Jl. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina, Depok 16424, Jawa Barat apipudin@staff.gunadarma.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengungkap secara analisis Pembiayaan Akad Mudharabah
pada sistem ekonomi syariah. Kajian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan yang digunakan yuridis historis. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berdasarkan studi pustaka berupa buku, jurnal, dan hasil karya ilmiah lainnya. baik yang ada hubungan langsung dngan bahasan mapun tidak langsung. Dari penelitian ini diketemukan bahwa pembiayaan akad mudharabah mutlilateral didasarkan pada fatwa MUI dan Dewan Syariah Nasional dengan argumen yang dibangun atas dasar analogi (al-Qias) penggadaian (al-Rahn). Fatwa Dewan Syariah Nasional bersilang pendapat dengan ilmuwan klasik yang tidak menetapkan pembiayaan akad mudharabah, baik bilateral maupun multilateral.
Kata kunci: musyarakah, mudharabah, Mudharabah musyarakah
ISLAMIC ECONOMY SYSTEM JOINT
(An Analysis of Mudharabah Contract Finance)
Abstract
The study aims at observing analitically of Mudharabah Contract Finance on islamic
economy system. The study uses descriptive qualitative analysis with historic-juridical approach. The data collecting technique in the study is based on literature such as book, journal, and other scientific works which is either related or unrelated with the study. The result of analysis ndicates that multilateral mudharabah contract finance is based on MUI and National Islamic Law Committee instruction with mortgage (al- Rahn) analogy (al-Qias)-based argument. The National Islamic Law Committee instruction is cross with the classical scientists who does not determine the mudharabah contract finance for either bilateral or multilateral.
Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 20 No. 1, April 2015 42
PENDAHULUAN kan orang yang amanah, agar terhindar berbagai penyimpangan. Kerjasama dalam ekonomi syariah Orang yang amanah pada kondisi diistilahkan dengan mudharabah dan sekarang sulit ditemukan, sehingga musyarakah. Pada kerjasama model kerjasama model mudharabah sulit mudharabah investor dan pengelola diwujudkan dalam kehidupan keseharian, bekerjasama. Pemilik modal hanya karena model kerjasama seperti ini investasi modal kepada pengelola dan investor harus menanggung resiko tidak ikut serta mengelola. Sementara kerugian. Hal ini juga yang menjadi pengelola (mudharib), hanya bermodal- alasan sistem ekonomi konvensional, di kan keahlian untuk mengelola usaha yang mana mudharib harus menyiapkan jami- disepakati. Wewenang bagi investor bisa nan. Tujuannya, ketika terjadi penyim- menentukan dalam penggunaan modal pangan dikemudian hari jaminan itulah tersebut. Sungguhpun itu bukan keharu- yang menjadi pegangan shahibul mal san, tetapi sebelum memulai kerjasama (ketua Tim Studi Jaminan:2011). Jika harus dimulai dengan akad. Baik dalam demikian maka sistem ekonomi syariah akad tersebut mengikat atau tidak. Hal ini model mudharabah tidak ada bedanya tentu berbeda dengan musyarakah, pada dengan sistem konvensional. Hal senada model musyarakah dua pemilik modal diungkapkan oleh konsultan ekonomi atau lebih selain mengeluarkan modal syariah (http://www.ekonomisyariah. juga ikut serta dalam mengelola. Baik org), komentarnya mudharib harus model mudharabah maupun musyarakah memberikan barang jaminan kepada keduanya memiliki kelebihan dan shahibul mal. Pemberian barang jaminan kekurangan, dan itu sebuah resiko yang kepada shahibul mal atas adopsi dari harus dihadapi. hukum pengadadaian (al-Rahn). Tambah- Secara psikologis pada musyarakah nya hal ini secara eksplisit sudah dibahas dalam menghadapi resiko kerugian tidak dalam UU No 10 1998. Kewajiban begitu bermasalah, karena semua pemilik jaminan juga terdapat pada fatwa Dewan modal ikut terlibat mengelola, sehingga Syariah Nasional Nomor: 07/DSN- ketika dihadapkan pada resiko kerugian MUI/IV/2000. Namun penytaan ini tidak semua pihak bisa menyadari. Adapun sejalan dengan komentar Umar Faruq pada model mudharabah pemilik modal (jurnal). Menurutnya, sistem ekonomi yang tidak ikut serta dalam mengelola syariah model mudharabah dibangun atas harus juga menanggung resiko kerugian. saling percaya antara mudharib dan Bahkan ketika bisnisnya pun hancur shahibul mal, karenanya shahibul mal pengelola tidak perlu mengganti modal tidak diperkenankan meminta barang yang telah diamanahkan kepada pengelola jaminan dari mudharib. Hal senada (mudharib). Secara psikologis pada GHQJDQ NRPHQWDU ,PDP 6\DIL¶L \DQJ kondisi seperti ini, pemilik modal tidak dikutif oleh Umar Faruq, menurutnya, mudah menerima, dan tentu akan lahir jika shahibul mal meminta jaminan negatif thinking kepada mudharib. Jika kepada mudharib, dan menyatakan syarat demikian, maka akan melahirkan per- kontrak, maka mudharabah mereka pecahan dan putus silaturahim, bukankah dianggap tidak sah. Komentar ini juga sistem ekonomi syariah dibangun di atas sejalan dengan komentar yang diutarakan semangat silaturahim. Untuk itu pada oleh R.A Evita Isretno Israhardi, sistem ekonomi syariah model mudha- komentaranya, bahwa pembiayaan rabah untuk menjadi mudharib dibutuh- mudharabah sepenuhnya ditanggung oleh shahibul mal, bahkan ketika menemukan
43 $SLSXGLQ .HUMDVDPD 3DGD «
kerugian ditanggung sepenuhnya oleh mengenai masalah yang diteliti pada saat shahibul mal, kecuali kerugiannya penelitian berlangsung. Masalah dalam disebabkan faktor kesengajaan mhudarib. penelitian ini pembiayaan akad mudha- Tambah Evita hal ini sudah dirumuskan rabah yang telah difatwakan Dewan dalam pasal 19 ayat 1 huruf c Undang- Syariah Nasional (DSN) bersilang undang tahun 2008. pendapat dengan fatwa ulama Hukum Perdebatan sistem ekonomi syariah (fiqih klasik) dan ulama Timur Tengah model mudharabah, khususnya mudha- lainnya. Pada Fiqh klasik seperti Fathu al- rabah multilateral tentang jaminan dari Qarib, Fathu al-0X¶LQ WLGDN GLNHWHPXNDQ mudharib sampai saat ini belum pembiyayaan akad mudharabah, karena menemukan titik temu yang jelas. Jika dalam prinsip ekonomi syariah berlandas- dalam akad mudharabah diharuskan kan kredibelitas (amanah). jaminan dari mudharib, maka pada sistem Penelitian ini menggunakan pende- ekonomi syariah khususnya mudharabah katan yuridis historis, yaitu suatu metode tidak ada bedanya dengan konvensional. pendekatan yang menekankan pada teori- Sebaliknya jika dalam akad mudharabah teori hukum dan aturan-aturan hukum didasarkan pada prinsip kepercayaan, yang berkaitan dengan permasalahan sudah barang tentu model mudharabah yang diteliti, atau suatu pendekatan yang hanya berlaku pada tingkat menengah ke yang meneliti dari sisi yuridisnya. Segi atas. Para pengelola modal yang sudah yuridis dalam penelitian ini ditinjau dari punya kredibelitas dalam mengelola hukum akad (Perikatan Islam) dan keuangan akan mendapatkan angin segar. pendapat-pendapat fuqaha (yurisprodensi Keputusan pembiayaan akad mudha- Islam) tentang pembiayaan akad rabah, dipengaruhi oleh sumber daya mudharabah sebagai data-data skunder. manusia dalam memahami ekonomi Adapun pendekatan secara historis, yaitu syriah. Pelaku-pelaku ekonomi syriah pendekatan yang bertujuan memperoleh pada umumnya berlatar belakang eko- pengetahuan secara historis tentang nomi konvensional, sehingga produk- pembiayaan akad mudharabah, sehingga produk syariah terlihat produk konven- dapat diketahu secara objektif argumen sional yang disyariahkan (Achmad yang dibangun oleh Dewan syariah Baraba). Indonesia (DSN) di Majelis Ulama Perdebatan jaminan dari mudharib Indonesia tentang pembiayaan akad kepada shahibul mal pada model mudharabah sebagai data primer. mudharabah sangat menarik dikaji lebih Data-data yang digunakan dalam jauh agar mendapatkan satu kepastian penelitian ini antara lain Fatwa-fatwa hukum, dan argumen yang dibangun oleh DSN-MUI, Ulama Timur tengah, ulama Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam klasik, dan jurnal yang ada kaitannya menetapkan pembiayaan akad mudha- langsung dengan pembahasan pembia- rabah. yaan akad mudharabah. Pada penelitian ini lebih meng- METODE PENELITIAN analisis pada pembiayaan akad mudha- rabah yang telah ditetapkan (istinbat) Kajian ini menggunakan metode Majelis Ulama Indonesia dan Dewan deskriptif analisis. Sebuah Metode yang Syariah Nasional. Ketetapan tersebut digunakan untuk menganalisis, meng- akan ditinjau lebih jauh, baik landandasan gambarkan dan meringkas berbagai kon- yang dijadikan rujukan dalam ketetapan disi, dan situasi dari berbagai data yang hukum, maupun argumen yang dibangun. dikumpulkan dari hasil pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN
Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 20 No. 1, April 2015 44
terdiri dari tiga tingkat, tingkat perama Kerjasama Pada Sistem Ekonom shahibul mal tingkata kedua sebagai Syariah mudharib antara, dan tingkat ketiga mudharib akhir. Pada kerjasama model Kerjasama pada sistem ekonomi mudharabah bertingkat akan banyak syariah secara garis besar dapat menemukan kendala dalam akad, karena diklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu akan kesulitan dalam penilaian kredi- mudharabah, dan musyarakah. Mudha- belitas mudharib. Untuk itu Dewan rabah produk ekonomi syariah di mana Syariah Nasional (DSN) dan Majelis shahibul mal (investor) hanya menyerah- Ulama Indonesia menetapkan sebuah kan modal kepada pengelola modal keputusan, bahwa dalam mudharabah (mudharib) untuk dikelola. Jadi kerja- bertingkat harus ada pembiayaan akad. sama pada model mudharabah investor Hal ini dilakukan agar dapat menjaga tidak ikut serta mengelola, pengelolalaan keamanan modal yang diamanahkan modal sepenuhnya dilakukan oleh shahibul mal ke mudharib antara. mudharib. Konsekwensi dari model Terlepasa dari model-model mudha- mudharabah investor dan mudharib me- rabah di atas, yang jelas mudharabah nanggung kerugian bersama dan mene- berasal dari bahasa arab yang dalam rima laba bersama. Kerjasama pada mo- artian kebahasaan (lughah)mudharabah del mudharabah dilihat dari jenisnya berasal dari kata adhraba, yudhribu yang dapat dikelompokan menjadi mudha- artinya memukul (Mahmud Yunus:1999), rabah muthlak dan mudharabah muqayad dari kata tersebut dapat diistilahkan (Taufiqul Hulam:2010). Perbedaan antara menjadi beraktifitas, berjalan, karena mudharabah muthlak dan mudharabah orang yang beraktifitas, berjalan pada muqayad terletak pada kebebasan penge- dasarnya memukul bumi (Muhammad lola. Pada mudharabah muthlak pengelola Quraish Shihab:2000). Sementara dalam bebas menggunakan modal untuk diguna- fiqih klasik mudharabah diartikan dengan kan pada bidang usaha apapun tampa bagi hasil (qirad) (Ibnu Qasim:tt). batasan. Sementara mudharabah muqa- Adapun dalam istilah ekonomi syariah yad pengelola dalam menggunakan modal yang dimaksud dengan mudharabah harus mengikuti jenis-jenis usaha yang adalah kerjasama antara pemilik modal telah ditentukan oleh pemilik modal. (shahibul mal) dengan pengelola (mud- Kerjasama model mudharabah jika harib), di mana shahibul mal memberikan dilihat dari kuantitasnya dapat dikelom- sejumlah modal kepada mudharib untuk pokan menjadi mudharabah bilateral, dan dikelola dengan rugi laba ditanggung mudharabah bertingkat (multilateral) bersama (Hendi Suhendi:2008). (R.A Evita Isretno Israhardi:2014). Pada Jika mudharabah shahibul mal tidak model mudharabah bilateral bersifat ikut serta mengelola modal, lain halnya personal, misalnya A dan B. A sebagai dengan model musyarakah. Pada model shahibul mal dan B sebagai mudharib. musyarakah semua pemilik modal Pada model seperti ini tidak banyak berserikat ikut serta mengelola modal. menemukan kendala dalam penilaian Resiko yang harus ditanggung oleh pengelola, yang penting A percaya dan pengelola sekaligus pemilik harta didasar- rela modalnya dikelola oleh B. Untuk itu kan pada jumlah modal yang dikeluarkan. pembiayaan akad mudharabah pada Jika A hanya mengeluarkan 10% dan B model seperti ini tidak diperlukan. Ada- mengeluarkan modal 20%, maka pun mudharabah bertingkat (bilateral) keuntungan yang dapat diterima oleh A atau disebut mudharabah musyarakah 10% dan B 20%. Demikian juga dengan
45 $SLSXGLQ .HUMDVDPD 3DGD «
kerugian yang harus ditanggung, A akan sistem ekonomi syariah memiliki prinsip menanggung resiko 10% dan B 20%. keseimbangan, modal besar untung besar, Dalam konsep ekonomi syariah ini modal kecil untung kecil (Rianto merupakan bentuk dari keadilan, sekali- Sofiyan:2009). Di sisi lain sistem gus prinsip keseimbangan. ekonomi syariah dibangun di atas Pada sistem ekonomi syariah jika silaturahim (kasih-sayang). Sayangilah dilihat pada jenis usahanya dapat makhluk yang ada di bumi, maka makhluk dikelompokan PHQMDGL $O 0X]DUD¶DK DO- yang ada di langit maka makhluk yang 0XMDUD¶DK DGDODK NHUMD VDPD SHQJHORODDQ ada dilangit akan menyanyangimu (al- pertanian antara pemilik lahan dan Hadis). penggarap di mana pemilik lahan mem- Pada prinsip dasar ekonomi syariah berikan lahan pertanian kepada si banyak diutarakan oleh ilmuwan muslim, penggarap untuk ditanami dan di pelihara Chapra misalnya, dalam Imamudin dengan imbalan bagian tertentu (per- Yulaidi sebagaimana yang dikutif oleh sentase) dari hasil panen. Dalam prinsip Amri Amir mengemukakan bahwa, dalam ini benih disediakan oleh pemilik lahan. ekonomi syariah terdapat tiga prinsip Rasulullah menganjurkan ummatnya dasar; yaitu Tauhid (keimanan), tanggung untuk melakukan kerja sama dalam jawab (Khilafah), dan (al-Adl). Di antara pengelolaan tanah pertanian secara tiga prinsip dasar, prinsip tauhid menjadi PX]DUD¶DK dengan rasio bagi hasil, pondasi utama. Prinsip Tauhid ini Rasulullah juga menganjurkan untuk merefleksikan bahwa pemilik dan menanami tanah pertanian atau menye- penguasa tunggal jagat raya ini adalah rahkannya kepada orang lain untuk Tuhan Pencipta dan Pemelihara (•-). digarap. Dalam konteks ekonomi syariah Dalam tauhid (akidah) dikenal dapat memberikan modal dalam bentuk dengan istilah pembenaran dengan hati pembiayaan bagi pengelola yang bergerak (tasdiq) pengakuan terhadap sang di bidang pertanian atas dasar prinsip bagi pencipta (iqrar), dan implementasi dari hasil dari hasil panen. Selain itu ada juga keduanya (amal bi al-Arkan), karenanya al-Musaqah, al-Musaqah adalah bentuk Prinsip Tauhid ini yang mendasari \DQJ OHELK VHGHUKDQD GDUL PX]DUD¶DK GL pemikiran Khilafah dan al-Adl. Dengan mana si penggarap hanya bertanggung prinsip tauhid dampaknya seseorang baik jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. shahibul mal, maupun mudharib akan Sebagai imbalan si penggarap berhak atas berlaku adil dan jauh dari dusta dalam nisbah tertentu dari hasil panen. Dalam menjalankan kerjasama dalam hal apa- hal ini seseorang pemilik kebun memberi- pun, termasuk di dalamnya kerjasama kan kepercayaan pada penggarap untuk pada syariah. Untuk itu akad dalam memelihara kebunnya dengan memper- sistem ekonomi syariah tidak berlaku gunakan peralatan dan dana mereka, hanya di lisan sekedar pemanis hidup sebagai imbalan mereka memperoleh per- (lipstick), melainkan lahir dari dasar hati sentase tertentu dari hasil panen. yanh sangat dalam yang membutuhkan perwujudan dalam tindakan (komitmen). Prinsip Dasar Ekonomi Syariah Dengan demikian konsep khilafah akan direfleksikan dalam kehidupan, khusus- Pada sistem ekonomi konvensional nya di bidang ekonomi syariah. Jiwa dikenal dengan modal seminimal mung- khilafah yang dibangun di atas pondasi kin, mendapatkan keuntungan sebesar- akidah membawa dampak pada prilaku besarnya. Hal ini tidak dikenal pada adil, dan jujur. Tidak berlebihan jika sistem ekonomi syariah, karena pada
Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 20 No. 1, April 2015 46
khilafah menjadi salah satu prinsip dasar distribusi yang tidak terbatas, melainkan ekonomi syariah setelah akidah. semuanya ada batasannya (Yulianto, Khilafah atau Khalifah secara harfiah 2010). Singkatnya dalam ekonomi syariah (bahasa) diartikan wakil, pemelihara, atau tidak hanya mempelajari individu sosial, pemimpin setelah Nabi Muhammad saw. melainkan manusia dengan bakat Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali bin religiusnya. Untuk itu sistem ekonomi Abi Thalib disebut khalifah, karena syariah merupakan perwujudan dari kepemimpinanya setelah Nabi Muha- paradigma Islam (Amri Amir:2008). mmad saw. Manusia sejak keberadaanya Untuk itu hukum-hukum yang berkaitan diciptakan sebagai khalifah di muka dengan sistem ekonomi syariah tidak bumi, yang bertanggung jawab mengelola dapat dilepaskan dari syariat Islam, yaitu bumi. Dalam pengelolaannya seorang al-4XU¶DQ GDQ KDGLV khalifah memiliki orientasi untuk Di sisi lain Ekonomi syariah kepentingan bersama, kesejahtraan ber- merupakan ilmu pengetahuan sosial yang sama. Bumi dan segala isinya milik mempelajari masalah ekonomi masya- Tuhan yang harus dikelola untuk kemas- rakat yang dilhami oleh nilai-nilai Islam. lahatan bersama. Orientasi kemaslahatan Pada ekonomi syarah tidak dikenal bersama terbangung atas refleksi dari dengan eksploitasi, dan melarang penum- prinsip tauhid, yakni menyakini bahwa pukan kekayaan pada segelintir orang. gelala pengelolaan bumi berserta inisnya Ekonom syariah mampu memberikan akan dipinta pertanggung jawabannya. kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, Prinsip al-Adl merupakan konsep memberikan rasa adil, kebersamaan dan yang tidak dapat dipisahkan dari prinsip kekeluargaan serta mampu memberikan Tauhid, dan Khilafah, karena jiwa kesempatan seluas luasnya kepada setiap bertauhid dan jiwa khilafah akan pelaku usaha. Menurut Monzer Kahf diimplementasikan dalam al-Adl. Al-Adl dalam bukunya The Islamic Economy atau adil yang dimaksud bukan sama rata menjelaskan bahwa ekonomi Islam melaikan proporsional (Muhammad adalah bagian dari ilmu ekonomi yang Quraish Shihab:2000). Al-Adl dalam bersifat interdisipliner dalam arti kajian konteks ekonomi syariah, memenuhi ekonomi syariah tidak dapat berdiri kebutuhan hidup, menghargai sumber sendiri, tetapi perlu penguasaan yang baik pendapatan, distribusi pendapatan, dan dan mendalam terhadap ilmu-ilmu kesejahteraan yang merata secara pro- syariah dan ilmu-ilmu pendukungnya porsional. M. Abdul Mannan, sebagai juga terhadap ilmu-ilmu yang berfungsi mana yang dikutif oleh Muhammad sebagai tool of analysis seperti mate- Yulianto, komentarnya bahwa prinsip matika, statistic, logika dan ushul fiqih ekonomi syariah sangatlah berebeda (Rianto dan Amalia, 2010). Sedangkan dengan prinsip ekonomi modern. Per- menurut Hasan Uzzaman, Ekonomi Islam bedaan yang sangat nampak sekali pada adalah suatu ilmu aplikasi petunjuk dan sifat dan volumenya (M. Abdul aturan syariah yang men-cegah ketidak Mannan:1993). Pada prinsip ekonomi adilan dalam meperoleh dan modern masalah sangat bergantung pada menggunakan sumber daya material agar macam-macam tingkah prilaku individu, memenuhi kebutuhan manusia dan dapat mereka tidak memperhitungkan persya- menjalankan kewajibannya kepada Allah ratan-persyaratan masyarakat. Hal ini dan masyarakat (Rianto dan Amalia, tentu berbeda dengan prinsip sistem 2010). Sistem ekonomi syariah ekonomi syariah. Pada prinsip ekonomi dimaksudkan untuk mengatur kegiatan syariah tidak mengenal kebebasan ekonomi guna mencapai derajat ke-
47 $SLSXGLQ .HUMDVDPD 3DGD «
hidupan yang layak bagi seluruh individu qirad, al-5DKQ DUL\DK ML¶DODK VKXOKX dalam masyarakat. Sistem ekonomi luqathah, hibah, sedekah, hadiah. Akad syariah diseluruh kegiatan dan kebiasaan juga menjadi tolak ukur sah dan tidaknya masyarakat bersifat dinamis dan adil sebuah hukum pada sistem ekonomi dalam pembagian pendapatan dan syariah (Ibnu Qasim,tt). kekayaan dengan memberikan hak pada Dari pengertian itu akad mudharabah setiap individu untuk mendapatkan peng- dapat difahami sebagai perjanjian dalam hidupan yang layak dan mulia baik di kerjasama. pihak pertama dalam akad dunia maupun di akhirat nantinya. mudharabah adalah (shahibul mal), dan Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pihak kedua pengelola (mudharib). para pemikir ekonomi syariah melihat Dalam mudharabah juga dikenal dengan persoalan ekonomi tidak hanya berkaitan rukun mudharabah. Rukun mudharabah dengan faktor produksi, konsumsi, dan terjadi silang pendapat di antara ulama distribusi, berupa pengelolaan sumber syariah. Hanafiah misalnya memahami, daya yang ada untuk kepentingan bernilai bahwa dalam ijab qabul (akad) tidak ekonomis. Namun lebih dari itu mereka disyaratkan adanya kata (lafad) ijab melihat persoalan ekonomi sangat terkait qabul, tetapi bisa dengan bentuk apa saja dengan persoalan moral, ketidak adilan, yang menunjukan makna ijab qabul ketauhidan dan sebagainya. Ekonomi (akad) (Imam Ahsan Khan Nyazee:1997). syariah menempatkan nilai-nilai Islam 6HPHQWDUD 8ODPD 6\DIL¶L EHUSHQGDSDW sebagai pondasinya. Hal inilah yang bahwa akad mudhrabah tidak hanya ijab membedakan dengan konsep ekonomi dan qabul melainkan hurus adanya dua barat yang menempatkan kepentingan belah pihak, adanya usaha, adanya laba, individu sebagai landasannya. dan adanya modal (Zainul Arifin:2002). Silang pendapat tidak hanya pada Diskursus Pembiayaan Akad akad mudharabah, ternyata pada pembiayaan akad pun berlangsung silang Mudharabah pendapat antar ulama. Secara tekstual pembiayaan akad mudharabah tidak Secara harfiah (etimologi) akad diketemukan dalam sumumber hukum berasal dari akar kata aqada (ªØË) yang Islam. Perbedaan terjadi di atanra ulama artinya ikatan, bundelan, janji. Tali yang di dasarkan ijtihad dalam memhami teks membundal disebut akad (Mahmud keagamaan khususnya pada pembiayaan Yunus:1999). Dua ujung tali yang akad mudharabah. Silang pendapat pada mengumpul hingga keduanya bersam- pemikir Islam sampai saat ini belum bung dan menjadi seperti seutas tali yang menemukan titik temu, semuanya bersi- satu disebut akad (Departemen Pendi- keras membangun argumennya masing dikan Nasional, 2001). Sementara dalam masing. Baik yang menetapkan pembia- istilah Islam, sebagaimana diutarakan yaan akad mudharabah maupun yang oleh Ahli Hukum Islam (Jumhur Ulama) menolak. Dewan Syariah Nasional adalah suatu perikatan antara ijab dan (DSN), dan Majelis Ulama Indonesia qabul dengan cara yang dibenarkan (MUI) misalnya, menetapkan, bahwa V\DUL¶L (Syariah) yang menetapkan akibat- dalam akad mudharabah harus ada akibat hukum pada objeknya (Zainal pembiayaan. Pemahaman ini didasarkan Arifin, 2007). Pada sistem ekonomi sya- pada prinsip penggadaian (al-Rahn). Ibnu riah akad sering digunakan pada beberapa Qasim dalam salah satu karyanya, yaitu hal; di antaranya: jual beli, mudharabah, Fathul Qarib menjelaskan kriteria al-Ijarah, syirkah, hiwalah, al-6\XI¶DK penggadaian (al-Rahn). Menurutnya da-
Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 20 No. 1, April 2015 48
lam penggadaian syariah sesuatu yang Silang pendapat, ternyata tidak hanya digadaikan hanya jaminan dan tidak boleh terjadi pada pembiayaan akad, pada digunakan oleh penggadai. Sesuatu itu pembagian hasilpun terjadi silang pen- dapat diambil jika utangnya tidak dapat di antara pemikir Islam. Ada yang terbayar. Itupun atas dasar akad disaat mengatakan pembagian hasil dilakukan akan akad utang piutang. Komentar- setelah dikurangi biaya oprasional, dan komentar ulama klasik ini dijadikan ada yang menolak pernyataan ini. Imam landasan oleh MUI dalam membangun 6\DIL¶L PLVDOQ\D EHUSHQGDSDW EDKZD argumen biaya akad mudharabah. pembagian hasil harus sebelum dipotong Pernyataan ini dibantah oleh Sutan Remi biaya oprasional (Revenue Sharing). Sjahdaeni yang dikutif oleh Umar Faruq Namun pendapat ini dibantah oleh tiga (Jurnal:2007), komentarnya, hubungan pendapat ulama, seperti Imam Hanafi, shahibul mal dengan mudharib meru- Imam Malik, dan Imam Ahmad, komen- pakan hubungan yang mengutama-kan tarnya pembagian hasil dalam mudha- kepercayaan. Hal ini utarakan juga oleh rabah harus setelah dipotong biaya Rizal Abdul Mujib dalam sebuah oprasional (profit sharing) (Agustianto: jurnalnya, dengan judul; Studi Perban- 2010). Di sadari atau tidak, hukum dingan Praktek Pemberian Jaminan pembagian hasil secara tekstual belum Kredit Modal Kerja dan al-Mudharabah diketemukan di dalam sumber hukum Antara Bank Jatim Cabang Malang Islam, karenanya prinsip kerelaan (ridha) Dengan BNI Syariah Cabang Malang, dijadikan landasan hukum. Shahibul mal komentarnya, shahibul mal tidak perlu dan mudharib membuat kesepakatan meminta jaminan dari mudharib. Demi- dalam pembagian hasil, boleh memilih di kian juga hal senada diutarakan oleh antaranya. Dengan demikian pembagian ulama klasik (ilmuwan), sebagaimana laba dalam sistem ekonomi syariah yang dikutif oleh Taufiq Hulam, khususnya mudharabah titik tolaknya komentarnya, tidak dibenarkan dalam pada akad ketita kerjasama akan di mulai. mudharabah adanya jaminan (biaya Hal ini melahirkan pemahaman sistem akad). Tidak etis bagi lembaga keuangan konvensionalpun da-lam bagi halsil syariah meminta jaminan dalam per- (bunga) dapat dikatakan sistem syariah janjian kerjasama mudharabah. Hal ini jika diawali akad dan didasari dengan didasarkan pada pemahaman bahwa kerelaan (antaradin). kerjasama mudharabah terjadi karena Istilah bagi hasil sebenarnya bukan adanya kepentingan bersama untuk ber- hal baru dalam kegiatan ekonomi di mitra usaha yang didasarkan pada sikap Indonesia. System bagi hasil sudah di saling membutuhkan dan saling percaya. kenal sejak dahulu melalui bagi hasil Komentar ini juga sejalan dengan pertanian yang dilakukan oleh penggarap komentar yang diutarakan oleh Bur- dan pemilik lahan. Bagi hasil sendiri hanuddin Harahap dalam salah satu menurut terminologi asing (Inggris) di karyanya, yaitu jurnal dengan judul kenal dengan profit sharing. Profit Kedudukan, Fungsi Dan Problematika sharing menurut etimologi Indonesia Jaminan Dalam Perjanjian Pembiayaan adalah bagi keuntungan. Dalam kamus Mudharabah Pada Perbankan Syariah. ekonomi diartikan pembagian laba. Profit Komentarnya, secara normatif mudha- secara istilah adalah perbedaan yang rabah bukan utang piutang dan bukan timbul ketika total pendapatan (total pinjam meminjam. Untuk itu para ulama revenue) suatu perusahaan lebih besar klasik melarang adanya pembiayaan akad dari biaya total (total cost). Bagi hasil mudharabah. dapat berbentuk suatu bonus uang
49 $SLSXGLQ .HUMDVDPD 3DGD «
tahunan yang didasarkan pada laba yang uang atau tagihan yang dapat dipersama- di peroleh pada tahun tahun sebelumnya, kan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau dapat berbentuk pembayaran atau kesepakatan antara bank dengan mingguan atau bulanan. Di dalam istilah pihak lain yang mewajibkan pihak yang lain profit sharing adalah perhitungan di biayai untuk mengembalikan uang atau bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih tagihan tersebut setelah jangka waktu dari total pendapatan setelah dikurangi tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. dengan biaya-biaya yang dikeluarkan Menurut M. Syafii Antonio. (2001), Bank untuk memperoleh pendapatan tersebut. Syariah dari Teori ke Praktek. Pembia- Pada ekonomi syariah istilah yang yaan adalah pemberian fasilitas penyedi- sering dipakai adalah profit and loss aan dana untuk memenuhi kebutuhan sharing, di mana hal ini dapat diartikan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. sebagai pembagian antara untung dan rugi Sementara menurut Muhammad (2002), atas kesepakatan bersama sejak awal Manajemen Bank Syariah. Pembiayaan perjanjain antara pemilik modal dengan dalam secara luas diartikan sebagai pihak yang membutuhkan modal dari pendanaan yang di keluarkan untuk pendapatan yang diterima atas hasil usaha mendukung investasi yang telah direnca- yang telah dilakukan. Bentuk bentuk nakan baik dilakukan sendiri maupun pembagian laba yang tidak langsung dijalankan oleh orang lain. mencakup alokasi saham-saham (penyer- Berdasarkan pengertian tersebut di taan) perusahaan pada para pelaku usaha atas, dapat disimpulkan bahwa pembia- dibayar melalui laba perusahaan dan yaan adalah pemberian fasilitas penyedi- memberikan pilihan pada para pelaku aan dana untuk mendukung investasi usaha untuk membeli saham perusahaan yang telah direncanakan berdasarkan sampai pada jumlah tertentu dimasa yang kesepakatan antara bank dengan pihak akan datang pada tingkat harga sekarang, lain yang mewajibkan pihak yang sehingga memungkinkan para pelaku dibiayai untuk mengembalikan uang atau usaha memperoleh keuntungan baik dari tagihan tersebut setelah jangka waktu pembagian keuntungan maupun setiap tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. pertumbuhan dalam nilai saham yang Hal ini tentu berbeda dengan pembiayaan dihasilkan dari peningkatan dalam akad mudharabah. Pada pembiayaan kemampuan perusahaan memperoleh la- akad mudharabah yang menyediakan ba. Pihak-pihak yang terlibat dalam dana untuk pembiayaan adalah mudharib. kepentingan dalam kegiatan usaha tadi Pembiayaan akad mudharabah pada harus melakukan trasnparansi dan kemi- ekonomi konvensional berkedudukan traan secara baik dan ideal. Sebab semua sebagai jaminan. Perbedaan dan pengeluaran dan pemasukan rutin yang persamaan antara jaminan dan biaya akad berkaitan dengan bisnis penyertaan, terletak pada ketentuan hukum. Jaminan bukan untuk kepentingan pribadi yang ketika mudharib tidak dapat mengem- menjalankan usaha. balikan modal baik sengaja atau tidak, maka jaminan itu menjadi milik shahibul Pembiayaan Akad Mudharabah dan mal. Sementara pada pembiayaan akad Biaya Operasional jaminan itu dapat dicairkan menjadi milik shahibul mal jika terbukti melakukan Pengertian pembiayaan menurut pelanggaran yang telah disepakati (Fatwa berbagai litertur yang ada sebagai berikut, MUI No 9:2000). Menurut Undang-Undang No.10 Tahun Pada awalnya pada kerjasama 1998 Pembiayaan adalah penyediaan mudharabah tidak dikenal dengan akad
Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 20 No. 1, April 2015 50
yakni penjual dengan akad jual beli tidak SIMPULAN DAN SARAN lagi memeiliki wewenang sedikit pun atas barang yang telah dijualnya (M. Quraish Simpulan Shiha, 2000). Adapun ayat al-4XU¶DQ yang ketiga yang dijadikan dasar Dari uraian di atas tentang pem- pembiayaan mudharabah oleh MUI biayaan akad mudharabah dapat penulis adalah surat al-Baqarah ayat 283. Ayat ini simpulkan, bahwa pembiayaan akad berisikan orang yang dipercaya (mudha- mudharabah yang digunakan di Indonesia rib) menunaikan amanatnya. didasarkan fatwa Majelis Ulama Selain ayat al-4XU¶DQ GL DWDV \DQJ Indonesia (MUI) dengan analogi (qias) dijadikan dasar argumen dalam menetap- penggadaian (al-Rahn). Fatwa MUI ini kan pembiayaan mudharabah oleh MUI, hasil ijtihad MUI pada pada hari selasa, ada beberapa hadis yang dijadikan dasar tanggal 29 Dzulhijjah 1420/4 April 2000, pijakan dalam membangun argumennya. dengan argumen yang dibangun didasar- Pertama hadis yang diriwayatkan oleh kan pada teks-teks keagamaan, berupa al- Ibnu Majah dari Shuhaib, kedua hadis 4XU¶DQ KDGLV GDQ NDLGDK KXNXP fiqh). yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi Pada dasarnya Majelis Ulama dari Amr bin Auf, dan ketiga hadis yang Indonesia menyadari bahwa pembiayaan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan akad mudharabah pada prinsipnya tidak Daraqutni. Pada hadis pertama hanya ada, karena mudharabah dibangun di atas berbicara mudharabah, yakni hadis itu saling percaya. Majelis Ulama Indonesia hanya menjelaskan bahwa mudharbah menetapkan akadanya pembiayaan akad bagian dari jual beli. Sementara pada mudharabah didasarkan berbagai pertim- hadis kedua menjelaskan perdamaian bangan. Pembiayaan mudharabah tidak (kesepakatan) di atarana muslim hukum- sama dengan jaminan pada sistem eko- nya boleh. Adapun hadis yang ketiga nomi konvensional. Pada sistem ekonomi berbica, tidak ada bahaya bagi diri dan konvensional, ketika pengelola usaha orang lain. Hadis-hadis tersebut di atas tidak dapat mengembalikan modal yang yang dijadikan dasar pijakan pembiayaan telah dikucurkan, jaminan menjadi akad mudharabah diperkuat oleh MUI pemilik modal. Sementara pembiayaan dengan kaidah hukum (fiqh), yaitu, pada pada mudharbah yang barang yang dasarnya semua bentuk muamalah boleh dijadikan jaminan tidak bisa dicairkan, kecuali ada dalil yang mengharam- selama tidak disepakati mudharib. kannya. Penetapan pembiayaan mudharbah Semua argumen yang dibangun oleh yang difatwakan Majelis Ulama Indo- MUI, baik berdasarkan al-4XU¶DQ KDGLV nesia tidak sejalan dengan ahli-ahli dan kaidah hukum telah ngkat hukum Islam klasik, baik Timur mapun (dibicarakan) pada rapat pleno Dewan barat tidak menetapkan adanya pembia- Syariah Nasional pada hari selasa, tanggal yaan akad mudharabah. Demikian juga 29 Dzulhijjah 1420/4 April 2000. Alhasil bagi hasil pada mudharbah yang dari keseluruhannya menggiring pada ditetapkan oleh Majelis Ulama Indonesia sebuah ketetapan, bahwa dalam mudhar- tidak senada dengan komentar sebagian bah ada pembiayaan sebagai bentuk ahl-ahli hukum Islam klasik. Fatwa kehati-hatian. Majelis Ulama Indonesia tentang bagi hasil mudharabah hanya senada dengan IDWZD \DQJ GLXWDUDNDQ ,PDP 6\DIL¶L GL abad kedua hijriah.
Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 20 No. 1, April 2015 52
Harapan dan Saran http://www.bi.go.id/id/publikasi/jurn al-ekonomi Sebaiknya fatwa Majelis Ulama Chapra, M. Umar. 1999. Islam dan Indonesia dalam menetapkan pembiayaan Tantangan Ekonomi, ICMI akad mudharbah dikaji lebih jauh. Gunawan, Dhani. 2009. Perbankan Majelis Ulama Indonesia pada pembia- Syariah Indonesia Menuju Melenium yaan mudharbah didasarkan pada alogi Baru, Perpustakaan BAPPENAS penggadaian (al-Rahn) di samping Hakim, Cecep Maskanul. 2009. Problem didasarkan pada al-4XU¶DQ KDGLV GDQ Pengembangan Produk Dalam Bank kaidah hukum yang sifatnya masih Syariah, Perpustakaan BAPPENAS umum. Kasus ini spertinya sama dengan Harahap, Burhanudin, 2006 Kedudukan, kasus dalam menetapkan zakat profesi, Fungsi Dan Problematika Jaminan yang dianalogikan pada hasil pertanian Dalam Perjanjian Pembiayaan dalam menetapkan nisab. Namun dalam Mudharabah Pada Perbankan menetapkan jumlah yang harus 6\DUL¶DK, http://eprints.uns.ac.id/763/ dikeluarkan menganalogikan pada pernia- No.69 gaan, yang sampai sekarang menjadi Hulam, Taufiqul. 2010. Jaminan Dalam perdebatan di antara ahli hukum. Transaksi Akad Mudharabah Pada Penulis sangat menyadari kelemahan Perbankan Syariah. Jurnal Mimbar dan keterbatasan penulis, baik teknis Hukum Fakultas Hukum UGM. vol maupun konten dalam tulisan ini. Untuk 22, No3 itu penusli sangat berharap kritik dan Israhardi, R.A Evita Isretno. 2014. saran yang membangun, sehingga pada Investasi Bagi Hasil Dalam Pem- penulisan jurnal berikutnya dapat menya- biayaan Akad Mudharabah jikan tulisan yang layak. Perbankan syariah, Jurnal Lex Publica, Vol. 1 N0.1 DAFTAR PUSTAKA Janwari, Yadi. 2012. Tantangan dan Inisiasi dalam Implementasi Ahmad, Abu Umar Faruq, Hasan, M. Ekonomi Syariah di Indonesia. Kabir. 2007 Riba And Islmic Baning Jurnal UIN Jakarta Vol Xll No.2 Journal of Islamic Econom ics, Ketua Tim Studi tentang. 2011. Jaminan Banking and Financel . Vo3 no.1 pada Kegiatan Usaha Perusahaan Arifin, Zainul. 2002 Dasar-dasar Pembiayaan,ttp://www.bapepam.go.i manajemen bank syariah. AlvaBet, d/pasar_modal/publikasi_pm/kajian_ $QWRQLR 0XKDPPDG 6\DIL¶L 2001, Bank pm/studi-2011/Penelitian-PP- Syariah dari Teori Ke Praktek, 2011.pdf Jakarta: Gema Insani Press Majelis Ulama Indonesia. 2000. Fatwa Ardiansyah, Dimas. 2013. Implentasi Dewan Syariah Nasional, Sekretariat Pembiayaan Dengan Akad Mudhar- Masjid Istiqlal bah (Studi Pada 3 Bank Syariah di Mujib, Rizal Abdul. 2007. Studi Kota Malang), Malang: Universitas Perbandingan Praktek Pemberian Brawijaya, Jurnal Fakultas Ekonomi Jaminan Kredit Modal Kerja dan al- dan Bisnis Mudharabah Antara Bank Jatim Baraba, Achmad. 1999. Prinsip Dasar Cabang Malang Dengan BNI Syariah Oprasional Perbankan Syariah, Cabang Malang, http://student- Buletin Ekonomi Moneter dan research.umm.ac.id Perbankan:
53 $SLSXGLQ .HUMDVDPD 3DGD «
Nyazee, Imran Ahsan Khan. 2009. Tianto, Agus. Penentuan Bagi Hasil Murabahah and the Credit Sale Deposito Mudharbah Di Bank International Islamic University, Syariah,http://www.ekonomisyariah. Islamabad org/download/artikel/Agustianto%20 Quraish Shihab, 2000, Tafsir al-Misbah. -20Penentuan%20Rate%20Bagi Volume1, 2 dan 3, Ciputat Lentera %20Hasil%20PPT.pdf Hati Yunus, Mahmud. 1999. Kamus Arab Qasim, Ibnu,tt Fatu al-Qarib,Kairo: Dar Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya al-Fikr Agung Rizal, Sofyan. 2008. Kontrak Yulianto, Muhamad. 2015. Prinsip-pinsip Mudharabah, Permasalahan dan Ekonomi Islam, Universitas Syiah Alternatif Solusi, ttp://www. (Unsyiah.ac.id) alhikmah.ac.id/soft/Artikel/Ekonomi Yusuf, Asdar. 2014. Paradigma %20Islam/Ekonis-Seri3.pdf Kontemporer Ekonomi Islam (Muh. Salim, Agus. 2009. Dinamika Pemikiran Abdul Mannan versus Syed Nawab Ekonomi Islam, IAIN Jambi Jurnal Haedir Naqvi). Jurnal Vol. 11 No.2 vol.8 No.2
Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 20 No. 1, April 2015 54