Anda di halaman 1dari 33

PEMASANGAN KATETER PADA PRIA DAN WANITA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN KONDOM KATETER

A. Pengertian
Kondom kateter adalah alat drainase urine eksternal yang mudah untuk digunakan
dan aman untuk mengalirkan urine pada klien pria

B. Tujuan
Untuk mengeluarkan urine pada klien inkontinensia atau koma yang masih
mempunyai kemampuan mengosongkan kandung kemih spontan dan komplit

Bobot
Uraian Kegiatan Pemasangan Kondom Kateter
1 2 3
C. Persiapan Alat
1. Baki instrument steril :
2. Pinset anatomis steril
3. Sarung tangan steril
4. Kain kasa steril
5. Kateter steril ukurannya sesuai dengan kebutuhan
6. Bengkok (nierbekken) sekurang-kurangnya dua buah (satu untuk
kapas kotor dan satu untuk menampung urine)
7. Cairan pelicin (cylocaijelly,minyak steril dan lain-lain)
8. Kapas sublimate steril dalam tempatnya
D. Prosedur
1. Cuci tangan
2. Tutup pintu atau tirai samping tempat tidur
3. Jelaskan prosedur pada klien
4. Gunakan sarung tangan sekali pakai
5. Bantu klien pada posisi terlentang, letakkan selimut diatas batang
tubuh atas dan tutup ekstremitas bawahnya dengan selimut
mandi sehingga hanya genetalia yang terpajang
6. Bersihkan genetalia dengan sabun dan air, keringkan secara
menyeluruh
7. Siapkan drainase kantung urine dengan menggantungkannya
kerangka tempat tidur bawa selang drainase kesisi pagar tempat
tidur
8. Dengan tangan non-dominan genggam penis klien dengan kuat
sepanjang batangnya, dengan tangan dominant, pegang kantung
kondom pada ujung penis dan dengan perlahan pasangkan pada
batang penis
9. Sisakan 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci) ruang antara glans
penis dan ujung kondom kateter
10. Lilitkan batang penis dengan strip veloro atau perekat elastic strip
harus menyentuhnya hanya kantung kondom pasang dengan
pas tetapi tidak ketat
11. Hubungkan selang drainase pada ujung kondom kateter
12. Letakkan kelebihan gulungan selang di tempat tidur dan ikatkan
dengan peniti pada dasar linen tempat tidur
13. Posisikan klien pada posisi yang aman
14. Buang peralatan yang basah, lepaskan sarung tangan, dan cuci
tangan
15. Catat kapan kondom kateter dipasang dan adanya urine pada
kantung drainase
E. Perhatian
1. Plaster adesif jangan digunakan untuk memplaster kondom
kateter, ini dapat menyebabkan kontruksi dan reduksi aliran
darah kepenis. Plester velcro atau elastic dapat mengembang
dengan perubahan ukuran penis dan tidak mengurangi aliran
darah
2. Lepaskan kondom kateter selama 30 menit setiap 24 jam untuk
perawatan kulit perincal
3. Lihat glans tiap 4 jam untuk menentukan bahwa sirkulasi pada
penis adekuat

PEMASANGAN KATETER PADA PRIA DAN WANITA

1. Pengertian
Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra dan kedalam kandung kemih
Tujuan
- Menghilangkan distensi kandung kemih
- Mendapatkan spesimen urine steril
- Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu sepenuhnya dikosongkan
2. Dilakukan pada
- Pasien retensi urine
- Persiapan tindakan operasi secaseria, kandung kemih dan lain-lain
- Pasien yang akan partus
- Persiapan sebelum eystroscopy
BOBOT
URAIAN KEG IATAN
1 2 3
3. Persiapan Alat
- Baki instrument steril berisi:
 Pinset anatomis steril
 Sarung tangan steril
 Kain kasa steril
- Kateter steril ukurannya sesuai dengan kebutuhan
- Bengkok (nierbekken) sekurang-kurangnya dua buah (satu untuk kapas kotor
dan satu untuk menampung urine)
- Cairan pelicin (cylocaijelly,minyak steril dan lain-lain)
- Kapas sublimate steril dalam tempatnya
4. Prosedur pelaksanaan
- Pasien diberitahukan tentang tindakan yang akan dilakukan
- Pasang sampiran (sehern) dan pintu ditutup
- Letakkan dua bengkok diatara tungkai pasien
- Pada pasien wanita :
 Labia mayora dibuka dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri petugas
yang sebelumnya dibungkus dengan kapas sublimate
 Vulva dibersihkan dengan kapas sublimate sekurang-kurangnya tiga kali.
Kapas kotor diletakkan dalam bengkok sedangkan kapas pembersih
terakhir dibiarkan diantara labia minora
 Dengan memakai sarung tangan atau dengan pinset, kateter diambil dan
diberi pelicin pada ujungnya (jika perlu dibantu oleh petugas lain)
 Petugas membuka labia minora dibuka dengan tangan kiri dan kapas
pembersih dibuang
 Kateter dimasukkan kedalam ureter secara perlahan-lahan dan pasien
dianjurkan agar menarik napas panjang.
 Urien yang keluar ditampung dalam bengkok atau botol steril untuk
bahan pemeriksaan, jangan diambil urine pertama kali keluar tetapi
ambillah urine yang keluar selanjutnya.
 Bila penyadapan selesai dan kateter tidak pasang menetap, kateter
dicabut perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan menarik napas panjang
 Setelah selesai pasien dirapikan kembali
 Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ketempat semula

- Pada pasien pria :


 Tangan kiri petugas mencegah penis pasien dengan kain pengalas atau
kasa
 Preputium ditarik sedikit kepangkalnya dan dibersihkan dengan kapas
suplimate sekurang-kurangnya tiga kali
 Cara memasukkan kateter sama pada pasien wanita, hanya penis agak
ditarik supaya lurus
 Setelah selesai, pasien dirapikan kembali
 Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ditempat semula
5. Perhatian
- Perhatikan teknik septic dan aseptic
- Pada wanita kateter jangan salah masuk ke vagina
- Bentuk dan ukuran kateter harus sesuai dengan kebutuhan pasien
- Hasil penyadapan urine diukur bila perlu
- Perhatikan keadaan urine antara lain warnanya
- Jika waktu memasukkan kateter pada pasien pria terasa ada
hambatan,hentikan dulu beberapa saat dan kemudian dilanjutkan.

MELEPAS KATETER

N BOBO KET
KOMPONEN NILAI
O T
1 Persiapan alat 20
- Sarung tangan
- Spoit
- Bengkok
- Kapas alcohol
- Kapas lidi
- Betadine
2 Persiapan Pasien 10
- Beri penjelasan pada pasien tentang prosedur yang akan
dilakukan
- Atur posisi yang menyenangkan
3 Komunikasi 15
- Memberi Salam
- Mempertahankan komunikasi pada saat prosedur berlangsung
- Mengakhiri komunikasi
4 Pelaksanaan prosedur 45
- Memberi tahu klien mengenai prosedur tinadakan yang akan
dilakukan
- Dekatkan alat-alat yang diperlukan ke klien
- Jaga privacy klien dengan menutup jendela, memasang
sampiran
- Cuci tangan
- Dekatkan alat-alat ke klien
- Buka plaster dengan kapas alcohol
- Kenakan sarung tangan
- Keluarkan isi balon kateter dengan spoit. Banyaknya air yang
dikeluarkan harus sama dengan air waktu dimasukkan ke balon
kateter
- Menarik kateter secara perlahan dan anjurkan klien untuk napas
panjang
- Buang kateter pada bengkok
- Olesi area meatus uretra dengan betadine
- Mencuci tangan
- Dokumentasikan tindakan keperawatan ini
PEMBERIAN INJEKSI INTRAVENA
NO KOMPONEN BOBOT NILAI KET
1 Persiapan alat
- Handscoen 1 pasang
- Spuit steril 3 ml atau 5 ml atau sesuai kebutuhan dalam
tempatnya
- Bak instrument
- Kapas alcohol
- Perlak dan pengalas 20
- Bengkok / Nierbekken
- Obat injeksi dalam vial atau ampul
- Daftar pemberian obat
- Torniquet
- Gunting
- Plester
2 Persiapan Pasien 10
- Pasien baring diatas tempat tidur
- Pasien diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan
dilakukan
- Pasien diberitahu tentang posisi dan sikap yang harus dilakukan
selama pemberian tindakan
3 Komunikasi 15
- Memberi Salam
- Mempertahankan komunikasi pada saat prosedur berlangsung
- Mengakhiri komunikasi
4 Prosedur Kerja 45
- Siapkan peralatan ke dekat pasien
- Mengidentifikasi pasiendengan prinsip enam B (Benar obat,
dosis, pasien, cara pemberian, waktu dan dokumentasi)
- Pasang sampiran atau tutup tirai untuk menjaga privasi pasien
- Perawat Mencuci tangan
- Memakai handscoon
- Posisikan pasien dan bebaskan daerah yang akan disuntik dari
pakaian pasien
- Mematahkan ampul
- Memasukkan obat kedalam spuit sesuai dengan advice dokter
dengan teknik septik dan aseptic
- Menentukan daerah yang akan disuntik
- Memasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik
- Memasang tourniquet 10-12 cm diatas vena yang akan disuntik
sampai vena terlihat jelas
- Melakukan desinfeksi menggunakan kapas alkohol pada daerah
yang akan disuntik dan biarkan kering sendiri
- Memasukkan jarum dengan posisi tepat yaitu lubang jarum
menghadap keatas, jarum dan kulit membentuk sudut 20 ̊
- Lakukan aspirasi yaitu tarik penghisap sedikit untuk memeriksa
apakah jarum sudah masuk kedalam vena yang ditandai dengan
darah masuk kedalam tabung spuit ( saat aspirasi jika ada darah
berarti jarum telah masuk kedalam vena, jika tidak ada darah
masukkan sedikit lagi jarum sampai terasa masuk di vena)
- Buka tourniquet dan anjurkan pasien membuka kepalan
tangannya, masukkan obat secara perlahan jangan terlalu cepat
- Tarik jarum keluar setelah obat masuk
- Rapikan pasien dan bereskan alat
- Lepaskan sarung tangan
- Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan
handuk atau tissu
- Tanyakan pada klien tentang bagaimana perasaannya setelah
dilakukan injeksi
Memberikan Makan Lewat Selang Sonde (Nasogastrik)
1. Pengertian :
Memberikan makan lewat selang sonde (nasogastrik) adalah memasukkan makanan
cair atau obat melalui selang nasogastrik
2. Tujuan :
a. Mempertahankan status nutrisi
b. Memberikan obat
3. Peralatan :
a. Air matang
b. Makanan cair / obat
c. Corong
d. Spuit 5 cc atau 10 cc
e. Tisu
f. Perlak atau pengalas
g. Bengkok
h. Handschoon
4. Langkah-langkah :
a. Tahap pra interaksi :
1) Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2) Cuci tangan
3) Siapkan alat
b. Tahap orientasi :
1) Beri salam, panggil klien dengan namanya
2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3) Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
c. Tahap kerja :
1) Jaga privacy pasien
2) Atur posisi pasien dalam posisi semi fowler / fowler (jika tidak ada kontraindikasi).
3) Pakai handschoon
4) Pasang pengalas di atas dada
5) Pastikan letak nasogastrik tube dengan cara mengaspirasi sekresi lambung dan cek
residu lambung
6) Pasang corong atau spuit
7) Masukkan air matang, buka klem, tinggikan selang 30 cm dari hidung, klem kembali
sebelum air habis atau isi kembali sebelum habis. Jika air sulit masuk, bantu dengan
mendorong plunger spuit secara perlahan.
8) Masukkan makanan cair, buka klem, tinggikan selang 30 cm dari hidung, klem kembali
sebelum makanan habis atau isi kembali sebelum habis. Jika makanan sulit masuk,
bantu dengan mendorong plunger spuit secara perlahan.
9) Masukkan obat yang sudah diencerkan sesuai advis. Jika obat sulit masuk, bantu
dengan mendorong plunger spuit secara perlahan.
10) Masukkan air matang, buka klem, tinggikan selang 30 cm dari hidung, klem
kembali sebelum air habis atau isi kembali sebelum habis. Jika air sulit
masuk, bantu dengan mendorong plunger spuit secara perlahan.
11) Tutup ujung nasogastrik dengan spuit atau klem
12) Bersihkan sisa makanan pada pasien
13) Rapikan pasien
d. Tahap terminasi :
1) Evaluasi hasil / respon klien
2) Dokumentasikan hasilnya
3) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5) Cuci tangan

FORMAT PENILAIAN
MEMBERIKAN MAKAN LEWAT SELANG SONDE (NASOGASTRIK)

ASPEK YANG DINILAI Ya Tidak

A. Tahap Pra Interaksi


1. Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler /
fowler (jika tidak ada kontraindikasi).
3. Memakai handschoon
4. Memasang pengalas di atas dada
5. Memastikan letak nasogastrik tube dengan cara
mengaspirasi sekresi lambung dan cek residu lambung.
6. Memasang corong atau spuit.
7. Memasukkan air matang, membuka klem, meninggikan
selang 30 cm dari hidung, mengklem kembali sebelum
air habis atau isi kembali sebelum habis. Jika air sulit
masuk, bantu dengan mendorong plunger spuit secara
perlahan.
8. Memasukkan makanan cair, membuka klem, meninggikan
selang 30 cm dari hidung, mengklem kembali sebelum
makanan habis atau isi kembali sebelum habis. Jika
makanan sulit masuk, bantu dengan mendorong plunger
spuit secara perlahan.
9. Memasukkan obat yang sudah diencerkan sesuai advis.
Jika obat sulit masuk, bantu dengan mendorong plunger
spuit secara perlahan.
10. Memasukkan air matang, membuka klem, meninggikan
air habis atau isi kembali sebelum habis. Jika air sulit
masuk, bantu dengan mendorong plunger spuit secara
perlahan.
11. Menutup ujung nasogastrik dengan spuit atau klem
12. Membersihkan sisa makanan pada pasien
13. Merapikan pasien
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil / respon klien
2. Mendokumentasikan hasilnya
3. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
Jumlah
Bulukumba, 2019
Pembimbing
PEMASANGAN OKSIGEN

N BOBO KET
KOMPONEN NILAI
O T
1 Persiapan alat
- Tabung oksigen silinder atau oksigen sentral – sentral ( pusat
)
- Flow meter ( pengukuran aliran )
- Botol pelembab yang sudah diisi dengan air matang atau
aquades pada batas untuk melembabkan udara
- Selang zat asam
- Kedok zat asam atau kanula hidung ganda ( Binal kanula dan
pipa endotrakeal atau tanda oksigen )
- Alat resusitasi lengkap bila mungkin disediakan
- Regulator, yang terdiri dari :
 Konektor, fungsinya menghubungkan regulator dengan
sumber tabung oksigen 20
 Manometer, fungsinya untuk mengetahui jumlah oksigen
di dalam tabung oksigen
 Flowmeter, fungsinya sebagai pemberian dosis oksigen
yang dinyatakan dalam liter / menit
 Humidifayer, fungsinya untuk melembabkan oksigen untuk
masuk kedalam
 Sun open (buka tutup) yaitu keluar masuknya oksigen
 Ulir ( bola – bola ) yaitu menentukan beberapa dosis yang
kita inginkan dan dinyatakan dalam liter / menit
 Selang terdiri dari :
- Nasal Prom
- Sungkup transparan / plastic atau masker
2 Persiapan Pasien 10
Pasien diberi tahu tentang tindakan yang akan dilakukan
3 Komunikasi 15
- Memberi Salam
- Mempertahankan komunikasi pada saat prosedur berlangsung
- Mengakhiri komunikasi
4 Prosedur Kerja 45
1. Cuci tangan
2. Pemberian Oksigen ( O2) yang sederhana dengan
mempergunakan kedok zat asam, kedok dipasangkan atau
ditutupkan pada mulut dan hidung tali kedok diikatkan
dibelakang kepala.
3. Bila mempergunakan kanula hidung ganda, ujung kanula
dimasukkan kedalam kedua lubang dan tali diikatkan dan dicoba
4. Isi tabung diperiksa dan dicoba
5. Selang oksigen dihubungkan dengan kedok zat asam atau
kanula hidung ganda
6. Flow meter dibuka dengan ukuran yang sesuai dengan
kebutuhan ( biasanya 2 liter sampai 3 liter permenit)
7. Pasien ditanya apakah sesaknya berkurang
8. Pemberian oksigen dapat dilaksanakan terus menerus selang
seling ( inttermitten ) atau dihentikan sesuai dengan program
pengobatan
9. Apabila pemberian oksigen tidak diperlukan lagi, kedok atau
kanula hidung ganda diangkat dan selang oksigen ditutup
10. Pasien dirapikan kembali
11. Peralatan dibersihkan dibereskan dan dikembalikan
ketempat semula
PEMBERIAN NEBULIZER

N BOBO KET
KOMPONEN NILAI
O T
1 Persiapan alat
- Normal Salin
- Air biasa
- Obat untuk bronchodilator antara lain : ventolin,
20
dexamethasone
- Tabung oksigen lengkap dengan : sungkup nebulizer,
slang O2,
- Manometer
2 Persiapan Pasien 10
- Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang hal-hal yang
akan dilakukan
- Pasien diatur sesuai kebutuhan
3 Komunikasi 15
- Memberi Salam
- Mempertahankan komunikasi pada saat prosedur berlangsung
- Mengakhiri komunikasi
4 Prosedur Kerja 45
- Perawat cuci tangan
- Mengisi air pada humidifaier sampai batas lever
- Mengisi pada tempat manometer sungkup nebulizer
dengan normal salin dan bronchodilator : seperti ventolin
atau (sabutamol) atau kadang diberi dexamethasone pada
status asmatikus.
- Memasang masker pada pasienflowmeter dibuka
(identifikasi adanya asap)
- Observasi pasien (sesuai kebutuhan)
- Selesai dilakukan tindakan pasien dirapikan
- Alat-alat dibereskan dan dikembalikan
- Perawat cuci tangan
Suction
1. Pengertian :
Suction adalah penghisapan sekret di jalan napas melalui karet/polyethylene yang
dihubungkan dengan mesin suction.
2. Tujuan :
a. Mengeluarkan sekret/cairan pada jalan napas
b. Melancarkan jalan napas
3. Peralatan :
a. Mesin suction
b. Bak instrumen steril berisi:
1) Kateter suction
2) Handschoon
3) Pinset anatomi 2 buah
4) Kasa
5) Kom
c. NaCl atau air steril
d. Perlak/pengalas
e. Tempat sputum, jika spesimen dikumpulkan selama dilakukan suction.
4. Langkah-langkah :
a. Tahap pra interaksi :
1) Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2) Cuci tangan
3) Siapkan alat
b. Tahap orientasi :
1) Beri salam, panggil klien dengan namanya
2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3) Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
c. Tahap kerja :
1) Posisi klien yang sadar dan mempunyai refleks muntah adalah posisi semifowler
dengan kepala klien diputar ke sisi untuk suction oral dan leher ekstensi untuk suction
nasal, untuk memudahkan kateter masuk dan membantu mencegah aspirasi.
2) Posisi klien yang tidak sadar adalah lateral, sehingga lidah tidak jatuh dan tidak
menutup pemasukan kateter. Posisi lateral juga mengalirkan secret dari faring dan
mencegah aspirasi.
3) Tempatkan handuk diatas bantal dibawah dagu klien
4) Beberapa suction mempunyai tiga daerah tekanan : tinggi (120-150 mmHg), sedang
(80-120 mmHg), rendah (0-80 mmHg). Umumnya tekanan 100-120 mmHg untuk orang
dewasa, dan 50-75 mmHg untuk anak-anak dan bayi.
5) Buka bak instrumen steril, masukkan NaCl/air steril pada tempatnya
6) Pakai sarung tangan steril
7) Ambil kateter dan hubungkan dengan suction
8) Buat ukuran kedalaman, tandai selang dengan jari. Ukuran tepat sepanjang hidung dan
lobang telinga / 13 cm untuk orang dewasa.
9) Basahi ujung kateter dengan air steril/saline, untuk mengurangi hambatan dan
memudahkan pemasukan
10) Suction di tes dan tempatkan jari tangan ke tempat ibu jari, buka cabang Y
connector (control suction) untuk menimbulkan pengisapan
11) Masukkan kateter suction dengan hati-hati (nasopharing ± 5 cm, oropharing ± 10 cm),
tanpa menutup kateter suction.
12) Hisap lendir dengan menutup lubang kateter suction, tarik keluar perlahan sambil
memutar (± 5 detik untuk anak-anak, ± 10 detik untuk dewasa). Penghisapan
dilakukan hanya 15 detik.
13) Bilas kateter suction dengan air steril atau NaCl, sambil memberi kesempataan pasien
bernapas.
14) Ulangi penghisapan 3 – 5 kali
15) Dorong klien untuk bernafas dalam dan batuk diantara suction. Nafas dalam dan batuk
membantu mengeluarkan sekret dari trachea dan bronchi ke faring, yang dapat
dijangkau kateter suction.
16) Observasi keadaan umum klien dan status pernapasannya.
17) Observasi sekret tentang jumlah, warna, bau, konsistensi.
18) Jika dibutuhkan pemeriksaan spesimen, tampung dalam tempat sputum
19) Setelah selesai, bersihkan mulut dan hidung
20) Rapikan kateter, sarung tangan, air dan tempat sampah
d. Tahap terminasi :
1) Evaluasi hasil / respon klien
2) Dokumentasikan hasilnya
3) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5) Cuci tangan

FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM


SUCTION

No Aspek yang dinilai Ya Tidak

A. Tahap Pra Interaksi


1. Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
C. Tahap Kerja
1. Posisi klien yang sadar dan mempunyai refleks muntah adalah
posisi semifowler dengan kepala klien diputar ke sisi untuk suction
oral dan leher ekstensi untuk suction nasal, untuk memudahkan
kateter masuk dan membantu mencegah aspirasi.
2. Posisi klien yang tidak sadar adalah lateral, sehingga lidah tidak
jatuh dan tidak menutup pemasukan kateter. Posisi lateral juga
mengalirkan secret dari faring dan mencegah aspirasi.
3) Tempatkan handuk diatas bantal dibawah dagu klien
4) Beberapa suction mempunyai tiga daerah tekanan : tinggi (120-150
mmHg), sedang (80-120 mmHg), rendah (0-80 mmHg). Umumnya
tekanan 100-120 mmHg untuk orang dewasa, dan 50-75 mmHg
untuk anak-anak dan bayi.
5) Buka bak instrumen steril, masukkan NaCl/air steril pada tempatnya
6) Pakai sarung tangan steril
7) Ambil kateter dan hubungkan dengan suction
8) Buat ukuran kedalaman, tandai selang dengan jari. Ukuran tepat
sepanjang hidung dan lobang telinga / 13 cm untuk orang dewasa.
9) Basahi ujung kateter dengan air steril/saline, untuk mengurangi
hambatan dan memudahkan pemasukan
10) Suction di tes dan tempatkan jari tangan ke tempat ibu jari, buka
cabang Y connector (control suction) untuk menimbulkan
pengisapan
11) Masukkan kateter suction dengan hati-hati (nasopharing ± 5 cm,
oropharing ± 10 cm), tanpa menutup kateter suction.
12) Hisap lendir dengan menutup lubang kateter suction, tarik keluar
perlahan sambil memutar (± 5 detik untuk anak-anak, ± 10 detik
untuk dewasa). Penghisapan dilakukan hanya 15 detik.
13) Bilas kateter suction dengan air steril atau NaCl, sambil memberi
kesempataan pasien bernapas.
14) Ulangi penghisapan 3 – 5 kali
15) Dorong klien untuk bernafas dalam dan batuk diantara suction.
Nafas dalam dan batuk membantu mengeluarkan sekret dari
trachea dan bronchi ke faring, yang dapat dijangkau kateter
suction.
16) Observasi keadaan umum klien dan status pernapasannya.
17) Observasi sekret tentang jumlah, warna, bau, konsistensi.
18) Jika dibutuhkan pemeriksaan spesimen, tampung dalam tempat
sputum
19) Setelah selesai, bersihkan mulut dan hidung
20) Rapikan kateter, sarung tangan, air dan tempat sampah

D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil / respon klien
2. Mendokumentasikan hasilnya
3. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
Jumlah

Bulukumba,
Pembimbing
PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK
1. Alat dan Bahan:
- Timbangan untuk BB
- Pengukur TB
- Thermometer
- Opthalmoskop
- Arloji berdetik
- Hammer
- Manset
- Stesoskop
- Peniti, lidi kapas
- Speculum telinga dan hidung
- Spatel lidah
- Garpu tala
- Senter
- Gambar warna (Ishihara)
2. Pendekatan:
Untuk mengurangi ketegangan, hal pertama yang perlu dilakukan:
- < 4 bulan: Pendekatan mudah
- > 4 bulan:
 Pendekatan mulai saat dalam gendongan
 Dekati bayi dengan tenang dan lemah lembut
 Biarkan bayi digendong orangtuanya selama pemeriksaan masih mungkin dilakukan
 Alihkan perhatian bayi dengan mainan yang mencolok, permainan ciluk-ba, dan
berbicara
- Anak yang agak besar:
 Dekati anak secara bertahap. Terus lakukan hubungan fisik minimal sampai anak
tersebut mengenal anda
 Beri salam, Tanya nama, umr, sekolah dll
 Biarkan anak memegang alat
 Gunakan permainan untuk mendekati anak
 Beri pujian pada anak
3. Prosedur:
- Bayi/anak dibaringkan pada meja pemeriksaan dengan posisi kepala sebelah kiri pemeriksa
(pemeriksa di kanan pasien)
- Beri posisi yang nyaman
- Cuci tangan sebelum pemeriksaan (sesudah selesai cuci tangan lagi)
- Sebaiknya pemeriksaan dilakukantidak berulang pada bagian tubuh yang sama
- Bila pasien tidak mau berbaring, periksa dalam gendongan/pangkuan dulu, atau dalam posisi
duduk/berdiri  kemudian dibaringkan
Inspeksi
- Inspeksi umum: dilihat anak secara umum apa ada perubahan
- Kesan: keadaan umum pasien
- Inspeksi lokal: pemeriksaan setempat
- Dilihat perubahan sampai sekecil-kecilnya
- Inspeksi yang saksama membutuhkan pencahayaan yang baik
Palpasi
- Palpasi dilakukan dengan jari dan telapak tangan untuk menentukan suhu, hidrasi, tekstur,
bentuk, gerakan, dan area nyeri tekan
- Jaga kuku jari tetap pendek
- Lakukan palpasi dengan ujung jari untuk pulsasi, ukuran, bentuk, tekstur, dan hidrasi
- Palpasi abdomen dilakukan dengan:
Perkusi
- Dilakukan dengan ketukan untuk menghasilkan gelombang bunyi, yang ditandai dengan
intensitas, nada, durasi, dan kualitas
- Perkusi langsung dilakukan dengan mengetok bagian tubuh secara langsung dengan satu atau
dua jari
- Perkusi tidak langsung dilakukan dengan pleksimeter dan pleksor
 Letakkan jari tengah (pleksimeter) tangan nondominan perlahan ke kulit anak
 Ketuk sendi distal dari pleksimeter dengan ujung jari tengah tangan yang dominan
- Suara perkusi:
 Sonor (suara paru normal)
 Pekak (pada perkusi otot)
 Timpani (perkusi abdomen bagian lambung)
 Redup (di antara sonor dan pekak)
 Hiper sonor (antara sonor dan timpani)
Auskultasi
- Merupakan prises mendengarkan bunyi tubuh
- Bel stetoskop digunakan untuk bunyi dengan nada rendah dan diafragma untuk bunyi dengan
nada tinggi

KEADAAN UMUM
Pemeriksaan fisik dimulai dengan penilaian keadaan umum, adalah:
- Keadaan sakitnya (Ringan, sedang, berat)
- Kesadaran
 Komposmentis (Sadar penuh dan Respons adequat tehadap semua stimulus)
 Apatik (Sadar tapi tak acuh dan Masih ada respons terhadap stimulus)
 Somnolen (Tampak mengantuk dan Responsif terhadap stimulus kuat tapi tidur lagi)
 Sopor (Sedikit responsif terhadap stimulus kuat dan Refleks pupil terhadap cahaya
masih positif)
 Koma (Tidak responsif sama sekali terhadap stimulus dan Refleks pupil terhadap
cahaya negatif (kesadaran yang paling rendah)
 Delirium (Kesadaran menurun, kacau, disorientasi, iritatif dan Sering ada halusinasi
(salah persepsi terhadap rangsang itu)
- Berat badan
- Tinggi badan/panjang badan
- Lingkar kepala dan dada
A. Integument
- Amati kulit terhadap bau
- Amati warna dan pigmentasi kulit
- Amati kelembapan area kulit yang terbuka dan membrane mukosa
- Lakukan palpasi kulit dengan punggung tangan untuk menentukan suhu. Bandingkan
masing-masing sisi tubuh dengan sisi yang lain, dan ekstremitas atas dengan ekstremitas
bawah
- Lakukan inspeksi dan palpasi terhadap tekstur kulit. Catat adanya jaringan parut dan
jaringan parut yang berlebihan
- Lakukan palpasi pada kulit untuk menentukan turgor kulit dengan mencubit lipatan lengan
atas atau abdomen dan melepaskannya dengan cepat. Perhatikan kemudahan kulit
bergerak dan kembali seperti semula tanpa meninggalkan tanda
- Lakukan palpasi pada kulit untuk menentukan edema dengan menekan bagian kulit yang
kelihatan membengkak dengan telunjuk
- Lakukan inspeksi dan palpasi pada kulit untuk menentukan lesi. Perhatikan distribusi,
bentuk, warna, ukuran, dan konsistensi lesi dan tanda lahir
- Tanyakan mengenai pruritus
- Lakukan inspeksi terhadap warna, bentuk, dan keadaan kuku
- Kaji distribusi, warna, tekstur, jumlah, dan kualitas rambut
- Kaji rambut terhadap adanya ketombe dan kutu
B. Kepala dan leher
- Amati bentuk dan kesimetrisan kepala bayi dari sudut yang berbeda
- Lakukan palpasi pada garis sutura bayi
- Amati dan lakukan palpasi pada fontanel
- Ukur lebar dan panjang fontanel anteroir yang terbuka
- Dalam posisi duduk gerakkan kepala dan leher anaj dengan ROM. Anak yang lebih besar
diminta untuk melihat ke atas, ke bawah dan ke samping
- Periksa leher terhadap pembengkakan, massa, kista, selaput, lipatan kulit tambahan, dan
distensi vena
- Lakukan palpasi trakea dengan menenmpatkan ibu jari di salah satu sisi trakea dan jari
telunjuk di sisi lainnya
- Lakukan palpasi kelenjar tyroid dengan berdiri di belakang anak dan letakkan jari-jari atau
tangan anda dengan lembut di atas area kelenjar. Kelenjar naik ketika anak menelan.
Palpasi kelenjar tyroid pada bayi dan anak kecil sulit karena leher yang pendek
C. Telinga
- Periksa penempatan dan posisi telinga
- Amati penonjolan atau pendataran telinga
- Periksa struktur telinga luar dan ciri-ciri yang tidak normal
- Periksa saluran telinga luar terhadap hygiene, rabas, dan pengelupasan
- Tarik aurikel, Normal tidak nyeri
- Lakukan palpasi di tulang yang menonjol di belakang telinga (mastoid) untuk mengetahui
adanya nyeri tekan
- Berdiri di belakang anak dan bunyikan bel kecil, bunyikan jari-jari atau tepuk tangan (Bayi)
- Berdiri 1 meter di depan anak dan beri perintah, seperti “Tolong ambilkan boneka itu” (Pra
school)
- Berdiri kira – kira 0,3 meter di belakang anak. Minta anak untuk menutup satu telinganya.
Suruh anak untuk mengulangi apa yang didengar ketika anda membisikkan angka – angka
dengan perintah yang acak. Ulangi proses tersebut untuk telinga lainnya
- Uji Rinne(untuk membandingkan hantaran udara dan tulang): pukulkan garputala ke talapak
tangan, kemudian letakkan batang garputala ke procesus mastoideus anak. Ketika anak
menunjukkan bahwa suara tidak terdengar lagi, dekatkan gigi garputala ke meatus
eksternus dan tanya anak apakah suara dapat didengar. Ulangi pada telinga lainnya. Uji
tidak berguna pada toddler karena uji ini memerlukan kerjasama dan kemampuan anak
untuk memberitahu ketika suara tidak lagi terdengar
- Uji Weber (untuk membedakan tuli kunduktif dari tuli sensorineural): pukulkan garputala ke
telapak tangan dan letakkan batang garputala di garis tengah kepala anak. Tanya anak
dimana suara terdengar paling jelas
- Pilih speculum yang pas masuk ke dalam liang telinga. Pegang otoskop dalam posisi
terbalik
- Periksa lubang liang telinga apakah ada benda asing
- Luruskan liang telinga. Pada anak usia < 3 tahun, tarik lobules telinga pelan – pelan ke
bawah dan ke arah luar. Pada anak usia > 3 tahun, tarik pinna ke atas dan ke belakang.
Masukkan speculum ke liang telinga. Pada anak usia < 3 tahun speculum diarahkan ke
bawah dan ke dapan
- Periksa liang telinga terhadap lesi, rabas, serumen, dan benda asing
- Periksa membrane tympani untuk warna, cairan, jaringan parut, lubang, dan vesicel
D. Mata
- Perhatikan apakah jarak mata lebar (hipertelorisme) atau dekat (hipotelorisme)
- Amati kemiringan pandangan mata dengan menggambar garis khayal melewati kantus
dalam
- Amati kelopak mata terhadap penempatan yang tepat
- Periksa alis mata terhadap kesimetrisan dan pertumbuhan rambutnya
- Amati distribusi dan kondisi bulu mata. Periksa kelopak mata terhadap warna,
pembengkakan, rabas, dan lesi
- Periksa kelopak mata bawah dengan menarik kelopak mata kearah bawah ketika anak
melihat ke atas
- Periksa warna sclera
- Periksa warna, bentuk, dan ukuran iris dan apakah ada peradangan
- Periksa ukuran, kesamaan, dan respon pupil terhadap cahaya. Perhatikan dan catat ukuran
pupil dengan cahaya ruangan yang normal
- Uji reflex cahaya kornea: kaji adanya strabismus dengan menyorotkan cahaya secara
langsung ke mata dari jarak sekitar 40,5 cm. Amati tempat refleksi pada masing-masing
pupil
- Cover test: minta anak untuk melihat ke arah anda, kemudian tutup salah satu mata anak.
Amati apakah mata yang tidak ditutup bergerak. Periksa juga adanya gerakan pada mata
yang ditutup
- Minta anak untuk mengikuti jari atau objek yang bercahaya melelui 6 lapang pandang utama
- Amati apakah bayi berkedip dan memperlihatkan dorsifleksi dalam berespons terhadap
cahaya
- Amati apakah bayi yang berusia 4 minggu atau lebih mampu untuk melihat objek yang
berwarna mencolok dan mengikutinya
- Uji snellen: gantungkan kartu snellen di dinding yang berwarna terang dengan posisi yang
tepat. Sebaiknya tidak ada warna yang menyilaukan pada kartu
- Kartu allen: perhatikan kepada anak kartu tersebut dengan jarak dekat dan suruh anak
memberi nama gambar-gambar tersebut
- Atur piringan oftalmoskop pada angka +8 sampai +2. Dekati dari jarak 30,5 cm, pusatkan
cahaya pada mata. Secara bertahap gerakan lebih mendekat dan ubah piringan
oftalmoskop ke diopter positif atau negative untuk memfokuskan
E. Wajah, hidung, dan rongga mulut
- Amati dengan seksama ekspresi wajah
- Amati nares eksternal terhadap pelebaran, rabas, pengelupasan, dan bau
- Miringkan kepala kea rah belakang dan dorong ujung daun hidung ke atas untuk melihat
rongga hidung internal. Gunakan penlight atau senter untuk pencahayaan yang lebih jelas.
Amati integritas, warna, dan konsistensi mukosa, posisi septum, dan perforasi septum
- Tanyakan pada anak yang lebih besar mengenai indra penciuman mereka. Uji indra
penciuman dengan menyuruh anak menutup mata. Tutup salah satu lubang hidung dan
minta anak untuk mengidentifikasi bau
- Lakukan palpasi di atas alis mata dan setiap sisi hidung untuk menentukan apakah ada
nyeri dan nyeri tekan
- Periksa bibir terhadap warna, kesimetrisan, kelembapan, pembengkakan, lesi, dan fisura
- Periksa bukal, gusi, lidah, dan palatum terhadap kelelmbapan, keutuhan, dan perdarahan.
Gunakan senter dan sarung tangan untuk penglihatan yang lebih jelas
- Amati adanya bau atau halitosis
- Periksa lidah terhadap gerakan dan bentuk
- Periksa gigi terhadap jumlah, jenis, keadaan, dan oklusi (minta anak untuk mengatupkan
gigi dengan rapat)
- Tonsil dapat diperiksa pada anak yang lebih besar dengan meminta anak untuk mengatakan
“ahh”. Minta anak untuk sedikit menengadahkan kepala ke belakang. Jika anak mengalami
kesulitan menahan lidah ke bawah, lidah dapat ditekan dengan spatel
F. Toraks dan paru-paru
- Kaji dada terhdap stridor, serak, dengkur, mengi, dan batuk
- Amati pengembangan daun hidung
- Amati bantalan kuku terhadap warna dan tanda jari tabuh (melebar dan memanjang) falang
distal
- Periksa toraks terhadap konfigurasi, kesimetrisan, dan abnormalitas
- Perhatikan ukuran payudara dalam hubungannya dengan usia anak
- Amati dada terhadap retraksi atau tertarik ke dalam, di area supraklavikula (diatas klavikula),
substernal (di bawah sternum) dan interkostal ( di antara tulang iga). Pembengkakan dan
penonjolan di area ini mungkin juga dijumpai
- Amati kedalaman dan regularitas pernafasan serta lama inspirasi dan ekspirasi
- Untuk mengkaji ekskursi pernafasan, letakkan tangan bersama-sama sepanjang batas iga
dada atau punggung anak ketika anak sedang duduk
- Palpasi terhadap fremitus taktil dengan menggunakan jari telunjuk atau permukaan telapak
tangan. Gerakan simetris ketika anak mengatakan “77”. Pada bayi, fremitus dapat dirasakan
saat bayi menangis
- Perkusi lebih bermanfaat pada anak yang lebih besar. Dengan menggunakan metode tidak
langsung, lakukan perkusi pada dada anterior dan posterior. Lakukan perkusi di atas ruang
sela iga, gerakan secara simetris dan sistematik.
- Lakukan auskultasi lapang paru secara sistematis dan simetris dari apeks ke dasar paru.
Lakukan auskultasi disekitar aksila untuk anak penderita pneumonia, rales dan crackles
dengan mudah terdengar di area ini
G. Kardiovaskuler
- Amati anak terhadap sianosis, bercak, dan edema
- Amati anak terhadap tanda kesulitan bernafas (merintih, retraksi iga, hidung mengembang,
bunyi nafas tambahan), dan batuk pendek, sering, dangkal, dan lemah
- Periksa bantalan kuku anak terhadap jari tabuh
- Periksa dada anterior dari satu sudut. Amati kesimetrisan gerakan dada, pulsasi yang
terlihat, gerakan naik dan turun yang difus
- Dengan menggunakan ujung jari tangan, lakukan palpasi dada anterior terhadap denyut
apical atau titik impuls maksimal (TIM). Lokasi TIM biasanya dirasakan pada apeks jantung
dan ditemukan pada sela iga ke empat. TIM berada di garis midklavikula
- Perkusi biasanya digunakan untuk memperkirakan ukuran jantung dengan menentukan
batas jantung. Lokasi TIM merupakan indicator yang lebih membantu untuk memperkirakan
ukuran jantung
- Gunakan bel (untuk S3 dan S4), diafragma untuk frekuensi tinggi. Dimulai dari sela iga
kanan kedua (area aorta), secara sistematis menggerakkan stetoskop dari area aorta ke
area pulmonal. S2 paling baik terdengar di dasar jantung (area aorta dan area pulmonal).
Bergerak ke bawah ke area tricuspid dan mitral. S1 terdengar pada awal nadi apical yang
mempermudah membedakan s1 dengan s2
- Lakukan palpasi nadi femoralis atau poplitea atau dorsalis pedis
H. Abdomen
- Periksa kontur abdomen ketika anak berbaring dan sedang berdiri
- Periksa warna dan keadaan kulit abdomen. Perhatikan adanya jaringan parut, ekimosis, dan
stoma
- Periksa abdomen terhadap gerakan pada posisi berdiri
- Periksa umbilicus terhadap warna, bau, rabas, inflamasi, dan herniasi
- Lakukan auskultasi bising usus dengan menekan bel atau diafragma stetoskop rapat di atas
abdomen. Dengarkan di keempat kuadran dan hitung bising usus di setiap kuadran selama
1 menit penuh. Bising usus dapat distumulasi dengan mengusap abdomen dengan ujung jari
- Dengan menggunakan perkusi secara tidak langsung, lakukan perkusi secara sistemik di
semua area abdomen. Bunyi pekak atau datar normalnya ditemukan di sepanjang batas iga
kanan dan 1-3 cm di bawah batas iga dari hepar. Bunyi pekak diatas simpisis pubis
menunjukkan kandung kemih yang penuh pada anak kecil dan merupakan keadaan yang
normal. Bunyi tympani normalnya terdengar di seluruh abdoment
- Jika anak mengeluh nyeri di area abdomen, lakukan palpasi area tersebut belakangan. Kaji
abdomen terhadap nyeri tekan, lesi superficial, tonus otot, turgor kulit dan hiperestesia
kutaneus (mengangkat lipatan kulit, tetapi bukan mencubit)
- Kaji lebih jauh terhadap iritasi peritoneal dengan melakukan uji otot psoas. Uji ini dapat
dilakukan pada anak yang kooperatif. Minta anak memfleksikan kaki kanan pada pinggul
dan lutut ketika anda melakukan tekanan kearah bawah. Normalnya tidak ada nyeri yang
dirasakan
- Lakukan palpasi terhadap inguinalis dengan menyelipkan jari yang kecil ke dalam saluran
inguinal di dasar skrotum dan minta anak untuk batuk. Lakukan palpasi terhadap hernia
femoralis dengan menemukan nadi femoralis. Letakkan jari telunjuk di atas nadi dan jari
manis bagian tengah medial terhadap kulit
- Dengan posisi anak tengkurap, periksa bokong dan paha. Periksa kulit sekitar daerah anus
terhadap kemerahan dan ruam
- Periksa anus terhadap tanda fisura, haemoroid, dan polip
I. Limfatik
- Dengan menggunakan bagian distal jari dan gerakan melingkar yang lembut, lakukan
palpasi pada kepala, leher, aksila, dan lipatan paha (Nodus kecil < 1 cm, dapat bergerak,
tidak nyeri tekan adalah normsl pada anak kecil)
- Perhatikan warna, ukuran, lokasi, suhu, konsistensi, dan nyeri tekan dari nodus yang
membesar
- Dengan posisi anak telentang, letakkan satu tangan di bawah punggung anak dan tangan
yang lain di kuadran kiri atas abdomen anak. Minta anak menarik napas. Tepi limpa akan
dapat dirasakan selama inspirasi dengan palpasi dalam
J. Reproduksi
- Wanita : periksa payudara, perhatikan kontur, kesimetrisan, ukuran, dan warna payudara
pada anak dengan posisi duduk dan kedua lengan disamping
- Periksa putting susu dan aerola. Pperhatikan warna, ukuran, bentuk, dan adanya rabas
- Minta anak untuk mengangkat tangannya di atas kepala, dan kemudian ke pinggulnya.
Maneuver ini membantu untuk menguatkan atau retraksi yang mungkin menghilang.
Perhatikan rambut aksila
- Lakukan palpasi pada jaringan payudara dengan posisi pasien telentang dan tangan pasien
di belakang lehernya. Selama palpasi perhatikan konsistensi jaringan dan area dengan nyeri
tekan
- Lakukan palpasi massa abnormal dan perhatikan lokasinya, ukuran (cm), bentuk,
konsistensi, dan nyeri tekan
- Inspeksi rambut mons pubis. Perhatikan warna, kualitas, jumlah, dan distribusi rambut jika
ada
- Periksa labia mayora dan labia minora terhadap ukuran, warna, integritas kulit, massa, dan
lesi
- Perhatikan ukuran klitoris
- Inspeksi uretra dan lubang vagina terhadap edema, kemerahan, dan rabas
- Pria: periksa penis untuk ukuran, warna, intensitas kulit, massa, dan lesi. Perhatikan anak
apakah sudah disirkumsisi. Jika belum dan anak berusia > 3 tahun, tarik prepusium kea rah
dalam. Jangan berusaha menarik dengan paksa
- Periksa meatus urinarius untuk bentuk, letak, rabas, dan ulserasi
- Periksa kualitas, jumlah, dan distribusi rambut pubis. Inspeksi bagian dasar penis terhadap
adanya luka garukan atau inflamasi. Periksa skrotum untuk warna, ukuran, kesimetrisan,
edema, massa, dan lesi. Lakukan palpasi pada testis dengan menahan jari di atas kanalis
inguinalis ketika melakukan palpasi di kantung skrotum
K. Musculoskeletal
- Jika anak dapat berjalan, amati cara berjalan
- Amati lengkung tulang belakang anak dan perhatikan kesimetrisan panggul dan bahu.
Lakukan pemeriksaan skoliosis dengan menyuruh anak membungkuk dan mengamati anak
dari depan, belakang, dan samping
- Perhatikan mobilitas tulang belakang, khususnya tulang servikal
- Periksa dan lakukan palpasi ekstremitas bagian atas. Perhatikan ukuran, warna, suhu,
mobilitas sendi dan abnormalitas ekstremitas atas
- Kaji kekuatan ekstremitas atas dengan meminta anak untuk meremas jari anda
- Periksa dan lakukan palpasi ekstremitas bawah. Kaji terhadap abnormalitas mobilitas,
panjang, dan bentuk
- Kaji terhadap genu varum (kaki pengkar ke dalam) atau genu valgum (kaki pengkar keluar)
dengan menyuruh anak untuk berdirindengan merapatkan pergelangan kaki
- Kaji anak terhadap iritasi meningeal dengan fleksi pinggul dan kemudian meluruskan
masing-masing lutut (tanda kernig)
- Kaji kekuatan ekstremitas bawah dengan meminta anak mendorong tangan anda dengan
telapak kaki
L. Persarafan
- Pengkajian status mental
 Dikaji dengan menggunakan skala koma Glasgow (GCS)
- Pengkajian fungsi motorik
 Amati anak terhadap abnormalitas nyata yang mempengaruhi fungsi motorik.
Khususnya ukuran dan bentuk kepala dan periksa tulang belakang terhadap
kantung
 Gerakkan semua sendi dengan rentang gerakan (ROM)
 Fungsi serebral dapat diuji dengan meminta anak melompat atau berjalan dengan
tumit
 Uji Romberg dapat dilakukan dengan meminta anak tetap berdiri, mata tertutup dan
tangan rapat disamping. Berdiri dekat anak untuk menahan anak jika jatuh

- Pengkajian fungsi sensorik


 Olfaktorius, minta anak menutup mata dan menutup salah satu lubang hidung
bersamaan, mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda
 Optikus, periksa ketajaman penglihatan anak, persepsi terhadap cahaya dan warna
 Okulomotoris, periksa ukuran dan reaksi pupil. Periksa kelopak mata terhadap posisi
jika terbuka. Suruh anak mengikuti cahaya atau mainan yang terang melalui enam
posisi lapang pandang
 Trokhlearis, minta anak menggerakkan mata ke arah bawah dan ke arah dalam
 Trigeminus, lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika anak merapatkan
giginya dengan kuat. Dekati dari samping, sentuh bagian mata secara lembut
dengan sepotong kapas untuk menguji reflex berkedip dan reflex kornea
 Abdusent, minta anak untuk melihat ke samping. Kaji kemampuan menggerakkan
mata ke arah lateral
 Fasialis, kaji kemampuan anak mengidentifikasi rasa manis, asam atau hambar di
anterior lidah. Kaji fungsi motorik dengan meminta anak untuk senyum,
menggembungkan pipi atau memperlihatkan gigi
 Akustikus, uji pendengaran
 Glosofaringeus, uji kemampuan anak mengidentifikasi rasa di posterior lidah
 Vagus, kaji anak terhadap suara parau dan kemampuan menelan. Sentuhkan spatel
lidah ke posterior faring untuk menentukan apakah ada reflex muntah
 Aksesorius, minta anak memutar kepala ke samping dengan melawan tahanan.
Minta anak untuk mengangkat bahu ketika bahunya ditekan ke bawah
 Hipoglossus, minta anak untuk mengeluarkan lidahnya. Dengarkan kemampuan
anak mengucapkan huruf “R”. letakkan spatel lidah di sisi lidah anak dan minta anak
menjauhkan lidah, kaji kekuatannya
- Pengkajian reflex tendon
 Profunda, Biseps: fleksikan lengan bawah anak. Letakkan ibu jari anda di atas ruang
antekubiti dan ketuk dengan palu reflex (lengan bawah sedikit fleksi). Triseps: tekuk
siku anak sambil menopang lengan bawah. Ketuk tendon triseps di atas siku (lengan
bawah sedikit ekstensi). Brakioradialis: letakkan lengan dan tangan anak pada
posisi relaks dengan telapak tangan dibawah, ketuk di atas pergelangan tangan
(lengan bawah fleksi dan telapak tangan mengangkat ke atas). Patella atau knee
jerk: minta anak duduk dengan tungkai fleksi dan tergantung. Ketuk tendon patella
tepat di bawah tempurung lutut (tungkai bawah ekstensi). Achiles: minta anak duduk
dengan tungkai fleksi dan beri sedikit topangan pada kaki. Ketok tendon achiles
(plantar fleksi kaki)
 Superficial, dengan menggores kulit abdomen dengan 4 goresan

Umbilicalisbergerak kea rah stimulus


Bayi < 1tahun : (-)
- Pengkajian reflex patologis
 Refleks Babinski : menggores permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit
runcing, hasilnya positif apabila terjadi reaksi ekstensi ibu jari
- Pengkajian Rangsang Meningeal
 Kaku Kuduk (Muchal rigidity)
Anak diberi posisi terlentang kemudian leher ditekuk apabila terdapat tahanan dagu
dan tidak menempel atau mengenai bagian dada maka terjadi kaku kuduk positif
 Brudzinski I (Brudzinski’s Neck Sign)
Anak diberi posisi terlentang, letakkan satu tangan di bawah kepala anak kemudian
tangan lain di letakkan di dada untuk mencegah badan terangkat, kemudian kepala
difleksikan ke dada, adanya rangsangan meningeal apabila kedua tungkai bawah
fleksi pada sendi panggul dan lutut
 Brudzinski II (Brudzinski’s Contralateral Leg Sign)
Anak diberi posisi terlentang kemudian fleksikan secara pasif tungkai atas pada
sendi panggul, ikutifleksi tungkai lainnya apabila sendi lutut lainnya dalam keadaan
ekstensi maka adanya tanda meningeal dan tanda kernig
PEMASANGAN INFUS
NO
KOMPONEN
BOBOT NILAI KET
1. Persiapan alat 20
1. Seperangkat infus set steril dan abbocath
2. Cairan yang dibutuhkan
3. Kain kasa steril dalam tempatnya
4. Kapas alcohol dalam tempatnya
5. Plaster
6. Gunting verband
7. Bengkok (nierbekken)
8. Standar infuse lengkap dengan gantungan botol (kolf)
9. Perlak kecil
10.Spalk dalam keadaan siap pakai bila diperlukan
11.Karet pembendung (stuing)
2. Persiapan Pasien 10
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan jika
keadaan memungkinkan
2. Pakaian pasien pada daerah yang akan dipasang infuse harus
dibuka
3. Komunikasi 15
1. Memberi Salam
2. Mempertahankan komunikasi pada saat prosedur berlangsung
3. Mengakhiri komunikasi
4. Prosedur / pelaksanaan 45
1. Menjelaskan kepada klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Bawa alat-alat ke dekat pasien
3. Pasang sampiran bila diperlukan
4. Atur posisi klien, lepaskan pakaian pada daerah yang akan diinfus
5. Cuci tangan
6. Pasang pengalas dibawah anggota badan yang akan diinfus
7. Gantungkan botol cairan pada tiang infuse
8. Desinfeksi tutup botol
9. Buka infuse set dari pembungkusnya, tusukkan jarum udara ke
botol infuse bila perlu
10. Tusukkan pangkal infuse ke dalam tutup botol isi drip / tabung
pengontrol tetesan
11. Buka pengatur tetesan, aliran cairan kedalam nierbekken /
bengkok untuk mengeluarkan udara dan mengisi selang infuse
kemudian selang diklem kembali
12. Tutup kembali jarum infuse set dengan penutupnya, letakkan
pada tiang infuse
13. Ikat anggota badan yang akan diinfus dengan karet
pembendung / torniket
14. Kenakan / pasang sarung tangan
15. Desinfeksi area kulit yang akan ditusuk, buang kapas dalam
bengkok
16. Tusukkan jarum infuse (abbocath) pada vena sudut 30 0 dengan
hati-hati, pastikan jarum sudah masuk vena dan terlihat darah,
kemudian lepaskan torniket
17. Setelah abbocath masuk, tarik mandarin / stilet keluar, ujung
abocath ditekan, kemudian lepaskan jarum dari selang infuse
18. Hubungkan pangkal abocath dengan selang, buka klem
perlahan-lahan dan pastikan tidak ada pembengkakan pada
daerah tusukan
19. Olesi dengan kasa bethadine diatas penusukan dan daerah
sekitarnya, fiksasi dengan plester lalu tutup dengan kasa steril,
plester
20. Letakkan selang infuse dengan baik agar tidak berubah
posisinya
21. Hitung tetesan infuse dengan baik agar tidak berubah posisinya
22. Pasang splak bila perlu, kemudian balut dengan verband
23. Klien dirapikan kembali, atur posisi klien dengan baik
24. Alat-alat dibereskan dan cuci tangan
25. Tulis tanggal pemasangan infuse pada lokasi yang mudah
terlihat dan catat tindakan secara singkat dan benar
TERAPI BERMAIN

TERAPI BERMAIN

1. Cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dirinya yang tidak disadari (Wong:
1991)
2. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya
PENGERTIAN tanpa mempertimbangkan hasil akhirnya (Hurlock: 1978)
3. Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan dalam mengatasi konflik dari dalam
dirinya yang tidak disadari serta dengan keinginan sendiri ubtuk memperoleh kesenangan
(Roster: 1987)
1. Meminimalisir tindakan perawatan yang traumatis
2. Mengurangi kecemasan
3. Membantu mempercepat penyembuhan
TUJUAN
4. Sebagai fasilitas komunikasi
5. Persiapan untuk hospitalisasi atau surgery
6. Sarana untuk mengekspresikan perasaan
Dilakukan di Ruang rawat inap, Poli tumbuh kembang, Poli rawat jalan dan Tempat
KEBIJAKAN
penitipan anak
PETUGAS Perawat
1. Pasien dan keluarga diberitahu tujuan bermain
2. Melakukan kontrak waktu
PERSIAPAN3. Tidak ngantuk
PASIEN 4. Tidak rewel
5. Keadaan umum mulai membaik
6. Pasien bias dengan tiduran atau duduk, sesuai kondisi klien
1. Rancangan program bermain yang lengkap dan sistematis
PERALATAN
2. Alat bermain sesuai dengan umur/jenis kelamin dan tujuan
A.
Tahap Pra Interaksi
1.Melakukan kontrak waktu
2.Mengecek kesiapan anak (tidak ngantuk, tidak rewel, keadaan umum membaik/kondisi
yang memungkinkan)
3. Menyaiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Memberi petunjuk pada anak cara bermain
2. Mempersilahkan anak untuk melakukan permainan sendiri atau dibantu
3. Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga
4. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan
5. Mengobservasi emosi, hubungan inter-personal, psikomotor anak saat bermain
PROSEDUR6. Meminta anak menceritakan apa yang dilakukan/dibuatnya
7.
PELAKSANAAN Menanyakan perasaan anak setelah bermain
8. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang permainan
D. Tahap Terminasi
Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
1. Berpamitan dengan pasien
2. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
3. Mencuci tangan
4. Mencatat jenis permainan dan respon pasien serta keluarga kegiatan dalam lembar
catatan keperawatan dan kesimpulan hasil bermain meliputi emosional, hubungan inter-
personal, psikomotor dan anjuran untuk anak dan keluarga

SAP TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit


Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain Anak Usia Prasekolah
Tujuan : Mengoptimalkan tingkat perkembangan anak
Tempat : Ruang Anggrek RSUD Kota Yogyakarta.
Waktu : Jumat, 27 Agustus 2008 selama 35 menit (jam 09.30 s.d 10.05).
Sasaran :1. Klien”An. F” umur 3 tahun
2. Klien “An.R” umur 5 tahun
Metode : 1. Ceramah
2. Bermain bersama
Media : 1. Lembar gambar
2. Pasel, Bola
Pembagian tugas kelompok :
Pemandu : Rosidah, S.Kep
Notulis : Dwi Rusdiyatmi, S.Kep
Fasilitator : Adang, S.Kep
PENDAHULUAN:
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan suatu metode
bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan
kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan
berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan perkembangan emosinya.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya
karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam
bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada
disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan
kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih
mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang
mendapat kesempatan bermain.
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 35 menit, anak diharapkan bisa merasa tenang selama
perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa merasa nyaman
selama dirawat dirumah sakit.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu :
1. Bisa merasa tenang selama dirawat.
2. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat
3. mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
Rencana Pelaksanaan :
No Terapis Waktu Subjek terapi
1 Persiapan 10 menit Ruangan,alat,anak dan keluarga
a. Menyiapkan ruangan. siap
b. Menyiapkan alat-alat.
c. Menyiapkan anak dan keluarga
2 Proses :
a. Membuka proses terapi bermain 2 menit
dengan mengucap kan salam,
memperkenalkan diri. 5 menit Menjawab salam, Memperkenalkan
b. Menjelaskan pada anak dan diri, Memperhatikan
keluarga tentang tujuan dan manfaat 10 menit
bermain, menjelaskan cara 3 menit
permainan.
c. Mengajak anak bermain . Bermain bersama dengan antusias
d. Mengevaluasi respon anak dan dan mengungkapkan perasaannya
keluarga.

3 Penutup (1 menit). 5 menit Memperhatikan dan menawab salam


Menyimpulkan, mengucapkan salam

MATERI TERAPI BERMAIN

KEUNTUNGAN BERMAIN
Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain, antara lain:
Membuang ekstra energi.
1. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan organ-organ.
2. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
3. Anak belajar mengontrol diri.
4. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.
5. Meningkatnya daya kreativitas.
6. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar anak.
7. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan.
8. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
9. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
10. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.

MACAM BERMAIN

1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat
oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut,
memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan
kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misal bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan
ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi
kebosanan dan keletihannya.
Contoh ; Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dsb.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila
terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
1. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif bermain.
2. Tidak ada variasi dari alat permainan.
3. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
4. Tidak mempunyai teman bermain.
ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna
untuk :
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang
pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus.
Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar.Contoh
alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk. Warna, dll.
Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan anak,
keluarga dan masyarakat
Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali,
dll.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERMAIN
1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang
lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

BENTUK- BENTUK PERMAINAN


1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
a. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap, menggenggam.
b. Melatih kerjasama mata dan tangan.
c. Melatih kerjasama mata dan telinga.
d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e. Melatih mengenal sumber asal suara.
f. Melatih kepekaan perabaan.
g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.

2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b. Memperkenalkan sumber suara.
c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d. Melatih imajinasinya.
e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang
menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak mudah
pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar,
buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.
3. Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah ;
a. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c. Melatih motorik halus dan kasar.
d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan membedakan
warna).
e. Melatih kerjasama mata dan tangan.
f. Melatih daya imajinansi.
g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat-alat untuk menggambar.
b. Lilin yang dapat dibentuk
c. Pasel (puzzel) sederhana.
d. Manik-manik ukuran besar.
e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
f. Bola.
4. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah :
a.
Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b.
Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c.
Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
d.
Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara).
e.
Membedakan benda dengan permukaan.
f.
Menumbuhkan sportivitas.
g.
Mengembangkan kepercayaan diri.
h.
Mengembangkan kreativitas.
i.
Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j.
Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
k.
Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya.
l.
Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian mengenai
terapung dan tenggelam.
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar &
tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
6. Usia Prasekolah
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat olah raga.
b. Alat masak
c. Alat menghitung
d. Sepeda roda tiga
e. Benda berbagai macam ukuran.
f. Boneka tangan.
g. Mobil.
h. Kapal terbang.
i. Kapal laut dsb
7. Usia sekolah
Jenis permainan yang dianjurkan :
a. Pada anak laki-laki : mekanik.
b. Pada anak perempuan : dengan peran ibu.
8. Usia Praremaja (yang akan dilakukan oleh kelompok)
Karakterisrik permainnya adalah permainan intelaktual, membaca, seni, mengarang, hobi, video
games, permainan pemecahan masalah.
9. Usia remaja
Jenis permainan : permainan keahlian, video, komputer, dll.
KETIKA ANAK MASUK RAWAT INAP
Tujuan kegiatan :
1. Memberi informasi.
2. Memicu normalisasi.
3. Menggunakan sistem pendukung yang dikenal.
4. Mengidentifikasi teknik koping.
Contoh kegiatan :
1. Mendesain tanda selamat datang.
2. Memicu orang tua mengisi angket mengenai ritual anak.
3. Memicu orang tua membawa foto dan mainan.
4. Memberi daftar kegiatan rumah sakit.
5. Proaktif melakukan permainan.
Kegiatan untuk kesadaran dan citra diri
Tujuan kegiatan : meningkatkan pengetahuan tentang bagian tubuh internal dan eksternal, fungsi
tubuh dan penerimaan akan tubuhnya.
Kegiatan :
1. Belajar tentang bagian tubuh luar.
2. Belajar tentang bagian tubuh dalam.
3. Belajar tentang fungsi tubuh.
4. Belajar menerima tubuh.
EVALUASI
Peserta terapi bermain mampu:
1. Menyebutkan nama permainan
2. Menata pasel dalam bentuk rumah
3. Membedakan warna dan bentuk pasel
4. Bermain bola pasel
5. Menulis dan mengambar
6. Merasa senang,tenang terkait hospitalisasi.

Anda mungkin juga menyukai