Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

Virus corona mulai menjadi wabah pada bulan November-Desember 2019 di kota
Wuhan, China. Virus ini merupakan salah satu virus yang sangat berbahaya karena tingkat
penyebarannya yang tinggi sehingga meluas dengan cepat ke seluruh dunia. Menurut catatan
WHO, pada tahun 2020 sudah banyak laporan dari berbagai negara yang mengonfirmasi
terjangkit virus corona atau COVID-19 [1].
World Health Organization (WHO) telah menyatakan COVID-19 sebagai Global
Pandemic dan Pemerintah telah menetapkan kedaruratan kesehatan masyarakat Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020
tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) sehingga wajib diakukan upaya penanggulangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Penetapan kedaruratan kesehatan masyarakat COVID-19 dilakukan mengingat
penyebaran COVID-19 yang bersifat luar biasa dengan ditandai jumlah kasus dan/atau
jumlah kematian telah meningkat dan meluas lintas wilayah dan lintas negara dan berdampak
pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesejahteran
masyarakat di Indonesia. Selain itu, atas pertimbangan penyebaran COVID-19 berdampak
pada meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta benda, meluasnya cakupan wilayah
terdampak, serta menimbulkan implikasi pada aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia,
telah dikeluarkan juga Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana
Nasional.
Di Indonesia pertama kali terdeteksi adanya warga yang terjangkit virus corona pada
tanggal 2 maret 2020, yang terjadi pada dua orang warga Depok, Jawa Barat [2]. Semenjak
saat itu, dari catatan satgas pemulihan COVID-19, diketahui semakin banyak kasus yang
terkonfirmasi positif dari bulan ke bulan. Kondisi penyebaran virus yang semakin meluas di
Indonesia ini menimbulkan masalah bukan hanya di bidang kesehatan saja, tetapi juga
ekonomi, pendidikan, dan lainnya, yang ikut terkena dampak Upaya pemerintah Indonesia
sudah dilakukan untuk menekan tingkat penyebaran virus corona supaya dampak negatif
yang ditimbulkan dapat dikendalikan, di antaranya dengan melakukan tindakan vaksinasi.
Terdapat dua jenis vaksin yang dipakai oleh pemerintah Indonesia, yaitu vaksin Sinovac dan

1
vaksin merah-putih. Penggunaan kedua vaksin ini mendapatkan berbagai macam tanggapan
dan pendapat dari masyarakat. Pendapat yang disampaikan ada yang baik dan membangun,
tetapi ada juga yang bertentangan dan menolak. Media sosial Twitter menjadi salah satu
tempat masyarakat dapat dengan bebas menyampaikan pendapat [3].
Vaksinasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien dalam
mencegah beberapa penyakit menular berbahaya. Sejarah telah mencatat besarnya peranan
vaksinasi dalam menyelamatkan masyarakat dunia dari kesakitan, kecacatan bahkan kematian
akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Vaksinasi (PD3I). Dalam upaya
penanggulangan pandemi COVID-19, vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk mengurangi
transmisi/penularan COVID-19, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-
19, mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd imunity) dan melindungi masyarakat
dari COVID-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi.
Upaya vaksinasi COVID-19 telah dilakukan oleh berbagai negara termasuk Indonesia.
Dalam penerapan vaksinasi tersebut dibutuhkan kepastian dari aspek efektivitas dan efisiensi,
sehingga upaya yang dilakukan mulai dari penelitian dan pengembangan vaksin, penyediaan
vaksin, dan pelaksanaan vaksinasi sesuai dengan ketersediaan vaksin. Selain itu adanya
karakteristik vaksin yang berbeda juga merupakan tantangan sendiri dalam pelaksanaan
vaksinasi. Dalam proses pengembangan vaksin yang ideal untuk pencegahan infeksi SARS-
CoV-2 terdapat berbagai platform yaitu vaksin inaktivasi/inactivated virus vaccines, vaksin
virus yang dilemahkan (live attenuated), vaksin vektor virus, vaksin asam nukleat, vaksin
seperti virus (virus-like vaccine), dan vaksin subunit protein.
Dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19 hal penting yang perlu diperhatikan juga
menyangkut cakupan pelaksanaan, karena konsep kekebalan kelompok (herd imunity) dapat
terbentuk apabila cakupan imunisasi tinggi dan merata di seluruh wilayah, sehingga sebagian
besar sasaran secara tidak langsung akan turut memberikan perlindungan bagi kelompok usia
lainnya. Berdasarkan rekomendasi World Health Organization (WHO) dan Indonesian
Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) bahwa pembentukan kekebalan
kelompok (herd imunity) dapat tercapai dengan sasaran pelaksanaan vaksinasi minimal
sebesar 70%.
Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dilakukan oleh pemerintah pusat dengan
melibatkan pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota serta badan
hukum/badan usaha. Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dilakukan melalui vaksinasi program
atau vaksinasi gotong royong. Vaksinasi gotong royong dilaksanakan dalam rangka
percepatan pelaksanaan vaksinasi COVID-19. Dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19,

2
dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan Puskesmas harus melakukan
advokasi kepada pemangku kebijakan setempat, serta berkoordinasi dengan lintas program,
dan lintas sektor terkait, termasuk organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi
keagamaan, tokoh masyarakat dan seluruh komponen masyarakat dalam pelaksanaan
kegiatan pelayanan vaksinasi COVID-19. Petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan
upaya komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada masyarakat serta memantau status
vaksinasi setiap sasaran yang ada di wilayah kerjanya untuk memastikan setiap sasaran
mendapatkan vaksinasi COVID-19 lengkap sesuai dengan yang dianjurkan.
Untuk terselenggaranya pelaksanaan vaksinasi COVID-19 secara optimal dibutuhkan
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19), sebagai panduan bagi pemerintah pusat, pemerintah
daerah, badan hukum/badan usaha, serta seluruh pihak terkait yang terlibat dalam
pelaksanaan vaksinasi COVID-19.
Salah satu masalah dalam pemberian vaksinasi adalah adanya penolakan dari
beberapa kalangan masyarakat. Survei Indikator Politik awal tahun 2021 menunjukan 41%
masyarakat menolak untuk divaksinasi (Bona, 2021), survei Lembaga Survei Indonesia (LSI)
6 bulan kemudian menunjukan 36,4% masyarakat tidak bersedia menerima vaksinasi (CNN
Indonesia, 2021). Penelitian yang dilakukan di Sulawesi Tengah menunjukan 64,7%
responden belum bersedia divaksinasi (Ichsan et al., 2021). Hal ini terjadi akibat persepsi
yang salah terkait vaksinasi karena masih kurangnya komunikasi yang baik dari tenaga
kesehatan untuk meyakinkan masyarakat tentang keefektifan vaksin Covid-19 (Astuti et al.,
2021). Walaupun mengalami penurunan, angka ini masih dapat menyebabkan terciptanya
kekebalan komunitas tidak terjadi. Menjadi tugas yang berat yang harus dilakukan oleh
pemerintah jika ingin cakupan vaksinasi Covid-19 ini dapat meningkat.
Desa Paduran Sebangau terletak di Kecamatan Sebangau Kuala Kabupaten Pulang
Pisau Provinsi Kalimantan Tengah. Desa ini terletak di bantaran DAS Sebangau, mata
pencaharian penduduk sangat bergantung kepada hutan dan ekosistem di sekitarnya. Desa ini
berada di bantaran DAS Sebangau yang termasuk dalam komunitas Ekosistem Air Hitam
(EAH).
Jarak terjauh yaitu dari RT 03, RT 04, RT 05, RT 06 menuju ke Ibu Kota Kecamatan
Sebangau Kuala hanya dapat dilalui dengan menggunakan jalur transportasi air memakai
perahu kecil (kelotok) atau perahu besar (perahu motor) dengan waktu tempuh ± 3,5 jam.
Dan jarak tempuh dari RT yang dimaksud menuju Ibu Kota Kabupaten Pulang Pisau

3
memakan waktu kisaran 5, 5 jam. Sedangkan jika dihitung secara keseluruhan menuju Ibu
Kota Provinsi Kalimantan Tengah waktu tempuh perjalanan ± 7, 5 jam.
Desa Sei. Hambawang secara geografis berada di 113º 36’ 0 E - 113º 56’ 50 E dan
secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Sebagau Kuala Kabupaten Pulang
Pisau Kalimantan Tengah . Desa Sei Hambawang terletak di kawasan teluk Sebangau dengan
garis pantai sepanjang 16 Km yang merupakan kawasan pasang Surut dengan Tipe A. dengan
derajat kesaman tanah (PH) berkisar 4,5-5,4 suhu udara berkisar antara 28-35% dengan
tingkat curah hujan 1.200-2000 mm/tahun.
Secara administrasi Desa Sei Hambawang masuk wilayah Kecamatan Sebangau
Kuala Kabupaten Pulang pisau dan terletak pada posisi113º 36’ 0 E - 113º 56’ 50 E. Desa sei
Hambawang berada kawasan pesisir teluk sebangau. Seperti kawasan pesisir lainnya desa sei
hambawang merupakan daerah dataran rendah yang ketingginya hanya ± 0 - 30 MDPL.
Untuk bisa ke desa Sei hambawang bisa melaui jalur darat maupun jalur laut.
Sementara untuk jalur darat, jalur satu - satunya adalah melewati jalan yang ada di
kawasawan perusahaan sawit. Untuk bisa ke ibu kota kecamatan selain melaui jalan yang
dibuat perusahaan juga bisa menyisiri jalur sungai Sebangau.
Secara umum jarak tempuh Desa Sei. Bakau ke kecamatan Sebangau Kuala kurang
lebih 77 km dengan waktu tempuh 3 - 4 jam menggunakan transporasi kelotok dengan rute
perjalanan menyisir teluk sebangau dilanjutkan melalui sungai sebangau. Sementara, Desa
Sei. Bakau ke kabupaten jarak tempuh kurang lebih 150 km dengan waktu tempuh 6-7 jam
dengan menggunakan transporasi kelotok sampai sebangau kuala dan dilanjutkan melalui
jalan darat. Sedangkan untuk menuju ke ibukota propinsi kalimantan tengah (palangkaraya)
dengan jarak 240 km dengan waktu tempuh 8 jam, dengan rute yang sama saat menuju ke
kabupaten (dillanjutkan ke Palangkaraya).
Lokasi Desa Paduran Sebangau, Desa Sei Hambawang dan Desa Sei Bakau yang
cukup terpencil dan letaknya yang terpusat pada satu tempat cukup menghawatirkan jika
kasus Covid-19 menjangkit masuk ke desa. Dengan posisi seperti itu pula sangat baik untuk
melakukan pencegahan karena pintu masuk hanya 1 tempat. Sampai saat ini, kasus Covid-19
hanya 1 orang dan berhasil sembuh. Dengan adanya program vaksinasi Covid-19 ini,
diharapkan warga mau divaksinasi sehingga kejadian gejala sedang atau berat jika nantinya
tertular Covid-19 bisa disembuhkan. Manfaat vaksin jauh lebih besar dibandingkan risiko
sakit karena terinfeksi bila tidak divaksin (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2021). Dengan adanya kegiatan Sweeping Vaksinasi Keliling DAS dan Pesisir (SEVAK
KELINDAS SISIR) yang diintegrasikan Puskesmas Keliling dan kerjasama lintas sektor

4
diharapkan dapat meningkatkan capaian vaksinasi covid-19 di daerah aliran sungai dan
daerah pesisir seperti Desa Paduran Sebangau, Sei Hambawang dan Sei Bakau. Sehingga
capaian total di kecamatan sebangau dapat memenuhi capaian dan target nasional serta
terbentuk herd immunity bisa lebih cepat.

B. Rumusan Masalah
a. Faktor penyebab Capaian vaksinasi di daerah DAS dan Pesisir sangat rendah?
b. Apa yang dimaksud Sevac Kelindas Sisir?
c. Apa manfaat dari sevac kelindas sisir?
d. Apa manfaat dari vaksinasi covid-19?
e. Bagaimana pelaksanaan vaksinasi covid-19 di Kecamatan Sebangau Kuala?
f. Apa saja peran serta lintas sektoral dalam meningkatkan capaian vaksinasi?

C. Tujuan
Tujuan umum
Meningkatkan capaian vaksinasi covid-19 di Kecamatan Sebangau Kuala.
Tujuan khusus
1. Mengetahui masalah penyebab capaian vaksinasi di daerah DAS dan pesisir sangat
rendah.
2. Mengetahui peran integrasi lintas program, lintas sektor, dan pemberdayaan
masyarakat dalam optimalisasi vaksinasi covid-19
3. Mengetahui gambaran kegiatan sevak kelindas sisir Puskesmas Sebangau tahun
2021-2022
4. Mengetahui capaian kegiatan sevak kelindas sisir Puskesmas Sebangau dalam
pencegahan dan pengendalian penyakit covid-19.

Anda mungkin juga menyukai