Anda di halaman 1dari 13

KERJASAMA PADA SISTEM EKONOMI SYARIAH

(Analisis atas Pembiayaan Akad Mudharabah)

Apipudin

Fakultas. Ekonomi Universitas Gunadarma


Jl. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina, Depok 16424, Jawa Barat
apipudin@staff.gunadarma.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengungkap secara analisis Pembiayaan Akad Mudharabah


pada sistem ekonomi syariah. Kajian ini menggunakan metode analisis deskriptif
kualitatif dengan pendekatan yang digunakan yuridis historis. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini berdasarkan studi pustaka berupa buku, jurnal, dan hasil
karya ilmiah lainnya. baik yang ada hubungan langsung dngan bahasan mapun tidak
langsung. Dari penelitian ini diketemukan bahwa pembiayaan akad mudharabah
mutlilateral didasarkan pada fatwa MUI dan Dewan Syariah Nasional dengan argumen
yang dibangun atas dasar analogi (al-Qias) penggadaian (al-Rahn). Fatwa Dewan
Syariah Nasional bersilang pendapat dengan ilmuwan klasik yang tidak menetapkan
pembiayaan akad mudharabah, baik bilateral maupun multilateral.

Kata kunci: musyarakah, mudharabah, Mudharabah musyarakah

ISLAMIC ECONOMY SYSTEM JOINT


(An Analysis of Mudharabah Contract Finance)

Abstract

The study aims at observing analitically of Mudharabah Contract Finance on islamic


economy system. The study uses descriptive qualitative analysis with historic-juridical
approach. The data collecting technique in the study is based on literature such as
book, journal, and other scientific works which is either related or unrelated with the
study. The result of analysis ndicates that multilateral mudharabah contract finance is
based on MUI and National Islamic Law Committee instruction with mortgage (al-
Rahn) analogy (al-Qias)-based argument. The National Islamic Law Committee
instruction is cross with the classical scientists who does not determine the mudharabah
contract finance for either bilateral or multilateral.

Keywords: Musyarakah, Mudharabah, Mudharabah musyarakah

Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 20 No. 1, April 2015 42


PENDAHULUAN kan orang yang amanah, agar terhindar
berbagai penyimpangan.
Kerjasama dalam ekonomi syariah Orang yang amanah pada kondisi
diistilahkan dengan mudharabah dan sekarang sulit ditemukan, sehingga
musyarakah. Pada kerjasama model kerjasama model mudharabah sulit
mudharabah investor dan pengelola diwujudkan dalam kehidupan keseharian,
bekerjasama. Pemilik modal hanya karena model kerjasama seperti ini
investasi modal kepada pengelola dan investor harus menanggung resiko
tidak ikut serta mengelola. Sementara kerugian. Hal ini juga yang menjadi
pengelola (mudharib), hanya bermodal- alasan sistem ekonomi konvensional, di
kan keahlian untuk mengelola usaha yang mana mudharib harus menyiapkan jami-
disepakati. Wewenang bagi investor bisa nan. Tujuannya, ketika terjadi penyim-
menentukan dalam penggunaan modal pangan dikemudian hari jaminan itulah
tersebut. Sungguhpun itu bukan keharu- yang menjadi pegangan shahibul mal
san, tetapi sebelum memulai kerjasama (ketua Tim Studi Jaminan:2011). Jika
harus dimulai dengan akad. Baik dalam demikian maka sistem ekonomi syariah
akad tersebut mengikat atau tidak. Hal ini model mudharabah tidak ada bedanya
tentu berbeda dengan musyarakah, pada dengan sistem konvensional. Hal senada
model musyarakah dua pemilik modal diungkapkan oleh konsultan ekonomi
atau lebih selain mengeluarkan modal syariah (http://www.ekonomisyariah.
juga ikut serta dalam mengelola. Baik org), komentarnya mudharib harus
model mudharabah maupun musyarakah memberikan barang jaminan kepada
keduanya memiliki kelebihan dan shahibul mal. Pemberian barang jaminan
kekurangan, dan itu sebuah resiko yang kepada shahibul mal atas adopsi dari
harus dihadapi. hukum pengadadaian (al-Rahn). Tambah-
Secara psikologis pada musyarakah nya hal ini secara eksplisit sudah dibahas
dalam menghadapi resiko kerugian tidak dalam UU No 10 1998. Kewajiban
begitu bermasalah, karena semua pemilik jaminan juga terdapat pada fatwa Dewan
modal ikut terlibat mengelola, sehingga Syariah Nasional Nomor: 07/DSN-
ketika dihadapkan pada resiko kerugian MUI/IV/2000. Namun penytaan ini tidak
semua pihak bisa menyadari. Adapun sejalan dengan komentar Umar Faruq
pada model mudharabah pemilik modal (jurnal). Menurutnya, sistem ekonomi
yang tidak ikut serta dalam mengelola syariah model mudharabah dibangun atas
harus juga menanggung resiko kerugian. saling percaya antara mudharib dan
Bahkan ketika bisnisnya pun hancur shahibul mal, karenanya shahibul mal
pengelola tidak perlu mengganti modal tidak diperkenankan meminta barang
yang telah diamanahkan kepada pengelola jaminan dari mudharib. Hal senada
(mudharib). Secara psikologis pada GHQJDQ NRPHQWDU ,PDP 6\DIL¶L \DQJ
kondisi seperti ini, pemilik modal tidak dikutif oleh Umar Faruq, menurutnya,
mudah menerima, dan tentu akan lahir jika shahibul mal meminta jaminan
negatif thinking kepada mudharib. Jika kepada mudharib, dan menyatakan syarat
demikian, maka akan melahirkan per- kontrak, maka mudharabah mereka
pecahan dan putus silaturahim, bukankah dianggap tidak sah. Komentar ini juga
sistem ekonomi syariah dibangun di atas sejalan dengan komentar yang diutarakan
semangat silaturahim. Untuk itu pada oleh R.A Evita Isretno Israhardi,
sistem ekonomi syariah model mudha- komentaranya, bahwa pembiayaan
rabah untuk menjadi mudharib dibutuh- mudharabah sepenuhnya ditanggung oleh
shahibul mal, bahkan ketika menemukan

43 $SLSXGLQ .HUMDVDPD 3DGD «


kerugian ditanggung sepenuhnya oleh mengenai masalah yang diteliti pada saat
shahibul mal, kecuali kerugiannya penelitian berlangsung. Masalah dalam
disebabkan faktor kesengajaan mhudarib. penelitian ini pembiayaan akad mudha-
Tambah Evita hal ini sudah dirumuskan rabah yang telah difatwakan Dewan
dalam pasal 19 ayat 1 huruf c Undang- Syariah Nasional (DSN) bersilang
undang tahun 2008. pendapat dengan fatwa ulama Hukum
Perdebatan sistem ekonomi syariah (fiqih klasik) dan ulama Timur Tengah
model mudharabah, khususnya mudha- lainnya. Pada Fiqh klasik seperti Fathu al-
rabah multilateral tentang jaminan dari Qarib, Fathu al-0X¶LQ WLGDN GLNHWHPXNDQ
mudharib sampai saat ini belum pembiyayaan akad mudharabah, karena
menemukan titik temu yang jelas. Jika dalam prinsip ekonomi syariah berlandas-
dalam akad mudharabah diharuskan kan kredibelitas (amanah).
jaminan dari mudharib, maka pada sistem Penelitian ini menggunakan pende-
ekonomi syariah khususnya mudharabah katan yuridis historis, yaitu suatu metode
tidak ada bedanya dengan konvensional. pendekatan yang menekankan pada teori-
Sebaliknya jika dalam akad mudharabah teori hukum dan aturan-aturan hukum
didasarkan pada prinsip kepercayaan, yang berkaitan dengan permasalahan
sudah barang tentu model mudharabah yang diteliti, atau suatu pendekatan yang
hanya berlaku pada tingkat menengah ke yang meneliti dari sisi yuridisnya. Segi
atas. Para pengelola modal yang sudah yuridis dalam penelitian ini ditinjau dari
punya kredibelitas dalam mengelola hukum akad (Perikatan Islam) dan
keuangan akan mendapatkan angin segar. pendapat-pendapat fuqaha (yurisprodensi
Keputusan pembiayaan akad mudha- Islam) tentang pembiayaan akad
rabah, dipengaruhi oleh sumber daya mudharabah sebagai data-data skunder.
manusia dalam memahami ekonomi Adapun pendekatan secara historis, yaitu
syriah. Pelaku-pelaku ekonomi syriah pendekatan yang bertujuan memperoleh
pada umumnya berlatar belakang eko- pengetahuan secara historis tentang
nomi konvensional, sehingga produk- pembiayaan akad mudharabah, sehingga
produk syariah terlihat produk konven- dapat diketahu secara objektif argumen
sional yang disyariahkan (Achmad yang dibangun oleh Dewan syariah
Baraba). Indonesia (DSN) di Majelis Ulama
Perdebatan jaminan dari mudharib Indonesia tentang pembiayaan akad
kepada shahibul mal pada model mudharabah sebagai data primer.
mudharabah sangat menarik dikaji lebih Data-data yang digunakan dalam
jauh agar mendapatkan satu kepastian penelitian ini antara lain Fatwa-fatwa
hukum, dan argumen yang dibangun oleh DSN-MUI, Ulama Timur tengah, ulama
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam klasik, dan jurnal yang ada kaitannya
menetapkan pembiayaan akad mudha- langsung dengan pembahasan pembia-
rabah. yaan akad mudharabah.
Pada penelitian ini lebih meng-
METODE PENELITIAN analisis pada pembiayaan akad mudha-
rabah yang telah ditetapkan (istinbat)
Kajian ini menggunakan metode Majelis Ulama Indonesia dan Dewan
deskriptif analisis. Sebuah Metode yang Syariah Nasional. Ketetapan tersebut
digunakan untuk menganalisis, meng- akan ditinjau lebih jauh, baik landandasan
gambarkan dan meringkas berbagai kon- yang dijadikan rujukan dalam ketetapan
disi, dan situasi dari berbagai data yang hukum, maupun argumen yang dibangun.
dikumpulkan dari hasil pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 20 No. 1, April 2015 44


terdiri dari tiga tingkat, tingkat perama
Kerjasama Pada Sistem Ekonom shahibul mal tingkata kedua sebagai
Syariah mudharib antara, dan tingkat ketiga
mudharib akhir. Pada kerjasama model
Kerjasama pada sistem ekonomi mudharabah bertingkat akan banyak
syariah secara garis besar dapat menemukan kendala dalam akad, karena
diklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu akan kesulitan dalam penilaian kredi-
mudharabah, dan musyarakah. Mudha- belitas mudharib. Untuk itu Dewan
rabah produk ekonomi syariah di mana Syariah Nasional (DSN) dan Majelis
shahibul mal (investor) hanya menyerah- Ulama Indonesia menetapkan sebuah
kan modal kepada pengelola modal keputusan, bahwa dalam mudharabah
(mudharib) untuk dikelola. Jadi kerja- bertingkat harus ada pembiayaan akad.
sama pada model mudharabah investor Hal ini dilakukan agar dapat menjaga
tidak ikut serta mengelola, pengelolalaan keamanan modal yang diamanahkan
modal sepenuhnya dilakukan oleh shahibul mal ke mudharib antara.
mudharib. Konsekwensi dari model Terlepasa dari model-model mudha-
mudharabah investor dan mudharib me- rabah di atas, yang jelas mudharabah
nanggung kerugian bersama dan mene- berasal dari bahasa arab yang dalam
rima laba bersama. Kerjasama pada mo- artian kebahasaan (lughah)mudharabah
del mudharabah dilihat dari jenisnya berasal dari kata adhraba, yudhribu yang
dapat dikelompokan menjadi mudha- artinya memukul (Mahmud Yunus:1999),
rabah muthlak dan mudharabah muqayad dari kata tersebut dapat diistilahkan
(Taufiqul Hulam:2010). Perbedaan antara menjadi beraktifitas, berjalan, karena
mudharabah muthlak dan mudharabah orang yang beraktifitas, berjalan pada
muqayad terletak pada kebebasan penge- dasarnya memukul bumi (Muhammad
lola. Pada mudharabah muthlak pengelola Quraish Shihab:2000). Sementara dalam
bebas menggunakan modal untuk diguna- fiqih klasik mudharabah diartikan dengan
kan pada bidang usaha apapun tampa bagi hasil (qirad) (Ibnu Qasim:tt).
batasan. Sementara mudharabah muqa- Adapun dalam istilah ekonomi syariah
yad pengelola dalam menggunakan modal yang dimaksud dengan mudharabah
harus mengikuti jenis-jenis usaha yang adalah kerjasama antara pemilik modal
telah ditentukan oleh pemilik modal. (shahibul mal) dengan pengelola (mud-
Kerjasama model mudharabah jika harib), di mana shahibul mal memberikan
dilihat dari kuantitasnya dapat dikelom- sejumlah modal kepada mudharib untuk
pokan menjadi mudharabah bilateral, dan dikelola dengan rugi laba ditanggung
mudharabah bertingkat (multilateral) bersama (Hendi Suhendi:2008).
(R.A Evita Isretno Israhardi:2014). Pada Jika mudharabah shahibul mal tidak
model mudharabah bilateral bersifat ikut serta mengelola modal, lain halnya
personal, misalnya A dan B. A sebagai dengan model musyarakah. Pada model
shahibul mal dan B sebagai mudharib. musyarakah semua pemilik modal
Pada model seperti ini tidak banyak berserikat ikut serta mengelola modal.
menemukan kendala dalam penilaian Resiko yang harus ditanggung oleh
pengelola, yang penting A percaya dan pengelola sekaligus pemilik harta didasar-
rela modalnya dikelola oleh B. Untuk itu kan pada jumlah modal yang dikeluarkan.
pembiayaan akad mudharabah pada Jika A hanya mengeluarkan 10% dan B
model seperti ini tidak diperlukan. Ada- mengeluarkan modal 20%, maka
pun mudharabah bertingkat (bilateral) keuntungan yang dapat diterima oleh A
atau disebut mudharabah musyarakah 10% dan B 20%. Demikian juga dengan

45 $SLSXGLQ .HUMDVDPD 3DGD «


kerugian yang harus ditanggung, A akan sistem ekonomi syariah memiliki prinsip
menanggung resiko 10% dan B 20%. keseimbangan, modal besar untung besar,
Dalam konsep ekonomi syariah ini modal kecil untung kecil (Rianto
merupakan bentuk dari keadilan, sekali- Sofiyan:2009). Di sisi lain sistem
gus prinsip keseimbangan. ekonomi syariah dibangun di atas
Pada sistem ekonomi syariah jika silaturahim (kasih-sayang). Sayangilah
dilihat pada jenis usahanya dapat makhluk yang ada di bumi, maka makhluk
dikelompokan PHQMDGL $O 0X]DUD¶DK DO- yang ada di langit maka makhluk yang
0XMDUD¶DK DGDODK NHUMD VDPD SHQJHORODDQ ada dilangit akan menyanyangimu (al-
pertanian antara pemilik lahan dan Hadis).
penggarap di mana pemilik lahan mem- Pada prinsip dasar ekonomi syariah
berikan lahan pertanian kepada si banyak diutarakan oleh ilmuwan muslim,
penggarap untuk ditanami dan di pelihara Chapra misalnya, dalam Imamudin
dengan imbalan bagian tertentu (per- Yulaidi sebagaimana yang dikutif oleh
sentase) dari hasil panen. Dalam prinsip Amri Amir mengemukakan bahwa, dalam
ini benih disediakan oleh pemilik lahan. ekonomi syariah terdapat tiga prinsip
Rasulullah menganjurkan ummatnya dasar; yaitu Tauhid (keimanan), tanggung
untuk melakukan kerja sama dalam jawab (Khilafah), dan (al-Adl). Di antara
pengelolaan tanah pertanian secara tiga prinsip dasar, prinsip tauhid menjadi
PX]DUD¶DK dengan rasio bagi hasil, pondasi utama. Prinsip Tauhid ini
Rasulullah juga menganjurkan untuk merefleksikan bahwa pemilik dan
menanami tanah pertanian atau menye- penguasa tunggal jagat raya ini adalah
rahkannya kepada orang lain untuk Tuhan Pencipta dan Pemelihara (•-).
digarap. Dalam konteks ekonomi syariah Dalam tauhid (akidah) dikenal
dapat memberikan modal dalam bentuk dengan istilah pembenaran dengan hati
pembiayaan bagi pengelola yang bergerak (tasdiq) pengakuan terhadap sang
di bidang pertanian atas dasar prinsip bagi pencipta (iqrar), dan implementasi dari
hasil dari hasil panen. Selain itu ada juga keduanya (amal bi al-Arkan), karenanya
al-Musaqah, al-Musaqah adalah bentuk Prinsip Tauhid ini yang mendasari
\DQJ OHELK VHGHUKDQD GDUL PX]DUD¶DK GL pemikiran Khilafah dan al-Adl. Dengan
mana si penggarap hanya bertanggung prinsip tauhid dampaknya seseorang baik
jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. shahibul mal, maupun mudharib akan
Sebagai imbalan si penggarap berhak atas berlaku adil dan jauh dari dusta dalam
nisbah tertentu dari hasil panen. Dalam menjalankan kerjasama dalam hal apa-
hal ini seseorang pemilik kebun memberi- pun, termasuk di dalamnya kerjasama
kan kepercayaan pada penggarap untuk pada syariah. Untuk itu akad dalam
memelihara kebunnya dengan memper- sistem ekonomi syariah tidak berlaku
gunakan peralatan dan dana mereka, hanya di lisan sekedar pemanis hidup
sebagai imbalan mereka memperoleh per- (lipstick), melainkan lahir dari dasar hati
sentase tertentu dari hasil panen. yanh sangat dalam yang membutuhkan
perwujudan dalam tindakan (komitmen).
Prinsip Dasar Ekonomi Syariah Dengan demikian konsep khilafah akan
direfleksikan dalam kehidupan, khusus-
Pada sistem ekonomi konvensional nya di bidang ekonomi syariah. Jiwa
dikenal dengan modal seminimal mung- khilafah yang dibangun di atas pondasi
kin, mendapatkan keuntungan sebesar- akidah membawa dampak pada prilaku
besarnya. Hal ini tidak dikenal pada adil, dan jujur. Tidak berlebihan jika
sistem ekonomi syariah, karena pada

Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 20 No. 1, April 2015 46


khilafah menjadi salah satu prinsip dasar distribusi yang tidak terbatas, melainkan
ekonomi syariah setelah akidah. semuanya ada batasannya (Yulianto,
Khilafah atau Khalifah secara harfiah 2010). Singkatnya dalam ekonomi syariah
(bahasa) diartikan wakil, pemelihara, atau tidak hanya mempelajari individu sosial,
pemimpin setelah Nabi Muhammad saw. melainkan manusia dengan bakat
Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali bin religiusnya. Untuk itu sistem ekonomi
Abi Thalib disebut khalifah, karena syariah merupakan perwujudan dari
kepemimpinanya setelah Nabi Muha- paradigma Islam (Amri Amir:2008).
mmad saw. Manusia sejak keberadaanya Untuk itu hukum-hukum yang berkaitan
diciptakan sebagai khalifah di muka dengan sistem ekonomi syariah tidak
bumi, yang bertanggung jawab mengelola dapat dilepaskan dari syariat Islam, yaitu
bumi. Dalam pengelolaannya seorang al-4XU¶DQ GDQ KDGLV
khalifah memiliki orientasi untuk Di sisi lain Ekonomi syariah
kepentingan bersama, kesejahtraan ber- merupakan ilmu pengetahuan sosial yang
sama. Bumi dan segala isinya milik mempelajari masalah ekonomi masya-
Tuhan yang harus dikelola untuk kemas- rakat yang dilhami oleh nilai-nilai Islam.
lahatan bersama. Orientasi kemaslahatan Pada ekonomi syarah tidak dikenal
bersama terbangung atas refleksi dari dengan eksploitasi, dan melarang penum-
prinsip tauhid, yakni menyakini bahwa pukan kekayaan pada segelintir orang.
gelala pengelolaan bumi berserta inisnya Ekonom syariah mampu memberikan
akan dipinta pertanggung jawabannya. kesejahteraan bagi seluruh masyarakat,
Prinsip al-Adl merupakan konsep memberikan rasa adil, kebersamaan dan
yang tidak dapat dipisahkan dari prinsip kekeluargaan serta mampu memberikan
Tauhid, dan Khilafah, karena jiwa kesempatan seluas luasnya kepada setiap
bertauhid dan jiwa khilafah akan pelaku usaha. Menurut Monzer Kahf
diimplementasikan dalam al-Adl. Al-Adl dalam bukunya The Islamic Economy
atau adil yang dimaksud bukan sama rata menjelaskan bahwa ekonomi Islam
melaikan proporsional (Muhammad adalah bagian dari ilmu ekonomi yang
Quraish Shihab:2000). Al-Adl dalam bersifat interdisipliner dalam arti kajian
konteks ekonomi syariah, memenuhi ekonomi syariah tidak dapat berdiri
kebutuhan hidup, menghargai sumber sendiri, tetapi perlu penguasaan yang baik
pendapatan, distribusi pendapatan, dan dan mendalam terhadap ilmu-ilmu
kesejahteraan yang merata secara pro- syariah dan ilmu-ilmu pendukungnya
porsional. M. Abdul Mannan, sebagai juga terhadap ilmu-ilmu yang berfungsi
mana yang dikutif oleh Muhammad sebagai tool of analysis seperti mate-
Yulianto, komentarnya bahwa prinsip matika, statistic, logika dan ushul fiqih
ekonomi syariah sangatlah berebeda (Rianto dan Amalia, 2010). Sedangkan
dengan prinsip ekonomi modern. Per- menurut Hasan Uzzaman, Ekonomi Islam
bedaan yang sangat nampak sekali pada adalah suatu ilmu aplikasi petunjuk dan
sifat dan volumenya (M. Abdul aturan syariah yang men-cegah ketidak
Mannan:1993). Pada prinsip ekonomi adilan dalam meperoleh dan
modern masalah sangat bergantung pada menggunakan sumber daya material agar
macam-macam tingkah prilaku individu, memenuhi kebutuhan manusia dan dapat
mereka tidak memperhitungkan persya- menjalankan kewajibannya kepada Allah
ratan-persyaratan masyarakat. Hal ini dan masyarakat (Rianto dan Amalia,
tentu berbeda dengan prinsip sistem 2010). Sistem ekonomi syariah
ekonomi syariah. Pada prinsip ekonomi dimaksudkan untuk mengatur kegiatan
syariah tidak mengenal kebebasan ekonomi guna mencapai derajat ke-

47 $SLSXGLQ .HUMDVDPD 3DGD «


hidupan yang layak bagi seluruh individu qirad, al-5DKQ DUL\DK ML¶DODK VKXOKX
dalam masyarakat. Sistem ekonomi luqathah, hibah, sedekah, hadiah. Akad
syariah diseluruh kegiatan dan kebiasaan juga menjadi tolak ukur sah dan tidaknya
masyarakat bersifat dinamis dan adil sebuah hukum pada sistem ekonomi
dalam pembagian pendapatan dan syariah (Ibnu Qasim,tt).
kekayaan dengan memberikan hak pada Dari pengertian itu akad mudharabah
setiap individu untuk mendapatkan peng- dapat difahami sebagai perjanjian dalam
hidupan yang layak dan mulia baik di kerjasama. pihak pertama dalam akad
dunia maupun di akhirat nantinya. mudharabah adalah (shahibul mal), dan
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pihak kedua pengelola (mudharib).
para pemikir ekonomi syariah melihat Dalam mudharabah juga dikenal dengan
persoalan ekonomi tidak hanya berkaitan rukun mudharabah. Rukun mudharabah
dengan faktor produksi, konsumsi, dan terjadi silang pendapat di antara ulama
distribusi, berupa pengelolaan sumber syariah. Hanafiah misalnya memahami,
daya yang ada untuk kepentingan bernilai bahwa dalam ijab qabul (akad) tidak
ekonomis. Namun lebih dari itu mereka disyaratkan adanya kata (lafad) ijab
melihat persoalan ekonomi sangat terkait qabul, tetapi bisa dengan bentuk apa saja
dengan persoalan moral, ketidak adilan, yang menunjukan makna ijab qabul
ketauhidan dan sebagainya. Ekonomi (akad) (Imam Ahsan Khan Nyazee:1997).
syariah menempatkan nilai-nilai Islam 6HPHQWDUD 8ODPD 6\DIL¶L EHUSHQGDSDW
sebagai pondasinya. Hal inilah yang bahwa akad mudhrabah tidak hanya ijab
membedakan dengan konsep ekonomi dan qabul melainkan hurus adanya dua
barat yang menempatkan kepentingan belah pihak, adanya usaha, adanya laba,
individu sebagai landasannya. dan adanya modal (Zainul Arifin:2002).
Silang pendapat tidak hanya pada
Diskursus Pembiayaan Akad akad mudharabah, ternyata pada
pembiayaan akad pun berlangsung silang
Mudharabah pendapat antar ulama. Secara tekstual
pembiayaan akad mudharabah tidak
Secara harfiah (etimologi) akad diketemukan dalam sumumber hukum
berasal dari akar kata aqada (ªØË) yang Islam. Perbedaan terjadi di atanra ulama
artinya ikatan, bundelan, janji. Tali yang di dasarkan ijtihad dalam memhami teks
membundal disebut akad (Mahmud keagamaan khususnya pada pembiayaan
Yunus:1999). Dua ujung tali yang akad mudharabah. Silang pendapat pada
mengumpul hingga keduanya bersam- pemikir Islam sampai saat ini belum
bung dan menjadi seperti seutas tali yang menemukan titik temu, semuanya bersi-
satu disebut akad (Departemen Pendi- keras membangun argumennya masing
dikan Nasional, 2001). Sementara dalam masing. Baik yang menetapkan pembia-
istilah Islam, sebagaimana diutarakan yaan akad mudharabah maupun yang
oleh Ahli Hukum Islam (Jumhur Ulama) menolak. Dewan Syariah Nasional
adalah suatu perikatan antara ijab dan (DSN), dan Majelis Ulama Indonesia
qabul dengan cara yang dibenarkan (MUI) misalnya, menetapkan, bahwa
V\DUL¶L (Syariah) yang menetapkan akibat- dalam akad mudharabah harus ada
akibat hukum pada objeknya (Zainal pembiayaan. Pemahaman ini didasarkan
Arifin, 2007). Pada sistem ekonomi sya- pada prinsip penggadaian (al-Rahn). Ibnu
riah akad sering digunakan pada beberapa Qasim dalam salah satu karyanya, yaitu
hal; di antaranya: jual beli, mudharabah, Fathul Qarib menjelaskan kriteria
al-Ijarah, syirkah, hiwalah, al-6\XI¶DK penggadaian (al-Rahn). Menurutnya da-

Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 20 No. 1, April 2015 48


lam penggadaian syariah sesuatu yang Silang pendapat, ternyata tidak hanya
digadaikan hanya jaminan dan tidak boleh terjadi pada pembiayaan akad, pada
digunakan oleh penggadai. Sesuatu itu pembagian hasilpun terjadi silang pen-
dapat diambil jika utangnya tidak dapat di antara pemikir Islam. Ada yang
terbayar. Itupun atas dasar akad disaat mengatakan pembagian hasil dilakukan
akan akad utang piutang. Komentar- setelah dikurangi biaya oprasional, dan
komentar ulama klasik ini dijadikan ada yang menolak pernyataan ini. Imam
landasan oleh MUI dalam membangun 6\DIL¶L PLVDOQ\D EHUSHQGDSDW EDKZD
argumen biaya akad mudharabah. pembagian hasil harus sebelum dipotong
Pernyataan ini dibantah oleh Sutan Remi biaya oprasional (Revenue Sharing).
Sjahdaeni yang dikutif oleh Umar Faruq Namun pendapat ini dibantah oleh tiga
(Jurnal:2007), komentarnya, hubungan pendapat ulama, seperti Imam Hanafi,
shahibul mal dengan mudharib meru- Imam Malik, dan Imam Ahmad, komen-
pakan hubungan yang mengutama-kan tarnya pembagian hasil dalam mudha-
kepercayaan. Hal ini utarakan juga oleh rabah harus setelah dipotong biaya
Rizal Abdul Mujib dalam sebuah oprasional (profit sharing) (Agustianto:
jurnalnya, dengan judul; Studi Perban- 2010). Di sadari atau tidak, hukum
dingan Praktek Pemberian Jaminan pembagian hasil secara tekstual belum
Kredit Modal Kerja dan al-Mudharabah diketemukan di dalam sumber hukum
Antara Bank Jatim Cabang Malang Islam, karenanya prinsip kerelaan (ridha)
Dengan BNI Syariah Cabang Malang, dijadikan landasan hukum. Shahibul mal
komentarnya, shahibul mal tidak perlu dan mudharib membuat kesepakatan
meminta jaminan dari mudharib. Demi- dalam pembagian hasil, boleh memilih di
kian juga hal senada diutarakan oleh antaranya. Dengan demikian pembagian
ulama klasik (ilmuwan), sebagaimana laba dalam sistem ekonomi syariah
yang dikutif oleh Taufiq Hulam, khususnya mudharabah titik tolaknya
komentarnya, tidak dibenarkan dalam pada akad ketita kerjasama akan di mulai.
mudharabah adanya jaminan (biaya Hal ini melahirkan pemahaman sistem
akad). Tidak etis bagi lembaga keuangan konvensionalpun da-lam bagi halsil
syariah meminta jaminan dalam per- (bunga) dapat dikatakan sistem syariah
janjian kerjasama mudharabah. Hal ini jika diawali akad dan didasari dengan
didasarkan pada pemahaman bahwa kerelaan (antaradin).
kerjasama mudharabah terjadi karena Istilah bagi hasil sebenarnya bukan
adanya kepentingan bersama untuk ber- hal baru dalam kegiatan ekonomi di
mitra usaha yang didasarkan pada sikap Indonesia. System bagi hasil sudah di
saling membutuhkan dan saling percaya. kenal sejak dahulu melalui bagi hasil
Komentar ini juga sejalan dengan pertanian yang dilakukan oleh penggarap
komentar yang diutarakan oleh Bur- dan pemilik lahan. Bagi hasil sendiri
hanuddin Harahap dalam salah satu menurut terminologi asing (Inggris) di
karyanya, yaitu jurnal dengan judul kenal dengan profit sharing. Profit
Kedudukan, Fungsi Dan Problematika sharing menurut etimologi Indonesia
Jaminan Dalam Perjanjian Pembiayaan adalah bagi keuntungan. Dalam kamus
Mudharabah Pada Perbankan Syariah. ekonomi diartikan pembagian laba. Profit
Komentarnya, secara normatif mudha- secara istilah adalah perbedaan yang
rabah bukan utang piutang dan bukan timbul ketika total pendapatan (total
pinjam meminjam. Untuk itu para ulama revenue) suatu perusahaan lebih besar
klasik melarang adanya pembiayaan akad dari biaya total (total cost). Bagi hasil
mudharabah. dapat berbentuk suatu bonus uang

49 $SLSXGLQ .HUMDVDPD 3DGD «


tahunan yang didasarkan pada laba yang uang atau tagihan yang dapat dipersama-
di peroleh pada tahun tahun sebelumnya, kan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau dapat berbentuk pembayaran atau kesepakatan antara bank dengan
mingguan atau bulanan. Di dalam istilah pihak lain yang mewajibkan pihak yang
lain profit sharing adalah perhitungan di biayai untuk mengembalikan uang atau
bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih tagihan tersebut setelah jangka waktu
dari total pendapatan setelah dikurangi tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan Menurut M. Syafii Antonio. (2001), Bank
untuk memperoleh pendapatan tersebut. Syariah dari Teori ke Praktek. Pembia-
Pada ekonomi syariah istilah yang yaan adalah pemberian fasilitas penyedi-
sering dipakai adalah profit and loss aan dana untuk memenuhi kebutuhan
sharing, di mana hal ini dapat diartikan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
sebagai pembagian antara untung dan rugi Sementara menurut Muhammad (2002),
atas kesepakatan bersama sejak awal Manajemen Bank Syariah. Pembiayaan
perjanjain antara pemilik modal dengan dalam secara luas diartikan sebagai
pihak yang membutuhkan modal dari pendanaan yang di keluarkan untuk
pendapatan yang diterima atas hasil usaha mendukung investasi yang telah direnca-
yang telah dilakukan. Bentuk bentuk nakan baik dilakukan sendiri maupun
pembagian laba yang tidak langsung dijalankan oleh orang lain.
mencakup alokasi saham-saham (penyer- Berdasarkan pengertian tersebut di
taan) perusahaan pada para pelaku usaha atas, dapat disimpulkan bahwa pembia-
dibayar melalui laba perusahaan dan yaan adalah pemberian fasilitas penyedi-
memberikan pilihan pada para pelaku aan dana untuk mendukung investasi
usaha untuk membeli saham perusahaan yang telah direncanakan berdasarkan
sampai pada jumlah tertentu dimasa yang kesepakatan antara bank dengan pihak
akan datang pada tingkat harga sekarang, lain yang mewajibkan pihak yang
sehingga memungkinkan para pelaku dibiayai untuk mengembalikan uang atau
usaha memperoleh keuntungan baik dari tagihan tersebut setelah jangka waktu
pembagian keuntungan maupun setiap tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
pertumbuhan dalam nilai saham yang Hal ini tentu berbeda dengan pembiayaan
dihasilkan dari peningkatan dalam akad mudharabah. Pada pembiayaan
kemampuan perusahaan memperoleh la- akad mudharabah yang menyediakan
ba. Pihak-pihak yang terlibat dalam dana untuk pembiayaan adalah mudharib.
kepentingan dalam kegiatan usaha tadi Pembiayaan akad mudharabah pada
harus melakukan trasnparansi dan kemi- ekonomi konvensional berkedudukan
traan secara baik dan ideal. Sebab semua sebagai jaminan. Perbedaan dan
pengeluaran dan pemasukan rutin yang persamaan antara jaminan dan biaya akad
berkaitan dengan bisnis penyertaan, terletak pada ketentuan hukum. Jaminan
bukan untuk kepentingan pribadi yang ketika mudharib tidak dapat mengem-
menjalankan usaha. balikan modal baik sengaja atau tidak,
maka jaminan itu menjadi milik shahibul
Pembiayaan Akad Mudharabah dan mal. Sementara pada pembiayaan akad
Biaya Operasional jaminan itu dapat dicairkan menjadi milik
shahibul mal jika terbukti melakukan
Pengertian pembiayaan menurut pelanggaran yang telah disepakati (Fatwa
berbagai litertur yang ada sebagai berikut, MUI No 9:2000).
Menurut Undang-Undang No.10 Tahun Pada awalnya pada kerjasama
1998 Pembiayaan adalah penyediaan mudharabah tidak dikenal dengan akad

Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 20 No. 1, April 2015 50


pembiayaan. Dalam sejarah Islam mudharabah harus dibagi sebelum
mudharabah sudah ada sejak Muhammad dipotong biaya oprasional. Namun tidak
sebelum jadi Nabi, yaitu pada usia 12 sedikit yang membantah pernytaan ini.
tahun. Pada saat itu yang menjadi Menurutnya (yang membantah)pebangian
shahibul mal Siti Khadijah, yang pada hasil seyogyanya dilaksanakan setelah
akhirnya menjadi istri pertama Nabi dipotong biaya oprasional. Dari dua
Muhammad saw. Sementara Muhammad komentar itu MUI menegaskan lewat
pada saat itu menjadi mudharib. fatwanya yang ke 9. Fatwanya biaya
kerjasama (mudharabah) antara Muham- oprasional dalam sistem ekonomi syariah
mad dan Khadijah, tidak ada istilah biaya khususnya mudharabah dibebankan pada
akad mudharabah, semuanya dilakukan mudharib (Fatwa MUI). Dengan kata lain
atas modal kepercayaan. dalam mudharbah bagi hasil bersifat
Kerjasama pada model mudharabah bersih. Yakni pembagian laba tidak
terus berkembang sejauh perkembangan terjadi setelah dipotong biaya oprasional.
Islam. Para ulama fiqih (hukum) turut Komentar Majelis Ulama Indonesia
serta dari abad ke abad membahas dalam hal ini sejalan dengan komentar
mudharabah. Dari sekian pembahasan yang diutarakan oleh Imam al-6\DIL¶L
mudharabah tidak ada satu pembahasan
ulama klasik pun yang menetapkan Argumen yang Dibangun
pembiayaan akad mudharabah. Hal itu
dapat difahami, karena kerjasama model Majelis Ulama Indonesia (MUI)
mudharabah di dasari saling percaya dan dalam membangun argumen dalam
tolong-menolong dalam kebaikan menetapkan pembiayaan akad mudha-
(WD¶DZDQX DO DO-Birri). Namun bela- rabah di dasarkan pada pemahaman teks
kangan diketemukan istilah pembiayaan keagamaan, yang di dalamnya al-4XU¶DQ
akad mudharabah. Istilah ini lahir atas al-Hadis dan kaidah hukum (fiqh). Ayat
ijtihad Majelis Ulama Indonesia, yang al-4XU¶DQ \DQJ Gijadikan argumen surat
ditetapkan pada fatwa no 7/DSN- al-Nisa ayat 29. Pada ayat ini ditemukan
MUI/IV/2000. kata antaradhin (½•®— æË). Antaradhin
Pada dasarnya Majelis Ulama secara harfiah dapat diartikan kerelaan
Indonesia juga menyadari, bahwa dalam (M. Quraish Shihab, 2000). Ayat ini
mudharabah tidak ada istilah pembiayaan secara keseluruhan berbicara cara
akad mudharabah. Namun atas dasar mendapatkan harta dengan kerjasama.
pertimbangan dari berbagai faktor, maka Ayat al-4XU¶DQ \DQJ NHGXD \DQJ
Majelis Ulama Indonesia menetapkan dijadikan dasar pembiayaan mudharabah
adanya pembiayaan dalam mudharabah. oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Dengan demikian pembiayaan dalam adalah surat al-0D¶LGDK D\DW 3DGD D\DW
akad mudharabah merupakan ijtihad ini ditemukan kata bi al-Uqud (©îØÌߎ‘)
murni Majelis Ulama Indonesia. Ijtihad EHQWXN MDPDN GDUL µaqdun (ªØË) dalam
ini tentunya bersifat lokal (Indonesia), bahasa Indonesia diartikan akad. Kata
karena belum tentu ulama secara aqdun pada mulanya berarti mengikat
keseluruhan berijtihad dalam hal ini. sesuatu dengan sesuatu sehingga tidak
Majelis Ulama Indonesia, selain menjadi bagiannya dan tidak berpisah
berijtihad tentang biaya akad mudharbah dengannya. Jual beli misalnya, adalah
juga berijtihad dalam pembagian hasil, salah satu bentuk akad, yang menjadikan
yang sampai sekarang menjadi perdebatan barang yang dibeli menjadi milik
di kalangan ulama. Ada yang menyatakan pembelinya, dia dapat melakukan apa saja
bawa pembagian hasil dari model dengan barang itu, dan pemilik semuala,

51 $SLSXGLQ .HUMDVDPD 3DGD «


yakni penjual dengan akad jual beli tidak SIMPULAN DAN SARAN
lagi memeiliki wewenang sedikit pun atas
barang yang telah dijualnya (M. Quraish Simpulan
Shiha, 2000). Adapun ayat al-4XU¶DQ
yang ketiga yang dijadikan dasar Dari uraian di atas tentang pem-
pembiayaan mudharabah oleh MUI biayaan akad mudharabah dapat penulis
adalah surat al-Baqarah ayat 283. Ayat ini simpulkan, bahwa pembiayaan akad
berisikan orang yang dipercaya (mudha- mudharabah yang digunakan di Indonesia
rib) menunaikan amanatnya. didasarkan fatwa Majelis Ulama
Selain ayat al-4XU¶DQ GL DWDV \DQJ Indonesia (MUI) dengan analogi (qias)
dijadikan dasar argumen dalam menetap- penggadaian (al-Rahn). Fatwa MUI ini
kan pembiayaan mudharabah oleh MUI, hasil ijtihad MUI pada pada hari selasa,
ada beberapa hadis yang dijadikan dasar tanggal 29 Dzulhijjah 1420/4 April 2000,
pijakan dalam membangun argumennya. dengan argumen yang dibangun didasar-
Pertama hadis yang diriwayatkan oleh kan pada teks-teks keagamaan, berupa al-
Ibnu Majah dari Shuhaib, kedua hadis 4XU¶DQ KDGLV GDQ NDLGDK KXNXP fiqh).
yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi Pada dasarnya Majelis Ulama
dari Amr bin Auf, dan ketiga hadis yang Indonesia menyadari bahwa pembiayaan
diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan akad mudharabah pada prinsipnya tidak
Daraqutni. Pada hadis pertama hanya ada, karena mudharabah dibangun di atas
berbicara mudharabah, yakni hadis itu saling percaya. Majelis Ulama Indonesia
hanya menjelaskan bahwa mudharbah menetapkan akadanya pembiayaan akad
bagian dari jual beli. Sementara pada mudharabah didasarkan berbagai pertim-
hadis kedua menjelaskan perdamaian bangan. Pembiayaan mudharabah tidak
(kesepakatan) di atarana muslim hukum- sama dengan jaminan pada sistem eko-
nya boleh. Adapun hadis yang ketiga nomi konvensional. Pada sistem ekonomi
berbica, tidak ada bahaya bagi diri dan konvensional, ketika pengelola usaha
orang lain. Hadis-hadis tersebut di atas tidak dapat mengembalikan modal yang
yang dijadikan dasar pijakan pembiayaan telah dikucurkan, jaminan menjadi
akad mudharabah diperkuat oleh MUI pemilik modal. Sementara pembiayaan
dengan kaidah hukum (fiqh), yaitu, pada pada mudharbah yang barang yang
dasarnya semua bentuk muamalah boleh dijadikan jaminan tidak bisa dicairkan,
kecuali ada dalil yang mengharam- selama tidak disepakati mudharib.
kannya. Penetapan pembiayaan mudharbah
Semua argumen yang dibangun oleh yang difatwakan Majelis Ulama Indo-
MUI, baik berdasarkan al-4XU¶DQ KDGLV nesia tidak sejalan dengan ahli-ahli
dan kaidah hukum telah ngkat hukum Islam klasik, baik Timur mapun
(dibicarakan) pada rapat pleno Dewan barat tidak menetapkan adanya pembia-
Syariah Nasional pada hari selasa, tanggal yaan akad mudharabah. Demikian juga
29 Dzulhijjah 1420/4 April 2000. Alhasil bagi hasil pada mudharbah yang
dari keseluruhannya menggiring pada ditetapkan oleh Majelis Ulama Indonesia
sebuah ketetapan, bahwa dalam mudhar- tidak senada dengan komentar sebagian
bah ada pembiayaan sebagai bentuk ahl-ahli hukum Islam klasik. Fatwa
kehati-hatian. Majelis Ulama Indonesia tentang bagi
hasil mudharabah hanya senada dengan
IDWZD \DQJ GLXWDUDNDQ ,PDP 6\DIL¶L GL
abad kedua hijriah.

Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 20 No. 1, April 2015 52


Harapan dan Saran http://www.bi.go.id/id/publikasi/jurn
al-ekonomi
Sebaiknya fatwa Majelis Ulama Chapra, M. Umar. 1999. Islam dan
Indonesia dalam menetapkan pembiayaan Tantangan Ekonomi, ICMI
akad mudharbah dikaji lebih jauh. Gunawan, Dhani. 2009. Perbankan
Majelis Ulama Indonesia pada pembia- Syariah Indonesia Menuju Melenium
yaan mudharbah didasarkan pada alogi Baru, Perpustakaan BAPPENAS
penggadaian (al-Rahn) di samping Hakim, Cecep Maskanul. 2009. Problem
didasarkan pada al-4XU¶DQ KDGLV GDQ Pengembangan Produk Dalam Bank
kaidah hukum yang sifatnya masih Syariah, Perpustakaan BAPPENAS
umum. Kasus ini spertinya sama dengan Harahap, Burhanudin, 2006 Kedudukan,
kasus dalam menetapkan zakat profesi, Fungsi Dan Problematika Jaminan
yang dianalogikan pada hasil pertanian Dalam Perjanjian Pembiayaan
dalam menetapkan nisab. Namun dalam Mudharabah Pada Perbankan
menetapkan jumlah yang harus 6\DUL¶DK, http://eprints.uns.ac.id/763/
dikeluarkan menganalogikan pada pernia- No.69
gaan, yang sampai sekarang menjadi Hulam, Taufiqul. 2010. Jaminan Dalam
perdebatan di antara ahli hukum. Transaksi Akad Mudharabah Pada
Penulis sangat menyadari kelemahan Perbankan Syariah. Jurnal Mimbar
dan keterbatasan penulis, baik teknis Hukum Fakultas Hukum UGM. vol
maupun konten dalam tulisan ini. Untuk 22, No3
itu penusli sangat berharap kritik dan Israhardi, R.A Evita Isretno. 2014.
saran yang membangun, sehingga pada Investasi Bagi Hasil Dalam Pem-
penulisan jurnal berikutnya dapat menya- biayaan Akad Mudharabah
jikan tulisan yang layak. Perbankan syariah, Jurnal Lex
Publica, Vol. 1 N0.1
DAFTAR PUSTAKA Janwari, Yadi. 2012. Tantangan dan
Inisiasi dalam Implementasi
Ahmad, Abu Umar Faruq, Hasan, M. Ekonomi Syariah di Indonesia.
Kabir. 2007 Riba And Islmic Baning Jurnal UIN Jakarta Vol Xll No.2
Journal of Islamic Econom ics, Ketua Tim Studi tentang. 2011. Jaminan
Banking and Financel . Vo3 no.1 pada Kegiatan Usaha Perusahaan
Arifin, Zainul. 2002 Dasar-dasar Pembiayaan,ttp://www.bapepam.go.i
manajemen bank syariah. AlvaBet, d/pasar_modal/publikasi_pm/kajian_
$QWRQLR 0XKDPPDG 6\DIL¶L 2001, Bank pm/studi-2011/Penelitian-PP-
Syariah dari Teori Ke Praktek, 2011.pdf
Jakarta: Gema Insani Press Majelis Ulama Indonesia. 2000. Fatwa
Ardiansyah, Dimas. 2013. Implentasi Dewan Syariah Nasional, Sekretariat
Pembiayaan Dengan Akad Mudhar- Masjid Istiqlal
bah (Studi Pada 3 Bank Syariah di Mujib, Rizal Abdul. 2007. Studi
Kota Malang), Malang: Universitas Perbandingan Praktek Pemberian
Brawijaya, Jurnal Fakultas Ekonomi Jaminan Kredit Modal Kerja dan al-
dan Bisnis Mudharabah Antara Bank Jatim
Baraba, Achmad. 1999. Prinsip Dasar Cabang Malang Dengan BNI Syariah
Oprasional Perbankan Syariah, Cabang Malang, http://student-
Buletin Ekonomi Moneter dan research.umm.ac.id
Perbankan:

53 $SLSXGLQ .HUMDVDPD 3DGD «


Nyazee, Imran Ahsan Khan. 2009. Tianto, Agus. Penentuan Bagi Hasil
Murabahah and the Credit Sale Deposito Mudharbah Di Bank
International Islamic University, Syariah,http://www.ekonomisyariah.
Islamabad org/download/artikel/Agustianto%20
Quraish Shihab, 2000, Tafsir al-Misbah. -20Penentuan%20Rate%20Bagi
Volume1, 2 dan 3, Ciputat Lentera %20Hasil%20PPT.pdf
Hati Yunus, Mahmud. 1999. Kamus Arab
Qasim, Ibnu,tt Fatu al-Qarib,Kairo: Dar Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya
al-Fikr Agung
Rizal, Sofyan. 2008. Kontrak Yulianto, Muhamad. 2015. Prinsip-pinsip
Mudharabah, Permasalahan dan Ekonomi Islam, Universitas Syiah
Alternatif Solusi, ttp://www. (Unsyiah.ac.id)
alhikmah.ac.id/soft/Artikel/Ekonomi Yusuf, Asdar. 2014. Paradigma
%20Islam/Ekonis-Seri3.pdf Kontemporer Ekonomi Islam (Muh.
Salim, Agus. 2009. Dinamika Pemikiran Abdul Mannan versus Syed Nawab
Ekonomi Islam, IAIN Jambi Jurnal Haedir Naqvi). Jurnal Vol. 11 No.2
vol.8 No.2

Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 20 No. 1, April 2015 54

Anda mungkin juga menyukai