Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

AKUNTANSI FORENSIK

Oleh:

Nama : Dewa Ayu Putri Lestari


NIM : 1702622010003
Absen : 03
Prodi : Akuntansi Reguler A Pagi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Mahasaraswati Denpasar
2020
Materi Kelompok 7 Contoh Kasus Pidana dan Perdata
1. Hukum Pidana
Contoh kasus terkait dengan penyimpangan ketentuan perkreditan oleh Bani pada kasus
Bank NTB Cabang Sumbawa dengan kasus posisi sebagai berikut:
       Pihak PT. BN cabang Sumbawa telah sengaja memberikan fasilitas kredit mitra wira
usaha (KMWU) kepada 151 debitur Karyawan PT. NNT dengan total plafond kredit senilai
Rp.7,5 Miliar. Sementara, sesuai aturan PT.BN, jenis kredit KMWU hanya berlaku bagi
Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau pensiunan PNS, yang gajinya dibayarkan melalui PT.BN.
Kredit KMWU itu juga diberikan untuk peningkatan kesejahteraan PNS dan pensiunan PNS
yang memiliki wira usaha, bukan untuk karyawan swasta yang gajinya tidak lewat PT.BN.
SOMASI menilai ada kongkalikong dalam penyaluran kredit tersebut, yang bertujuan untuk
memperkaya orang lain, atau memperkaya diri sendiri. Dalam penyalurannya tidak pernah
ada kontrak kerjasama antara PT.BN dengan PT.NNT berkaitan dengan teknis pemotongan
gaji debitur bersangkutan. Terlebih lagi, para karyawan PT.NNT tersebut mengambil kredit
itu bukan untuk modal usaha melainkan diduga untuk kepentingan konsumtif, membeli tanah
kaplingan yang berlokasi di Olat Rarang, Sumbawa Besar. Ada unsur korupsi yang
merugikan negara di sini, karena PT.BN itu milik pemerintah daerah. Maka Bank NTB
Cabang Sumbawa dilaporkan ke KPK. Dalam laporan yang sama, SOMASI juga melaporkan
dugaan penyimpangan kredit modal kerja (KMK) PT.BN cabang Sumbawa kepada tiga
perusahaan lokal Sumbawa, masing-masing sebesar Rp.500 juta, Rp.500 juta, dan Rp.350
juta.
       Ancaman pidana terhadap tindakan demikian, yaitu pidana penjara sekurang-kurangnya
tiga tahun dan paling lama delapan tahun serta denda sekurang-kurangnya lima miliar rupiah
dan paling banyak seratus miliar rupiah. Ketentuan pasal 49 ayat (2) huruf a ini pun dapat
pula dihubungkan dengan UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
korupsi sebagai penggantu UU Nomor 3 Tahun 1971, khususnya Pasal 2 dan 3 karena
tampak ada unsur-unsur korupsinya, misalnya unsur memperkaya diri.
       Menyangkut mark up apabila dilihat lebih mendalam, tidak selalu terjadi karena adanya
kolusi, tetapi dapat pula terjadi karena adanya ketidakmampuan pihak bank dalam
menganalisis informasi dari data yang diajukan nasabah (pemohon kredit). Kondisi
ketidakmampuan bank dalam melakukan pengkajian (financial rcasting) di bidang
perkreditan disebabkan masih lemahnya sumber daya manusianya atau karena kurang
profesionalnya pejabat perkreditan bank tersebut sehingga harga yang digelembungkan tidak
terdeteksi.
       Kenapa kasus ini di kenai hukum pidana karena mengenai bank yang menadi objek
tindak pidana berupa pelanggaran perkreditan, misalnya menyangkut pengajuan kredit
dengan agunan fiktif. Penanganan untuk kasus seperti itu biasanya digunakan ketentuan Pasal
378 atau Pasal 372 KUHP, atau berupa pemalsuan kartu kredit, kasus seperti itu
penanganannya dapat menggunakan KUHP Pasal 263 dan 264 tentang pemalsuan surat.
Selain itu ketentuan-ketentuan pidana khusus seperti dalam UU Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, atau UU Nomor 11 PNPS Tahun 1963
tentang Tindak Pidana Subversi dapat juga dipakai dasar pemidanaan apabila perbuatan
tersebut memenuhi unsur-unsur pasal pada kedua undang-undang tersebut ataupun pada
ketentuan yang tercantum dalam peraturan lainnya.

Materi Kelompok 8 Kasus Kecurangan dan pilih Teknik Investigasi


2. Hukum Perdata
Dosen UGM yang Terlibat Penipuan
Seorang dosen Fakultas Ekonomi UGM bergelar doktor inisial SSL diduga terlibat kasus
penipuan. Korban-nya ialah Vera Damayanti. Saat ini perkara penipuan senilai miliran rupiah
ini masih ditanga-ni penyidik Polda DIJ. Kepala Seksi Penerangan Hukum (Penkum) Kejati
DIJ Purwanta Sudarmaji SH mengatakan, lembaganya sudah meneliti berkas kasus ini dari
Polda DIJ. “Jaksa peneliti menya-takan berkas sudah lengkap atau P21,” kata Purwanta
kepada war-tawan kemarin (20/11). Setelah berkas dinyatakan len-gkap, jaksa tinggal
menunggu pelimpahan tahap 2 (penyerahan tersangka dan barang bukti) dari penyidik Polda
DIJ. “Kapan waktunya itu tergantung penyidik Polda DIJ,” tambah Purwanta.Kabid Humas
Polda DIJ AKBP Anny Pudjiastuti mengatakan, kasus penipuan dengan tersangka SSL masih
ditangani Direskrim Polda DIJ. Dalam waktu dekat ber-kas perkara ini akan dilimpahkan ke
Kejati DIJ. “Tersangka bersikap koorperatif sehingga tidak ditahan. Tersangka dijerat Pasal
378 dan 372 KUHP,” kata Anny. Humas UGM Wijayanti menga-takan, lembaganya belum
me-nentukan kebijakan apa punerkait kasus yang membelit oknum dosen FE UGM inisial
SSL. Alasan-nya, perkara dugaan penipuan tidak ada hubungannya dengan institusi UGM
tapi murni pribadi. “UGM baru akan menentukan sikap setelah ada keputusan hukum tetap.
Jadi, sekarang UGM pasif saja,” terang Wiwit, sapaan akrab Wijayanti. Vera Damayanti
merasa ditipu SSL ini. Peristiwa itu terjadi pada 2013. Awalnya, pada Juni 2013 berniat
menjual kondotel di Jalan Palagan, Sleman. Har-ga kondotel itu senilai Rp 4,2 miliar.
Kemudian SSL mena-warkan kepada relasinya di Jakarta. Tawaran itu diterima dan calon
membeli memberikan uang muka senilai Rp 500 juta yang dititipkan ke SSL. “Tetapi uang
itu tidak diberikan ke-pada saya. Uang dipakai sen-diri,” kata Vera. Tak cukup itu. Suatu
hari, Vera ingin menjual sembilan berlian pribadinya senilai Rp 1,5 miliar. Selanjutnya, SSL
membawa seluruh berlian tersebut. Bukannya mem-berikan uang tapi SSL malah
menghilang. Pada Agustus 2014 Vera melaporkan SSL ke Polda DIJ. “Saya mengalami
kerugian Rp 1,390 miliar yaitu Rp 890 juta kekurangan jual-beli berlian dan Rp 500 juta jual-
beli kondotel,” jelas Vera.

Alasan kenapa kasus ini perdata karena sampai kasus berjalan di kepolisian, sudah
melakukan perdamaian pada tanggal 19 November 2014 lalu. Perjanjian atau kesepakatan
damai itu dilakukan secara tertulis.

 Kasus Kecurangan dan Teknik Investigasi


 Round Tripping (kasus kecurangan laporan keuangan)
Round Tripping dalam  akuntansi istilah “round tripping” mengacu pada serangkaian
transaksi antara perusahaan yang meningkatkan pendapatan perusahaan yang terlibat
tetapi pada akhirnya, tidak memberikan manfaat ekonomi nyata bagi kedua
perusahaan. Meskipun tidak selalu ilegal, round triping bukanlah hal yang pantas
untuk dilakukan dan menyalahi standar akuntansi yang berlaku. Tujuan dari round
tripping adalah untuk meningkatkan pendapatan untuk membuat perusahaan terlihat
seperti melakukan lebih banyak penjualan bisnis daripada yang sebenarnya.
Meskipun inti membangun perusahaan mana pun adalah laba, pengamat sering
menilai pertumbuhan dan ukuran perusahaan berdasarkan pendapatan penjualannya.

Contoh :
Bayangkan Anda memiliki toko peralatan kantor, dan pemilik toko alat tulis
mendatangi anda dengan sebuah proposal. Dia akan membeli 40 rim kertas fotokopi
dari Anda dengan harga eceran 30.000 per bungkus, dengan total 1.200.000.
Sementara itu, Anda akan membeli kertas identik darinya dengan harga yang sama,
1.200.000. Dia mengusulkan kesepakatan round tripping. Penawaran round tripping
umumnya tidak meningkatkan laba; Seperti contoh diatas, pendapatan 1.200.000 yang
akan diperoleh dari menjual kertas ke toko alat tulis akan diimbangi dengan biaya
1.200.000 untuk membeli jumlah kertas yang sama.
Tetapi setiap perusahaan mendapatkan tambahan 1.200.000 dalam pendapatan di
laporan keuangan, sehingga tampak sangat baik dan lebih aktif dari pada tanpa
melakukan penjualan sama sekali. Jelas ini membuat angka-angka dalam laporan
keuangan terlihat lebih baik bagi investor atau pemberi pinjaman, sehingga
meningkatkan kepercayaan investor. Namun, tindakan ini adalah tindakan yang tidak
sah.
 Teknik Investigasi
Berikut adalah beberapa cara untuk mengetahui fraud dalam laporan keuangan untuk
meminimalisir kasus fraud seperti yang sudah di jelaskan :
 Teknik Komparatif
Hubungan antara data keuangan yang tampaknya mencurigakan harus
diselidiki. Auditor atau pemilik bsinis dapat menggunakan teknik berikut
untuk membantu mereka mengidentifikasi hubungan seperti itu:
1. Bandingkan informasi keuangan periode saat ini dengan informasi,
anggaran, dan perkiraan keuangan periode sebelumnya.
2. Periksa hubungan antara informasi keuangan. Misalnya, harga
pokok penjualan diharapkan bervariasi secara langsung dalam
kaitannya dengan penjualan.
3. Mempelajari hubungan informasi keuangan dengan informasi
nonkeuangan terkait. Sebagai contoh, penjualan department store
diharapkan bervariasi dengan ukuran luas lantai penjualan.
4. Bandingkan informasi dengan informasi dari unit atau entitas
organisasi lain dalam industri yang sama.

Anda mungkin juga menyukai