Bab II Stasiun Gilingan 4 PDF Free
Bab II Stasiun Gilingan 4 PDF Free
10
1.1.2 Meja Tebu ( Cane Table )
Fungsi alat untuk menampung tebu, dari lori maupun truck. Dimana
nantinya tebu akan diteruskan ke Cane Carrier yang diatur oleh
operator, untuk mendapatkan feeding yang rata, dapat diatur ketebalan
tebu yang diumpankan, dengan menggunakan Leveler.
Data meja tebu :
- Panjang , Lebar : 6,5 meter , 5 meter
- Amper : 59 A
- Motor : 380 V , 40 HP
- Speed : 3 - 15 meter/ menit
- RPM : 1500 Rpm
Perhitungan Kapasitas Meja Tebu :
A= x 6,5 x 5
= 24 x 48,75 = 1170 tcd
Dimana : S = Luas meja tebu
A = Kapasitas giling tiap jam ( ton )
Jadi kapasitas meja tebu PG Poerwodadie tersebut belum mencukupi
untuk giling dengan kapasitas 2350 Tcd
Daya power penggerak yang dibutuhkan oleh Meja Tebu tersebut adalah
T1 = 0,25 x S
Keterangan :
T1 = Power motor
S = Luas meja tebu (m2)
T1 = 0,25 x S
0,25 x ( 6,5 x 5) = 8,12 HP
11
Daya terpasang 40 Hp sudah mencukupi untuk power penggerak Meja
Tebu
1.1.3 Krepyak Tebu ( Cane Carrier )
Berfungsi untuk membawa tebu dari meja tebu kemudian dibawa ke alat
kerja pendahuluan yaitu unigrator. Cane Carrier II berfungsi untuk
membawa cacahan tebu untuk diumpankan pada gilingan I. Kecepatan
cane carrier dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Data Alat Cane Carrier I
Panjang : 25 m
Lebar : 1,5 m
Jumlah rantai : 1.140 buah
Merk rantai : Ewart 09063
Penggerak : Elektro Motor
Power : 40 HP
Voltage : 380 Volt
Ampere : 59 Ampere
Speed : 6 m / menit
12
Jadi kapasitas cane carrier PG Poerwodadie sudah mencukupi untuk
giling dengan kapasitas 2350 TCD
1.1.4 Cane Peperation ( Unigrator )
Di PG Poerwodadie pekerjaan pendahuluan dilakukan dengan
Unigrator, berfungsi sebagai pembuka sel tebu dengan cara memukul
tebu hingga hancur sehingga memudahkan dalam proses pemerahan.
Data alat unigrator :
a. Penggerak : Turben
b. Type : Horizontal, single stage
c. Tahun pembuatan : 1982
d. Rpm Turbine : 4000
e. Ratio gear : 1: 6
f. Jumlah palu : 60 buah
g. Power : 600 hp
h. Rpm Unigrator : 600
Perhitungan kapasitas Unigrator :
1. Penggerak = Turbin 600 hp
2. Kapasitas giling = 2350 tcd : 24 jam = 97,17 tch
3. Kadar sabut (ft) = 11 %
4. Jam operasi = 24 jam
5. Sabut % tebu = Kapasitas/jam x Kadar sabut
= 97,17 x11 % = 12,63 Tfh
Kebutuhan tenaga penggerak / Ton fiber perjam (Tfh)
600 hp = 440 kw
W = kebutuhan power / tfh
PI = preparation index
W= = 34 kw / Tfh
13
Maka PI yang seharusnya didapat :
PI = 63,7 . W 0,09
= 63,7 x 34 0.09
= 87,5 %
Jadi untuk PG Poerwodadie dengan kapasitas alat yang ada dapat
menghasilkan PI 87,7%
1.1.5 Kapasitas gilingan
Kemamapuan untuk menggiling tebu dalam satuan waktu ( ton tebu /
jam )
Untuk menghitung kapasitas giling menurut E. Hugot (1986)
c.n.( 1 0,06 . n .D ) L .D 2 . N
Dirumuskan : A = 0,9 x
F
Dimana A = kapasitas gilinga ton tebu / jam = 2350 tcd
C = alat pendahuluan = 1,2
N = jumlah roll = 15
n = jumlah putaran per menit = 2,17
D = diameter roll =0, 900 m
L = panjang roll = 1,829 m
F = kadar sabut tebu = 11,5 %
( ) ( ) √
√
= =
14
1.1.6 Penyetelan Gilingan
Data untuk menghitung , menggambar setelan gilingan dan ampas plat
berdasarkan atas ketentuan rencana giling 2013
Susunan kombinasi gilingannya adalah 1 Unigrator + 5 Gilingan
Kapasitas Giling = 2350 TCD
a. Kapasitas (Kis) (Q) = 2.100 Tcd
b. Fiber Indek (c) = 0,58
c. Sabut % Tebu (f) = 11%
d. Panjang Rol ( L) = 1829 mm
e. Naiknya Rol (t) = 6 mm
f. Putaran Rol (n) = 130 Rph = 2.17 Rpm
g. Putaran Mesin (N) = 50 Rpm
h. Ratio Bukaan (a) = 2,2
i. Ratio Putaran gigi = 23
j. Tekanan Hidrolik = 200 Kg / cm2
k. Tinggi gigi = 40 mm
l. Sudut α1 & α2 = 380 & 360
m. Lossing 5 %
Ø Rol Atas ( DoA ) = 900 mm
15
a. Berat sabut/jam =
= 2350 x 0,11
24
= 11260,5 kg/jam
b. Isi terusan = berat sabut/jam
Fiber index
= 11260,5 kg/jam
0,52 dm3/jam
= 21654 dm3/jam
c. Luas permukaan rol = π x Dc atas x L x n
= 3,14 x 8,60 dm x 18,29 dm x 130 rph
= 64207dm2/jam
d. Bukaan kerja belakang = isi terusan
Luas permukaan rol atas
= 21654 dm3/jam
64207 dm3/jam
= 0,3372 dm
= 33,72 mm
e. Bukaan kerja muka = ratio bukaan x bukaan kerja belakang
= 2,2 x 33,72
= 74,14 mm
f. SKS A- M = Dc atas + Dc muka + bukaan kerja muka
2
= 860 + 839 + 74,14
2
= 923.64 mm
g. SKS A- B = Dc atas + Dc belakang + BK belakang
2
= 860 + 864 + 33,72
2
= 895,72 mm
16
h. Fiber loading = BKB x fiber indek
= 0,3372x 0,52
= 0,175 kg/ dm3
= 0,155
17
S
N
P Q R
G T M F
L
J K
C
B Bottom Roll
Bottom Roll Back
Front
H I
D E
18
7. Buat garis M – C dengan sudut β1 = 12,30
19
1.1.7 Pengawasan Kinerja Gilingan
Pengawasan gilingan atau milling 20ystem20 adalah pelaksanaan
pekerjaan evaluasi terhadap kinerja Stasiun Gilingan guna mengetahui
20ystem kerja gilingan yaitu pekerjaan memerah, atau memisahkan nira
dari sabut yang terkandung dalam tebu sehingga dapat diketahui tingkat
efisiensinya.
Data- data PG Poerwodadie Periode 1 (3 – 15 Juli 2013)
T + I = Nmk + A
T + I – Nmk = A
Tebu digiling = 21.923,5 ton
Imbibisi = 6.309 ton
Nira Mentah = 22.283,9 ton
Ampas = 5.948,6 ton
NM
a. Nira Mentah % Tebu = x 100
T
x 100 = 27,13%
= x 100 = 28,77%
20
Menghitung Berat Ampas
2,78
= 100
61,8
= 4,5
% brix ampas berat ampas
c. Brix ampas =
100
4,5 5504,7
=
100
= 247,72
d. Berat ampas gil.1= Berat tebu – Berat nira gil.1 – Koreksi kotoran
= 18986,8 – 9511,05 – 133,24
= 9342,51
e. Kadar sabut ampas = ZK ampas - % brix ampas
= 49,88 – 4,5
= 45,38
Kadar sabut ampas Berat ampas5
f. Berat sabut ampas =
100
45,38 5504,7
=
100
= 2498
(100 Zk.ampas) berat ampas
g. Berat air ampas =
100
(100 49,88) 5504,7
= = 2759
100
21
% brix nm berat nm
h. Brix nira mentah =
100
10,92 18.632,9
=
100
= 2034,7
22
Tebu = 18.986,8 Ampas = 5504,7
Brix = 2282,42 Brix = 247,72
GILINGAN Pol = 153
Pol = 1584
Sabut = 2498 Sabut = 2498
23
1.1.8 Mesin penggerak gilingan
PG Poerwodadie penggerak gilingan adalah mesin uap. Karena PG
Poerwodadi masih mengunakan ketel bertekanan rendah dan mesin uap
merupakan pengerak uatama.
24
Problematika yang terjadi dan cara mengatasinya.
1. Weark bosh mesin uap bocor, dikait / diganti packing baru.
2. Ampas selip masuk gilingan, pemberian umpan diperlambat dengan
memperlambat putaran mesin.
3. Jika angka-angka pengawasan gilingan tidak tercapai, setting ulang melalui
pengecekan sogokan lubang kerja belakang , jika kurang dari penyetelan
awal, baut paju metal ditambah kaitan.
4. Tekanan hidrolik menurun (karena seal piston boncor), penambahan
tekanan dengan cara dipompa kembali sesuai dengan SOP
25