Anda di halaman 1dari 5

Kanker tulang primer, atau sarkoma tulang, adalah kanker yang berasal dari sel yang

ditemukan di tulang. Mereka dapat berkembang di tulang mana pun di tubuh, meskipun lebih
dari sepertiga kasus (34%) ditemukan di tulang panjang tubuh bagian bawah - seperti paha
(femur) atau tulang kering (tibia). Ada beberapa jenis sarkoma tulang / kanker tulang primer,
di bawah ini adalah tautan untuk mengetahui lebih lanjut tentang masing-masing bentuknya.
Yang paling umum adalah:
1. Osteosarkoma
2. Sarkoma Ewing
3. kondrosarkoma
4. Chordoma
Ada juga beberapa bentuk tumor yang kurang umum yang muncul di tulang, yaitu:

1. Sarkoma sel spindle tulang


2. Adamantinoma
3. Angiosarkoma
4. Giant Cell Tumour of the Bone (tumor non-kanker)

Juli merupakan bulan kesadaran sarkoma, yaitu sejenis kanker yang menyerang tulang
hingga jaringan lunak. 
Kanker ini cukup unik dan perlu perhatian yang serius, pasalnya pada kebanyakan kasus
penyebabnya tidak jelas. Selain itu, sarkoma sangat berbeda dengan jenis kanker atau
tumor lainnya, karena setiap orang dapat mengalaminya di setiap jaringan yang berbeda-
beda.

sarkoma adalah sejenis kanker langka yang dapat memengaruhi tubuh bagian dalam maupun
luar, termasuk otot, tulang, pembuluh darah, dan jaringan lemak. Faktanya, terdapat lebih
dari 50 jenis sarkoma yang dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu sarkoma jaringan
lunak dan sarkoma tulang atau nama ilmiahnya adalah osteosarcoma.

Mengutip dari webmd.com, terdapat sekitar 12.000 kasus sarkoma jaringan lunak dan 1000
kasus baru yang teridentifikasi sebagai sarkoma tulang menurut data yang terkumpul oleh
peneliti di Amerika Serikat pada 2017. Meskipun sarkoma sangat sulit ditemukan
penyebabnya, tetapi para peneliti meyakini terdapat beberapa kondisi yang dapat dikatakan
sebagai faktor untuk meningkatkan risiko seseorang menderita sarkoma.

Faktor-faktor pemicu sarkoma


Dilansir dari webmd.com, berikut adalah faktor pemicu sarkoma tersebut:
 Salah satu anggota keluarga menderita sarkoma
 Kamu memiliki riwayat penyakit tulang, khususnya yang menyangkut penyakit Paget
 Kamu mengalami kelainan genetik, seperti neurobiromatosis, sindrom Gardner,
retinoblastoma, atau sindrom Li-Fraumeni
 Terlalu sering terpapar radiasi, sekalipun radiasi yang berasal dari perawatan kanker tahap
awal

Hingga saat ini masih cukup banyak peneliti yang tertarik untuk memahami lebih lanjut
tentang bagaimana sarkoma berkembang dan menyebar hingga bagaimana cara terbaik untuk
mengobatinya. Mengingat penyakit ini dapat menjangkit beberapa bagian tubuh dan untuk
setiap orang pasti memiliki gejala yang berbeda-beda, namun
menurut Sarcoma.org.uk, pasien tetap dapat bertahan hidup jika kanker terdiagnosis sedari
dini. Kemudian, pasien melakukan perawatan efektif agar sarkoma tidak menyebar ke bagian
tubuh lainnya.

Faktanya, meskipun kanker ini tergolong langka, tetapi dengan melihat dan mengetahui
kenyataan jika polusi udara kian meningkat ternyata tetap dapat memperbesar risiko setiap
orang untuk menderita sarkoma. Jadi, tetap waspada dengan penyakit ini ya, Gengs! Terlebih
jika Kamu memiliki salah satu faktor risiko, maka sebaiknya segera konsultasikan
kesehatanmu dengan dokter spesialis sarkoma. Ingat Gengs, lebih baik mencegah daripada
mengobati, lho!

Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab berkembangnya sel kanker jaringan lunak
ini. Namun, faktor yang meningkatkan risiko terkena sarkoma diantaranya adalah riwayat
sarkoma di keluarga, memiliki penyakit kelainan tulang, kelainan genetik seperti
neurofibromatosis, sindrom Gardner, retinoblastoma, atau sindrom Li-Fraumeni, dan juga
terpapar radiasi.

Sarkoma merupakan salah jenis kanker ganas yang dapat menyerang tubuh. Kanker sarkoma
dapat muncul di seluruh tubuh karena berkembang di jaringan ikat, seperti otot, lemak, tulang,
tulang rawan, dan pembuluh darah. 

Padahal sebenarnya kanker ini tergolong berbahaya sebab gejala dan ciri kanker ini sering kali
tak disadari karena gemar menyamar. Saat gejala itu muncul banyak penderita menganggapnya
tidak berbahaya lantaran dianggap sebagai penyakit ringan seperti nyeri dan perut kembung.
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab berkembangnya sel kanker jaringan lunak
ini. Namun, faktor yang meningkatkan risiko terkena sarkoma diantaranya adalah riwayat
sarkoma di keluarga, memiliki penyakit kelainan tulang, kelainan genetik seperti
neurofibromatosis, sindrom Gardner, retinoblastoma, atau sindrom Li-Fraumeni, dan juga
terpapar radiasi.
Walaupun tergolong langka karena ditemui pada satu persen kasus kanker pada orang dewasa,
perkembangan kanker ini kian pesat. Penelitian di Inggris menunjukkan lompatan signifikan
dalam jumlah orang yang didiagnosis sarkoma setiap tahunnya, dari 3.800 menjadi 5.300 saat
ini.

Studi dari Amerika Serikat (AS) juga memperkirakan lebih dari 13 ribu orang di AS terdiagnosis
sarkoma jaringan lunak pada 2018 dan mengakibatkan sekitar lima ribu kematian. 

Berdasarkan data dari Parkway Cancer Center dan Parkway Hospitals, Singapura, terdapat lebih
dari 70 sub-tipe kanker sarkoma. 

Hal ini membuat sarkoma rumit didiagnosis dan ditangani. Belum lagi, pemahaman masyarakat
dan bahkan sebagian tenaga medis masih sangat terbatas. Alhasil, diagnosis sering kali terlambat
dan keliru yang membuat penanganan pun tidak tepat. 

Penelitian menunjukkan terdapat kesalahan penanganan pada 70 persen pasien sarkoma. 


Kesalahan ini berkontribusi pada rendahnya tingkat kelangsungan hidup rata-rata lima tahun
(five-year survival rate) yaitu sekitar 50 persen saja.

Studi dari Belgia juga mengungkapkan 47 persen pasien  sarkoma jaringan lunak membiarkan
gejalanya selama sekitar empat bulan sebelum menemui dokter. Setelah itu, pasien umumnya
berkonsultasi ke dokter umum, yang kemungkinan besar hanya menghadapi satu atau dua kasus
sarkoma sepanjang karier mereka.

Di Inggris, tercatat 20 persen dokter umum terlambat lebih dari tiga bulan dalam merujuk pasien
tersebut ke spesialis.

"Ini memprihatinkan karena sampai saat ini pemahaman akan sarkoma yang begitu kompleks, ini
masih kurang lengkap, khususnya di Asia," kata Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway
Cancer Centre (PCC) Dokter Richard Quek, saar berbicara di sebuah diskusi media di Jakarta,
seperti dikutip dari keterangan pers yang diterima CNNIndonesia.com, Rabu (31/10).

Quek menjelaskan kasus sarkoma banyak ditemui pada pasien dewasa muda dan remaja,
kelompok usia yang jarang diasosiasikan dengan kanker.

Gejala

Gejala sarkoma yang timbul dapat berbeda-beda, tergantung dari mana sarkoma tersebut berasal.
Sarkoma jaringan lunak yang muncul di lengan atau kaki, memiliki gejala paling umum seperti
munculnya benjolan besar tanpa rasa sakit. 

Sedangkan, sarkoma yang tumbuh di tulang tangan atau kaki, pasien umumnya mengeluhkan
nyeri tulang, serta sakit di sekitar area tulang yang terdampak ketika beristirahat atau tidur
malam. Beberapa pasien bahkan mungkin mengalami retak tulang. 

Gejala-gejala lainnya meliputi ruam gelap pada angiosarcoma atau kanker pembuluh darah,
batuk dan sesak napas jika sarkoma berkembang di area dada, serta kembung dan mudah merasa
kenyang jika sarkoma tumbuh di bagian perut.

Jika menemui gejala ini, segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan.

"Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyadari kondisi tubuh sendiri. Kemudian,
tanyakan pada dokter umum apakah Anda perlu menemui dokter spesialis atau menjalani tes
lebih lanjut, seperti MRI atau CT scan, jika gejala tidak hilang setelah pengobatan rutin," kata
Quek.

Menurut Quek, kanker sarkoma yang dideteksi dini saat sel masih berada di satu lokasi, tingkat
kelangsungan hidup akan jauh lebih tinggi dibandingkan jika didiagnosis pada tahap akhir.
(ptj/chs)

JawaPos.com – Berbagai jenis kanker tentu berbahaya. Masyarakat barangkali secara umum
sering mendengar kanker otak, kanker payudara, kanker usus, kanker getah bening dan lainnya.
Namun untuk kanker jenis Sarkoma, pasti masih terdengar awam.

Karena tidak terlalu memberikan gejala dan tanda yang khas, dunia medis pun terkadang salah
diagnosis atau sulit dideteksi. Bahkan terkadang keliru dianggap sebagai kanker tulang.

Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Centre (PCC) dr. Richard Quek menjelaskan
Sarkoma merupakan jenis kanker yang berkembang di jaringan ikat, seperti otot, lemak, tulang,
tulang rawan, dan pembuluh darah. Kanker ini bisa muncul di bagian tubuh mana pun, serta
memiliki gejala yang tampaknya tidak berbahaya dan sulit dibedakan dari penyakit-penyakit
ringan.

“Terdiri atas lebih dari 70 sub-tipe, sarkoma menjadi rumit untuk didiagnosis dan ditangani.
Pemahaman masyarakat awam maupun sebagian besar tenaga medis pun masih amat terbatas.
Hal ini menyebabkan munculnya diagnosis yang telat atau keliru, serta penanganan yang tidak
tepat,” paparnya dalam konferensi pers baru-baru ini.

Gejala yang Sering Salah

Beberapa orang mungkin mengesampingkan beberapa gejala umum sebagai tanda-tanda


penyakit ringan. Nyeri sendi, misalnya sering diasosiasikan dengan rematik, sementara perut
kembung dihubungkan dengan asam lambung. Namun, gejala-gejala ini sebenarnya dapat
menjadi tanda-tanda penyakit yang lebih serius dan rumit, seperti sarkoma.

“Sarkoma ini jenis kanker. Bukan berarti ada jinak atau ganas. Tetapi memang sudah termasuk
kanker dengan berbagai tingkatan level atau stadium,” papar dr. Richard.

Sebuah studi dari Amerika Serikat (AS) memprediksi, lebih dari 13 ribu orang di AS akan
terdiagnosis memiliki sarkoma jaringan lunak di tahun 2018, dan mengakibatkan sekitar 5 ribu
kematian. Sementara, penelitian lain menemukan kesalahan penanganan pada 70 persen pasien,
sehingga turut berkontribusi pada masih rendahnya tingkat kelangsungan hidup rata-rata lima
tahun (five-year survival rate), yaitu sekitar 50 persen saja.
Sarkoma dianggap langka karena hanya ditemui pada 1 persen kasus kanker dewasa. Namun,
data-data terbaru mengindikasikan bahwa sarkoma mungkin lebih umum daripada yang diyakini
sebelumnya. Antara lain, studi di Inggris menunjukkan lompatan signifikan dalam jumlah orang
yang didiagnosis terkena sarkoma setiap tahunnya, dari 3.800 menjadi 5.300 saat ini.

“Ini memprihatinkan karena sampai saat ini pemahaman kita akan sarkoma yang begitu
kompleks ini masih kurang lengkap, khususnya di Asia,” kata dr. Richard.

Dibandingkan dengan populasi barat, masih belum banyak pusat data nasional yang resmi di
Asia tentang kanker sarkoma. Sehingga data tentang prevalensi sarkoma dan bagaimana penyakit
tersebut dikelola di wilayah ini masih terbatas. Ini sering menyebabkan diagnosis yang terlambat
atau tidak akurat, yang kemudian menyebabkan penanganannya juga tidak tepat.

“Kesadaran dan pemahaman tentang sarkoma masih cenderung rendah, baik di kalangan
masyarakat umum maupun tenaga kesehatan profesional. Dan kanker ini bisa ada di seluruh
bagian tubuh, dan berbeda dengan kista atau fibroadenoma mamae (FAM) di payudara,”
tegasnya.

Anda mungkin juga menyukai