Anda di halaman 1dari 33
g ditor: T Carunia Mulye Fircshwusy Buku Obor ~ OPTIMALISASI KEBIJAKAN PENERIMAAN DAERAH Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT) i imaan Daerah /Mandala Harefa; Sony Hendra imalisasi Kebijakan Penerimaan Daeral a ! — Pommaaa; Dewi Restt Mangeswuri; Hilma Mcilani; Editor: Prof. Carunia Mulya Firdausy, MADE, Ph, D., APU.—Ead. 1; Cet. 1.—Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2017 xii + 122 him; 15,5 x 23 cm ISBN 978-602-433-581-6 Judul: Optimalisasi Kebijakan Penerimaan Daerah Mandala Harefa; Sony Hendra Permana; Dewi Restu Mangeswuri, Hilma Meilani Copyrights © 2017 Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang All rights reserved Penerbitan ini atas kerja sama Yayasan Pustaka Obor Indonesia dengan Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Cetakan pertama: Desember 2017 YO!: 1471,36.25,2018 Desain sampul: Rahmatika Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jin, Plaju No. 10, Jakarta 10230 ‘Telepon: +62 (O)21 31926978, 31920114 Faksimile: +62 (0)21-31924488 Email: yayasan, obor@ebnnetid Website: wwwoboronid © TIMALISAS! KEBLJAKAN ENERIMAAN DAERAH uku dengan judul Optimalisas! Kebijakan Penerimaan Daerah, dilatarbelakangi oleh harapanadanya kemandirian fiskal bagidaerah melalui penggalian sumber pendanaan yang ada, sesuai dengan potensi dan keadaan daerah masing-masing agar dapat meningkatkan pendapatan asli daerah untuk membiayai rumah tangganya sendiri. Saat ini pajak daerah, sebagai salah satu sumber pendanaan bagi daerah, secara rata-rata nasional masih belum mampu memberikan kontribusinya yang besar bagi pembentukan pendapatan asli daerah. Untuk itu masih diperlukan.upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah dalam rangka Mengoptimalkan penerimaan daerah. Setanjutnya pengelolaan keuangan, yarig'sSlah satunya bersumbef qutj Bajak daerah, harus dilakukan secara komprehensif dan terintegrasi mulai dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. YAYASAN PUSTAKA OBOR INDONESIA ISBN 978.602-433-581-6 JJ. Plaju No.10 Jakarta 10230 Telp. : (021) 31926978, (021) 31920114 Faks. : (021) 31924488 e-mail : yayasan_obor@cbn.net.id M338 16 website > www.obor.or.id BAGIAN PERTAMA KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL DALAM UPAYA KEMANDIRIAN ANGGARAN Mandala Harefa A, PENDAHULUAN Kebijakan desentralisasi fiskal secara resmi dimulai pada tahun 2001. Penetapan tersebut diawali dengan pengesahan Undang- Undang (UU}_Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah serta ULNomor25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (PKPD). Hingga kini, kedua regulasi tersebut sudah mengalami beberapa kali revisi hingga yang terakhir Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah serta Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Pada waktu permulaan dibentuknya undang-undang tersebut, beberapa pihak berpendapat bahwa kebijakan tersebut terlalu cepat. Namun demikian dalam perkembangannya banyak pihak yang mendukung dan menghargal kebijakan desentralisasi fiskal, walaapun masih banyak kekurangan. Darl berbagai pandangan menyatakan bahwa dengan segala tantangan dan kendala yang dihadapi, implementasi kebijakan tursebut di daerah cukup berhasil dan dapat dijadikan Jaboratorium mengingat geografi wilayah serta besarnya jumlah penduduk dengan berbagai macam kondisinya, Namun 3 Kebijakan Desentralisasi Fiskal dalam Upaya Kemandirian Anggaran (C. PENERIMAAN DAERAH DAN PERMASALAHANNYA, Berdasarkan undang-undang dan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait implementast otonomi daerah, maka APBD merupakan instrumen_penting dalam pengelolaan keuangan daerah. Kebijakan pengelolaan APBD yang memiliki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah dalam pelaksanaan program perencanaan pembangunan. Namun demikian APBD secara teknis dipakai sebagai instrumen dalam menentukan target pencapaian pendapatan dan pengeluaran. Dengan demikian akan membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, pengesahan dalam pengeluaran, sebagai sumber pengembangan untuk evaluasi kinerja, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai satuan kerja pemerintah daerah. Pada dasarnya sumber penerimaan daerah terdiri atas PAD, dana perimbangan, dan_ pendapatan lain yang sah. Peningkatan kemandirian daerah sangat erat kaitannya dengan kemampuan daerah dalam menghasilkan PAD. Semakin tinggi kemampuan daerah dalam menghasilkan PAD, maka semakin besar pula diskresi daerah untuk menggunakan PAD tersebut sesuai dengan aspirasi, kebutuhan, dan prioritas pembangunan daerah. Peningkatan PAD tidak hanya menjadi perhatian pihak eksekutif, namun legislatif pun berkepentingan sebab besar kecilnya PAD akan mempengaruhi struktur gaji anggota dewan. Meskipun pelaksanaan otonomi daerah sudah dilaksanakan sejak 1 Januari 2001, naniun hingga tahun 2009 baru sedikit pemerintah daerah yang mengalami peningkatan kemandirian arkan data yang keuangan daerah secara signifikan. Memang bere dikeluarkan Kementerian Keuangan, secara umum_ penerimaan PAD pada era otonomi daerah mengalami peningkatan yang cukup Signifikan dibandingkan dengan era sebelumnya. Namun demikian, masih banyak daerah yang masih tergantung kepada pemerintah pusat. Hal ini terkait masalah kemampuan daerah wv ah erimaan Daeral i Kebjjakan Pen Optimalisasi : ijadil kurang memiliki potensi yang dijadi . Sumbe,. dalam menggali oe sumber penerimaan yang merupakan Pap ir Sumber- penerimaan. dapa' i sektor, terutama dari sumber daya alam sepel ee en eee 7 ‘aia mineral, hutan, Perkebunan : yang dimiliki daerah, sepel ti ntunya daerah yang tidak Memilik an perikanan laut atau parawisata, a aufsllitel telah ia te machinist faker jaanan lain. Sehingga, Semakin diuk “el tls pha pemerintah pusat dibandingkan PAD, maka didai aie ketergantungan daerah tersebut kepada pusat. Hal i ini berarti derajat desentralisasinya lebih rendah, karena transfer fiskalnya masih besar, dapat mengurangi dalam hak ketergantun intahan untuk mendorong Peran serta Masyarakat dalam Pembangunan, Serta meningkatkan kesejahteraa dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan, Indikator ketergantungan fiskal Pemerintah laerah dapat eR dilakukan dengan mengukur Kinerja/kemampuan Cuan, : ed ‘ 7 jai Pemerintah daerah day mMengukur kesiapan Pemerintah dacran 1S dalam menghadapj otonomi daerah Khususnya di bidang key ange, 8 u Ngan, 20 2 ow Pe —__ s Mudrajad nineoF0, toner dan Yembay an Daerah OrmMasi Perey a Strategi Dan Peluany Jakarta: fH lanyya, 2004, " M Mlormas: Ber oe YK 12 Reonjakan Pesentaksas Fehal Hai LiBava REIAHHIHAH Ahgdaran capac dkur dard sebetapa AnH heHiaHi tial péHiHiayaan bila didanai sepenutaya ately BAD han Hapt Hell Menahie KOLA /KRHIAI Ii ketdtiat pemerintah daerah dapat ctilakubatt dengan Wen iiiialei Hi ikatot derajat desentralisasi fiskal® Sedanghan With Weld) kieiapat petierittah daerah dalam menghadapr olonant dieiah khisieiva di bidang keuangan, dapat diukur dae seberapa lah keiiatiptian petibiayaan urusan bila didanai sepenubnya alot PAD dan agi Hagil? Dalam upaya Meneiplahan ketianditian daerah, PAD menjadi faktor yang sangat penting di mata PAD akan menjadi sumber dana daxi dacrah senditi, Nanun demikian, realitas menunjukkan bahwa PAD hanya mampu membiayal belanja pemerintah daerah paling tinggi sebdesar 20%." Ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat masih cukup tinggi. Apabila pemerintah terlalu menekankan pada perolehan PAD, maka masyarakat akan semakin terbebani dengan berbagai pajak dan retribusi dengan maksud “pencapaian target”. ° Menurut Halim,° ciriutamasuatudaerah mam} otonomi adalah (1) kemampuan keuangan daerah, vane bererd docs tersebut memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangannya sendiri untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan; (2) ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin. Oleh karena itu, PAD harus menjadi sumber keuangan terbesar yang ° Richard A. Musgrave & Pegy B. Musgrave, Public Finance in theory and Practice, edisi ke-3, Tokyo: McGraw Hill International Book Company, 1980. 7 Sonny Sumarsono, Manajemen Keuangan Pemeriatah, Yogyakarta: Graha Iimu, 2010 % = Mudrajad Kuncoro, Metode Rivet Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta: Erlangga, 2007, him. 2. 9 Widjaya, HAW, Penyelengyaraan Otonomi di lydonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005, Abdul Halim, Bunga Rampal Manajemen Keuangan Paerad, Jogiakarta: UPP AMP YKPN, 2001, him, 24. 4 Optimalisasi Kebijakan Ponorimaan Daerah didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerap, Kedua ciri tersebut akan mempengaruhi pola hubungan antar, pemerintah pusat dan daerah. Dengan demikian secara akaderis, bentuk hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah harys sesuai dengan kemampuan daerah dalam membiayal pelaksanaay, pemerintahan. Oleh karena itu, untuk melihat kemampuan daerap, dalam menjalankan otonomi daerah, salah satunya dapat diukyy melalui kinerja keuangan daerah. Jenis rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD adalah rasio kemandirian, Menurut Halim, gambaran citra kemandirian daerah dalam berotonom( dapat diketahui melalui beberapa besar kemampuan sumber daya keuangan untuk daerah tersebut, agar mampu membangun daerahnya, disamping mampu pula untuk bersaing secara sehat dengan kabupaten Jainnya dalam mencapai otonomi yang sesungguhnya."* Upaya nyata di dalam mengukur tingkat kemandirian yaitu dengan membandingkan besarnya realisasi PAD dengan total pendapatan daerah. Secara konsepsional, pola hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, harus dilakukan dengan kemampuan keuangan daerah dalam membiayai pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan, walaupun pengukuran kemampuan keuangan daerah ini akan menimbulkan perbedaaan. Ada empat macam pola “hubungan situasional” yang dapat digunakan dalam pelaksanaan otonomi daerah, terutama pelaksanaan Undang-Undang nomor 25 tahun gan Antara Pemerintah Pusat dan Daerab. Paul Hers ey dan Kenneth Blanchard mengemukakan mengenai pola ——___ 11 Abdul Halim, gy Akuntansi s Sal ektor emba Empat, 2002 Publik Akuntonsi Keuangan Daerah, joka" BAGIAN KEDUA PROBLEMATIKA DAN UPAYA OPTIMALISASI PAJAK DAERAH Sony Hendra Permana A. PENDAHULUAN Era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal di Indonesia mulai berlaku sejak tahun 1999, sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Semenjak saat itu terjadi pengalihan tanggung jawab dan kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintahan daerah sebagai suatu langkah yang strategis dalam rangka mengatasi permasalahan lokal yang berupa ancaman disintegrasi, kemiskinan, ketidakmerataan pembangunan, rendahnya kualitas hidup masyarakat, dan masalah pembangunan sumber daya manusia serta dalam rangka menyongsong era globalisasi ekonomi dengan memperkuat basis perekonomian daerah.! Dengan lahirnya otonomi daerah ini diharapkan dapat memberikan kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah daerah terutama dalam mengatur pembangunan daerahnya sendiri. Pelimpahan kewenangan tersebut juga diikuti dengan penyerahan BE 1 7 natlasme, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta: ANDI, 2002, 33 agate rimaan Daerah alisos! Kenijakan pene! enyerahan basis-basis pe, f anaanberupapeny™ isme transfer k, Palka, naan melalui ~ stale 7” dae Nomor 28 T tion, Masih adany anisme tran, eS goltows une jmbangan_ untuk ‘fey quu PP esta a8 ean kepada pertim ang Menguran (tans Pai? ke acral’ didasarka vain terjadi baik antar daerah (horisone vhengan Und g mung! etimpanga” i antara pemerintah pusat dan daerah (ertiy paru ini ter imbalances) mauP™ ! pidang dese imbalances) ka pemberian otonomi yang lebih luas kepag sangat fund rangka a a en 7 hidang Keuangan, pemerintah daerah gp, dan daerah daerah terutama dl 7 er ng lebih ali sumber dana yang ada sesuai de, ™ wewenang untuk menBBe Sain Leak Ngan *untabilit potensi dan keadaan daerah_masing-ma . 1884 nantiny, Selain itu, dapat_meningkatkan pendapatan asli daera untuk membiayai menjadi cl rumah tangganya sendiri. Lahirnya Undang-Undang Nomor 18 Tahy sudah dit 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah meningka diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 sebagai dan sekal perwujudan dari desentralisasi fiskal merupakan salah satu upaya penerima untuk memberikan kewenangan bagi daerah agar dapat mencari earmark) pendanaan untuk membiayai rumah tangganya sendiri. Undang- sear undang ini menerapkan konsep desentralisasi fiskal dalam bidang ine ig perpajakan daerah yang mengatur ketentuan-ketentuan pokok yang adeal memberikan pedoman kebi ‘ apat di apeiien me kebijaksanaan dan arahan bagi daerah dalam oa an patak de aia ; fied tea ene n pajak daerah dan retribusi daerah. Selainitu undang gaturan yang ct saxlet . umm perpajakan oe cukup rinci untuk menjamin prosedut otonomi lan retribusi daerah. De ; ; Pemerintah provinsi mau 7 Haespabalam undlang-uneaNes fete pun ke 2 tel untuk berkreasi dan me a Bbupaten kota, diberikan keleluase ahi emungut jenis pa belum dipungut oleh tingkat But jenis pajak daerah baru sepania"’ Pusat. , , ‘atan inta . al Rak Fada tahun 2099, p, Pemerintahan lainnya. os ‘akyat Rey ) Pemerinta Yat Republik Indonesia Pron bersama Dewan Perwakilat gece. | RI) menetapka dang Syuk 2 ko Tita Netapkan Undang-Un Ren Nt Haryante, tal Khem Asustus 2015, 1 eee aret2017) "HOId/ Artikel n al Seutuhnya’, (mi) kel/dosentralis al Seutuhny 0 seutuhnya, diakse a 4 srimaan Daerah Kebijakan Pere! n Kewenangannya day sea ngutannya NP care c ALA} DAERAH PERMAS. INS] ~_[pRovINS! secara ur Jenis Pajak Sistem —~ aes pembaneun os Pemun, ini mengandale u “YPajak Kendaraan | oy tm 7 nan [sef assessment Micay pembangunan jBermotor __ assessme, pBN Tahun ———ent (| BeaBalikNama | offcg, A RpLs! —Treifassessiment sebesar RP: E Kendaraan ssessmeny jak mencapa ai Bermotor P m jBermotor___| jak menyul | ————_ aja seffassessment Pajak Bahan |sefesna a ara” DENE — Pajak Hiburan Bakar Kendaraan neg aa negara ini tidal Bermotor ksploita ee official assessment | Pajak Ai official mee Pafok Reka Permukaan assessment negeri. Pajak. kPenerangan _|selfassessment Pajak Rokok self assessmen, masyarakat ag sam berupa jalan, Jalan é Pajak Mineral Bukan | selfassessment fasilitas pendi | Logam dan Batuan umum lainny Pajak Park self assessment Dengan demi Pajak Air Tanah official assessment = dapat menin ln Sarang Burung masyarakat.™ Malet | Namut Fajak Bumi dan loficial assessment a Bangunan Perdesaan ‘aera satin dan Perkotzan menggantun, t—< e Bea Perolehan Hak —____|—__——_} untuk beber: as Tanah dan Kota Batam, [Bangunan k mnan 3 ‘ota bi Stes tag as esar la 4a Undang Nomor 29 Ht , besar dal, ‘mor 28 Tahun 200: busi Daer™ ‘alam tentang Pajak Daerah dan Retribu! daerah yan, BS Se’ Vy Kementeri Bimsky Kh 014, him, Problematika dan Upaya Optimalisasi Pajak Daerah pERANAN PAJAK DAERAH BAGI PEMBANGUNAN DAN © ERMASALAHANNYA secara umum, pajak memiliki peran yang sangat penting pembangunan suatu negara. Hampir di seluruh negara di dunia bag! hele a, ‘ . ni mengandalkan pajak sebagai sumber utama dalam membiayai inh n di negaranya. Untuk Indonesia, berdasarkan realisasi nembangunal ApBN Tahun Anggaran 2016, total penerimaan negara dan hibah sebesat Rp1.555,1 triliun rupiah sementara penghasilan dari paiak mencapai Rp1.285 triliun. Angka ini menunjukkan bahwa paiak menyumbang 82,6% terhadap pembentukan penerimaan negara.” Dengan demikian dapat diartikan bahwa pembangunan negara ini tidak mungkin dijalankan tanpa pajak, meskipun dengan mengeksploitasi sumber daya alam secara maksimal dan utang luar negeri. Pajak merupakan “motor penggerak” kehidupan ekonomi masyarakat agar mampu menyediakan berbagai prasarana ekonomi berupa jalan, jembatan, pelabuhan, air, listrik, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas keamanan, dan berbagai kepentingan umum lainnya yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pajak secara langsung dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraai masyarakat."® Namun demikian peranan pajak daerah bagi pembangunan. daerah saat ini masih kecil karena umumnya pemerintah daerah masih menggantungkan kebutuhan fiskalnya dari dana perimbangan, kecuali untuk beberapa daerah seperti Kabupaten Badung, Kota Surabaya, Kota Batam, Kota Tangerang Selatan, Kota Bandung, dan beberapa kota besar lainnya yang memiliki komposisi pajak daerah yang cukup besar dalam penerimaan anggaran daerahnya (PAD). Peranan pajak daerah yang kecil terhadap pembangunan daerah ini disebabkan-oleh— _—_—_— " i fetnenterian Keuangan, “Realisasi APBN Per 31 Desember 2016", Op.it. sky K. Judisseno, Perpajakan (Edisi Revisi), Jakarta: Gramedia Pustakan Utama, 2014, him. 21. 45 Problernatiha dar Upaya Oplinalisasi Pajak Daereh 4 vt nent regression), diketahul bahwa setiap peningkatan Iny f ak dacral sebowar 1% hanya mampu memberikan pengaruh V pan qgkatan VAD sebenar 0,199%, Relatit kecilnya kontribust pajak penne disobabkan adanya permasalahan, di antaranya adalah, » oral 1 ma, pelayanan yang kurang memadai terhadap wajib pajak. . kali terjadi miskoordinasi antara petugas pajak penegak te dalam rangka penertiban subjek pajak dan wajib pajak dan att yang mengambil kebijakan berkaitan dengan pajak tidak a aktif berkoordinasi dengan Dispenda. Kedua, terbatasnya SDM petugas Dispenda balk secara kuantitas maupun kualitasnya dalam pelaksanaan pemungutan pajak daerah sehingga menyebabkan informasi dan komunikasi tentang perpajakan sering terhambat. Ketiga, masih banyak masyarakat yang tidak taat membayar pajak, namun tidak ada tindakan sanksi yang tegas dan rumusan hukum yang ada sulit dilaksanakan untuk menindak kejahatan perpajakan.” Dari berbagai penelitian tersebut terlihat bahwa terdapat berberapa permasalahan di daerah dalam hal melakukan pungutan pajak daerah sehingga penerimaan pajak daerah masih belum optimal. Berbagai permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan Kepatuhan wajib pajak dalam membayar dan melaporkan pajak merupakan salah satu permasalahan yang sering kali dihadapi oleh pemerintah daerah. Rendahnya kesadaran masyarakat akan kewajiban perpajakan ini seringkali disebabkan ketidaktahuan masyarakat akan aturan_ perpajakan, seperti undang-undang dan peraturan pajak (tax law), kebijakan pajak (tax policy) dan administrasi pajak (tax administration). Dalam hal undang- ‘undang es #2 Rina Rahmawati Ruswandi, “Analisis Pengaruh Paj Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sumedang’, Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2009, jak Daerah Terhadap Pendapatan Skripsi, Fakultas Ekonomi dan 47 a | ih ponrmaan Da0re asi rongaron pwn ' op yang umnumnya terjadi adaiay A nny? k, kesulitan peraturay eraturan pala in keadilan pajak. Dalan, sanksi dan tarif paja, dengan kelengkanan ak, mavalah as P peraturan da) yan gran pil dan pera . ait denna jumplek ter Juensi perubahan herhubungan den pajak Ire terkait hal kebijakat pala Sedangkan idan kerumit sdininistrast pala an formulir. nosisi sumber daya aparatur yang belum emadai ‘ : permclahen yang juga sering terjadi adalah permasalahan er | pada internal pemerintah daerah dalam pemungutan pajak i terutama menyangkut keterbatasan sumber Faktor internal in 5 daya manusia yang menangani masalah pajak. Umumnya spy yang tersedia belum bisa melakukan pemungutan pajak secara optimal dikarenakan belum memiliki kompetensi sebagai petugas pemungut pajak. Sebagai contoh, sampai saat ini pemerintah kota Bukittinggi belum memiliki SDM untuk melakukan penilaian aset, sehingga dalam penentuan nilai pajak masih mengalami kesulitan.® Contoh lainnya adalah dalam pemungutan pajak PBB-P2 yang belum lama dilimpahka i i eine i pahkan dari pemerintah Pusat. 'n pemerintah kota Bukittinggi menerima dana bagi hasil pajak dari Pemerintah pus dibandingkan dengan memun Pusat atas PBB-P2 lebih besar bahwa bel instruksi 5 Kompetensi dan kornp : en ‘an kota Bukittinggi emua inj dikarenakan = Selain ity, s * Biting sistem i ‘erbatasan rotasi di da era h yang sangat Daerah, 0 Republik 1 elitan, Pasay mnalisasi Penerimaan dan ndonesia, 2016, Penelitian Badan Keablian 48 Problematika dan Upaya Optimalisasi Pajak Daerah cepat akibat pergantian kepala daerah, juga ikut berpengaruh, Aparatur yang sebelumnya sudah memiliki_pengalaman dan pelatihan atau kursus sering kali dirotasi Karena bukan merupakan timpendukung kepala daerah yang baru dengan alasan penyegaran, praktek yang selama ini Sering terjadi adalah kepala daerah terpilih sering melakukan mutasi dan rotasi serta menempatkan orang-orang kepercayaannya pada sektor-sektor strategis tanpa mempertimbangkan kompetensi yang dimilikinya.2> D. OPTIMALISASI PENINGKATAN PAJAK DAERAH Tren penerimaan pajak daerah secara nasional sebenarnya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang positif cukup besar dari Rp56,17 triliun di tahun 2010 menjadi Rp129,93 triliun di tahun 2014 (lihat Gambar 2). Angka ini akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Namun demikian masih adanya berbagai permasalahan- permasalahan seperti yang uraikan pada bagian sebelumnya menyebabkan pemungutan pajak daerah masih belum optimal, sehingga kontribusi_pajak daerah rata-rata_nasional yang masih relatif kecil terhadap pendapatan daerah. Untuk itu diperlukan upaya- Upaya agar penerimaan pajak daerah dapat lebih optimal dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi penerimaan pajak daerah. 8 * Sony Hendra Permana, “Peran Kepala Daerah Dalam Memengaruhi Daya Tarik Investasi . di Indonesia’, dalam buku bunga rampai yang berjudul Membangun deg tts! Daerah, Jakarta: Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI bekerjasama "ean Balai Pustaka, 2016. 49 26 "Mendagri Publik; Optimalisas! heer n pajak atas usaha Pen, mungutal Ro} nan Pel ' lah, terhadap kemungl . han jenis industri?” ya kebijakan penambahan Jenis ban, Pajay. Dengan agar is akan berpengaruh kepada UU PpRp tomatis n maka secara ol kan jel if dal, telah ie pengkajian yang Komprehensif dalam metajy, itu diperluka jak Yang DRD. Penge bahan UU P peru perhatikan kemudahan investag; di baru ini juga harus ea ane 143 Perda alau Peraturan Kepala daerah. Kejadian punta eae 2016lalujanes ee Lacbonn ear aestinenl dari aturan-aturan terseby, aia investasi, di mana sebanyak gata Perda atau Perkada kabupaten/kota yang dicabut atau direvisi Menteri Dalam Negeri (Mendagri), 111 peraturan ao putusan Mendagri yang dicabut atau revisi oleh Mendagri, dan ec Perda atau Perkada kabupaten/kota yang dicabut atau direvisi Gubernur.* Hal ini menunjukkan bahwa daerah hanya berfokus pada bagaimana menarik dana sebesar-besarnya dari masyarakat tanpa memperhatikan pengembangan investasi di daerahnya. Padahal dengan semakin besarnya investasi yang masuk ke daerah akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi daer: meningkatkan kegiatan ekonomi Masyarak: akan meningkatkan Penerimaan daerah mel ‘ah sehingga ‘at yang pada akhirnya lalui pajak daerah. E. PENUTUP Otonomi daerah te} ah Memberikan kewenan| kepada pemerintah daera gan yang lebih luas h terutama dalam Mengatur pembangunan Puimalisasi p, ada ——_____ 27 1G. Sigit Murwito, “Pajak Pengelolaan’, makals tanggal 8 April 2016 Daerah a ‘ah: Oy ‘enerimaar + dlsampaikan pada Gp deng nN dan Efektivitas an badan Keablian DPR RI asikan 3.143 Perda en 4 Fark Dicabut dan Divevist Pemerintay# tnt ny ‘ wedetik com/bertta/azin 17/mendaar, rubieehoe aia p iB dicabUL-atau-direyiy) Pemerintah, diaksey 29 Aaustus zoi6) “s 62 : z» any s pajak daerah secara closed-lise, Unt nis \ | | \ | \ | | | FO Problematika dan Upaya Optimalisasi Pajak Daerah Pemerintah daerah diberi wewenang untuk ana yang ada sesuai dengan potensi dan keadaan asing-masing, sehingga nantinya dapat meningkatkan PAD qaerabnya sendiri. enggali sumber de mi gaerah ™ a ; tak membiayai rumah tangganya sendiri, salah satunya melalui wi paiak daerah. sampai saat ini banyak daerah yang Namun_ demikian, masih ketergantungan yang sangat tinggi dengan bantuan transfer pemerintah pusat untuk membiayai pemerintahan dan pembangunan didaerahnya. Hal ini salah satunya disebabkan berbagai permasalahan sehingga daerah belum optimal dalam melakukan pemungutan pajak. permasalahan yang paling besar adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dan rendahnya kompetensi dan komposisi aparatur di daerah. Selain im juga masih ada ketimpangan_pajak antara_pusat dan daerah _ yang tercermin dari jumlah seluruh penerimaan pajak daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota hanya sebesar 1 2,46% dari realisasi penerimaan pajak pemerintah pusat. Untuk itu diperlukan adanya suatu upaya perbaikan agar pemungutan pajak daerah lebih optimal sehingga mampu memberikan kontribusi yang besar bagi penerimaan_daerah. Upaya intensifikasi pajak daerah melalui perluasan basis penerimaan, memperkuat proses pemungutan, meningkatkan pengawasan, efisiensi dan perencanaan yang baik perlu dilakukan. Pada saat yang sama juga perlu dilakukan ekstensifikasi perpajakan daerah. Selain itu upaya ekstensifikasi dengan penambahan jenis baru pajak daerah juga perlu dilakukan, a — tetap ‘memperbatikan kemudahan berinvestasi di a Geena perbaikan UU PDRD menjadi kebutuhan ae lebih optimal dalam melakukan tugasnya di bidang eee ooapen mampu memberikan kemandirian bagi embangun daerahnya. Optimalisasi Kebjjakan Penerimaan Daerah I Pajak J. Pajak Hotel Kabupaten /Kotx [3 Pajak Hiburan 4 Pajak Reklame Spee 6 Poke Mirra i 6 Tank Peng coin 2096 [7 Pj Pari Palkia Ee else 20% Bahan Galian G 7. Pajak Parki rang Burung Wak 10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 11. Bea Perolehan Hak Atas 7 ranah dan Bangunan an yang Program dengan target daerah yaitu menggambarkan tingkat Pencapaian hasil t yang ditetapkan. Analisis efektivitas Pajak analisis yang _menggambarkan kemampuan Pemerintah daerah dalam Merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan poteng| nil daerah.4 Kontribusi adalah besaran Sumbangan yang dibey ikanatas sebuah Kegiatan yang dilaksanakan Analisis kontribusi Pajak daerah adalah suatu analisi digunak; an UNtUK Menge yang dapat disumbangkan ¢ ‘APA besar kontribusi yang rimaan pajak terhadap PAD. '® “Spajak dacrah Kota Bukittinggidilakukan ‘lisasi pajak daerah terhadap target, selain per “ntuk’ mengetahui- kontribusi tahui seber ari pene Ban efektivit untuk Mengetahui ye, itu juga dilakukan rhitungan 14 Abdul Han Salemba 15 Irsandy 0, Sumber py Im, AKUMONSL Sekt Publik mpat, 2004 ‘ovido, CL. “Analiniy ‘endapatan Asli Daerah Kou 1, Oktober 2014 kart Akuntansi Keuangan Daerah, | ih sebagel Wits daw Kontribust Pajak — " Bat’ Jurnal Admuinisteasi Bisnis, 0 Ete be Kontribusi Pajak Daerah : pels dan forhaday ‘andapatan Agi one sh y ajak daerah terhadap PAD pemorint rextvitas pajak daerah dan kontril e pap dilakukan dengan:'” ase (%) re: . peritun persentase (%) realisas) Penerimaan pajak daerah, reshadap target penerimaan pajak daerah untuk smengetabul cfetivitas pajal daerah menggunakan persamaan berikut: al Kota Hulittingys, AWAlisiy Dust Palak davral terhadap asi pajak dasron Efekttwitas pajak daerah et pa fai dawran © 190% = Malisasl pojak daerah =F aR Efektivitas pajak daeral = % 100% (2) Untuk mengukur nilai_ efektivitas digunakan kriteria berdasarkan Kepmendagri No.690.900.327 Tahun 1996 tentang pedoman Penilaian Kinerja Keuangan dalam Tabel 2.'” Tabel 2. Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan [_Persentase Kinerja Keuangan (%) Kriteria | \ Diatas 100% Sangat efektif | 90% - 100% Efektif 80% - 90% Cukup efektif = 60% - 80% Kurang efektif | \ Kurang dari 60% Tidak efektif — Kepmendagri No.690,900-327 ‘Tahun 1996 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Hen be Perhitungan kontribusi pajak daerah terhadap PAD menggunakan Persamaan berikut: sebagai Sumber 6 Sri Handoko, “Analisis 7; s Pajak Daerah . “Analisis Tingkat Efektivitas Pajak wrah, Vol. 1, No. 1, Pe . | agis°P8#8M Ast Daerah Kota Pontianak’, Jurnal Ekonomi Dae jon } Ab fo he Halim, Op.Cit, 91 Optimalisas! Kebijakan Penerimaan Daerah peausan Pmerimaon PAJOKDOETI 5 yy, torhadap PAD =~ GeatisasiPenerimaan PAD peausan Pangan PajakDOSTOA «+ 497 e p PAD = ~~ fealisasi Fanerimaan PAD oneribust Pajak Daerah Kontribust Pajek Daerah terhade, gukur rasio kontribusi secara lebih rinci digunakan isipol UGM tahun 1991 tentang disusun dalam Tabel 3. Untuk men, kriteria Tim Litbang Depdagri-Fi Klasifikasi kriteria kontribusi yang erpretasi Kriteria Kontribusi Tabel 3. Int Persentase Kriteria | 0,00 - 10% Sangat Kurang | 10,10% - 20% Kurang [___20,10% - 30% Sedang 30,10% - 40% Cukup Baik 40,10% -50% Baik | Diatas 50% Sangat Baik Sumber: Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM Tahun 1991 | c KONDISI UMUM KEUANGAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI Pem euangan ea Bukattingai dalam pelaksanaan pengelolaan 2003 tentang Keuan, loman pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun cane ecu ae Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tahun 2005 tentang Peng egara, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Dalam Negeri (Permendi olan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Nomor 59 ‘Tahun sd Nomor 13 Tahun 2006 jo. Pemendagti ae dan secara pill at Pengelolaan Keuangan ukittinggi di olaan keuan; ta 03 ed dalam Peraturan Daerah Kota Se ntang Pokok-Pokok Pengelolaan na Daerah. 92 ——— ee dan Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Perdapalan Asti Daerah (PAD) q ¥s dal oui in Kevangan Daerah Kota Bukittinggi dilaksanakan dalam sistem terintegras! diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun suat*van dengan Peraturan Daerah, APBD merupakan instrumen P agelolaa tal . menjamin terciptanya disiplin dalam proses pengambilan yan keputusan terkait dengan kebijakan pendapatan maupun belanja daerah."” Dasar hukum dalam penetapan pajak dan retribusi daerah adalah Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang merupakan perubahan dari Undang-Undang No. 34 Tahun 2000. UU No. 28 Tahun 2009 tersebut mengatur jenis pajak dan retribusi daerah yang dapat dipungut dan besaran tarif maksimal yang dapat dibebankan. Regulasi pemungutan diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) yang diterbitkan oleh pemerintah daerah. Penggalian sumber-sumber keuangan daerah tersebut, khususnya yang berasal dari pajak daerah pada dasarnya perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu : 1) dasar pengenaan pajak, dan 2) tarif pajak. Untuk besaran tarif, bersifat definitif yang diatur dengan Perda, namun tidak melebihi tarifmaksimum yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang. Terdapat 11 (sebelas) jenis pajak daerah yang diatur dalam UU No. 28 Tahun 2009. Dari jumlah tersebut yang telah dipungut oleh Pemerintah Kota Bukittinggi sebanyak 8 (delapan) jenis pajak, sementara untuk 2 (dua) jenis pajak yang tidak dipungut yakni pajak mineral bukan logam dan batuan, dan pajak sarang burung walet, Serta 1 (satu) jenis pajak yang baru dipungut pada tahun 2014 yaitu Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan. 1. Perkembangan Penerimaan Pendapatan Asti Daerah PAD terdiri atas: (a) Pajak Daerah, (b) Retribusi Daerah, (c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisabkan dan (dl) Lain- aed ? 19 Pemerintah Kota Bukittinggl, Rencana Rembanguuan Jaxgke Menengah Daerah (RPIMD) Kota Bukittingyi Tahun 2010 ~ 2021 Mukittingge Pemerint Bukittingg), 2016. DS} oe "| mente Dace [: om 2 —E ih optimanieas! Kebijakan Penorimaan Daeral tan Asli Daerah yang, sab ‘Target penerimaan daerah ari sumber PAD selama kurun waktu 5 tahun pada Tabel 4. Jain Pendapa Kota Bukittings! d. (2011-2015) tercantuin fabel 4. Target VAD Kola Hukittingg! Tahun Anggaran 2011-2015 ‘Tahen 2011 Tats 2092 poe Distrib) (He Distr) ‘aman 2015 (Ch iatribusi | ‘tahun 2014 (% Distribasi) ‘Tahoe 2093 (6 Wet iowst) 16.962.218901 | 27855512078 1482118904 (454%) (14.5%) 17 ven 000 | 205024972642 (925%) (810%) (11.50%) vamoasrss 772 | TATOOS (71%) (35.04%) 20500506821 | 20372520431 (33.24%) (32.29%) 19020.090.049 (481%) rom imnoss | s2snora9% | 2294547000 | 3452740700 | 4172921853 1+ | ria Penge | | xotcayaam Daerah | (6.79%) (65m) (592%) (670%) (651%) | mopman Lami Paby_san | wororseox6 | 0200000000 | 620900000 | 9642831500 | 10688703750 (17.79%) (16.79%) (15.02%) (15,5296) (07.00%) | ‘TOTAL | sazsneon | 49310200400 I 54616355950 | 60578297922 | 63.089.666112 ‘Sumiber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Bukittinggi, diolah Target penerimaan daerah Kota Bukittinggi dari sumber PAD tahun 2015 sebesar Rp63,09 miliar. Target PAD Kota Bukittinggi masih didominasi oleh target penerimaan yang berasal dari pajak daerah. Pada tahun 2011 target pajak daerah sebesar 38,13% dari PAD (Rp17,17 miliar), meningkat menjadi 41,58% (Rp20,50 miliar) pada tahun 2012, naik menjadi 44,25% (Rp24,18 miliar) pada tahun 2013, naik menjadi 44,54% (Rp26,98 miliar) pada tahun 2014, dan turun menjadi 44,15% (Rp27,85 miliar) dari PAD pada tahun 2015. Sementara itu, target penerimaan retribusi daerah terhadap PAD tahun 2011 sebesar 37,33% (Rp16,81 miliar), namun terus menurun tiap tahun, dan pada tahun 2015 target menjadi sebesar 32,29% (Rp20,37 miliar) dari PAD. Realisasi penerimaan daerah Kk Da dan Kontribust Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asi p ‘Sl Daerah (p, "AD) pukittingsi dari sumber PAD so}, ‘ama kur 1.2015) tercantum pada Tabel 5, un waktu § tahun eo! abel S Realisasi PAD Kota Bukittinggi Tahun Anggaran 204 1-2015 ‘Tahun 2012 ‘Tahun 2011 Tahun 2019, Tahun 0 (sdierbon) | ecoisruay | oxime, ‘Taman , -————__} oes) 17.828.663.097 | 19.048.460.300 | 22.560.666.u14 en sooune | zr4005 (42.60%) (43.57%) (40.87%) wee aes —j—___|_Ws 96350) 12691.768643] 14740993711 | 16593461861 | 1792726000 | ogc] taname) | 02am) | enemy | Gosonyt | 172223905 | 72% sore.1s00se | 2892360763 | soy mio262 | ansan 62 | 245274070 | 9 (7.48%) (6,35%) (6.69%) (Gs%) ee areogl 7.703.485.069 | 8.068.201.2968 | 12.357.643.668 | 10.143535061 | 061 | oss | a7) | 2360) | “araomy | PE | 40592.603.106 | 4558025072 | 55.203591.605 | sooo4ass.s0 | casvasasaze sonber Dinas Pendapatan Daerah Kota Bukittinggi, diolah Realisasi PAD Kota Bukittinggi tahun 2015 sebanyak Rp62,58 miliar dengan rincian: Pajak Daerah sebesar Rp29,02 miliar, Retribusi Daerah sebesar Rp17,03 miliar, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan sebesar Rp3,88 miliar, dan lain-lain PAD yang sah sebesar Rp12,66 miliar: Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya PAD tahun 2015 Kota Bukittinggi mengalami kenaikan sebesar Rp3,57 miliar. Peningkatan PAD ini dikarenakan meningkatnya sumbangan semua sumber-sumber | Yang membentuk PAD.” | fe Perkembangan Penerimaan Pajak Daerah Pajak daerah menjadi komponen PAD yang memberikan Mtribusi yang besar dibandingkan retribusi daerah, hasil oa seg sat Statistik Kota Bukittinggi, Kota Bukittinggi Dalam Angka, Bukittings! Sat Statistik, 2016, Optimalisas! Kebijakan Penerimaan Daerah pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yang sah. Perkembangan target pajak daerah Tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Tabel 6, dan lainga, Kota nan f Ukitins i Tabel 6, Perkembany n Target Pajak Dacrah Kota Bukittingy: 2011-2015 (dalam Rupiah) ‘abu, ‘wo ] bots Pen Tata wn | wn 2013 = dE te 3 1 front! | s7snson000] semazazaal oorcoooad 9016 000009 a << rel epee eae 916.000 5] 2 osrtesoan | a7sno0n000|aszeas7esa) aananmzasd = foviwran | 200000000] "so1as000) szeianood 426.144.009] } i —} "644 009] 454716374] “ frntteine | esosooee] s80s705i) oszosran * ast treeens] 2000000000 4300x2060 aaooazo. at

Anda mungkin juga menyukai