NIM : 291418045
Observasi masalah terkait etika jurnalistik di Indonesia, salah satunya bisa kita
amati melalui pemberitaan kasus “Anak Ahmda Dhani yang Terlibat Kecelakaan
Maut di Tol Jagorawi” yang terjadi pada tahun 2013 silam. Salah satu masalah
pelanggaran etika jurnalistik pada pemberitaan kasus ini bisa kita lihat pada berita
Tribunnews.com ini? Pelanggaran pada berita ini terletak pada paragraph pertama,
yang berbunyi :
Kalimat pertama ini telah mewakilkan jika berita ini telah melanggar kode
dua poin dalam penafsiran dari pelanggarn Kode Etik Jurnalistik pasal 5 ini yaitu: (1)
Identias, merupakan kumpulan semua data dan informasi yang terkait seseorang dan
dapat memudahkan orang lain untuk melacaknya; (2) Anak, dalam hal ini adalah
mereka yang berusia kurang dari enam belas tahun dan belum menikah.
Tribunnews.com, “Putra musisi Ahmda Dhani, AQJ (13 tahun)”. Jadi, AQJ Si
Tersangka Anak ini dia masih berusia tiga belas tahun dan secara regulasi dia
memenuhi syarat sebagai anak yaitu berusia kurang dari enam belas tahun dan belum
menikah.
menyamarkan atau tidak menyebutkan nama jelas dari tersangka anak, melainkan
hanya menyebutkan inisialnya yakni AQJ. Tetapi, berita ini melanggar dengan
“Putra Musisi Ahmad Dhani”. Orang Indonesia pasti tahu bahwa Ahmad Dhani
merupakan musisi terkenal Indonesia yang mempunyai tiga anak yang terkenal
dengan sebutan, Al, El, dan Dul. Jadi, siapakah AQJ sebenarnya ? Apakah Al, El,
atau Dul? Mari kita lihat pada umur tiga belas tahunnya, dan ternyata AQJ adalah
inisial dari putra bungsu Ahmad Dhani yaitu, Dul yang berusia tiga belas tahun.
Jadi, portal berita online Tribunnews.com ini telah melanggar kode etik
jurnalistik pasal 5, baik itu identitasnya maupun juga dari segi usianya. Tidak sampai
pada portal berita online saja, pelanggaran ini diperparah pada tayangan-tayangan
televisi yang menampilkan video berlangsungnya kejadian. Jika di media online, foto
yang dibagikan pada berita hanya menampilkan mobil Si Pelaku yang telah menabrak
korban lain di Tol Jagorawit yang menewaskan kurang lebih tujuh orang. Namun,
jika melihat pada pemberitaan di TV, dapat kita jumpai wajah dari AQJ tanpa sensor.
Ini menunjukka bahwa telah terjadi pelanggaran kode etik jurnalisitk, karena wajah
siaran yang berifat live maupun tidak, dan pada program acara yang bersifat
interview.
Kesimpulannya adalah tidak hanya pada berita online pelanggaran kode etik
jurnalistik yang terdapat dalam kasus ini, melainkan pada tayangan TV yang memuat
tersangka tanpa sensor sama sekali, bahkan secara terang-terangan. Bisa dilihat