Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

(PPK)
TATA LAKSANA KASUS

HYPERPIREXIA (ICD 10: R50.9 )


1. Pengertian (definisi) Adalah suatu keadaan demam dengan kenaikan suhu
tubuh diatas 41oC.
2. Anamnesis 1. Adanya demam (onset demam, pola demam).
2. Riwayat imunisasi.
3. Adanya riwayat penyakit yang mendasari misalnya
tifoid,
influenza dsb.
4. Adanya riwayat keluarga dengan keluhan yang sama
3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan suhu tubuh menunjukkan suhu tubuh
diatas 41oC.
2. Pemeriksaan status kesadaran.
3. Pada pemeriksaan status general biasanya dalam batas
normal.
4. Tanda-tanda penyakit yang mendasari
4. Kriteria Diagnosis Adanya peningkatan suhu tubuh diatas 41oC.
5. Diagnosis Kerja Hyperpyrexia
6. Diagnosis Banding 1. Hipertermia.
2. Dengue fever.
3. Malaria.
4. Varicella.
5. Keganasan.
6. Proses peradangan, dll
7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan hematologi rutin jika demam sudah ≥ 3 hari
8. Terapi Pasien anak :
1. Pada penanganan awal dapat diberikan parasetamol
dengan dosis 10-15 mg/KgBB/kali (dapat diberikan
secara rectal atau parenteral), dapat juga diberikan
ibuprofen dengan dosis 5-10 mg/KgBB/kali (dapat
secara oral maupun rectal).
2. Jika pasien (anak usia ≤5 tahun) memiliki riwayat
kejang demam, KIE untuk MRS
3. Jika pasien tidak memiliki riwayat kejang demam, dan
suhu sudah turun ≤ 38.0 C KIE untuk rawat jalan
dengan diberitahu sebelumnya tanda-tanda
kegawatandaruratan seperti demam naik turun
walaupun sudah dengan minum obat paracetamol,
demam berlanjut selama ≥ 3 hari, kejang, dll segera
periksakan ke UGD.
4. Pilihan terapi oral :
a. Paracetamol dosis 10mg/kgbb/kali diberikan 3
kali sehari atau boleh diulang tiap 4 jam
b. Pengobatan suportif lain sesuai indikasi

Pasien dewasa :
1. Pada penanganan awal dapat diberikan parasetamol
flash 1gr
2. Observasi selama 30 menit
3. Jika suhu masih tetap ≥ 40.0 C setelah observasi, KIE
untuk MRS
4. Jika suhu sudah turun ≤ 40.0 C KIE untuk rawat jalan
dengan diberitahu sebelumnya tanda-tanda
kegawatdaruratan seperti demam naik turun walaupun
sudah dengan minum obat paracetamol, demam
berlanjut selama ≥ 3 hari, penurunan nafsu makan,
mual muntah, dll segera periksakan ke UGD.
5. Pilihan terapi oral :
a. Paracetamol dosis 3x500mg dapat diulang tiap 4
jam
b. Pengobatan suportif lain sesuai indikasi

9. Edukasi Informasikan pada pasien/keluarga pasien untuk:


1. Membatasi aktifitas penderita dengan tujuan untuk
menghemat energy dan menurunkan kebutuhan oksigen.
2. Cegah dehidrasi (kekurangan cairan) dengan
memberikan banyak minum pada pasien.
3. Ganti baju yang basah akibat keringat, gunakan baju
tipis dan menyerap keringat ketika demam dan bila klien
menggigil atau merasa kedinginan selimuti klien tetapi
bila
menggigil telah hilang gunakan kembali baju tipis dan
lepas selimut.
4. Berikan kompres air biasa selama 5 menit di bagian
dahi,leher, ketiak, selangkangan dan bawah lutut.
Lakukan berulang bila suhu kembali panas.
5. Atur suhu ruangan lebih dingin.
6. Informasikan pasien/keluarga pasien untuk melakukan
pemeriksaan darah bila panas menetap.
10. Prognosis Ad Vitam : dubio ad bonam.
Ad Sanationam : dubio ad bonam.
Ad fungsionam : dubio ad bonam.
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
14. Indikator Medis 1. Panas menghilang.
2. Pasien merasa lebih nyaman.
15. Kepustakaan 1. Penanganan Terkini Hipertermia dan
Hiperpireksia.Dokter Anak
Indonesia.http//www.dokteranakonline.com. Diunduh10
Juli 2014
2. Pedoman Pelayanan Medis IDAI 2009
3. Artikel “Penatalaksanaan Demam Pada Anak” oleh
dr.Nia Kania, Sp.A, M.Kes

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


(PPK)
TATA LAKSANA KASUS

FEVER (ICD 10: R50.0 )


1. Pengertian (definisi) Adalah suatu kondisi dimana suhu tubuh meningkat
melebihi suhu tubuh normal (>37.5 C). Demam
merupakan proses alami tubuh untuk melawan infeksi
yang masuk ke dalam tubuh yang mana dapat disebabkan
oleh virus, bakteri, jamur, parasit, penyakit autoimun,
keganasan, atau obat-obatan.
2. Anamnesis 1. Adanya demam (onset demam, pola demam).
2. Adanya riwayat penyakit yang mendasari misalnya
dengue fever, dengue hemoragic fever, thypoid fever,
Influenza, gastroenteritis dsb.
3. Adanya riwayat keluarga dengan keluhan yang sama
4. Riwayat imunisasi
5. Keluhan lain yang dapat menyertai demam
diantaranya :
 Batuk
 Nyeri tenggorokan
 Pilek
 Mual
 Muntah
 Sesak
 Diare
 Nyeri kepala
 Nyeri otot/persendian

3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan suhu tubuh menunjukkan suhu tubuh >


37.5 C.
2. Pemeriksaan yang lain tergantung penyebab dari
demam itu sendiri

4. Kriteria Diagnosis Adanya peningkatan suhu tubuh diatas > 37.6 C.


5. Diagnosis Kerja Obs. Febris
6. Diagnosis Banding 1. Dengue fever.
2. Thypoid Fever
3. Influenza
4. Malaria.
5. Varicella.
6. Keganasan.
7. Proses peradangan, dll
7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan hematologi rutin jika demam sudah ≥ 3 hari
8. Terapi Pasien anak :
1. MRS atau rawat jalan tergantung hasil pemeriksaan
penunjang
2. Jika hasil pemeriksaan penunjang dalam batas normal
KIE rawat jalan, dengan pilihan terapi oral
diantaranya :
 Paracetamol dosis 10mg/kgbb/kali diberikan 3
kali sehari atau boleh diulang tiap 4 jam
 Pengobatan suportif lain sesuai indikasi
3. KIE untuk rawat jalan dengan diberitahu sebelumnya
tanda-tanda kegawatandaruratan seperti demam naik
turun walaupun sudah dengan minum obat
paracetamol, demam berlanjut selama ≥ 3 hari,
kejang, dll segera periksakan ke UGD.

Pasien dewasa :
1. MRS atau rawat jalan tergantung hasil pemeriksaan
penunjang
2. Jika hasil pemeriksaan penunjang dalam batas normal
KIE rawat jalan, dengan pilihan terapi oral
diantaranya :
 Paracetamol 3x500mg atau 500mg diulang tiap 4
jam
 Pengobatan suportif lain sesuai indikasi
3. KIE untuk rawat jalan dengan diberitahu sebelumnya
tanda-tanda kegawatandaruratan seperti demam naik
turun walaupun sudah dengan minum obat
paracetamol, demam berlanjut selama ≥ 3 hari, mual
muntah, nafsu makan berkurang sampai lemas, sesak,
dll segera periksakan ke UGD.

9. Edukasi Informasikan pada pasien/keluarga pasien untuk:


1. Membatasi aktifitas pasien dengan tujuan untuk
menghemat energy dan menurunkan kebutuhan oksigen.
2. Cegah dehidrasi (kekurangan cairan) dengan
memberikan banyak minum pada pasien.
3. Berikan kompres air hangat jika suhu ≥ 38.0 di bagian
dahi,leher, ketiak, selangkangan dan bawah lutut.
4. Informasikan pasien/keluarga pasien untuk melakukan
pemeriksaan darah bila panas menetap.
10. Prognosis Ad Vitam : dubio ad bonam.
Ad Sanationam : dubio ad bonam.
Ad fungsionam : dubio ad bonam.
11. Tingkat Evidens -
12. Tingkat Rekomendasi -
14. Indikator Medis 1. Panas menghilang.
2. Pasien merasa lebih nyaman.

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


TATA LAKSANA KASUS

KEJANG DEMAM (ICD 10:R56.0 )


1. Pengertian (definisi) Kejang demam adalah suatu bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 38oC)
yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
2. Anamnesis 1. Lamanya kejang?
2. Bentuk kejang?
3. Suhu sebelum kejang?
4. Riwayat kejang sebelumnya?
5. Riwayat keluarga yang mengalami kejang demam?
3. Pemeriksaan Fisik 1. Kesadaran.
2. Suhu tubuh.
3. Tanda rangsang meningkat.
4. Tanda peningkatan tekanan intracranial,
seperti:kesadaran menurun, muntah proyektil, fontanel
anterior menonjol, papil edema.
5. Tanda infeksi di luar SSP misalnya otitis media
akut,tonsillitis, bronchitis, furunkulosis, dll.
4. Kriteria Diagnosis 1. Kejang didahului oleh febris (suhu rectal > 38oC).
2. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur
6bulan-5 tahun.
3. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam,
kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam
kejang demam.
4. Kejang disertai demam pada bayi berumur < 1 bulan
tidak termasuk kejang demam.
5. Diagnosis Kerja Kejang demam
6. Diagnosis Banding 1. Epilepsy.
2. Status konvulsi.
3. Meningitis.
3. Gangguan elektrolit (Hipernatremi, Hipokalsemi,
Hipoglikemi)
7. PemeriksaanPenunjang 1. Pemeriksaan laboratorium hematologi
8. Terapi Penanganan kejang demam meliputi penanganan pada
saat kejang dan pencegahan kejang.
1. Penanganan saat kejang.
a. Menghentikan kejang.
Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/kgBB/dosis
IV(perlahan-lahan) atau 0,4-0,6 mg/KgBB/dosis Rectal
suppositoria. Bila kejang masih belum teratasi dapat
diulang dengan dosis yang sama 20 menit
kemudian.
b. Turunkan demam.
Dapat diberikan parasetamol dengan dosis 10-15
mg/KgBB/kali (dapat diberikan secara rectal atau
parenteral), dapat juga diberikan ibuprofen dengan dosis
5-10 mg/KgBB/kali (dapat secara oral maupun rectal).
Kompres suhu ≥ 38.0C: air hangat; suhu di bawa itu
menngunakan air biasa.
c. Pengobatan penyebab.
Antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit
dasarnya.
d. Penanganan supportif lainnya, meliputi:
 Bebaskan jalan nafas.
 Pemberian oksigen.
 Menjaga keseimbangan air dan elektrolit.
 Pertahankan keseimbangan tekanan darah.

9. Edukasi Informasikan kepada keluarga mengenai pencegahan


kejang dan penanganan demam pada anak di rumah
10. Prognosis Ad Vitam : dubio ad bonam/malam
Ad Sanationam : dubio ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubio ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens -
12. Tingkat Rekomendasi -
14. Indikator Medis 1. Keadaan umum membaik
2. Kejang menghilang.
15. Kepustakaan 1. Melda deliana. Tata Laksana Kejang Demam Pada
Anak.
Sari pediatric, vol.4, No 2, September 2002, hal. 59-62.
2. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam IDAI
3. Pedoman Pelayanan Medis IDAI 2009
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS

DEMAM DENGUE / DEMAM BERDARAH DENGUE (ICD 10 : 960 ) 961)


1. Pengertian (definisi)
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi salah
satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Tingkat insiden
penyakit DBD Indonesia merupakan yang tertinggi diantara
negara-negara Asia Tenggara. Sepanjang tahun 2013,
Kementerian Kesehatan mencatat terdapat 103.649 penderita
dengan angka kematian mencapai 754 orang. Keterlibatan dokter
di pelayanan kesehatan primer sangat dibutuhkan untuk menekan
tingkat kejadian maupun mortalitas DBD.

2. Anamnesis Keluhan
1. Demam tinggi, mendadak, terus menerus selama 2 – 7 hari.
2. Manifestasi perdarahan, seperti: bintik-bintik merah di
kulit, mimisan, gusi berdarah, muntah berdarah, atau buang
air besar berdarah.
3. Gejala nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital.
4. Gejala gastrointestinal, seperti: mual, muntah, nyeri perut
(biasanya di ulu hati atau di bawah tulang iga)
5. Kadang disertai juga dengan gejala lokal, seperti: nyeri
menelan, batuk, pilek.
6. Pada kondisi syok, anak merasa lemah, gelisah, atau
mengalami penurunan kesadaran.
7. Pada bayi, demam yang tinggi dapat menimbulkan kejang.
Faktor Risiko
1. Sanitasi lingkungan yang kurang baik, misalnya: timbunan
sampah, timbunan barang bekas, genangan air yang
seringkali disertai di tempat tinggal pasien sehari-hari.
2. Adanya jentik nyamuk Aedes aegypti pada genangan air di
tempat tinggal pasien sehari-hari.
3. Adanya penderita demam berdarah dengue (DBD) di sekitar
pasien
3. Pemeriksaan Fisik Tanda patognomonik untuk demam dengue
1. Suhu > 37,5 derajat celcius
2. Ptekie, ekimosis, purpura
3. Perdarahan mukosa
4. Rumple Leed (+)

Tanda Patognomonis untuk demam berdarah dengue


1. Suhu > 37,5 derajat celcius
2. Ptekie, ekimosis, purpura
3. Perdarahan mukosa
4. Rumple Leed (+)
5. Hepatomegali
6. Splenomegali
7. Untuk mengetahui terjadi kebocoran plasma, diperiksa
tanda-tanda efusi pleura dan asites.
8. Hematemesis atau melena
4. Kriteria Diagnosis Diagnosis Klinis Demam Dengue
1. Demam 2–7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus, bifasik.
2. Adanya manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti
petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis dan atau melena; maupun berupa uji
tourniquet positif.
3. Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital.
4. Adanya kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah
atau di sekitar rumah.
5. Leukopenia <4.000/mm3
6. Trombositopenia <100.000/mm3

Apabila ditemukan gejala demam ditambah dengan adanya dua


atau lebih tanda dan gejala lain, diagnosis klinis demam dengue
dapat ditegakkan.
Diagnosis Klinis Demam Berdarah Dengue
1. Demam 2–7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus
(kontinua)
2. Adanya manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti
petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis dan atau melena; maupun berupa uji
Tourniquette yang positif
3. Sakit kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital
4. Adanya kasus demam berdarah dengue baik di lingkungan
sekolah, rumah atau di sekitar rumah
a. Hepatomegali
b. Adanya kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu:
 Peningkatan nilai hematokrit, >20% dari
pemeriksaan awal atau dari data populasi menurut
umur
 Ditemukan adanya efusi pleura, asites
 Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
c. Trombositopenia <100.000/mm3

Adanya demam seperti di atas disertai dengan 2 atau lebih


manifestasi klinis, ditambah bukti perembesan plasma dan
trombositopenia cukup untuk menegakkan diagnosis Demam
Berdarah Dengue.
Tanda bahaya (warning signs) untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya syok pada penderita Demam Berdarah Dengue.
Klinis Demam turun tetapi keadaan anak memburuk
Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
Muntah persisten
Letargi, gelisah
Perdarahaan mukosa
Pembesaran hati
Akumulasi cairan
Oliguria
Laboratorium Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan
penurunan cepat jumlah trombosit
Hematokrit awal tinggi

5. Diagnosis Banding 1. Demam karena infeksi virus ( influenza , chikungunya, dan lain-lain)
2. Idiopathic thrombocytopenic purpura
3. Demam tifoid

7. PemeriksaanPenunjang 1. Pemeriksaan laboratorium DL serial


8. Terapi 1. MRS jika pada anak-anak trombosit <150.000, pada
pasien dewasa trombosit <100.000 dan atau ditemukan
warning sign.
2. Terapi simptomatik dengan analgetik antipiretik
(Parasetamol 3 x 500- 1000 mg).
3. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
4. Terapi lain sesuai gejala yang dikeluhkan pasien
5. Pantau TTV dan kesadaran untuk mendeteksi adanya DSS

9. Edukasi 1. Pinsip konseling pada demam berdarah dengue adalah


memberikan pengertian kepada pasien dan keluarganya
tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga
pasien dapat mengerti bahwa tidak ada obat/medikamentosa
untuk penanganan DBD, terapi hanya bersifat suportif dan
mencegah perburukan penyakit. Penyakit akan sembuh sesuai
dengan perjalanan alamiah penyakit.
2. Modifikasi gaya hidup
a. Melakukan kegiatan 3M: menguras, mengubur, menutup.
b. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi
makanan bergizi dan melakukan olahraga secara rutin.

10. Prognosis Ad Vitam : dubio ad bonam/malam


Ad Sanationam : dubio ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubio ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens -
12. Tingkat Rekomendasi -
14. Indikator Medis 1. Keadaan umum membaik
2. Demam sudah hilang
15. Kepustakaan 1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Pedoman
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
2. Chen, K. Pohan, H.T, Sinto, R. Diagnosis dan Terapi Cairan pada
Demam Berdarah Dengue. Medicinus. Jakarta. 2009: Vol 22;
p.3-7.
3. WHO. Dengue Haemorrhagic Fever: diagnosis, treatment,
prevention and control. 2nd Edition. Geneva. 1997
4. Tim Adaptasi Indonesia, 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit: Pedoman bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat
Pertama di Kabupaten
/ Kota. 1 ed. Jakarta: World Health Organization Country
Office for Indonesia.
5. UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Pedoman Diagnosis dan tata laksana infeksi
virus dengue pada anak, Edisi pertama. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI, 2014

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


(PPK)
TATA LAKSANA KASUS

CHEST PAIN (ICD 10 : R07.9)


1. Pengertian (definisi) Nyeri dada adalah kondisi di mana seseorang merasakan
rasa sakit pada bagian dada. Kemunculan nyeri dada bias
dalam beberapa bentuk, seperti nyeri tumpul, hingga
seperti tertusuk benda tajam. Selain itu sensai terbakar
juga dirasakan sebagai salah satu gejalanya. Dalam
kasus-kasus tertentu, rasa sakit bias dirasakan menjalar
ke leher, ke rahang, dan ke punggung .
2. Anamnesis Nyeri dada ada yang bersifat spesifik kardiogenik dan
non spesifik kardiogenik
Nyeri dada spesifik kardiogenik :
1. Nyeri dada kiri menjalar ke lengan kiri atau
kanan, ke leher, ke rahang atau ke punggung
2. Nyeri dirasakan bertambah berat saat aktivitas
dan berkurang dengan istirahat
3. Lama nyeri dirasakan lebih dari 20 menit
4. Nyeri disertai keringat dingin
5. Terdapat salah satu atau lebih faktor risiko:
kencing manis, kolesterol, darah tinggi, dan
keturunan.
Nyeri dada non spesifik kardiogenik :
1. Nyeri dada dengan karakteristik di luar nyeri dada
spesifik.
3. Pemeriksaan Fisik Nyeri dada spesifik umumnya dalam batas normal,
kecuali ada komplikasi dan atau komorbiditi.
Nyeri dada non spesifik dapat ditemukan suara tambahan
pada paru dengan pemeriksaan auskultasi
4. Kriteria Diagnosis Nyeri dada spesifik kardiogenik dipastikan dengan
pemeriksaan EKG
5. Diagnosis Kerja Obs. Chest pain
6. Diagnosis Banding 1. ACS
2. Pericarditis
3. Emboli Paru
4. Pneumonia
5. Pneumothorax
6. Kostokondritis
7. Diseksi Aorta
8. Herpes zoster
9. Dyspepsia syndr.
10. Kolesistitis dll
7. Pemeriksaan Penunjang EKG, thorax rontgen, DL
8. Terapi Tergantung dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang
9. Edukasi Pasien keluhan nyeri dada spesifik dengan disertai factor
resiko ataupun nyeri dada non spesifik baiknya diedukasi
untuk menerapkan pola hidup sehat, makan makanan
bergizi, kurangi rokok, istirahat cukup dan olahraga
teratur, sama halnya dengan pasien dengan keluhan nyeri
non spesifik juga diedukasi

10. Prognosis Dubia


11. Tingkat Evidens -
12. Tingkat Rekomendasi -
14. Indikator Medis 1. Nyeri dada berkurang atau menghilang

Anda mungkin juga menyukai