Anda di halaman 1dari 40

KONSEP DASAR PPI

di FKTP

Surabaya, 6 September 2020


dr. Hermanta Setiarsa, MQIH
MENGAPA PPI ?
 Peningkatan kasus
 Penyakit infeksi (new emerging, emerging & re-emerging diseases)
 Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan (HAI’s)
  gambaran mutu pelayanan FASYANKES
 KLB unpredictable
 Keselamatan Pasien dan Keselamatan Petugas Kesehatan
 Data HAI’s :
1 dari 20 pasien dirawat mengalami infeksi akibat yankes (healthcare
associated infection), dimana 70 % diantaranya BISA DICEGAH !!
 < 10% dipengaruhi lingkungan; > 90% dipengaruhi perilaku
Referensi :

KEPMENKES RI No.
PERATURAN MENKES RI HK.01.07/MENKES/413/2020
No. 43 TAHUN 2019 ttg
ttg PEDOMAN PENCEGAHAN DAN
PUSAT KESEHATAN PENGENDALIAN
MASYARAKAT CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-
19)

MATERI PELATIHAN IPCD


PERMENKES NO. 27/ 2017
ttg PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
PENCEGAHAN DAN
FAS
PENGENDALIAN
YAN
INFEKSI HAI’s dan
Infeksi KES
yg
PENGGU bersumber PENDIDI
KEWASPA
NAAN dari KAN
DAAN
ANTI Masya- SURV
STANDAR BUNDLE &
MIKROB rakat EI
& S PELATIH
A LANS
TRANSMI AN
SECARA
SI PPI
BIJAK

Ruang Lingkup :  FASYANKES


(RS, Puskesmas, Klinik, Praktek Mandiri Nakes)
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI

 upaya untuk mencegah dan


meminimalkan terjadinya infeksi pada
pasien, petugas, pengunjung, dan
masyarakat sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan.
INFEKSI TERKAIT PELAYANAN
KESEHATAN
( HAI’s )
 Infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di
FASYANKES dimana ketika masuk pasien tidak ada
infeksi dan tidak dalam masa inkubasi
 Termasuk infeksi dalam FASYANKES tapi muncul
setelah pasien pulang,
 Infeksi karena pekerjaan pada petugas NAKES terkait
proses pelayanan kesehatan di FASYANKES
RANTAI INFEKSI
FAKTOR RISIKO HAI’s
Instrinsik Ekstrinsik
Usia
Status Gizi PETUGAS
Diabetes
Perubahan respon
imunitas PERALATAN
Infeksi di tempat lain
Lama rawat inap
Pre operatif LINGKUNGAN
Obesitas
Merokok
Kolonisasi PENGGUNAAN
mikroorganisme ANTI BIOTIKA
Perioperative
hypothermia
KEWASPADAAN ISOLASI
 Memutus mata rantai penularan infeksi

Pasien Pasien

Lingkungan Peralatan

Pengunjung Petugas
KEWASPADAAN ISOLASI
1) Lapis Pertama : KEWASPADAAN STANDAR
 Merupakan gabungan Universal Precaution dan Body Substain
Isolation
 Waspada terhadap darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi, kecuali
keringat
 Ditujukan kepada semua pasien, tanpa memandang infeksi atau
tidak

2) Lapis Kedua : KEWASPADAAN BERDASARKAN


TRANSMISI
 Merupakan kewaspadaan tambahan
 Ditujukan untuk pasien yg terinfeksi atau diduga infeksi
KEWASPADAAN ISOLASI
Lapis pertama : KEWASPADAAN STANDAR
1. KEBERSIHAN
TANGAN
2. ALAT PELINDUNG DIRI
(APD)
3. DEKONTAMINASI PERALATAN PERAWATAN
PASIEN
4. PENGENDALIAN
LINGKUNGAN
5. PENGELOLAAN
LIMBAH
6. PENATALAKSANAAN
LINEN
7. PERLINDUNGAN KESEHATAN
PETUGAS
8. PENEMPATAN PASIEN
9. HYGIENE RESPIRASI / ETIKA BATUK dan
BERSIN
10. PRAKTIK PENYUNTIKAN YANG
AMAN
11. PRAKTIK LUMBAL PUNGSI YANG
AMAN
1. KEBERSIHAN
TANGAN

Tampak kotor

Tidak Tampak kotor


2. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
 pakaian khusus atau peralatan yang di pakai petugas untuk
memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia, biologi/bahan infeksius

Jika melakukan tindakan


terpapar atau kemungkinan
terpapar darah, cairan tubuh,
sekresi, ekskresi , kecuali
keringat, segera lepas jika
selesai tindakan

Memandikan pakai sarung


tangan dapat memindah kan
mikroorganisme
3. PEMROSESAN PERALATAN PERAWATAN
PASIEN
Peralatan Kritikal
Peralatan yang masuk ke dalam pembuluh
darah & jaringan steril; jarum suntik, scapel, disterilkan
instrumen bedah, kateter vena

Peralatan semi Kritikal


Peralatan yang masuk ke dalam membrane
mukosa; ETT, NGT, Termometer Rectal, Minimal DTT
Oropharingeal/gudel

Peralatan non Kritikal


Peralatan yang menyentuh permukaan kulit
yang utuh saja; tensimeter, termometer axilla, Di bersihkan
bed pan, urinal linen, t.tidur, kursi roda
4. PENGENDALIAN LINGKUNGAN

Konstruksi Bangunan Ventilasi baik


Bangunan RS dipagari
Dinding, flafon kuat dan bersih

Udara Ventilasi udara cukup bersih, tidak bau

Air Bersih, tampak jernih, tidak bau

Permukaan lingkungan Bersih, kering, tidak ada serangga,


tikus, kucing, kecoak, anjing
5. PENGELOLAAN LIMBAH
Infeksius (hazard) 10 % Masuk kantong plastik
kuning dalam kontainer
Patho Kontaminasi darah & limbah infeksius diberi label,
logical cairan tubuh
¾ penuh dibuang, dibakar
Sharp Jarum suntik, scapel, lancet dalam insenerator

General (non hazard) 85 % Masuk kantong plastik


hitam dalam kontainer
Tidak Pembungkus jarum, cairan, limbah non infeksius diberi
kontaminasi pempers, topi, masker, label, ¾ penuh dibuang pada
Darah &cairan sarung tangan, plabot, TPA
tubuh tubing set

Chemical radioactive 5 % Dibuang dalam tempat khusus

Gas anaesthesi, limbah chemotherapi, air raksa

Limbah Cair Dibuang dalam saluran limbah cair (IPAL)


6. PENATALAKSANAAN LINEN
Linen kotor infeksius
• Linen kotor yang ternoda darah dan cairan tubuh
• Pisahkan linen kotor infeksius dengan non infeksi
• Kereta linen kotor dan bersih dipisahkan

Linen kotor non infeksius


• Linen kotor yang tidak ternoda darah dan cairan tubuh
• Pisahkan linen kotor non infeksius dengan infeksi
• Kereta linen kotor dan bersih dipisahkan

• Linen bersih disimpan dalam lemari tertutup


Di ruangan • Linen kotor ditempatkan dalam kantong linen kotor
7. PERLINDUNGAN KESEHATAN
PETUGAS
Pemeriksaan kesehatan secara berkala

Penyediaan sarana kewaspadaan standar

Penatalaksanaan paska luka tusuk jarum/benda


tajam

Senantiasa menjaga perilaku hidup sehat

Jika flu berat tidak diperbolehkan bekerja


8. PENEMPATAN PASIEN

Tempatkan pasien sedemikian rupa, dengan jarak


minimal 1 m, untuk memudahkan pergerakan petugas

Tempatkan pasien infeksius, berdasarkan transmisi


infeksi, jika tidak memungkinkan lakukan kohorting

Tempatkan pasien tersendiri jika tidak dapat menjaga


kebersihan diri sendiri
9. HYGIENE RESPIRASI / ETIKA BATUK dan
BERSIN
10. PRAKTIK PENYUNTIKAN YANG AMAN
Menggunakan jarum suntik satu kali, prinsip one needle,
one shoot, one time

Tidak pernah melakukan re_capping jarum bekas pakai

Memberikan suntikan dengan teknik aseptik dan antiseptik

Jika obat suntik sudah dilarutkan dalam spuit harus segera


diberikan

Tidak menumpuk-numpuk jarum suntik di laci,di kulkas


11. PRAKTIK LUMBAL PUNGSI YANG AMAN

 Masker harus dipakai klinisi saat melakukan lumbal pungsi,


anaestesi spinal/epidural/pasang kateter vena sentral
 Cegah droplet flora orofaring, dapat menimbulkan
meningitis bakterial
KEWASPADAAN ISOLASI
Lapis kedua : KEWASPADAAN
BERDASARKAN
TRANSMISI
1. Via KONTAK

2. Via DROPLET
3. Via UDARA (AIRBORNE
PRECAUTION)
4. Via COMMON VEHICLE (MAKANAN, OBAT,
PERALATAN)
5. Via VEKTOR (LALAT, NYAMUK,
TIKUS)
PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

Berdasarkan PPRA Profilaksis


indikasi Teraupetik

Empirik
Definitif
PENERAPAN PENCEGAHAN INFEKSI
PADA PEMAKAIAN ALAT KESEHATAN

Ventilator
– Kebersihan tangan
– Posisi tidur 30 ° -45 °
– Kebersihan mulut
– Manajemen sekresi
– Sedasi dan extubasi
PENERAPAN PENCEGAHAN INFEKSI
PADA PEMAKAIAN ALAT KESEHATAN
Central Line Insertion Bundle Central Line Maintenance Bundle
(CLIB) (CLMB)

1. Lokasi pemilihan optimal 1. Kaji setiap hari pentingnya


2. Kebersihan tangan pemakaian CVL
3. Alcohol-based chlorhexidine 2. Kebersihan tangan
skin preparation; 3. Disinfeksi hub dan pergantian
4. Penggunaan APD maksimal devices
4. Teknik dressing aseptik dan tepat
5. Standar penggantian administasi
set
Central
Vena
Line
PENERAPAN PENCEGAHAN INFEKSI
PADA PEMAKAIAN ALAT KESEHATAN

Bundles insersi Bundles Pemeliharaan


1. Kaji kebutuhan 1. Kebersihan tangan
2. Pemasangan oleh petugas 2. Perawatan kateter
yang terlatih 3. Pemeliharaan kateter
3. Kebersihan tangan 4. Segera lepas jika tidak
4. Tehnik steril dibutuhkan lagi
PENERAPAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA
TINDAKAN OPERASI

PRE -OP INTRA-OP PASKA-OP


1. Tidak melakukan 1. Kebersihan tangan 1. Rawat luka tehnik
pencukuran,kecuali bedah aseptik
mengganggu 2. Preparasi kulit 2. Luka balutan
jalannya operasi ditutup 24-48 jam,
3. Lingkungan;
2. Antibiotka kecuali ada indikasi
pertukaran udara 15
profilaksis lain
X/jam. Kelembaban
3. Temp.tubuh normal 40-60% 3. Nutrisi
4. Gula darah normal
dibawah 200
KEGIATAN SURVEILANS
HAI’s

Untuk mendapatkan
data infeksi terkait
pelayanan kesehatan,
frekwensi, penyebaran
dan kemungkinan
faktor-faktor penyebab
METODA SURVEILANS
1. Surveilans Komprehensif
(Hospital Wide/Tradisional Surveillance)
 surveilans yang dilakukan di semua area perawatan untuk mengidentifikasi
pasien yang mengalami infeksi selama di RS.

2. Surveilans Target (Targetted Surveillance)


 Fokus pada ruangan atau pasien dg risiko infeksi spesifik seperti ruang
perawatan intensif, ruang perawatan bayi baru lahir, ruang perawatan pasien
transplan, ruang perawatan pasien hemodialisa atau pasien dengan risiko: ISK,
Surgical Site Infection (SSI)/IDO, Blood Stream Infection (BSI)/IAD, Pneumonia
(HAP, VAP).

3. Surveilans Periodik (Periodic Surveillance).

4. Surveilans Prevalensi (Prevalence Surveillance)


 menghitung jumlah aktif infeksi selama periode tertentu.
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Staf/Karyawan Pasien Masyarakat


FASYANKES & keluarga FASYANKES

Dokter Pengunjung Sekuriti


Perawat Petugas
kebersihan
Penunjang
Radiologi
Farmasi Petugas Parkir
Gizi
Laboratorium
Pedagang
CSSD
Phisioterapi
IPSRS
MONITORING DAN
• Untuk mengukurEVALUASI
keberhasilan pelaksanaan
program dan kepatuhan
penerapan oleh petugas
• Evaluasi angka kejadian
HAI’s

• ICRA ( INFECTION
CONTROL RISK
ASSESMENT)
• AUDIT PPI
Kewaspadaan
Standar
Kewaspadaan
Isolasi Kewaspadaa
berdasarkan
transmisi
Bundel
Pencegahan
LAKSANAKA Infeksi
N MONEV Penggunaan
Antibiotika

Surveilans
HAIs

Diklat
SIAPA YANG MELAKSANAKAN PPI ?
Semua individu
di Fasyankes HH
APD
Semua Limbah
K.Standar Lingkungan
individu
Kewaspadaan Etika batuk
Isolasi K.Transmisi Dokter/Perawat

Surveilans IPCN

Pencegahan dan Bundles Perawat dan Dokter

Antibiotika Rasional Dokter


KOMITE / TIM PPI
(PMK 27/2017 Ps 5-8)
• Susunan organisasi Komite PPI adalah Ketua, Sekretaris, dan
Anggota yang terdiri dari IPCN/Perawat PPI, IPCD/Dokter PPI dan
anggota lainnya
• Organisasi non struktural
• Fungsi : menjalankan PPI
• Menyusun kebijakan PPI termasuk pencegahan infeksi bersumber
dari masyarakat: TBC, HIV dan infeksi menular lainnya
• Untuk pelaksanan PPI pada praktik mandiri  dibawah koordinasi
Dinkes kabupaten/kota
• Kegiatan: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, monev dan
pembinaan
• Pelaporan ke pimpinan fasyankes: 2 kali/tahun
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
• Advokasi, sosialisasi dan bimbingan teknis
• Pelatihan dan peningkatan kapasitas SDM
• Monitor dan evaluasi

Dinas kesehatan Prov/kabupaten/kota,


perhimpunan/asosiasi Fasyankes dan
organisasi profesi terkait
5 LANGKAH PRAKTIS UNTUK
MENURUNKAN INFEKSI

1. Memperbaiki hand hygiene


2. Meningkatkan kebersihan Rumah Sakit dan
Fasyankes lain
3. Memperbaiki desain Rumah Sakit dan
Fasyankes lain
4. Memperketat kontrol peresepan Antibiotik.
5. Membuat standar nasional pemasangan dan
perawatan alat invasif.
dr. Hermanta Setiarsa, MQIH
Email: hermanta.mqih@gmail.com
HP/WA: 0811 36 2018

Anda mungkin juga menyukai