Anda di halaman 1dari 10

Telaah Kasus Sengketa Hasil Pilkada Depok

Dalam Perspektif Yuridis

Ni'matul Huda

Abstrak
Cases related to the Election of the Head of Regent in Depok bestows a significant
lessonfor allofus,particularly totheDistrict Election Committee. The involvement oflaw
and politics are very dominant on the Election. Consequently, the District Election Com
mittee and Commission of District Watch are demanded tobe professional, because if
there is a dispute in the future the credibility of the Commission of District Election is
goingto be thatis at stake.

Pendahuluan pernah memlliki hak untuk memilih kepala


Pemilihan kepala daerah secara langsung daerah dan wakil kepala daerah, karena hal
yang sudah dimulai bulan Juni 2005 merupakan itu merupakan hak prerogatif preslden. DPRD
penjabaran ketentuan dalam UUD 1945 hasil hanyamemilih bakal calon kepala daerah dan
perubahan keempat yang menyatakan bahwa wakil kepala daerah, untuk selanjutnya
gubernur, bupati, danwalikota, masing-masing dimajukan kepada preslden dan preslden
sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, yang akan menentukan pilihannya (lihat
kabupaten, dan kota dipllih secara demokratis Penjelasan Pasal 15). Perubahan baru terasa
{Pasal 18 ayat (4)). Cara demokratis itu ketika berlakunya UU No. 22 Tahun 1999,
diterjemahkan ke dalam UU No. 32 Tahun dimana DPRD dapat secaralangsung memilih
2004 tentang Pemerintahan Daerah dengan kepala daerah dan wakil kepala daerah, dan
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya preslden mengesahkan hasil pemilihan
tersebut.^
kepada masyarakat untuk memilih kepala
UU No. 32 Tahun 2004 memberikan
daerahnya secara langsung.
Pemilihan kepala daerah secara kesempatan yang luas kepada masyarakat
langsung memang belum pernah kita lakukan, untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala
balk pada masa Orde Baru (UU No. 5 Tahun daerah secara langsung, tetapi ternyata UU
1974) maupun pasca Orde Baru (UU No. 22 No. 32 Tahun 2004 banyak mengandung
Tahun 1999). Ketika berlangsungnya UU No. cacat yuridis sejak kelahirannya - kalau tidak
5 Tahun 1974, sesungguhnya DPRD tidak disebut amburadul - dan high cost Mengapa

' Meskipun dalam praktek terjadi Presiden Megawati menganulir hasil pilihan DPRD, sebagai contoh
misalnya terpilihnyaAlzierT. sebagai Gubernur Lampung.

252 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL 12 SEPTEMBER 2005:252 - 261


Huda. Telaah Kasus Sengketa Hasil Pilkada Depok...

demiklan? Karena sejak kelahirannya UU No. bukan pemilu. MK menoiak uji materi terhadap
32 Tahun 2004 sudah ditentang oleh Pasal 1 Ayat (21) tentang KPUD sebagai
sejumlah kalangan LSM dan KPUD sehingga pelaksana Pilkada, tetapi mengabulkan Pasal
sampai ke meja Mahkamah Konstitusi (MK) 57 ayat (1) dan Pasal 67 ayat (1) huruf e. MK
untuk diuji secara materiil. tidak berusaha menyambungkan kembali
Pada tanggal 22 Maret 2005, telah hubungan hierarki antara KPU dengan KPUD,
dikeluarkan putusan MK atas tiga permohonan mengingat KPUD dibentuk dan disahkan oleh
hakuji materiil UU No. 32 Tahun 2004tentang KPU sebagaimana diatur dalam UU No. 12
Pemerintahan Daerah yang diajukan Centre Tahun 2003. MK justru membuat norma baru
for Electoral Reform (GETRO), Jarlngan dalam putusannya, dimana KPUD tidak
Masyarakat Pemantau Pemilu Indonesia, bertanggungjawab kepada DPRD tetapi
Jaringan Pendidikan Pemillh untuk Rakyat, langsung kepada rakyat. Satu sisl MK telah
Aliansi Masyarakat Sipil untuk Demokrasi, In memutus belenggu parlemen lokal terhadap
donesia Corruption Watch (ICW), dan 15 KPUD sebagai penyelenggara Pilkada, tetapi
KPUD. Putusan MK intinya menyatakan di sisi lain MK tidak menjelaskan siapa yang
sebagai berlkut:^ Pertama, Asas Pilkada sama dimaksud "rakyat" itu serta bagaimana
dengan asas Pemilu, tetapi Pilkada bukan mekanisme pertanggungjawabannya. MK
pemilu. Kedua, Pasal 57 ayat (1), menyatakan memberi petunjuk bahwa dalam melaksanakan
bahwa KPUD tidak bertanggungjawab kepada tugasnya KPUD mengacu pada PP No. 6 Tahun
DPRD tetapi langsung kepada rakyat. KPUD 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan,
hanya meiaporkan pelaksanaan Pilkada Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala
kepada DPRD. Ketiga, Penjelasan Pasal 59 Daerah dan Wakil Kepala Daerah. PutusanMK
ayat (1), Parpol/gabungan parpol yang tidak Ini oleh sebagian kalangan dinilai "banci"^ dan
memiliki kursi di DPRD, tetapi memiliki suara menjadi seperti "bola tanggung" dalam
15 persen dari hasil Pemiiu DPRD bisa mengawal demokrasi.''
mengajukan pasangan calon kepala daerah Pertanyaan akademis berikutnya, dapatkah
dan wakil kepala daerah. Keempat, Pasal 66 MK dalam memutuskan permohomam uji
ayat (3) huruf e, KPUD tidak bertanggungjawab materiil "membuat" rumusan pasal baru?
kepada DPRD. Kelima, Pasal 67 ayat(1) huruf Apakah dengan keputusan MK tersebut DPR
e, KPUD tidak perlu mempertanggungjawab perlu melakukan legislatif reWew? Ataukah
penggunaan anggaran kepada DPRD. keputusan MK secara otomatis telah berlaku
Keenam, Pasal 62 ayat (2), DPRD tidak bisa menggantikan rumusan pasal yang telah
menjatuhkan sanksi pembatalan calon. dibatalkan oleh MK? Dengan lahirnya putusan
Keputusan MK sebagian nampak MK, Pemerintah kemudlan mengeluarkan PP
membingungkan, diakul bahwa asas Pilkada No. 17Tahun 2005 tentang Perubahan Atas PP
sama dengan asas pemilu tetapi Pilkada No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan,

2Kompas, 23 Maret 2004.


3Media Indonesia, 23 lUlaret 2005
*Lihat Refly Harun, "MK Gagal Mengawal Demokrasi", Kompas, 30 Maret 2005, Him. 5.

253
Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhenti- mengatur dan membatasi kekuasaan negara
an Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. atau pemerintah diartlkan sebagai hukum yang
Makalah ini akanmembahas aspekyuridis dibuat atas dasar kekuasaan atau kedaulatan
dari sengketa hasil pemilihan kepala daerah rakyat. Begitu eratnya tall-temali antara paham
secara langsung, khususnya untuk kasus negara hukum dan kerakyatan, sehingga ada
pilkada Kota Depok. Kasus ini menarik dikaji sebutan negara hukum yang demokratis atau
karena sudahmenyita perhatian publik berkailan democratische rechtsstaat.^ Dalam kaitannya
tarik menarik antara hukum dan politik. dengan negara hukum, kedaulatan rakyat
merupakan unsur material negara hukum,
disamping masalah kesejahteraan rakyat.'
Sengketa PHkada menurut Perundang-
Di negara-negara Eropa Kontinental
undangan
konsepsi negara hukum mengalami per-
Meskipun cita negara hukum telah lahir kembangan yang cukup pesat, utamanya
sekian abad yang lalu, tetapi untuk mewujud- perkembangan terhadap asas legalitas yang
kannya dalam kehidupan bernegara hingga semula diartlkan sebagai pemerlntahan
saat Ini bukanlah persoalan yang mudah. berdasarkan atas undang-undang {wetmatigheid
Dalam perkembangannya, terdapat korelasi van bestuui), kemudlan berkembang menjadi
yang jelasantaranegara hukum yangbertumpu pemerintahan berdasarkan atas hukum
pada konstitusi, dengan kedaulatan rakyat yang {rechtmatigheid van bestuur). Terjadinya
dijalankan melalui sistem demokrasl. Dalam perkembangan konsepsi tersebut merupakan
slstem demokrasl, partislpasi rakyat merupakan konsekuensi darl perkembangan konsepsi
esensi darl sistem Ini. Dengan kata lain, negara negara hukum materiil, sehingga kepada
harus ditopang dengan sistem demokrasl. pemerintah diserahl tugas dan tanggungjawab
Demokrasl tanpa pengaturan hukum akan yang semakin berat dan besar untuk
kehilangan bentuk dan arah, sedangkan hukum meningkatkan kesejahteraan warganya.
tanpa demokrasl akan kehilangan makna. Akhirnya, kepada pemerintah diberikan pula
Demokrasi merupakan cara paling aman untuk ruang gerak yang semakin longgar yang
mempertahankan kontrol atas negara hukum.® cenderung meiahirkan pemerintahan bebas {vrij
Dalam perkembangannya, paham negara bestuui) dengan disertai ruang kebijaksanaan
hukum tidak dapat diplsahkan dari paham yang longgar berupa freies ermessen.^
kerakyatan. Sebab pada akhirnya, hukum yang Asas legalitas berkaitan erat dengan
5Frans Magnis Suseno, MencarisosokDemokrasi, Sebuah Telaah Filosofis, Gramedia, Jakarta, 1997, Him. 58.
®D.J. Elzinga, "De Democratische Rechtsstaat Als Ontwikkeling Perspectief, dalam Scheltema (ed.), De
Rechtsstaat Herdacht, W.E.J. Tjeenk Willink, Zwolle, 1989, Him. 43. Dikulip kembali dalam Bagir Manan,
Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD1945, SinarHarapan, Jakarta, 1994,Hlm.167.
' Elzinga, Op.Cit., Him. 48.
®SF. Marbun, Eksistensi Asas-asas Umum Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Layak Dalam
Menjelmakan Pemerintahan Yang Baik danBersih Di Indonesia, Disertasi, Program Pascasarjana UNPAD,
Bandung, 2001, Him. 22.Lihatjuga dalam Anna Erilyana, Keputusan PresidenAnalisis Keppres Rl1987-1998,
PascasarjanaFakultas Hukum Unlversitas Indonesia, Jakarta, 2004, Him. 3-4. .

254 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL 12 SEPTEMBER 2005:252 - 261


Huda. Telaah Kasus Sengketa Hasil Pilkada Depok...

gagasan demokrasi dan gagasan negara pemilihan kepala daerah secara langsung itu
hukum (hetdemocratish ideal en hetrechtsstaats iebih demokratis. Setidaknya ada dua alasan
ideal). Gagasan demokrasi menuntut agarsetiap mengapa gagasan pemilihan langsung
bentuk undang-undang dan beitagai keputusan dianggap perlu. Pertama, untuk Iebih
mendapatkan persetujuan dari wakil rakyat dan membuka pintu bagi tampilnya kepala daerah
sebanyak mungkln memperhatikan kepentingan yang sesuai dengan kehendak mayoritas rakyat
rakyat. Gagasan negara hukum menuntut agar sendiri. Kedua, untuk menjaga stabilitas
penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintah- pemerintahan agar tidak mudah dijatuhkan dl
an harus didasarkari pada undang-undang dan tengah jalan.
memberikan jaminan terhadap hak-hak dasar Sistem pemilihan secara langsung
rakyat yang tertuang dalam undang-undang.® sebagaimana ditawarkan UU No. 32 Tahun
Penegasan Indonesia adalah negara 2004 dipandang sebagal soiusi terhadap
hukum yang selama ini diatur dalam sistem yang lama (UU No. 22 Tahun 1999),
Penjelasan UUD 1945, dalam Perubahan karena DPRD tidak lagi berwenang memilih
UUD1945 telah diangkat ke dalam UUD 1945 kepala daerah sehingga peluang DPRD untuk
Pasal 1 ayat (3), berbunyl sebagal berikut: bisa 'menjatuhkan' kepala daerah tidak akan
"Negara Indonesia adaiah negara hukum". semudahsebelumnya. Adalembaga lain yang
Konsekuensi ketentuan ini adalah bahwa akan terlibat dalam proses tersebut yaknl
setiap sikap, kebijakan, dan perilaku alat lembaga peradilan.
negara dan penduduk harus berdasar dan Hal lain yang dimunculkan dalam UU No.
sesuai dengan hukum. Sekaligus ketentuan 32 Tahun 2004 adalah masalah perselisihan
ini untuk mencegah terjadinya kesewenang- hasll Pemllu. Sebagaimana diketahui, setelah
wenangan dan arogansi kekuasaan, balk yang adanya perubahan UUD 1945 muncul
dilakukan oleh alat negara maupun penduduk. lembaga baru yang bernama Mahkamah
Sebagus apapun sebuah negara yang Konstitusi (MK), yangsalah satu wewenangnya
ditata secara demokratis tidak akan dianggap adalah memutus perselisihan tentang hasil
benar-benar demokratis manakala pemimpin- pemilihan umum. Bagalmana dengan
pemlmpinnya tidak dipilih secara bebas oleh perselisihan hasil Pemilihan Kepala Daerah?
rakyatnya sendirl. Pemilihan selalu menjadi Di dalam Pasal 106 UU No. 32 Tahun 2004
tolok ukur sebuah negara demokratis atautidak. ditegaskan;
Demokrasi memang tidak semata-mata (1) Keberatan terhadap penetapan hasil
ditentukan oleh ada tidaknya pemilihan oleh pemilihan Kepala Daerah dan Wakil
rakyat atas pemimpin-pemlmpinnya. Pemilihan Kepala Daerah hanya dapat diajukan oleh
memerlukan perangkat lain untuk mendukung pasangan calon kepada Mahkamah
proses pemilihan.'® Agung dalam waktu paling lambat 3 (tiga)
Secara umum dikatakan bahwa hari setelah penetapan hasll pemilihan

®Ridwan HP, HukumAdministrasi Negara, Ull Press,Yogyakarta, 2002, Him. 68-69,


Jimly Asshiddiqie, "Pemilihan Langsung Presiden dan Wakil Presiden", Jurnai UNISIA Ho. 51/XXVII/I/
2004, Him. 10.

255
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. tambahan wewenang meialui UU No. 32
(2) Keberatan sebagaimana dimaksud Tahun 2004, yakni menyeiesaikan
pada ayat (1) hanya berkenaan dengan perselisihan hasil Piikada. Materi yang
hasil penghitungan suara yang mem- dapat disengketakan hanya berkenaan
pengaruhi terpilihnya pasangan calon. dengan hasil penghitungan suara yang
(3) Pengajuan keberatan kepada Mahkamah mempengaruhi terpilihnya pasangan
Agung sebagaimana dimaksud pada ayat calon. Putusan Mahkamah Agung bersifat
(1) disampaikan kepada Pengadilan final dan mengikat, sedangkan putusan
Tinggi untuk pemilihan Kepala Daerah Pengadilan Tinggi bersifat final.
dan Wakil Kepala Daerah Provinsi dan Kemudian, perihal sengketa hasil Piikada
kepada Pengadilan Negeri untuk juga diatur dalam PP No. 6 Tahun 2005 Pasal
pemilihan Kepala Daerah dan Wakil 87 sebagai berikut:
Kepala Daerah Kabupaten/Kota. (1) Dalam hal pemilihan Bupati/Wakil bupati
(4) Mahkamah Agung memutus sengketa dan Walikota/WakI! Walikota, setelah
hasil penghitungan suara sebagaimana membuat berita acara dan rekapituiasi
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) pal hasil penghitungan suara sebagaimana
ing lambat 14 (empat belas) hari sejak dimaksud pada Pasal 86 ayat (5), se-
diterimanya permohonan keberatan oleh lambat-lambatnya 1 (satu) hari dlputus-
Pengadilan Negeri/Pengadilan Tinggi/ kan dalam pleno KPUD kabupaten/kota
Mahkamah Agung. untuk menetapkan pasangan calon
(5) Putusan Mahkamah Agung sebagai terpilih.
mana dimaksud pada ayat (4) bersifat (2) Penetapan pasangan calon terpilih
final dan mengikat. sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
(6) Mahkamah agung dalam melaksana- disampaikan kepada DPRD kabupaten/
kan kewenangannya sebagaimana kota setelah jangka waktu 3 (tiga) hari.
dimaksud pada ayat (1) dapat men- (3) Apabila ada pengajuan keberatan
delegasikan kepada Pengadilan terhadap hasil pemilihan oleh pasangan
Tinggi untuk memutus sengketa hasil calon iainnya kepada Mahkamah Agung,
perhltungan suara pemilihan kepala KPUD menyampaikan pemberitahuan
daerah dan wakil kepala daerah kepada DPRD kabupaten/kota adanya
kabupaten dan kota. keberatan tersebut.
(7) Putusan Pengadilan tinggi sebaga (4) Setelah adanya keputusan Mahkamah
imana dimaksud pada ayat (6) bersifat Agung terhadap pengajuan keberatan
finai.^' sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Dari penegasan di atas, nampak KPUD menyampaikan penetapan
bahwa Mahkamah Agung teiah mendapat pasangan terpilih dan putusan tersebut

" Penjelasan Pasal 106 ayat(7) menyatakan, putusan pengadilan tinggi yang bersifat final dalam ketentuan
ini adalah putusan pengadilan tinggi yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dantidak bisa lagi ditempuh
upayahukum.

256 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL 12 SEPTEMBER 2005:252 - 261


Huda. Telaah Kasus Sengketa Hasil Pilkada Depok...

selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah dimaksud pada ayat (6) bersifat final dan
putusan dijatuhkan. mengikat.
Terhadap adanya keberatan dari calon Dengan mengikuti alur pikir perundang-
pasangan lain, Pasal 94 menegaskan sebagai undangan perihal sengketa hasil pemilihan
berlkut: kepala daerah, nampak bahwa ada "pe-
(1) Keberatan terhadap penetapan hasil nyelewengan" di dalam Pasal 94 ayat (7) PP
pemilihan Kepala Daerah dan Wakil No. 6 Tahun 2005 terhadap amanat UU No. 32
Kepala Daerah hanya dapat diajukan oleh Tahun 2004Pasal106ayat (7), karena menurut
pasangan calon kepada Mahkamah UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 106 ayat (7)
Agung dalam waktu paling lambat 3 (tiga) putusan PT hanya bersifat final, sementara
hari setelah penetapan hasil pemilihan. dalam PP No. 6 Tahun 2005 Pasal 94 ayat (7)
(2) Keberatan sebagaimana dimaksud dikatakan putusan PT bersifat final dan
pada ayat (1) hanya berkenaan dengan mengikat. Secara akademis dapat dikatakan
hasil penghitungan suara yang mem- bahwa adanya apabila ada pertentangan
pengaruhi terpilihnya pasangan calon. anlarabunyi dalam PP dengan UU, makayang
(3) Pengajuan keberatan kepada Mahkamah harusdipakai sebagai pedoman yuridis adalah
Agung sebagaimana dimaksud pada ayat peraturan yang kedudukannya lebih tinggi,
(1) dapat disampaikan melalui Pengadilan dalam hal ini adalah UU No. 32 Tahun 2004.
Tinggi untuk pemilihan Gubenur dan Wakil Untuk mengatur lebih lanjut tata cara
Gubernur dan Pengadilan Negeri untuk pengajuan upaya hukum keberatan terhadap
pemilihan BupatlAA/akil Bupati danWallkpta/ penetapan hasil pilkada dan pilwakada dari
Wakil Walikota. KPUD Propinsi dan KPUD Kabupaten/Kota,
(4) Mahkamah Agung memutus sengketa Mahkamah Agung mengeluarkan Peraturan
hasil penghitungan suara sebagaimana Mahkamah Agung Rl No. 01 Tahun 2005.
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) pai- Dalam Pasal 1 ditegaskan bahwa yang
Ing iambat 14 (empat beias) hari sejak dimaksud dengan keberatan adalah upaya
diterimanya permohonan keberatan hukum bagi pasangan calon kepala daerah
oleh Pengadilan Negeri/Pengadilan dan calon wakil kepala daerah, yang tidak
Tinggi/Mahkamah Agung. menyetujui penetapan hasil perhitungan suara
(5) Putusan Mahkamah Agung sebagaimana tahap akhir pemilihan kepaladaerah dan wakil
dimaksud pada ayat (4) bersifat final dan kepala daerah dari Komisi Pemilihan Umum
mengikat. Daerah. Pemohon adalah pasangan calon
(6) Mahkamah Agung dalam melaksanakan kepala daerah dan calon wakil kepala daerah
ketentuan sebagaimana dimaksud pada tingkat propinsi maupun tingkat kabupaten/
ayat (1) dapat mendelegasikan kewenang- kota. Termohon adalah KPUD tingkat propinsi
annya kepada Pengadilan Tinggi untuk atau KPUD tingkat kabupaten/kota.
memutus sengketa hasil perhitungan suara Di dalam Pasal 2 ayat (4) dan ayat (5)
pemilihan Bupati/Wakil Bupati dan PERMA No. 01 Tahun 2005 ternyata juga
Walikota/Wakil Walikota. mewarisi penyelewengan yang telah dilakukan
(7) Putusan Pengadilan Tinggi sebagaimana oleh PP No. 6Tahun 2005, karena rumusannya

257
ambigu. Dinyalakan dalam Ayat (4), Mahkamah buktl-bukti pendukung, baik asll atau foto
Agung atau Pengadilan Tinggi memutus copy yang telah dilegallsasi dan dibuat
permohonan keberatan pada tingkat pertama dalam rangkap 7 (tujuh) exemplar;
dan terkahir. Kemudian ayat (5) menegaskan, (5) Keberatan yang diajukan oleh pemohon
Putusan Mahkamah Agung atau Pengadilan atau kuasa hukumnya wajib menguraikan
Tinggi bersifat final dan menglkat. dengan jelas dan rinci tentang:
Kalau kita kembali ke dasar pengaturan a. Kesalahan darl perhitungan suara
dalam UU No. 32 Tahun 2004, maka harus yang diumumkan oleh KPUD dan hasil
dibedakan secara tegas sifat putusan antara perhitungan suara yang benar
Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung. menurut pemohon;
Ketentuan dalam Pasal 106 ayat (5) secara b. Permintaan untuk membatalkan hasil
tegas menyatakan, putusan Mahkamah perhitungan suara yang diumumkan
Agung bersifat final dan mengikat. KPUD dan menetapkan hasil per
Sedangkan putusan Pengadilan Tinggi hitungan suara yang benar menurut
bersifat final (Ayat (7)). pemohon.
Tata cara pengajuan upaya hukum (6) Setelah permohonan diterima Mahkamah
keberatan terhadap hasil perhitungan suara Agung atau Pengadilan Tinggi secepatnya
sebagalmana diatur dalam Pasal 3 PERMA memeriksa keberatan dimaksud dan
No. 6 Tahun 2005 sebagai berikut: memerintahkannya dalam waktu paling
(1) Keberatan terhadap penetapan hasil lambat 14 (empat belas) hari;
pemilihan Kepala Daerah dan Wakil (7) Persldangan Mahkamah Agung dilakukan
Kepala Daerah hanya dapat diajukan oleh Majelis Hakim yangterdiri darl 5 (lima)
berkenaan dengan hasil penghitungan orang Hakim Agung, dan persidangan
suara yang mempengaruhi terplllhnya Pengadilan Tinggi dilakukan oleh majelis
pasangan calon; hakim yang terdiri dari 3 (tiga) orang Hakim
(2) Keberatan sebagalmana yang dimaksud tinggi. Pemeriksaan dilakukan atas berkas
dalam ayat (1) diajukan kepada Mahkamah perkara;
Agung atau melalui Pengadilan Tinggi pal (8) Mahkamah Agung dapat memanggil para
ing lambat 3 (tiga) hari setelah penetapan pihak untuk didengar keterangannya,
hasil akhir pemilihan Kepala Daerah dan bilamana dipandang perlu;
Wakil Kepala Daerah; (9) Dalam hal diperlukan pemeriksaan
(3) Keberatan pasangan calon terhadap setempat, Mahkamah Agung atau
penetapan KPUD Kabupaten/Kota, Pengadilan Tinggi memerintahkan
diajukan kepada Pengadilan Tinggi Pengadilan Tinggi/Pengadilan negeri
melalui Pengadilan Negeri paling lambat melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan
3 (tiga) hari setelah penetapan hasil akhir sudah selesai paling lambat 3 (tiga) hari
pemilihan Kepala Daerah dan Wakil sejak perintah diterima.
Kepala Daerah;
(4) Keberatan ditandatangani oleh pemohon
atau kuasa hukum dengan dilengkapl

258 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL. 12 SEPTEMBER 2005:252 - 261


Huda. TeiaahXasus Sengketa Hasil PUkada Depok...

Kasus Pilkada Kota Depok 195.357 suara."" Dapatkah diketahui secara


pasti bahwa jumiah suara yang dipertanyakan
Mempelajari kasus yang terjadi dalam
itu (illegai) adaiah memilih calon No.5 atau
Pilkada Depok setldaknya dapat kita temukan
seballknya calon No. 3?
beberapa ha! menarik: Pertama, titik tolak yang
Kedua, Permohonan Keberatan yang
dipakai sebagal alasan Pemohon (Drs.H.
diajukan oleh Pemohon ke Pengadilan Negeri
Badrul Kama!, MM dan KH. Syihabuddin
Cibinong dan Pengadilan Tinggi Bandung
Achmad, BA) dalam permohonan keberatan
pada tanggal 12 Juli 2005, sementara
berkaitan dengan masalah jumiah daftar
penetapan hasll pemilihan Waiikota dan Wakil
pemilih tetap. Menurut Pemohon, j'umlah
Walikota Depok dilakukan pada tanggal 06 Juli
daftar pemilih tetap Kota Depok adaiah
2005. UU No. 32 Tahun 2004 membatasi
899.419 orang, tetapi menurut Pemotion ada
pengajuan keberatan terhadap hasil
sejumlah orang yang tidak berhak memllih
perhitungan suara adaiah 3 (tiga) harl setelah
(9.471 orang) dilegalkan melalui Keputusan
penetapan hasil pemilihan kepala daerah dan
KPUD Kota Depok dengan menganulir daftar
wakii kepala daerah. Sehingga permohonan
pemilih tetap, yang ternyata menurut pemohon
keberatan itu harus ditolak karena sudah
orang-orang tersebut adaiah pendukung
melampaul tenggang waktu yang ditentukan
pasangan calon No. 5 (Nur Mahmudi dan
oleh UU.
Yuyun S). Disamping Itu, ada 37.253 orang
Ketiga, putusan Pengadilan Tinggi yang
yang tidak berhak memilih (bukan penduduk
menganulir hasil Pilkada Kota Depok apakah
dan bukan pemilih) tetapi hanya menumpang
bersifat final ataukah final dan mengikat?
(kontrak/kos) diberi undangan untuk memilih
Polemik yang muncul di masyarakat menyatakan
dan mendukung pasangan calon No. 5.
bahwa putusan Pengadilan Tinggi Bandung
Jumiah suara yang ada pada Penetapan
bersifat final dan mengikat sehingga tidak ada
Komisi Pemilihan Umum Kota depok adaiah
iagi upaya hukum. Kembali ke dasar hukum
549.992 orang. Jumiah sisa suara yang tidak
UU No. 32 tahun2004 Pasai 106ayat (7), jelas
diperbolehkan menggunakan hak pilihnya
dinyatakan bahwa putusan Pengadilan tinggi
adaiah 899.419-549.992 = 349.427. Adapun
bersifat final, sehingga Termohon (KPU
jumiah suara yang sebenarnya mendukung
Depok) masih dapat mengajukan upaya
pasangan calon No. 5 adaiah 232.610-37.253
hukum ke Mahkamah Agung karena putusan
= 195.357. Untuk mendukung asumsi Pemohon
akhir ada pada Mahkamah Agung. Persoalan
disampalkan sejumlah bukti dan saksl, yang
yang muncul kemudian, berapa lama
akhimya Pemohon menyimpulkan bahwa ada
Mahkamah Agung harus memberlkan putusan
62.750 suara bagi Pemohon, namun hilang
akhir apabila putusan Pengadilan Tinggi
karena dihalang-halangi untuk memberlkan
ditoiak oleh KPUD, tidak ada pengaturannya
suaranya sehingga perolehan suara yang
secara tegas, balk dalam UU No. 32 tahun
sebenarnya untuk Pemohon sebanyak 269.531
2004, PP No. 6 Tahun 2005 ataupun PERMA
suara. Sedangkan perolehan suara calon No.
No. 1 Tahun 2005. Seharusnya untuk Pilkada
5 yang sebenarnya adaiah 232.610-37.253 =
'0 Putusan No. 01/PILKADA/2C057PT.BDG.

259
ada penagturan masalah ini secara tegas, memutuskan permohonan peninjauan
supaya tidak berlarut-larut terjadi kevakuman kembali.
pimpinan di daerah. Ada hikmah yang sangat berharga dari
Jika kita memakai UU No. UTahun 1985 peristiwa Pilkada Depok, bahwa menyelenggara-
tentang Mahkamah Agung, dalam Pasai 69 kan Pilkada bukanlah pekerjaan yang mudah
ditegaskan bahwa tenggang waktu pengajuan dan ringan, hajatan itu berslnggungan
permohonan peninjauan kembali adalah 180 langsung dengan masyarakat di bawah,
(seratus delapan puluh) hari. Pasal 72 sehingga butuh kerjasama antar berbagai
menegaskan, Panitera berkewajiban untuk pihak, balk calon, KPUD, Panwasda, Saksi,
selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat petugas di lapangan, media massa, dan
belas) hari memberikan atau mengirimkan masyarakat.
sallnan permohonan tersebut kepada pihak Penyelenggaraan Pilkada bukan hanya
lawan pemohon. Tenggang waktu bag! pihak mempertaruhkan kredibilitas KPUD di mata
lawan untuk mengajukan jawabannya adalah publlk tetapi juga lembaga peradilan
30(tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya manakala dalam penetapan hasil perhitungan
salinan permohonan peninjauan kembali. suara timbul konflik (sengketa). Maka, dengan
Surat jawaban diserahkan atau dikirimkan berpegang pada prinsip negara hukum,
kepada Pengadilan yang memutus perkara konflik politik harus bisa diselesaikan oleh
dalam tingkat pertama. Oleh Panitera hukum. Baik KPUD maupun Pengadilan harus
permohonan tersebut dikirimkan kepada independen dan profesiona! dalam meng-
Mahkamah agung selambat-lambatnya dalam emban tugas dan wewenangnya.
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari.
Dalam hal Mahkamah Agung mengabul-
Penutup
kan permohonan peninjauan kembali,
Mahkamah Agung membatalkan putusan yang Dari uraian di atas kiranya dapat
dimohonkan peninjauan kembali tersebut dan disimpulkan bahwa pengaturan pemilihan
selanjutnya memeriksa serta memutus sendiri kepala daerah secara langsung melalui UU No.
perkaranya. Mahkamah agung mengirimkan 32 Tahun 2004 masih banyak mengandung
salinan putusan atas permohonan peninjauan cacat yuridis, karena ketidakjelasan konsep dari
kembali kepada Pengadilan negeri yang UU tersebut Putusan MK tentang pemilih-an
memutus perkara dalam tingkat pertama dan kepala daerah secara langsung yang
selanjutnya Panitera Pengadilan Negeri yang menyatakan KPUD tidak bertanggungjawab
bersangkutan menyampaikan salinan putusan kepada DPRD tetapi kepada rakyat, bukannya
itu kepada pemohon serta memberitahukan menyelesaikan persoalan tetapi menambah
putusan itu kepada pihak ;awan dengan persoalan baru. MK punterjebak pada"pesan
memberikan salinannya, selambat-lambatnya sponsor" UU No. 32 Tahun 2004 yang
dalam waktu 30 (tiga puluh) hari. Ternyata UU mendisain Pilkada ini bukan pemllu.
No. 14 Tahun 1985 juga tidak memberi Seandainya putusan MK menyambungkan
batasan yang tegas berapa lama waktu yang kembali hubungan KPUD dengan KPU
dibutuhkan oleh Mahkamah Agung untuk sebagaimana diatur dalam UU No. 12 Tahun

260 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL. 12 SEPTEMBER 2005:252 - 261


Huda. Telaah Kasus Sengketa Hasil Pilkada Depok...

2003, maka keruwetan pengaturan Pilkada MPR Rl, Panduan Daiam Memasyarakatkan
akan berkurang. UUD Negara Republik Indonesia
Masalah pengaturan Pilkada yang Tahun 1945, Sekretariat Jenderal MPR
"amburadul" ini menjadi pelajaran yang sangat Rl, Jakarta, 2003.
berharga bagi kita, agar kelak di kemudlan hari Rldwan HR, Hukum Administrasi Negara, Ull
Pemerintah dan DPR tidak 'lergesa-gesa dan Press, Yogyakarta, 2002.
memaksakan diri" untuk mengatur sesuatu SF. Marbun, Eksistensi Asas-asas Umum
tanpa didahului dengan pengkajian yang Penyelenggaraan Pemerintahan Yang
mendalam. Jangan terlalu berharap Layak Dalam Menjelmakan
demokrasi akan lahir dari kerja yang "acak- Pemerintah-an Yang Baik dan Bersih
acakan" di negara hukum Indonesia. Di Indonesia, Disertasl, Program
Melahirkan negara hukum yang demokratis Pascasarjana UNPAD, Bandung, 2001.
adalah pekerjaan serius dan butuh bingkal Jurnal UNISIA No. 5iyXXVII/l/2004.
yuridis yang jelas dan tegas. Kompas, 4 Pebruari 2005.
Media Indonesia, 23 Maret 2005
Kompas, 30 Maret 2005
Daftar Pustaka
Kompas, 23 Maret 2005.
Anna Erliyana, Keputusan Presiden Analisis UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Keppres Rl 1987-1998, Pascasarjana Daerah.
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, UU No. 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan
Jakarta, 2004 Daerah.
Baglr Manan, Hubungan Antara Pusat dan PP No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan,
Daerah Menurut UUD 1945, Sinar Pengesahan, Pengangkatan, dan
Harapan, Jakarta, 1994. Pemberhentian Kepala Daerah dan
Frans Magnls Suseno, Mencari Sosok Wakil Kepala Daerah.
Demokrasi, Sebuah Telaah Filosofis, Peraturan Mahkamah Agung Rl Nomor 01
Gramedia, Jakarta, 1997. Tahun 2005 tentang Tata Cara
Ni'matuI Huda, OtonomiDaerah, Filosofi, Sejarah Pengajuan Upaya Hukum Keberatan
Perkembangan dan Probiematika, terhadap Penetapan Hasil Pilkada dan
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005. Pilwakada dari KPUD Propinsi dan
KPUD Kabupaten/Kota.

261

Anda mungkin juga menyukai