Anda di halaman 1dari 1

BAPAK SAYA ....

Saya belum lama tinggal di perumahan Bukit Indah Asri, sebuah perumahan sederhana
yang antartetangga masih saling kenal dengan baik. Saya memiliki tetangga seorang ibu muda
yang menurut kabar burung, ia seorang “kupu-kupu malam”. Sebagai orang yang relatif baru,
saya tidak percaya begitu saja, saya tetap khusnuzon ( berprasangka bahwa beliau orang baik-
baik).
Ibu muda itu memiliki anak yang sedang lucu-lucunya, anak itu sedang masanya suka
berceloteh.
Kebetulan pada suatu pagi, di hari libur si ibu muda itu sedang berjalan-jalan lewat di
depan rumah saya sambil menggendong anaknya. Kami bertemu dan berbincang-bincang
tentang hasil pertemuan RT. Tiba-tiba tetangga saya, yang satunya lagi, Mas Moko, lewat dan ikut
bergabung. Setelah bertegur sapa dengan saya dan ibu muda itu, Mas Moko mencandai dan
mengajak bicara anak kecil yang dalam gendongan ibunya itu.
Mas moko : “Siapa namamu nak?”
Anak : “Tom and Jely.”
Mas Moko : “Bagus, pinter. Siapa nama kakakmu, nak?”
Anak : “Kak Toni dan Kak Lomi.”
Mas Moko : “Bagus pinter. Siapa nama mbahmu, nak?”
Anak : “Mbah Kangkung dan Mbah Puti.”
Mas Moko : “Bagus pinter. Siapa nama bapakmu, nak?
Anak : “Pak Joni dan Pak ....”
Tiba-tiba anak itu tidak melanjutkan nama orang tuanya, tetapi menangis menjerit-jerit,
“Sakit, sakit, ibu nakal!”
Saya jadi menduga ...
1. Tentukan struktur dari teks anekdot tersebut!
2. Bacalah teks anekdot berikut!
Karena tidak ada duit, seorang anak tidak terpaksa melanjutkan sekolah nya tetapi membantu
ayahnya dibengkel tambal ban.
Melihat anak yang masih kecil sudah bekerja seorang pelanggan bertanya kepada sang ayah,
Anaknya nggak sekolah, Pak!
Sang ayah menjawab Tidak ada biaya
Pelanggan itu berkata lagi, “Lho, sekolah kan gratis.”
Sang ayah pun menjelaskan, “Sekarang memang tidak ada lagi uang SPP seperti dulu. akan
tetapi, ada sumbangan suka rela yang besarnya sudah di tentukan. Meskipun sifatnya sukarela,
kalau tidak dibayar ya nggak bisa sekolah.”

Analisislah penggunaan ketepatan ejaan, tanda baca, dan keefektifan kalimat dalam teks
anekdot tersebut, kemudian suntinglah!.

3. Teks anekdot berikut untuk soal nomor 3 dan 4!


1. Kata sang istri, “Ya, Honey. Silakan, Sweetheart.”
2. Sang suami yang mendengar bisik-bisik itu berkata, “Sejujurnya sejak beberapa tahun
lalu, kami sudah lupa nama kami masing-masing. Jadi, kami saling memanggil dengan
sebutan itu.”
3. Dalam sebuah perayaan ulang tahun perkawinan yang ke-60 tahun, pasangan manula
sama-sama sudah berusia 90 tahun. Para tamu terkesan oleh cara pasangan suami-istri
manula itu memanggil pasangannya.
4. Para pengunjung saling berbisik, “Luar biasa! Mereka mesra sekali ya. Sudah puluhan
tahun menikah, mereka masih saling memanggil dengan panggilan mesra.”
5. Kata sang suami, “Darling, kamu dekat aku sini. Sayang, tolong ambilkan minum.”
Susunlah teks anekdot tersebut menjadi baik!
4. Buatlah abstraksi dari teks anekdot soal nomor 3!
5. Teks untuk soal nomor 5!
Seorang pengendara sepeda motor menerobos lampu lalu lintas di sebuah
perempatan. Seorang polisi yang sedang bertugas di sana pun menilangnya. Polisi itu
bertanya kepada pengendara sepeda motor, “Selamat siang. Apakah Anda tidak melihat
lampu merah menyala?”
Pengendara sepeda motor mengetahui bahwa ia akan ditilang. Ia menjawab, “Saya
lihat, Pak.” Sang polisi bertanya lagi, “Lantas, kenapa Anda tidak berhenti?” Pengendara
sepeda motor pun menjawab, “Saya tidak melihat Bapak.” Sang polisi pun memberi
pengendara sepeda motor itu sebuah surat tilang.
Konversikanlah teks anekdot tersebut ke dalam bentuk teks yang lain. Anda dapat
merubah ke dalam bentuk pantun, puisi, komik, teks narasi atau drama!

Anda mungkin juga menyukai