. Untuk
mencapai tujuan tersebut pegadaian
melaksanakan berbagai usaha, baik yang bersifat
pelayanan publik maupun yang bersifat business
oriented. Sejalan dengan tujuan tersebutFiat Justisia Jurnal Hmu Hukum Volume 1 No.2 Mei-Agustus 2007 ISSN 1978-5186
pegadaian harus mampu menghasilkan tingkat
pelayanan dan kualitas yang baik bagi nasabahnya
baik bagi nasabah pada gadai konvensional
‘maupun pada nasabah gadai syariah.
Lembaga pegadaian dikenal masyarakat
Karena lembaga ini mengelola penyaluran dana
dalam bentuk kredit atas dasar hukum gadai
dengan cara mudah, cepat dan hemat. Dan
pegadaian juga membantu masyarakat terhindar
dari praktek ijon, riba atau pegadaian gelap (illegal
pawnshop).
Layanan lembaga pegadaian di Indonesia,
di samping memberlakukan sistem gadai
konvensional yang diatur dalam PP No, 103 Tahun
2000 Tentang Perum Pegadaian, juga
diberlakukan sistem gadai syariah yang dalam
pelaksanaannya berdasarkan ketentuan syariat
Islam yang bersumber pada Al Qur'an dan hadist
juga diperkuat oleh Fatwa Dewan Syariah
Nasional No.25/DSN-MUI/III/2002 Tentang
Rahn. Fatwa ini menyatakan bahwa pinjaman
dengan cara menggadaikan barang sebags
jaminan hutang dalam bentuk rahn (gadai)
diperbolehkan.
Dalam pelaksanaannya pada gadai
konvensional dikenakan bunga pinjaman yang
bersifat akumulatif dan berlipat ganda untuk jasa
yang dilakukannya. Pada gadai syariah tidak
dikenakan bunga namun nasabah dikenakan jasa
uang titipan, pemeliharaan, penjagaan serta biaya
penaksiran yang ditetapkan di awal perjanjian,
DAFTAR PUSTAKA
Darus Badrulzaman, Mariam. 1991, Bab-Bab
tentang Creditverband, Gadai dan Fiducia.
Citra Aditya, Bandung.
Ensiklopedi Hukum Islam.2001, Gadai. Ichtiar
Baru Van Hoeve, Jakarta,
Ghofur Anshori, Abdul. 2006. Gadai Syariah di
Indonesia, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Pandia, Frianto, dkk. 2005. Lembaga Keuangan.
Rhineka Cipta , Jakarta.
Pasaribu, Chairuman.1996, Hukum Perjanjian
dalam Islam. Sinar Grafika, Jakarta.
Sabiq, Sayyid, 1987, Fikih Sunnah. Al Maarif,
Bandung.
Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga
Keuangan Syariah, Diskripsi dan Iustrasi,
Ekonisia, Yogyakarta.
Syafi'i Antonio, Muhammad. 2001. Bank
Syariah: Dari Teori ke Praktek. Gema Insani
Press, Jakarta.
Peraturan Pemerintah No.103 Thun 2000
Tentang Perusahaan Umum Pegadaian.
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No.25/
DSN-MUI/II1/2002 Tentang Rahn.
179