Ditemukan bahwa persentase kelahiran prematur, anemia pada persalinan,
eklampsia, perdarahan pos partum, dan berat badan lahir rendah secara signifikan lebih tinggi pada kelompok remaja dibandingkan kelompok ibu hamil dengan usia rata-rata. Insidensi kelahiran prematur pada remaja yang lebih tinggi didukung oleh penelitian dari pergialiotis et al. penelitian lain juga memiliki hasil yang mirip, yang mendukung lebih jauh temuan bahwa usia muda saat hamil merupakan faktor risiko bayi prematur. Menurut hasil dari suatu penelitian yang besar, faktor risiko lain seperti IMT, pekerjan, riwayat abortus, riwayat persalinan premtur, dan riwayat seksio caesaria berkontribusi pada tingginya insidensi kelahiran prematur. Insidensi anemia pada remaja ditemukan lebih tinggi secara signifikan bila dibandingkan dengan kelompok ibu hamil usia rata-rata. Anemia pada persalinan secara signifikan berasosiasi dengan kehamilan pada remaja. Beberapa penelitian menunjukan hubungan yang signifikan dari temuan tersebut. lebih lanjut, Ethrenthal et al menemukan bahwa wanita berusia dibawah 20 tahun memiliki resiko 1,3 kali lebih tinggi untuk transfusi peripartum dibandingkan wanita usia 20 sampai 34 tahun. Pada analisa multivariat, anemia yang sebelumnya telah dideteksi saat periode antenatal tidak berasosiasi dengan kehamilan usia remaja. Secara tidak terduga, ditemukan risiko yang lebih tingga untuk kejadian eklampsia dan perdarahan pos partum pada remaja pada penelitian ini. Berlawanan dengan hasil ini, suatu penelitian dengan populasi yang besar yang mengikutsertakan 8514 wanita primipara di prancis dan ditemukan bahwa ibu usia muda memiliki risiko yang secara signifikan lebih rendah dalam kejadian preeklampsia dan perdarahan postpartum. Beberapa faktor yang kompleks mungkin memainkan peran dalam terjadinya kejadian adverse pada outcome secara obstetrik maupun pada neonatus. Chen et al menyimpulkan bahwa peningkatan risiko kematian neonatus yang berhubungan dengan kehamilan usia remaja secara signifikan berasosiasi dengan risiko kelahiran prematur yang lebih tinggi. Sedangkan, peningkatan risiko mortalitas postneonatal secara independen berasosiasi dengan usia kehamilan pada saat persalinan. Untuk dapat mengerti asosiasi antara kehamilan usia remaja dan kejadian keluaran obstetrik adverse, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kualitas antenatal care dan faktor sosioekonomik dari populasi. Peran dari karakterisitik kehamilan usia remaja dalam menganalisa keluaran adverse masih ambigu. Faktor sosial ekonomi seperti tingkat pendidikan yang rendah, tidak memiliki pasangan, dan prenatal care yang tidak adekuat merupakan beberapa alasan yang menjadikan tingkat insidensi keluaran adverse dari kehamilan yang tinggi pada remaja. Ditambah lagi, antenatal care yang tidak baik, status nutrisi yang rendah dan kurangnya keikutsertaan orang tua pada remaja juga dianggap sebagai faktor lainnya. Namun, vinne et al menemukan asosiasi dari antenatal care yang buruk dengan outcome kehamilan bahkan setelah adanya penyesuaian dari karakteristik sosioekonomik. Kekuatan dari penelitian ini adalah populasi yang besar yang diobservasi dalam periode singkat. Penelitian ini melibatkan lebih dari 1600 wanita dalam wantu 1 tahun. Hanya ada satu studi yang dapat mencapai jumlah subjek sebanyak ini dalam waktu 1 tahun. Waktu penelitian yang relatif singkat diperlukan dan penting karena tidak mengubah protokol dari penatalaksanaan obstetrik pasien yang dapat saja berefek pada outcome maternal dan paternal. Keterbatasan dari penelitian ini adalah desain studi yang retrospektif. Desain studi retrospektif memungkinkan adanya data yang hilang pada analisis catatan medis. Namun begitu, laporan kehamilan yang ada dalam penelitian ini langsung dimasukkan kedalam database oleh tenaga medis yang kompeten dan diawasi oleh supervisor.