OLEH :
a) Pengertian
Instrumentasi teknik sistoskopi adalah suatu tindakan instrumentasi untuk pemeriksaan
buli-buli dengan menggunakan perangkat alat optik yang disebut sistoskop dan disebut
panendoskopi apabila pemeriksaan dimulai sejak dari meatus uretra eksternus (SMF
Urologi FK Unair, 1997).
b) Persiapan
1. Pasien
Mengatur posisi untuk dilakukan anestesi.
Mengatur posisi lithothomi.
2. Peralatan
Set Dasar, terdiri dari :
- Desinfeksi klem (sponge holding forceps)
- Sheath dan obturator ukuran no. 25
- Optic / lensa ukuran 30º
- Selang irigator
- Head kamera
- Kabel light source (kabel lampu endoskopi)
- Bridge
c) Cara Kerja
a) Pengertian
Instrumentasi teknik operasi TURP adalah suatu cara instrumentasi pada tindakan
pengambilan dan pembuangan jaringan prostat secara endoskopi dengan menggunakan
alat pemotong atau cutting loop (SMF Urologi FK Unair, 1997).
b) Persiapan
1. Pasien
Mengatur posisi untuk dilakukan anestesi.
Mengatur posisi lithothomi.
Memasang plat diatermi.
2. Peralatan
Set Dasar, terdiri dari :
- Desinfeksi klem (sponge holding forceps)
- Sheath dan obturator ukuran no. 26
- Optic 30º
- Walking element
- Cutting Loop
- Roll boll
- Ellik evakuator
- Kabel light source / Fiber optic
- Selang air dengan luer lock
- Head camera endoskopi
c) Cara Kerja
1. Pasien dilakukan anestesi
2. Perawat sirkulasi mengatur posisi pasien lithotomi.
3. Perawat instrumen cuci tangan secara fuerbringer dengan larutan desinfektan
chlorhexidin glokonate 4 % dan dikeringkan dengan waslap steril, kemudian
memakai gaun bedah dan Sarung tangan steril dengan teknik tertutup.
4. Perawat instrumen melakukan desinfeksi dengan menggunakan betadine 10 % dari
genetalia kearah luar sampai dibawah umbilikus, pangkal paha dan sekitar anus
tindakan tersebut dilakukan berulang sampai 3 kali.
5. Perawat instrumen mengatur dan merangkai alat – alat yang akan digunakan untuk
a) Pengertian
Instrumentasi teknik operasi Sachse adalah suatu cara instrumentasi pada tindakan
mengiris jaringan parut pada uretra secara endoskopi dengan menggunakan pisau sachse
(SMF Urologi FK Unair, 1997).
b) Persiapan
1. Pasien
Mengatur posisi untuk dilakukan anestesi.
Mengatur posisi lithothomi.
2. Peralatan
Set Dasar, terdiri dari :
- Desinfeksi klem (sponge holding forceps)
- Sheath No.21
- Optic 30º
- Walking element
- Pisau sachse
- Bougie roser mulai dari 17 fr sampai 25 fr
- Half sloated
- Kabel light source / Fiber optic
- Selang air dengan luer lock
- Head camera endoskopi
c) Cara Kerja
1. Pasien dilakukan anestesi
2. Perawat sirkulasi mengatur posisi pasien lithotomi.
3. Perawat instrumen cuci tangan secara fuerbringer dengan larutan desinfektan
chlorhexidin glokonate 4 % dan dikeringkan dengan waslap steril, kemudian
memakai gaun bedah dan Sarung tangan steril dengan teknik tertutup.
4. Perawat instrumen melakukan desinfeksi dengan menggunakan betadine 10 % dari
genetalia kearah luar sampai dibawah umbilikus, pangkal paha dan sekitar anus
tindakan tersebut dilakukan berulang sampai 3 kali.
5. Perawat instrument melakukan drapping dengan memasang linen dibawah pantat,
kedua kaki juga ditutup dengan linen dan daerah atas simpisis pubis.
6. Perawat instrumen mengatur dan merangkai alat – alat yang akan digunakan untuk
melakukan sachse disusun rapi di meja instrument.
7. Perawat instrumen merangkai alat yaitu head camera, walking element, pisau
sachse, optic lensa 30º.
8. Perawat instrumen memasang selang irigasi dan kabel light source dengan dibantu
perawat sirkulasi dan kabel light source dihubungkan dengan sumber cahaya.
9. Perawat instrumen memberikan bougie roser kepada operator untuk dilakukan
dilatasi meatus uretra dengan bougie roser mulai dari 17, 19, 21, 23, 25 fr.
10. Perawat instrumen memberikan sheath no. 21 yang sudah dirangkai dengan half
sloated, kemudian operator memasukkan sheat no. 21, setelah masuk ke uretra,
rangkaian walking element dimasukkan secara avu.
11. Kemudian operator melakukan pengirisan jaringan parut pada uretra.
12. Selama reseksi cairan irigasi diatur sedemikian rupa sehingga operator dapat
melakukan pengirisan dengan hati – hati.
13. Setelah bisa masuk mencapai buli-buli, rangkaian sheath dilepas dan half sloated
ditinggalkan untuk sebagai penuntun pemasangan kateter silikon.
14. Perawat instrumen memberikan kateter silikon untuk dilakukan pemasangan
kateter silikon no 16 fr atau no 18 fr melalui tuntunan half sloated.
15. Operasi selesai posisi pasien diluruskan dan kateter ditraksi di paha kiri/kanan
dengan menggunakan fiksasi hypafix.
16. Bila terjadi perdarahan post sachse dilakukan verband elastic pada penis pasien.
17. Perawat instrumen melepas alat – alat instrumen yang habis dipakai dari
rangkaiannya, serta dilakukan dekontaminasi dengan chlorine 0,5% direndam
selama 10 – 15 menit lalu dicuci.
18. Pasien dibersihkan dan alat – alat dibersihkan.
4) Instrumentasi Teknik Operasi Lithotripsi
a) Pengertian
Instrumentasi teknik operasi lithotripsi adalah suatu cara instrumentasi tindakan
penghancuran batu di buli-buli secara endoskopik dengan lithotriptor (SMF Urologi FK
Unair, 1997).
b) Persiapan
1. Pasien
Mengatur posisi untuk dilakukan anestesi.
Mengatur posisi lithothomi.
2. Peralatan
Set Dasar, terdiri dari :
- Desinfeksi klem (sponge holding forceps)
- Sheath No. 25 dan Bridge
- Optic 30º dan 70°
- Ellik evacuator
- Alat lithotriptor yaitu alligator lithotrite dan Hendrickson lithotrite
- Kabel light source / Fiber optic
- Selang air dengan luer lock
- Head camera endoskopi
genetalia kearah luar sampai dibawah umbilikus, pangkal paha dan sekitar anus
tindakan tersebut dilakukan berulang sampai 3 kali.
5. Perawat instrument melakukan drapping dengan memasang linen dibawah pantat,
kedua kaki juga ditutup dengan linen dan daerah atas simpisis pubis.
6. Perawat instrumen memasang selang irigasi dan light source dengan dibantu
perawat sirkulasi dan kabel light source dihubungkan dengan sumber cahaya.
7. Perawat instrumen merangkai sheath no. 25 Fr dirangkai bridge dengan optic 30º.
8. Perawat instrumen memberikan sheat yang sudah dirangkai bridge dan optic,
hubungkan sheat dengan light source dan selang air.
9. Perawat instrumen memberikan jelly, operator memasukkan sheath, obturator
dilepas, air dialirkan sampai gelembung udara keluar baru pasang optic 30º,
melakukan sistoskopi.
10. Perawat instrumen memberikan alligator lithotrite, buli-buli diisi irigasi sampai
penuh, pasang alligator lithotrite dengan optik 30º mulai lithotripsi untuk batu
yang ukuran diameter terpendek 1,5 cm.
11. Perawat instrumen memberikan Hendrickson lithotrite untuk batu dengan ukuran
diamater terpendek kurang dari 2,5 cm.
12. Lithotripsi dihentikan kalau ukuran fragmen sudah dapat melewati sheath.
13. Perawat instrumen memberikan ellik evacuator untuk evakuasi fragmen.
14. Sistoskopi lagi untuk melihat batu sudah keluar semua dan mengetahui adanya
komplikasi tindakan.
15. Keluarkan lithotriptor dan keluarkan sheat dengan sebelumnya memasang
obturator.
16. Perawat instrumen memberikan foley kateter no 16 fr untuk dipasang.
17. Perawat instrumen melepas alat – alat instrumen yang habis dipakai dari
rangkaiannya, serta dilakukan dekontaminasi dengan chlorine 0,5% direndam
selama 10 – 15 menit lalu dicuci.
18. Pasien dibersihkan dan alat – alat dibersihkan.
5) Instrumentasi Teknik Operasi Retrograde Pyelografi (RPG)
a) Pengertian
Instrumentasi teknik operasi retrograde pyelografi adalah suatu cara instrumentasi
tindakan diagnostik untuk melihat kondisi ureter sampai dengan ginjal dengan
menggunakan contras yang disemprotkan lewat muara ureter dengan menggunakan
ureter kateter.
b) Persiapan
1. Pasien
Mengatur posisi untuk dilakukan anestesi.
Mengatur posisi lithothomi.
2. Peralatan
Set Dasar, terdiri dari :
- Desinfeksi klem (sponge holding forceps)
- Sheath dan obdurator no. 22
- Optic 30º
- Albarant
- Guide wire
- Wire sebra
- Ureter kateter ukuran 6 fr
- Kabel light source / Fiber optic
- Selang air dengan luer lock
- Head camera endoskopi
d) Cara Kerja
genetalia kearah luar sampai dibawah umbilikus, pangkal paha dan sekitar anus
tindakan tersebut dilakukan berulang sampai 3 kali.
5. Perawat instrument melakukan drapping dengan memasang linen dibawah pantat,
kedua kaki juga ditutup dengan linen dan daerah atas simpisis pubis.
6. Perawat instrumen merangkai alat endoskopi yaitu albarant dengan optik 30º.
Kemudian, memasang selang irigasi dan kabel light source dengan dibantu
perawat sirkulasi dihubungkan dengan sumber cahaya.
7. Perawat instrumen memberikan sheath dan obturator no. 22 yang sudah diberi jelly
kepada operator, kemudian operator memasukkan sheath, obturator dilepas, air
dialirkan sampai gelembung udara keluar, baru dipasang albarant dan optik 30º,
dilakukan sistoskopi untuk mencari muara ureter. Masukan ureter kateter ke dalam
ureter melalui muara ureter dengan dituntun guide wire atau bila perlu wire sebra.
8. Dilakukan retrograde pyelografi untuk melihat anatomi ureter dengan
menyemprotkan contras lewat ureter kateter.
9. Bila perlu dilakukan dilatasi muara ureter.
10. Perawat instrumen memberikan DJ stent bila perlu pemasangan.
11. Perawat instrumen memberikan foley kateter no. 16, pasang kateter foley no. 16
dan urine bag.
12. Perawat instrumen melepas alat – alat instrumen yang habis dipakai dari
rangkaiannya, serta dilakukan dekontaminasi dengan chlorine 0,5% direndam
selama 10 – 15 menit lalu dicuci.
13. Pasien dibersihkan dan alat – alat dibersihkan.
6) Instrumentasi Teknik Operasi Uretero Renoskopi (URS)
a) Pengertian
Instrumentasi teknik operasi ureterorenoskopi adalah suatu cara instrumentasi tindakan
diagnostik untuk melihat ginjal lewat ureter dengan memakai alat ureteroskop.
b) Persiapan
1. Pasien
Mengatur posisi untuk dilakukan anestesi.
Mengatur posisi lithothomi.
2. Peralatan
Set Dasar, terdiri dari :
- Sheath dan obturator no. 22
- Optik 30°
- Albarant
- Ureter kateter no. 6 fr
- Desinfeksi klem (sponge holding forceps)
- Guide wire
- Wire sebra
- Kabel light source / Fiber optic
- Selang air dengan luer lock
- Head camera endoskopi
- Ureteroscope
- Lithotriptor ultrasound
c) Cara Kerja
genetalia kearah luar sampai dibawah umbilikus, pangkal paha dan sekitar anus
tindakan tersebut dilakukan berulang sampai 3 kali.
5. Perawat instrument melakukan drapping dengan memasang linen dibawah pantat,
kedua kaki juga ditutup dengan linen dan daerah atas simpisis pubis.
6. Perawat instrumen memasang selang irigasi dan kabel light source dibantu perawat
7. sirkulasi dihubungkan dengan sumber cahaya.
8. Perawat instrumen memberikan sheath dan obturator no. 22 yang sudah diberi jelly
kepada operator, kemudian operator memasukkan sheat, obturator dilepas, air
dialirkan sampai gelembung udara keluar, baru dipasang albarant dan optik 30º
untuk dilakukan sistoskopi.
9. Perawat instrumen masukkan ureter kateter pada albarant dengan dituntun guide
wire atau bila perlu wire sebra, dilakukan retrograde pyelografi untuk melihat
anatomi ureter.
10. Bila perlu dilatasi muara ureter.
11. Perawat instrumen memberikan alat ureteroskop.
12. Alat RPG dikeluarkan semua dengan meninggalkan guide wire di dalam ureter,
diganti dengan ureteroscope dituntun lewat guide wire sampai masuk ureter.
13. Perawat instrumen memberikan lithotriptor, bila tampak batu, dipecah dengan
lithotripter sampai kecil – kecil maximal ukuram 1/3 lumen ureter.
14. Perawat instrumen memberikan DJ stent bila perlu pemasangan DJ stent.
15. Perawat instrumen memberikan foley kateter no. 16 dan urine bag.
16. Perawat instrumen melepas alat – alat instrumen yang habis dipakai dari
rangkaiannya, serta dilakukan dekontaminasi dengan chlorine 0,5% direndam
selama 10 – 15 menit lalu dicuci.
17. Pasien dibersihkan dan alat – alat dibersihkan.
a) Pengertian
Instrumentasi teknik operasi vasoligasi prosedur palomo adalah suatu cara instrumentasi
pada tindakan bedah mengikat vena spermatika interna sekaligus memotong diantara
kedua ikatan tersebut pada penderita varicocel (SMF Urologi FK Unair, 1997).
b) Persiapan
1. Pasien
Mengatur posisi untuk dilakukan anestesi.
Mengatur posisi pasien supine.
Memasang plat diatermi.
2. Peralatan
Set Dasar, terdiri dari :
- Desinfeksi klem / sponge holding forceps : 1 Buah
- Duk klem / Towel Klem : 5 Buah
- Handvat mess / knife handle no 4/3 : 1/1 Buah
- Pinset anatomi panjang/pendek : 2/1 Buah
- Pinset chirurgie : 2 Buah
- Arteri klem kocher : 2 Buah
- Arteri klem pean bengkok : 4 Buah
- Gunting benang / ligature scissors : 1 Buah
- Gunting metzenbaum : 1 Buah
- Nald voeder panjang / pendek : 1/1 Buah
- Haak S : 2 Buah
- Doubel langenback : 2 Buah
- Kom : 1 Buah
- Cucing : 1 Buah
- Bengkok : 1 Buah
Set Tambahan
- Right angle : 1 Buah
- Timan : 2 Buah
Set dan Bahan Penunjang Steril
- Washlap dan sikat kuku steril
- Linen set steril terdiri dari:
a. Duk besar : 4 Buah
b. Duk kecil : 2 Buah
c. Gaun bedah : 3 Buah
- Sarung tangan sesuai kebutuhan
- Desinfektan betadine 10 %
- Mess no. 10 / 20
- Koter
- Kasa dan deppers
- Benang Silk no. 2/0 (non absorbable), vicryl / Polisorb no. 3/0, catgut
plain no. 2/0 (absorbable)
Alat Non Steril
- Hypafix
- Gunting verband / bandage scissors
- Mesin diatermi
- Lampu operasi
- Meja operasi
- Meja linen dan instrumen
- Standar infus
- Tempat sampah medis dan benda tajam
c) Cara Kerja
1. Pasien dilakukan anestesi
2. Mengatur posisi pasien supine atau terlentang
3. Perawat instrumen cuci tangan secara fuerbringer, dengan larutan desinfektan
chlorhexidin gluconate 4 % dan dikeringkan dengan waslap steril, kemudian
memakai gaun bedah dan Sarung tangan steril dengan teknik tertutup.
4. Perawat instrumen memberikan deppers betadine 10% dan desinfeksi klem kepada
operator untuk melakukan desinfeksi.
5. Perawat instrumen mengatur dan menyusun rapi alat – alat diatas meja instrumen.
6. Perawat instrumen dan operator melakukan drapping yaitu memasang duk kecil
dibawah skrotum, memasang duk besar pada daerah umbilikus kebawah dan
umbilikus keatas, keempat sisi atas bawah kanan dan kiri ditutup dengan duk kecil
kemudian dijepit dengan duk klem.
7. Perawat instrumen memasang koter, kemudian diklem dengan duk klem.
8. Perawat instrumen menginformasikan kepada operator bahwa instrumen telah siap
digunakan.
9. Perawat instrumen memberikan mess no. 10 kepada operator untuk insisi, dimulai
dari titik 2 jari medio inferior Sias kearah medial sepanjang 4 – 5 cm. Asisten
merawat perdarahan dengan pinset anatomis dan senur diathermi. Perlebar area
operasi dengan haak S lalu langenback.
10. Perawat instrumen memberikan gunting metzenbaum kepada operator untuk
membuka fascia, memisahkan peritoneum dengan vena spermatika interna, untuk
lebih meyakinkan dapat membantu dengan menarik – narik scrotum, bila
mengikuti gerakan tarikan scrotum berarti itu adalah vena spermatika.
11. Setelah vena spermatika teridentifikasi dengan jelas, perawat instrument
memberikan benang silk 3/0 dilakukan ligasi 2 tempat kemudian dipotong
diantaranya.
12. Perawat instrumen memberikan benang jahit untuk menutup lapangan operasi
lapis demi lapis, yaitu :
Fascia dan otot dijahit dengan benang Polisorb 3/0
Lemak dijahit dengan plain catgut no. 2/0
Kulit dijahit dengan benang Polisorb 3/0
13. Perawat instrumen menutup luka operasi dengan betadine dan kasa steril,
kemudian plester dengan hepafix.
14. Pasien dibersihkan, perawat instrumen melepaskan semua alat dan buka drapping
yang menempel pada tubuh pasien. Hitung kelengkapan alat, rendam alat dengan
chlorin 0,5% selama 10 – 15 menit, cuci bersihkan dan keringkan. Kemudian set
alat (packing) dan siap disterilkan.