Anda di halaman 1dari 4

MATERI BIOETANOL

Bioetanol = Produk fermentasi yang dapat dibuat dari substrat yang mengandung
karbohidrat dengan bantuan mikroorganisme

Beberapa jenis tanaman budidaya seperti jagung, gandum, gula bit, singkong, sorgum
manis, dan tebu telah umum dimanfaatkan dalam produksi bioetanol. Pemanfaatan
tanaman ini secara langsung untuk pembuatan bioetanol dikategorikan sebagai
bioetanol generasi pertama. Pembuatan bioetanol generasi kedua memanfaatkan
biomassa berupa residu non pangan seperti sampah kebun, limbah kayu, tongkol
jagung, jerami dan tandan kosong kelapa sawit.
Bioetanol dapat diproduksi dari beberapa bahan baku, yaitu bahan bergula, berpati,
dan berlignoselulosa:
- Bahan dengan kandungan glukosa tinggi: tebu dan sisa produknya (molase, bagase),
gula bit, tapioka, kentang manis, sorgum manis.
- Bahan dengan kandungan pati tinggi: ubi kayu, jagung, sagu, tapioka, maizena,
padi, dan kentang.
- Bahan lignoselulosa: serat kayu, sekam padi, jerami, tongkol jagung serta limbah
domestik berupa sampah organic

Fermentasi = proses perombakan senyawa organik dalam kondisi anaerob atau aerob
yang menghasilkan produk berupa asam organik, alkohol dan gas.
Proses fermentasi etanol dapat dilakukan secara batch. Fermentasi secara batch
membutuhkan waktu sekitar 50 jam, pH awal 4,5 dan suhu 20- 30 oC untuk
menghasilkan yield etanol 90 % dari nilai gula teoritis (Anshori, 1985). Pada
fermentasi secara proses batch tidak dilakukan penambahan substrat maupun nutrien
sehingga semakin lama waktu fermentasi maka produktivitas etanol semakin
berkurang serta adanya akumulasi produk etanol yang dapat mengganggu
pertumbuhan mikroba (Tarigan, 1988).
 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fermentasi adalah :
1) pH (derajat keasaman): untuk mencapai pH optimum dapat ditambahan asam
seperti asam tartarat, malat atau sitrat. Biasanya selama fermentasi pH akan
mengalami penurunan.
2) Suhu: temperatur optimal untuk Saccharomyces cerevisiae berkisar antara 25-30
oC dan temperatur maksimalantara 35-47oC.
3) Jenis mikroba: pemilihan mikroba untuk fermentasi haruslah diperhatikan,
mikroba yang baik adalah mikroba yang dapat tumbuh dengan cepat dan
menghasilkan enzim-enzim essensial untuk proses fermentasi.
4) Oksigen: oksigen dapat menganggu kinerja ragi dalam melakukan fermentasi.
Sehingga ketersediaan oksigen akan mempengaruhi jumlah etanol yang terbentuk.
5) Nutrisi: mikroorganisme memerlukan nutrisi yang baik agar dapat memperoleh
hasil fermentasi yang baik. Nutrisi utama adalah Nitrogen yang diperoleh dari
penambahan NH3, garam ammonium, pepton, asam amino, urea. Nitrogen yang
dibutuhkan sebesar 400- 1000 gr/1000 L cairan. Dan Phospat yang dibutuhkan
sebesar 400 gr/ 1000L cairan sedangkan ammonium sulfat sebesar 70-400 gr/1000 L
cairan (Sari & Santosa, 2013).

 Faktor yang mempengaruhi pembuatan bioethanol:


1. Kadar Glukosa: Penggunaan glukosa awal terlalu rendah dapat menyebabkan
waktu pertumbuhan yeast yang pendek, sehingga menyebabkan kadar bioetanol
rendah dan mengalami fase kematian lebih cepat, hal ini dikarenakan jumlah mikroba
yang terbentuk lebih banyak dibandingkan dengan jumlah makanan yang tersedia
pada awal fermentasi, pada penggunaan glukosa awal terlalu tinggi dapat mengurangi
jumlah oksigen terlarut sebelum proses fermetasi berlangsung, walaupun dalam
jumlah yang sedikit, oksigen tetap dibutuhkan oleh mikroba untuk proses
metabolismenya. Sehingga bila proses metabolismenya terganggu dapat
menyebabkan kadar bioetanol yang rendah dan kadar glukosa sisa yang tinggi.
Perlakuan dengan kadar glukosa awal yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kadar
glukosa sisa yang tinggi, dikarenakan rasio glukosa yang terlalu besar pada awal
proses fermentasi menyebabkan oksigen terlarut yang rendah, sehingga
perkembangbiakkan mikroba pada awal fermentasi terhambat dan menyebabkan
glukosa belum terurai sempurna. Sedang pada perlakuan dengan kadar glukosa terlalu
rendah juga dapat menyebabkan glukosa sisa yang cukup tinggi, hal ini dikarenakan
jumlah makanan awal mikroba yang sedikit sedangkan reproduksi sel mikroba
banyak, karena asupan oksigen terlarut pada awal fermentasi tercukupi, sehingga
menyebabkan mikroba cepat mencapai fase kematian dan glukosa belum terurai
sempurna.
2. Kontaminasi: adanya bakteri Acetobacter aceti yang masuk ke dalam fermentor
pada saat pengambilan sampel. Fenomena serupa juga dilaporkan oleh (Jeckson,
2014) dimana penurunan kadar bioetanol disebabkan karena selama pengambilan
sampel ada mikroba Acetobacter aceti yang masuk ke dalam fermentor dan
mengkonversi bioetanol menjadi asam asetat.

Gambar 1. Rangkaian Alat Fermentasi

Keterangan Gambar
1. Botol berisi glukosa off grade
2. Penutup botol
3. Selang penghubung
4. Botol berisi aquadest
5. Botol
6. Selang sampling

Anda mungkin juga menyukai