Anda di halaman 1dari 21

BAHAN AJAR

Kelas : X (Sepuluh)
Tema : Teks Anekdot
Tujuan Pembelajaran : Aspek Pengetahuan:
1. Setelah membaca teks anekdot, peserta didik dapat menentukan struktur teks anekdot yang terdiri atas abstraksi, orientasi,
krisis, reaksi, dan koda dengan cermat.
2. Setelah menentukan struktur teks anekdot, peserta didik dapat menyusun kembali struktur teks anekdot yang terdiri atas
abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda dengan cermat.
3. Menyusun kembali aspek kebahasaan dalam teks anekdot dengan cermat.
4. Menyunting teks anekdot dari segi struktur dan kebahasaan dengan benar.
5. Memproduksi teks anekdot dengan benar.

Pendekatan, Metode
No Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi Materi dan Model Jenis Bahan Ajar
Pembelajaran
1 3.6 Menganalisis struktur dan 1. Menentukan struktur teks 1. Pengertian teks anekdot a. Pendekatan Saintifik a. Google Meet
kebahasaan teks anekdot anekdot yang terdiri atas yaitu cerita singkat yang b. Model pembelajaran b. Google
menarik karena lucu dan Project Bassed Classroom
abstraksi, orientasi, krisis, mengesankan, biasanya Learning (PJBL) c. Google Formulir
reaksi, dan koda mengenai orang penting c. Metode pembelajaran: d. PPT
2. Menyusun kembali struktur atau terkenal berdasarkan
tanya jawab, diskusi e. WA Group
teks anekdot yang terdiri kejadian yang sebenarnya.
(KBBI:47). danpenugasan.
atas abstraksi, orientasi, 2. Struktur teks anekdot
krisis, reaksi, dan koda. meliputi:
3. Menemukan aspek a. Abstraksi
kebahasaan dalam teks b. Orientasi
c. Krisi
anekdot d. Reaksi
4. Menyusun kembali aspek e. Koda (opsional)
kebahasaan dalam teks 3. Kaidah kebahasaan teks
anekdot anekdot terdiri atas:
a. Verba material
b. Majas
c. Konjungsi
2 4.6 Menciptakan kembali teks 1. Menyunting teks anekdot
anekdot dengan
memperhatikan struktur, dari segi struktur
dan kebahasaan baik lisan 2. Memproduksi teks anekdot
maupun tulis. 3. Mengabstraksi teks anekdot
4. Membuat teks anekdot
sesuai struktur dan kaidah
kebahasaan
Bahan Ajar

TEKS ANEKDOT
Kompetensi Dasar:
3.6 Menganalisis struktur dan kebahasaan teks anekdot
4.6 Menciptakan kembali teks anekdot dengan memperhatikan struktur, dan kebahasaan baik
lisan maupun tulis.

Kegiatan Pembelajaran

 Mengidentifikasi struktur(bagian-bagian teks) anekdot dan kebahasaan .


 Menyusun kembali teks anekdot dengan memerhatikan struktur dan kebahasaan.
 Memproduksi teks anekdot melalui video.

Disusun oleh :

Joko Suwono, S.Pd.

No. Peserta: 201699625079

BAHASA INDONESIA
KATA
PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena atas rahmat dan karunia-Nya, e-modul ini dapat
diselesaikan dengan baik. E-modul ini terkait dengan materi
pempembelajaranan yang akan dipelajari, yaitu menganalisis
struktur dan kebahasaan teks anekdot mata pelajaran bahasa
Indonesia, kelas X.

Penulis sangat berharap bahan ajar ini dapat berguna


dalam rangka menambahwawasan serta pengetahuan kita
mengenai pempembelajaranan Bahasa Indonesia. Lebih karena
itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan e- modul yang telah penulis buat di masa yang akan
datang.

Semoga bahan ajar sederhana ini dapat digunakan dan


dipahami dengan baik dan jelas.

Pekanbaru, Oktober 2021


Penyusun,

Joko Suwono, S.Pd.

1
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar......................................................................1
2. Pengertian dan Fungsi Teks Anekdot.......................4
3 . Struktur Teks Anekdo4..............................................5
4. Contoh Teks Anekdot.........................................................5
5. Kebahasaan Teks Anekdot ......................................6
6. Menyusun Teks Anekdot...................................................7
7. Pola Penyajian Anekdot............................................8
8. Rujukan............................................................................11

TEKS ANEKDOT
3
A. Pengertian dan Fungsi Teks Anekdot
Salah satu cerita lucu yang banyak beredar di masyarakat adalah
anekdot. Anekdot digunakan untuk menyampaikan kritik, tetapi
tidak dengan cara yang kasar dan menyakiti. Anekdot ialah cerita
singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Anekdot
mengangkat cerita tentang orang penting (tokoh masyarakat) atau
terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya.

Kejadian nyata ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan


menambahkan unsur rekaan. Seringkali, partisipan (pelaku cerita),
tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam anekdot tersebut
merupakan hasil rekaan.

Anekdot adalah sebuah cerita


Batasan pendek yang berisi sebuah sindiran
anekdot terhadap sesuatu atau seseorang
yang dilengkapi dengan humor.
Isi Isi pokok dari sebuah teks
pokok anekdot adalah sebuah sindirian
anekdot pada suatu hal atau pada seseorang.
Fungsi dari anekdot adalah sebuah
Fungsi hiburan atau intermezzo yang
anekdot dilengkapi dengan sebuah sindiran
terhadap suatu hal.
4
5
B. Struktur Teks Anekdot
Anekdot memiliki struktur teks yang
membedakannya dengan teks lainnya. Teks
anekdot memiliki struktur abstraksi, orientasi,
krisis, reaksi, dan koda.

1. Abstraksi merupakan pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau gambaran umum
tentang isi suatu teks.

2. Orientasi merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik,
atau peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab timbulnya krisis.

3. Krisis atau komplikasi merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada bagian
krisis itulah terdapat kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa.

4. Reaksi merupakan tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya. Reaksi
yang dimaksud dapat berupa sikap mencela atau menertawakan.

5. Koda merupakan penutup atau simpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita. Di dalamnya
dapat berupa persetujuan, komentar, ataupun penjelasan atas maksud dari cerita yang
dipaparkan sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh kata- kata, seperti
itulah,akhirnya, demikianlah. Keberadaan koda bersifat opsional; bisa ada ataupun tidak
ada.
Anekdot biasanya berbentuk kisah yang sangat pendek, jauh lebih pendek daripada
cerpen. Sebagai bentuk pengisahan, anekdot memiliki banyak persamaan dengan cerita, bisa
disampaikan secara monolog, bisa juga disampaikan secara dialog atau campuran keduanya.
Penyajiannya bisa menggunakan cara penyajian cerpen, dapat juga menggunakan cara
penyajian drama.
Seperti halnya dalam cerpen atau novel, dalam anekdot pun harus ada unsur-unsur
pembentuk ceritanya, seperti tema, tokoh, latar, alur cerita, gaya penceritaan atau sudut
pandangan pengarang, pengenalan, pendakian, konflik, dan penyelesaian cerita. Kalau cerpen

6
atau novel acap dimulai dengan ilustrasi keadaan atau gambaran sosok tokohnya, anekdot pun
dapat dimulai dengan cara yang sama. Adakalanya orang memulai anekdotnya seperti pada
kisah-kisah lama, yaitu menggunakan kata-kata yang bersifat klise, seperti alkisah, syahdan, di
negeri antah berantah, dsb.
Sebagai salah satu bentuk cerita, dalam anekdot secara umum terdapat unsur latar
(setting), tokoh/pelaku/partisipan, alur, sudut pandang, tema/topik, dan amanat.

7
Contoh Anekdot

Aksi Maling Tertangkap CCTV


Isi Struktur
Seorang warga melapor kemalingan. Abstraksi
Pelapor : “Pak saya
kemalingan.” Polisi :
“Kemalingan apa?” Pelapor : Orientasi
“Mobil, Pak. Tapi saya
beruntung Pak...”
Polisi : “Kemalingan kok beruntung?”
Pelapor : “Iya pak. Saya beruntung
karena CCTV merekam dengan jelas.
Saya bisa melihat dengan jelas wajah Krisis
malingnya.”
Polisi : “Sudah minta izin malingnya
untuk merekam?”
Pelapor : “Belum .... “ (sambil menatap
polisi dengan penuh keheranan. Reaksi
Polisi : “Itu ilegal. Anda saya tangkap.”
Pelapor : (hanya bisa pasrah tak
berdaya). Koda

8
1. Contoh Teks Anekdot 1
Lelang Proyek
Di Negeri Beruang Hitam banyak petingginya yang disebut-sebut sebagai tikus
berdasi. Tahukah kalian bagaimana perilakunya?
Di Negeri Beruang Hitam ada banyak dinas, salah satunya adalah Dinas Prasarana
Publik (DPP) yang pekerjaannya antara lain membangun dan merawat jalan –jalan raya
negeri itu. Salah satu proyek yang sudah mendapat persetujuan DPR adalah renovasi jalan
arteri di pantai selatan sepanjang 120 km. Pagu anggaran renovasi itu ditetapkan sebasar 500
M. Sesuai dengan peraturan perundangan, proyek sebesar itu tidak boleh dilakukan elalui
penunjukan langsung, tetapi harus melalui lelang. Semua peserta harus mengajukan
penawaran sisertai RAB( Rencana Anggaran dan Biaya ). Maka para kontraktor pun
berdatangan mengajukan penawaran.
Kontaraktor A mengajukan penawaran 400M. Dalam RAB-nya disebutkan bahwa dana
tersebut akan dihabiskan semua untuk renovasi sehingga hasilnya benar-benar bagus. Ia
yakin bakal menang karena penawarannya masih di bawah pagu yang ditetapkan dan ia bisa
menjamin bahwa kualitas renovasinya bagus.
“Penawaran pertimbangkan,” jawab panitia lelang.
Selanjutnya kontraktor B mengajukan penawaran sebesar 450M. Rincianya 400 M
untuk renovasi, 40M untuk keuntungan perusahaan, dan 10M biaya lain-lain. Kontrak B juga
yakin bakal menang karena RAB-nya masih di bawah pagu yang ditetapkan panitia lelang
dan ada sedikit “babi-bagi kue”.
“Penawaran pertibangkan,” jawab panitia lelang.
Kemudian kontraktor C mengajukan penawaran sebesar 499M. Rincianya 300M untuk
renovasi,99M untuk keuntungan perusahaan, dan 100M untuk biaya lain-lain. Kontraktor C
juga yakin bakal menang karena RAB-nya masih di bawah pagu yang ditetapkan dan lebih
menggiurkan.
Pada waktu pengumuman lelang, ternyata pemenang lelang jatuh pada Kontraktor C.
Maka Kontraktor A protes, “Penawaran kami kan paling rendah, kenapa kami kalah? Apa
kalian tidak keliru dalam memutuskan pemenang lelang?”
Panitia lelang menjawab, “Tidak keliru, Tuan. Penetapan pemenang lelang sudah sesuai
prosedur. Perusahaan Saudara boros singga kalah. Untuk renovasi jalan , Tuan akan

9
menghabiskan 400M. Coba bandingkan dengan kontraktor pemenang! Untuk renovasi jalan
dia cukup dengan 300M saja. Jadi siapa yang lebih efisien?”
Kontraktor A melongo, “O, begitu? Ya, kami paham , kelak kami akan mengajukan
penawaran yang lebihefisien lagi,” jawabnya dengan nada kesal. “Pantas kalau orang-orang
menyebut mereka sebagai tikus berdasi, ada-ada saja modus operandi untuk mencatut,”
umpatnya dalam hati.
Begitulah sekelumit cerita lelang di Negeri Beruang Hitam yang aneh tapi nyata. Kalau
ingin mendapat proyek di sana, jangan menentang arus, tetapi harus ikut arus. Masuk
kandang kambing mengembik, masuk kandang kerbau menguak. Tapi, gunanya menang
lelang kalau harus dengan cara kotor.

1
0
2. Contoh Teks Anekdot 2
Dosen yang Menjadi Pejabat
Dalam kedai perguruan tinggi, terdapat mahasiswa yang sedang berdiskusi, yaitu Fai, Sunu, dan
Rezki.
Rezki : “Saya penasaran dengan dosen ilmu politik, pada mengajar selalu duduk,  dan tidak
mau berdiri."
Sunu : "Kamu ini, seperti itu aja kamu pikirin."
Rezki : “Ya, Sun aku tahu masalahnya.”  
Sunu : “Mungkin, beliau cuma kelelahan atau kakinya kurang kukuh untuk berdiri.”
Rezki : Masalahnya tidak itu. Masalahnya yaitu dia  seorang pejabat.”
Sunu : “Ha, apa yang terkait dengan masalah itu.”
Rezki : “Ya, semisal dia berdiri, dia takut jika kursinya yang kosong diduduki orang lain.”
Sunu : “???"

3. Contoh Teks Anekdot 3


Cara Keledai Membaca Buku
Alkisah, Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya
dengan senang hati.
Tetapi Timur Lenk memberi syarat, Ajari terlebih dahulu keledai itu membaca. Dua
minggu setelah sekarang, datanglah kembali kemari, dan kita lihat apa yang akan terjadi.
Nasrudin berlalu, sambil menuntun keledai itu ia memikirkan apa yang akan diperbuat.
Jika dapat mengajari keledai itu membaca, tentu ia akan menerima hadiah, namun jika tidak,
hukuman pasti akan ditimpakan kepadanya.
Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk
menunjuk ke sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktekkan apa yang telah ia
lakukan. Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut, dan membuka
sampulnya.
Si keledai menatap buku itu. Dan ajaib!! Tak lama kemudian Si Keledai mulai
membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar hingga halaman
terakhir. Setelah itu, si keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi
bukunya.

1
1
Demikianlah, kata Nasrudin, Keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya. Timur
Lenk merasa ada yang tidak beres dan mulai menginterogasi, Bagaimana caramu mengajari dia
membaca ...?
Nasrudin berkisah, Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip
buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik
halaman untuk bisa makan biji-biji itu, kalu tidak ditemukan biji gandumnya ia harus membalik
halaman berikutnya. Dan itu ia lakukan terus sampai ia terlatih membalik - balik halaman buku
itu.
Tapi, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya? tukas Timur Lenk. Nasrudin
menjawab, Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa
mengerti isinya.

1
2
C. Kebahasaan Teks Anekdot
Unsur Kebahasaan Teks Anekdot
Di dalam anekdot dipergunakan bahasa yang membuat pembaca tertawa geli, atau
setidaknya tersenyum. Bahkan, bisa membuat jengkel atau konyol. Di dalam anekdot sering
digunakn pertanyaan retorik, yaitu pertanyaan yang tak perlu dijawab karena jawabannya
akan dijelaskan dalam isi anekdot.
Kosakata yang digunakan sering diwarnai kata-kata gaul, yaitu kata-kata yang
digunakan dalam situasi akrab/pergaulan.
Misalnya, kenapa, nggak, gitu, biarin, lu, dsb.
Verba material sering dipakai untuk menyatakan kegiatan fisik.
Misalnya; menulis, memukul, membuka, mencangkul, dsb.
Kadangkala dipergunakan majas (gaya bahasa) metafora, dan personifikasi.
Metafora adalah majas perbandingan berdasarkan persamaan.
Misalnya; Pemuda adalah tulang punggung negara.
Personifikasi adalah majas yang mengumpamakan benda mati sebagai orang atau
benda hidup.
Misalnya ; Nyiur melambai mengundang para turis mengunjungi pantai.
Dalam anekdot sering digunakan konjungsi (kata penghubung):
a. Konjungsi temporal yang berfungsi untuk menyatakan urutan waktu, seperti:
mula-mula, setelah, kemudian.
b. Konjungsi akibat, seperti maka, oleh karena itu, jadi.
Contoh Anekdot
Seperti juga teks lainnya, anekdot memiliki unsur kebahasaan yang khas yaitu
1. Menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu,
2. Menggunakan kalimat retoris, [kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan
jawaban];
3. Menggunakan konjungsi [kata penghubung] yang menyatakan hubungan
waktu seperti kemudian, lalu;
4. Menggunakan kata kerja aksi seperti menulis, membaca, dan berjalan, ;
5. Menggunakan kalimat perintah (imperative sentence); dan
6. Menggunakan kalimat seru. Khusus untuk anekdot yang disajikan dalam bentuk
dialog, penggunaan kalimat langsung sangat dominan.

1
3
No. Unsur Kebahasaan Contoh Kalimat
Kalimat yang
Pada puncak pengadilan korupsi politik,
1. menyatakan
Jaksa penuntut umum menyerang saksi.
peristiwa masa lalu
“Apakah benar,” teriak Jaksa,
2. Kalimat retoris “bahwa Anda menerima lima ribu
dolar untuk berkompromi dalam
kasus ini?”
Penggunaan konjungsi
yang Akhirnya, hakim berkata, “Pak, tolong
3.
menyatakan hubungan jawab pertanyaan Jaksa.”
waktu
Penggunaan kata kerja Saksi menatap keluar jendela seolah-
4.
aksi olah tidak mendengar pertanyaan.
Penggunaan “Pak, tolong jawab pertanyaan
5.
kalimat perintah Jaksa.”
Penggunaan
6. “Oh, maaf.”
kalimat seru

1
4
D. Menyusun Teks Anekdot berdasarkan
Kejadian yang Menyangkut Orang Banyak
atau Perilaku Tokoh Publik
Dalam menyusun anekdot, ada beberapa hal yang harus ditentukan lebih dulu. Hal tersebut
adalah menentukan tema, kritik, kelucuan, tokoh, struktur, alur, dan pola penyajian teks
anekdot. Langkah-langkah ini akan memudahkan untuk belajar menyusun anekdot.

Langkah-langkah penyusunan disajikan dalam bentuk tabel,


dengan penyelesaian pada kolom ketiga.

No. Aspek Isi


1. Tema Kasih sayang pada orangtua.
Anak yang memandang orangtua di
2. Kritik masa tuanya
sebagai orang yang merepotkan.
Humor/ Orang dewasa malu karena dikritik
3.
kelucuan oleh anak kecil.
4. Tokoh Kakek tua, ayah, anak dan menantu.
Kakek tua yang tinggal
bersama anak,
Abstraksi
menantu dan cucu 6
tahun.
Kebiasaan makan malam
5. Struktur di rumah
Orientasi si anak. Kakek tua
makannya sering
berantakan.
Kakek tua diberi meja
Krisis
kecil terpisah di
pojok, dengan alat makan
anti pecah.
Cucu 6 tahun membuat
Reaksi replika
meja terpisah.
Cucu 6 tahun
mengungkapkan kelak
akan
Koda
membuat meja terpisah
juga
untuk ayah dan ibunya.
7 Alur Kakek tua tinggal bersama anak,
menantu dan cucunya yang
berusia 6 tahun. Karena sudah tua,
mata si Kakek rabun dan
tangannya bergetar sehingga kerap
menjatuhkan makanan dan
alat makan. Agar tidak merepotkan,
ia ditempatkan di meja
terpisah dengan alat makan anti
pecah. Anak dan menantunya
baru sadar ketika diingatkan oleh
cucu 6 tahun yang tengah
bermain membuat replika meja.
8 Pola
Narasi.
Penyajian
Teks Seorang kakek hidup serumah
anekdot bersama anak, menantu, dan cucu
berusia 6 tahun. Keluarga itu biasa
makan malam bersama. Si kakek
yang sudah pikun sering
mengacaukan segalanya. Tangan
bergetar dan mata rabunnya membuat
kakek susah menyantap makanan.
Sendok dan garpu kerap jatuh.
Saat si kakek meraih gelas, sering
susu tumpah membasahi taplak. Anak
dan menantunya menjadi gusar.
Suami istri itu lalu menempatkan
sebuah meja kecil di sudut ruangan,
tempat sang kakek makan sendirian.
Mereka memberikan mangkuk
melamin yang tidak gampang pecah.
Saat keluarga sibuk dengan piring
masing-masing, sering terdengar
ratap kesedihan dari sudut ruangan.
Namun, suami-istri itu justru
mengomel agar kakek tak
menghamburkan makanan lagi.
Sang cucu yang baru berusia 6 tahun
mengamati semua kejadian itu dalam
diam.
Suatu hari si ayah memerhatikan
anaknya sedang membuat replika
mainan kayu.
“Sedang apa, sayang?” tanya ayah
pada anaknya.
“Aku sedang membuat meja buat
ayah dan ibu.
Persiapan buat ayah dan ibu bila aku
besar nanti.”
Ayah anak kecil itu langsung terdiam.
Ia berjanji dalam hati, mulai hari itu,
kakek akan kembali diajak makan di
meja yang sama. Tak akan ada lagi
omelan saat piring jatuh, makanan
tumpah, atau taplak ternoda kuah.
Sumber: J. Sumardianta, Guru Gokil
Murid Unyu. Halaman 47. (dengan
penyesuaian)

9
E. Pola Penyajian Anekdot

Anekdot dapat disajikan dalam bentuk dialog maupun narasi. Salah


satu ciri dialog adalah menggunakan kalimat langsung. Kalimat
langsung adalah sebuah kalimat yang merupakan hasil kutipan
langsung dari pembicaraan seseorang yang sama persis seperti apa
yang dikatakannya.

Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi


Dialog Narasi
Pada puncak pengadilan Pada puncak pengadilan korupsi
korupsi politik, politik, Jaksa penuntut umum
Jaksa penuntut umum menyerang saksi.
menyerang saksi. “Apakah benar,” teriak Jaksa,
Jaksa : “Apakah benar, “bahwa Anda menerima lima
bahwa anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi
ribu dolar untuk dalam kasus ini?”
berkompromi dalam Saksi menatap keluar jendela
kasus ini?” seolaholah tidak mendengar
Saksi : (menatap keluar pertanyaan.
jendela seolah-olah tidak “Bukankah benar bahwa Anda
mendengar pertanyaan) menerima lima ribu dolar untuk
Jaksa : “Apakah benar, berkompromi dalam kasus ini?”
bahwa anda menerima lima ulang pengacara.
ribu dolar untuk Saksi masih tidak menanggapi.
berkompromi dalam Akhirnya, hakim berkata, “Pak,
kasus ini?” tolong jawab pertanyaan Jaksa.”
Saksi : (tidak menanggapi) “Oh, maaf.” Saksi terkejut sambil
Hakim : “Pak, tolong jawab berkata kepada hakim, “Saya
pertanyaan Jaksa.” pikir dia tadi berbicara dengan
Saksi : (kaget) “Oh, maaf. Anda.”
Saya piker dia tadi
berbicara dengan Anda.”

10
Daftar Pustaka

Kosasih, E. 2014. Jenis-Jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa


Indoneisa SMA/MA/SMK. Bandung: Yrama Widya

Suherli, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun
2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.

Suherli, dkk. 2017. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun
2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud

11

Anda mungkin juga menyukai