Anda di halaman 1dari 3

A.

Judul
Existing Tobacco Control In Indonesia
B. Abstrak
 Produksi dan konsumsi rokok yang besar di Indonesia menimbulkan berbagai dampak
bagi kesehatan bahkan kematian. Berbagai kebijakan dan upaya telah dilakukan oleh
pemerintah Indonesia, termasuk ikut dalam menandatangani dan berkomitmen dalam
SDGs yang salah satu kegiatannya dalam pengendalian tembakau yaitu FCTC.
Pengendalian tembakau di Indonesia sendiri bertujuan untuk mencapai SDGs dan
penurunan prevalensi perokok anak/ atau remaja. Akan tetapi, kondisi saat ini
Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia yang tidak meratifikasi FCTC.
C. Pendahuluan
 Kondisi saat ini, Indonesia merupakan surga untuk industri tembakau (CISDI, 2018).
Indonesia memproduksi rokok hingga ratusan miliar batang dan menjadi produsen
rokok terbanyak di Asia Tenggara dan menjadi penghasil rokok terbesar keenam di
Dunia (PS). Jumlah produksi rokok tersebut sejalan dengan permintaan pasar akan
rokok di Indonesia yang sangat besar, dimana jumlah perokok aktif semakin
meningkat setiap tahunnya.
 Produksi dan konsumsi rokok yang besar di Indonesia menimbulkan berbagai dampak
bagi kesehatan bahkan kematian. Pada jangka panjang, dampak tersebut dapat
mempengaruhi persepsi masyarakat bahwa merokok merupakan produk normal atau
wajar yang mengancam kondisi penduduk Indonesia. Sehingga berbagai kebijakan
dan upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, termasuk ikut dalam
menandatangani dan berkomitmen dalam SDGs (Sustainable Development Goals)
yang salah satu kegiatannya dalam pengendalian tembakau yaitu FCTC (Framework
Convention on Tobacco Control). Pengendalian tembakau di Indonesia sendiri
bertujuan untuk mencapai SDGs dan penurunan prevalensi perokok anak/ atau
remaja. Dalam implementasi WHO-FCTC, menerangkan bahwa dalam pengendalian
tembakau ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, meliputi (1) Memonitor
penggunaan produk tembakau serta kebijakan pencegahan, sehingga upaya yang
dilakukan lengkap baik di hulu sebagai preventif dan di hilir sebagai represif; (2)
Perlindungan dari penggunaan tembakau, dalam hal ini perlindungan bagi perokok
pasif dari asap rokok; (3) Bantuan/layanan berhenti merokok, yang disediakan oleh
terapis bersertifikasi baik di rumah sakit, klinik maupun fasilitas kesehatan lainnya;
(4) Peringatan bahaya penggunaan tembakau, seperti Pictorial Health-warning,
display kemasan polos dan sebagainya; (5) Pelarangan terpadu iklan, promosi dan
sponsor dari industry rokok; (6) Menaikkan cukai rokok setinggi-tingginya untuk
mengendalikan konsumsi nya. Akan tetapi, kondisi saat ini Indonesia menjadi satu-
satunya negara di Asia yang tidak meratifikasi FCTC (profil).
 Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kebijakan
pengendalian tembakau di Indonesia saat ini dalam penguatan implementasi WHO-
FCTC secara menyeluruh di Indonesia.
D. Implikasi Kebijakan
Implementasi WHO-FCTC di Indonesia mengalami berbagai permasalahan, antara lain :
1. Kebijakan tentang pelarangan iklan, promosi, dan sponsor
a. Iklan tembakau meningkatkan konsumsi di kalangan anak dan remaja dengan
menciptakan lingkungan dimana penggunaan tembakau dianggap baik dan biasa.
b. Industri rokok di Indonesia mensponsori berbagai kegiatan olah raga, musik, film,
seni budaya dan bahkan keagamaan. Dalam film Indonesia, banyak dijumpai
adegan merokok.
c. Pemberlakuan larangan terbatas pada jenis media akan digunakan oleh industri
rokok sebagai celah untuk melakukan promosi dengan cara lain.
2. Kebijakan tentang cukai
a. Rendah dan terbatasnya tarif cukai
b. Kenaikan tarif ditentukan target penerima cukai
c. Tarif dipengaruhi kondisi dan aspirasi industri rokok, rapat industri rokok, dan
direktorat jenderal bea cukai
d. Produk tembakau tergolong rumit dan belum tersimplifik
3. Kebijakan tentang peringatan kesehatan pada kemasan produk tembakau dan
pembelian produk tembakau
a. Masih ada kemasan produk yang mencantumkan kalimat promotif, karena PP
109/2012 masih melegalkan penggunaan kata-kata promotive bagi produk yang
telah mendapatkan sertifikat merk.
b. Pembelian produk tembakau masih tergolong bebas bagi segala kalangan
masyarakat.
4. Kebijakan tentang KTR
a. Implementasi KTR yang belum optimal
b. Masih dijumpai banyak perokok di sekitar KTR
c. Masih dijumpainya putung rokok di KTR
d. Kebijakan KTR yang tidak diimbangi dengan promosi dan sanksi
E. Rekomendasi Kebijakan
Untuk meningkatkan pengendalian tembakau di Indonesia, diperlukan strategi kebijakan
antara lain :
1. Kebijakan tentang pelarangan iklan, promosi, dan sponsor
a. Kemenkes perlu meningkatkan promosi terkait larangan pejualan, promosi,
maupun sponsor dengan menggunakan GERMAS.
b. Pemerintah perlu menerapkan denda yang tertulis dan jelas regulasinya dalam
berkolaborasi dan berkoordinasi dengan industri tembakau terkait rokok.
c. Pemerintah perlu melakukan advokasi secara berkelanjutan pada lembaga non
pemerintah terkait penggunaan iklan, promosi, dan sponsor rokok.
d. Pemblokiran iklan dan promosi rokok di internet sesuai dengan Surat Menkes Nila
Moeloek pada tahun 2019.
2. Kebijakan tentang cukai
a. Kementerian teknis perlu meningkatkan cukai secara berkala dan mensimplifikasi
tiers.
b. Penentuan tarif cukai tidak melibatkan atau tidak terpengaruh dengan aspirasi
industri rokok dan rapat industri rokok.
c. FCTC juga menganjurkan melarang atau membatasi penjualan atau impor bebas
pajak untuk produk-produk hasil tembakau (rokok).
3. Kebijakan tentang peringatan kesehatan pada kemasan produk tembakau dan
pembelian produk tembakau
a. Ketentuan-ketentuan dalam FCTC pada kemasan produk tembakau di Indonesia
diatur dalam PP No. 109/2012 dan Permenkes No.56/2017. Pada kedua aturan
tersebut, produsen dilarang untuk mencantumkan keterangan atau tanda apapun
yang menyesatkan atau kata-kata yang bersifat promotif serta diwajibkan
mencantumkan gambar berwarna dan tulisan peringatan kesehatan bergambar
sebesar 40% dari luas kemasan.
b. Pemerintah perlu berkoordinasi dan bekerja sama dengan non pemerintahan dalam
regulasi pembelian produk tembakau pada masyarakat, seperti wajib
memperlihatkan KTP saat membeli produk tembakau, korek api kayu, maupun
korek api gas di minimarket, swalayan, maupun toko-toko penjual produk
tembakau resmi.
4. Kebijakan tentang KTR
a. Perlu adanya revisi PP 109 Th.2012 tentang poin KTR agar mencakup seluruh
ruang fasilitas publik.
b. Target peningkatan jumlah dan realisasi KTR di kota.kabupaten se-Indonesia
perlu ditingkatkan setiap tahunnya.
c. Perlu adanya denda dengan regulasi yang tegas mengenai merokok di KTR.
d. Pemerintah perlu berkoordinasi dengan media massa terkait penyebarluasan
informasi denda merokok di KTR.
e. Pemerintah perlu menggiatkan promosi bahaya merokok di sekitar KTR dengan
berbagai media cetak maupun elektronik secara berkelanjutan.
f. Pemerintah perlu meningkatkan monitoring dan evaluasi terkait program KTR di
kota/kabupaten se-Indonesia.
g. Pemerintah perlu memberikan denda atau sanksi yang tegas terkait ASN yang
merokok di sekitar lingkungan tempat kerja.
F. Referensi Rujukan
CISDI (2019) Kebijakan Pengendalian Tembakau di Indonesia. Jakarta.
Hapsari, G. D. (2019) ‘Upaya Indonesia Dalam Pengendalian Tembakau Untuk Mencapai Target
3. A Sustainable Development Goals Tahun 2017-2019’, UPN Veteran Jakarta.
Jatmika, S. E. D. et al. (2018) Pengendalian Tembakau. Yogyakarta: K-Media.
Kartika, W. et al. (2019) ‘Pengaruh Tingginya Kenaikan Harga Rokok Terhadap Keboasaan
Merokok di Indonesia : Apa Kata Para Perokok’, Prakarsa, pp. 2018–2019.
Permenkes (2016) ‘Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan Dengan Industri Tembakau Di
Lingkungan Kementerian Kesehatan’.

Anda mungkin juga menyukai