Anda di halaman 1dari 6

Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6, No.

2, Agustus 2019 : 64-91 1

Studi Kualitatif Penyebab Kematian Perinatal

Qualitative Study Of Perinatal Death Causes


Deni Maryani
Prodi DIII Kebidanan, Fakultas MIPA Universitas Bengkulu
Email : dmaryani@unib.ac.id

ABSTRAK

Kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa diukur dengan menentukan tinggi
rendahnya angka kematian ibu dan perinatal. Angka kematian perinatal merupakan penyumbang terbesar
tingginya angka kematian bayi. Badan kesehatan dunia memperkirakan lebih dari 9 juta bayi setiap tahun
meninggal sebelum lahir dan pada minggu pertama kehidupanya dengan penyebab kematian 2/3 nya berasal dari
penyebab yang dapat dicegah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab kematian perinatal. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang
bagaimana menganalisis penyebab kematian perinatal di Kabupaten Bandung. Data dikumpulkan melalui
wawancara mendalam, dan melakukan reduksi data, penyajian data dengan trianggulasi sumber dan trianggulasi
metode. Data dianalisis dengan menggunakan analisis isi yaitu membandingkan hasil penelitian dengan teori-teori
yang ada dikepustakaan. Informan dalam penelitian ini sebanyak 11 informan. Hasil penelitian menunjukkan
penyebab kematian perinatal sangat berkaitan dengan tempat pelayanan awal bukan di fasilitas kesehatan,
kepercayaan pada pengobatan tradisional, keterlambatan rujukan, kualitas rujukan, dan fasilitas RS tempat
rujukan.

Kata kunci: Kematian, Perinatal, Kualitatif

ABSTRACT

The ability to administer a nation's health services is measured by determining the high and low maternal
and perinatal mortality rates. The perinatal mortality rate is the largest contributor to the high infant mortality rate.
WHO estimated that more than 9 million babies die each year before birth and that during the first week of life the
2/3 causes of death originate from preventable causes. The purpose of this study was to study the causes of
perinatal death. The type of research used was qualitative research, to obtain in-depth information about how to
analyze the causes of perinatal death in Bandung Regency. Data was collected through in-depth interviews, and
data reduction, data presentation with source triangulation and method triangulation. Data were analyzed using
content analysis, namely comparing the results of research with the theories in the library. The informants in this
study were 12 informants. The results showed that the causes of perinatal death were strongly related to the initial
place of service not to health facilities, trust in traditional medicine, late referrals, quality of referrals, and facilities
for referral hospitals.

Keywords: Death, Perinatal, Qualitative

PENDAHULUAN derajat kesehatan suatu negara serta


Informasi kematian anak, yang kualitas hidup (SDKI, 2017).
terdiri dari angka kematian neonatal (AKN),
angka kematian bayi, (AKB), dan angka Badan kesehatan dunia (WHO) pada
kematian balita (AKABA) merupakan Tahun 2016 memperkirakan lebih dari 9 juta
indikator penting untuk menilai tingkat bayi setiap tahun meninggal sebelum lahir
kesejahteraan termasuk dan pada minggu pertama kehidupanya
Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6, No. 2, Agustus 2019 : 64-91 2

(periode perinatal) dan

84

hampir semua kematian perinatal (Perinatal audit tentang faktor penyebab kematian
Mortality Rate) terjadi di negara berkembang, perinatal diantaranya dari faktor pasien, perilaku
dengan sebab kematian yaitu prematur, BBLR, kesehatan, faktor rujukan dan
infeksi, asfiksia, kelainan kongenital dan trauma faktor sarana penunjang ( Merali,
persalinan (Kemenkes RI, 2015). 2014).

Kemampuan penyelenggaraan pelayanan Survey awal didapatkan kasus tentang kematian


kesehatan suatu bangsa diukur dengan perinatal terjadi di RS rujukan, mengapa hal ini
menentukan tinggi rendahnya angka kematian bisa terjadi, apakah disebabkan oleh rujukan
ibu dan perinatal, namun pada saat ini angka yang terlambat, fasilitas rujukan yang kurang
kematian perinatal masih tinggi. Angka tersebut atau sebab lainnya, untuk itu diperlukan
seharusnya dapat dicegah dengan cara informasi yang mendalam tentang penyebab
memberikan pelayanan kesehatan terutama kematian perinatal.
pada pertolongan pertama persalinan. Kematian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
perinatal adalah bayi lahir mati yang terjadi
penyebab kematian perinatal.
setelah kehamilan berusia 28 minggu (7 bulan)
dan bayi meninggal sebelum berumur tepat satu
minggu. Angka kematian perinatal merupakan
METODE PENELITIAN
penyumbang terbesar tingginya angka kematian
bayi Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
untuk mendapatkan informasi yang mendalam
(Michalow, 2015). tentang penyebab kematian perinatal. Informasi
Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu provinsi tentang penyebab kematian perinatal berasal
yang berkontribusi besar terhadap kematian bayi dari Puskesmas, bidan desa dan ibu yang
di Indonesia. Hasil survey pendahuluan mengalami bayinya meninggal pada usia
didapatkan jumlah kematian perinatal di Jawa perinatal pada Kecamatan Majalaya dan
Barat tahun 2014 adalah 2.563 dengan rincian Kecamatan Pangalengan. Data dikumpulkan
jumlah lahir mati 1.055 dan kematian neonatal dengan menggunakan metode wawancara
dini adalah 1.508, dengan penyebab kematian mendalam.
adalah BBLR (31%), asfiksia (27,3%), dan lainlain Pengambilan sampel secara purposive sampling
(20,1%) (Dinkes Jawa Barat, 2015). Sebelumnya informan diminta persetujuan untuk
Jumlah kematian perinatal di Kabupaten diwawancara dengan menandatangani formulir
Bandung tahun 2015 adalah 221, dengan informed consent. Untuk menjaga validitas data
jumlah kelahiran di Kabupaten digunakan trianggulasi sumber.
Bandung tahun 2015 adalah 64.849, penyebab
kasus tertinggi adalah BBLR (Dinkes Kabupaten
Bandung, HASIL DAN PEMBAHASAN

2015). 1. Tempat Pelayanan Awal

Penyebab kematian perinatal 2/3 nya berasal Masih adanya masyarakat yang mencari
dari penyebab yang dapat dicegah. data hasil pertolongan pertama bukan pada tenaga
Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6, No. 2, Agustus 2019 : 64-91 3

kesehatan, ini menjadi perhatian khusus sangat parah atau terlambat sekali, sehingga
karena dari awal pertolongan akan kematian perinatal di Rumah Sakit atau di
menentukan kondisi pasien selanjutnya bila fasilitas rujukan angkanya tinggi, dan masih
kondisi pasien sudah parah penanganan akan ada terjadi rujukan yang berkeliling dulu
kurang optimal lagi, paraji di Kabupaten untuk mencari RS disebabkan karena
Bandung yang jumlahnya melebihi jumlah kurangnya fasilitas kesehatan sehingga pasien
bidan menjadi salah satu penyebab kematian harus dirawat dengan peralatan seadanya
perinatal yang ditolong oleh paraji. Jumlah sampai bayi meninggal serta alas an lain
paraji di Kabupaten Bandung tahun 2015 karena RS yang memiliki fasilitas yang
jumlahnya lebih banyak dari pada bidan, mendukung sudah penuh pasienya, Beberapa
seperti yang diungkapkan oleh responden. hal yang menyebabkan kegagalan misalnya
pada saat sampai di Rumah Sakit, pasien
“Sebenarnya pertolongan oleh paraji sudah
sudah dalam keadaan yang parah sehingga
tidak dibolehkan, tetapi jumlah paraji di
upaya yang dilakukan tidak optimal lagi.
Kabupaten Bandung ini 792 orang dan jumlah
bidan 559, susah untuk menghilangkan “Kadang pasiennya datang sudah dari dukun,
peran paraji...(R1 kita terima sudah parah.(R4 Indpt)”
Indpt)” Masih ada kasus kematian yang terjadi
Banyak upaya yang telah dilakukan untuk bukan ditempat pelayanan kesehatan
menghilangkan kebiasaan melahirkan atau non fasilitas kesehatan seperti dijalan
dengan paraji, karena bila pertolongan dan dirumah seperti kematian perinatal
yang dilakukan oleh paraji, banyak terjadi dijalan menuju tempat rujukan.
menyebabkan komplikasi yang berakhir “ada juga si bu... yang
pada kematian. meningggal dijalan mau di bawak ke RS tapi
“Untuk paraji kami dari puskesmas dan sudah meninggal, ya... karena sudah parah
bidkor rutin melakukan penyuluhan ke juga kalo bayi sudah sesak biru (R5 Indpt)”
desa dan melibatkan peran kader kesehatan... “Bayinya sudah meninggal karena ditolong
tapi ya itu masih saja ada yang melahirkan sama
paraji dirumah...
paraji dan terjadi komplikasi... dengan alasan
keberosotan (R2 Indpt)” baru panggil bidannya(R6 Indpt)”
“Disini kalo ANC nya bagus ada yang sebulan 3. Keterlambatan rujukan
dua kali tapi ya itu kalo lahiran sama paraji.....
gak tau karna dari temurun ibunya lahiran sama Penyebab keterlambatan dalam proses
paraji ya.... anaknya harus lahiran sama rujukan perinatal diantaranya karena
paraji juga...(R3 terlambat mengenali tanda bahaya, terlambat
mengambil keputusan, ketersediaan
Indpt)”
transportasi, ketersediaan biaya,
ketidakmampuan ibu dalam mengambil
2. Tempat kematian keputusan untuk keselamatan dirinya,
Keterlambatan penanganan kasus terlambat sampai ke fasilitas kesehatan,
kegawatdaruratan perinatal akan sampai di fasilitas rujukan terkendala dengan
berpengaruh pada gagalnya penyelamatan terbatasnya fasilitas penunjang pasien, sering
perinatal. Banyak kasus kematian perinatal dihadapkan dengan kondisi rumah sakit yang
berawal dari kondisi pada saat datang sudah penuh sehingga harus berpindah-pindah
Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6, No. 2, Agustus 2019 : 64-91 4

rumah sakit, dan beberapa kasus keluarga dini tanda-tanda yang mengarah pada
menolak untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan komplikasi, ketika ditemukan tanda-tanda
yang lebih lengkap dengan terpaksa hanya komplikasi akan mampu memberikan
diberikan pelayanan kesehatan yang penanganan awal yang efektif sehingga
seadanaya sampai akhirnya pasien meninggal. komplikasi tidak berlanjut parah atau bisa
“Ya itu pengambilan keputusan ditangani dan tidak terjadi kematian perinatal.
teh...disini banyak yang nikah muda jadi ya
keputusan banyak di orang tua..(R3 Indpt)” Penolong pertama bukan pada tenaga kesehatan
merupakan faktor risiko bagi terjadinya kematian
“....,Iya paling jalan... apalagi malam kalo maternal yang secara langsung akan
malam gelap kalo siang muter jauh... jalan memengaruhi bayi yang di kandung atau yang
jelek atuh, belum kena alat-alat, dilahirkan. Sejalan dengan penelitian yang
setengah jam
dilakukan di Kabupaten Bone dengan metode
lah.....(R8 Indpt)” wawancara mendalam menyatakan bahwa
pengetahuan dukun tentang tanda bahaya pada
4. Kualitas rujukan
persalinan hanya perdarahan, jika terjadi
Ketersediaan SDM yang profesional kejangkejang atau eklampsi atau solusio plasenta
baik secara kualitas maupun mereka hanya menganggap itu hanya merupakan
kuantitas diperlukan untuk meningkatkan sapaan dari mahluk halus ketika keluar rumah
layanan yang baik terutama pada saat terjadi dimalam hari. Pengetahuan yang sangat terbatas
keadaan gawat darurat. ini dapat menjadi penyebab kematian ibu dan
“Kalo pasiennya tidak gawat kadang pergi bayi. ( Parenden, 2015) Penolong persalinan
sendiri ke RS atau kalo siang ke puskesmas terlatih mampu menurunkan kematian bayi baru
dulu minta rujukan (R10 Indpt)” lahir sekitar 43 % dan mencegah dua pertiga dari
kematian maternal. Penolong persalinan terlatih
5. Ketersediaan alat di RS
di tingkat pelayanan kesehatan primer perlu
Ketersediaan obat dan alat berhubungan juga bekerja dengan penyedia layanan lainnya di
dengan keterlambatan penanganan ditempat masyarakat,seperti dukun beranak dan pekerja
rujukan dan menjadi kendala karena sosial (Merali, 2014).
kurangnya tenaga perawat dan tenaga
Persalinan yang aman dan bersih, pelayanan
spesialis di Rumah Sakit hanya sedikit
serta pendekatan petugas kesehatan yang lebih
sehingga layanan rujukan kurang maksimal,
baik, dapat memengaruhi ibu dalam memilih
dokter spesialis tidak bisa stand bay 24 jam di
tempat persalinan, selain karena dipengaruhi
Rumah Sakit, hal ini sangat berpengaruh pada
oleh keterjangkauan masyarakat terhadap
pelayanan terutama pelayanan pada malam
fasilitas kesehatan. Ditingkat komunitas,
hari.
pelayanan ANC, persalinan, dan nifas ditentukan
“Disini pasiennya banyak bu, tapi oleh tanggapan fasilitas kesehatan terhadap
alatnya gak lengkap makanya banyak yang kebutuhan ibu yang berhubungan dengan
meninggal. Gak punya ruang intensif (R11 kemudahan dalam menjangkau akses tenaga
Idpt)” kesehatan. (Parenden, 2015) Jarak pelayanan
Tempat pelayanan awal akan memengaruhi kesehatan yang tidak terjangkau oleh masyarakat
terjadinya komplikasi perinatal, harapan tempat dapat mengakibatkan masyarakat memilih untuk
pelayanan awal akan ditolong oleh tenaga mencari pertolongan persalinan yang lebih
kesehatan dan akan mampu mendeteksi secara dekat. Penelitian yang sama dilakukan oleh
Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6, No. 2, Agustus 2019 : 64-91 5

Kebakyenga di Uganda dalam (Parenden, 2015) merujuk juga kesediaan alat dan obat di tempat
menyatakan alas an utama pemilihan penolong rujukan. Kematian ibu yang terjadi pada saat
persalinan 228 (49,8%) dari mereka menjawab terlambat mendapatkan pelayanan ditempat
karena jarak dari rumah ke fasilitas kesehatan rujukan disebabkan karena kurangnya fasilitas
terlalu jauh, 224 (48,8%) percaya pada dukun, obat-obatan, kurangnya peralatan, kurangnya
dan 164 (35,8%) mengatakan karena tidak ada staff yang terlatih dan kompeten menjadi
sarana transportasi, 99 (21,6%) adalah tidak penyebab kematian ibu di Gambia
perlu untuk persalinan. (Aghamohammadi, 2011).

Ada beberapa hal yang memengaruhi proses Jumlah tenaga kesehatan yang kurang dan
rujukan misalnya dari transportasi, geografis, kompetensi yang rendah ikut memberikan
wilayah tempat tinggal, waktu tempuh, jarak dampak terhadap pelaksanaan
tempat tinggal, biaya, dan keputusan keluarga. sistem rujukan. Penelitian di Kabupaten Lingga
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di Tanzania yang menemukan bahwa jumlah tenaga
menyebutkan bahwa 72,5% kematian bayi kesehatan terutama dokter umum dan spesialis
diakibatkan oleh lebih dari satu faktor yang kurang dan kompetensi pegawai di sarana
keterlambatan. 35,8% kematian bayi disebabkan pelayanan kesehatan penerima rujukan yang
oleh karena keterlambatan yang diakibatkan oleh masih rendah menyebabkan terganggunya
karena terlambatnya bayi dibawa ke fasilitas pelaksanaan sistem rujukan. Permasalahan
pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan oleh dalam sistim rujukan diantaranya: sistem
transportasi yang buruk dan jauh serta tidak komunikasi, adalah akses komunikasi yang
percayanya keluarga dengan fasilitas atau tenaga terbatas menyebabkan masyarakat mengalami
kesehatan untuk melakukan pertolongan kesulitan dalam menghubungi sarana rujukan,
terhadap kegawatdaruratan yang terjadi ( permasalahan ini sebagian besar terjadi di
daerah pedesaan (Mbaruku, 2009).
Munjanja, 2012).
Kondisi geografis ini juga merupakan
salah satu penyebab terlambat SIMPULAN DAN SARAN
mencapai fasilitas kesehatan (second delay). Di Kematian perinatal disebabkan karena tempat
Pakistan, dari 104 kematian, 74% diantaranya pelayanan awal yang dibeikan bukan pada
terjadi karena “second delay” yang mana pelayanan kesehatan, masyarakat masih percaya
penyebabnya adalah jarak yang jauh. Hal ini dengan pengobatan tradisional paraji, sehingga
berarti mereka juga mendapat keterlambatan kematian banyak terjadi di fasilitas kesehatan.
dalam penanganan. Di Uganda, keadaan Keterlambatan dalam mengambil keputusan
geografis dan infrastruktur transportasi yang menjadi penyebab lain kematian perinatal,
belum memadai sangat memengaruhi akses ke keluarga terlambat dalam mengambil keputusan,
fasilitas kesehatan. Banyak wanita di Uganda kualitas rujukan juga belum maksimal, dan RS
yang harus berjalan berkilokilometer untuk tempat rujukan belum memiliki alat atau fasilitas
mencapai fasilitas kesehatan yang tentunya pendukung perawatan perinatal. Perlu upaya
berpengaruh terhadap kematian, baik ibu untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
maupun bayi (Tuyisenge, 2011). tentang penyebab terjadinya kematian perinatal,
Ketersediaan obat dan alat bisa menjadi faktor berobat pada fasilitas kesehatan, mengurangi
pasien menjadi terlambat mendapat petolongan, atau menghilangkan keyakinan berobat pada
selain obat dan alat yang dibawa pada saat paraji, mengetahui tanda bahaya pada ibu dan
Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6, No. 2, Agustus 2019 : 64-91 6

bayi sehingga tepat dalam pengambilan interventions that could prevent


keputusan dalam keluarga. Lebih meningkatkan stillbirths and save the lives of mothers
pengetahuan tenaga kesehatan dalam proses and babies in South Africa.
BMC.15(39):1-13.
rujukan serta meningkatkan sarana dan
prasarana di RS rujukan.
Munjanja SP, Magure T, Kandawasvika G. 2012.
Geographical access transport and
referral systems. J Hussein.139-54.
DAFTAR PUSTAKA
Mbaruku G, et all. 2009. Perinatal audit using the
Aghamohammadi A, Noortarijor M. 2011.
Maternal Age as a Risk Factor for 3-delays model in western Tanzania.
Pregnancy Out Comes: Maternal, Foetal International Journal of
and Neonatal Complication. African Gynecology and
Journal of Pharmacy and Obstetrics.106:85-8.
Pharmacology.;5(2):264-9.
Newborns: Reducing Mortality. Word Health
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2014. Organization; 2016.
Profil kesehatan Jawa Barat. Jawa Barat.
Parenden RD, Kandou GD, Pangemanan JM.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. 2015. 2015. Analisis keputusan ibu memilih
Laporan tahunan kesehatan penolong persalinan diwilayah
Kabupaten Bandung. Puskesmas Kabila Bone.
Soreang. JIKMU.5(2):362-372.

Kemenkes RI. 2015. Pedoman audit maternal- Survey demografi kesehatan Indonesia 2017.
perinatal di tingkat In: BKKBN, BPS,
Kabupaten/ Kota. Kemenkes, editors. Jakarta.2018.

Merali HS, et al. 2014. Audit-identified avoidable Tuyisenge G. 2015. Mothers’


factors in maternal and perinatal deaths Perceptions and Experiences of
in low resource settings: a systematic Accessingm Maternal Health Care :
review. BMC.14(280):1-12. Exploring the Role of Community Health
Workers and Continuing Professional
Michalow J, et al. 2015. Triple return on Development in Rwanda. London,
investment: the cost and impact of 13 Ontario, Canada:
University of Western Ontario.

Anda mungkin juga menyukai