Anda di halaman 1dari 15

STASIUN PENGUAPAN

Proses Penguapan
Penguapan (Evaporation) adalah proses perubahan fase cair menjadi uap, proses ini berlangsung jika
dalam zat cair (nira) diberikan energi panas,sehingga akan terjadi perbedaan suhu yang merupakan
daya dorong dalam proses penguapan. Tujuan dari penguapan adalah menguapkan sebagian air ( ±
80%) dari dalam nira encer hasil stasiun pemurnian, sehingga diperoleh nira kental dengan
konsentrasi yang mendekati jenuh ( 32 ºBe,brix 64% ) dengan biaya semurah-murahnya dan
kehilangan gula sekecil-kecilnya. Proses penguapan air dalam nira dilakukan dalam dua tahap yaitu :
1. Menguapkan untuk memekatkan nira sampai mendekati jenuh. Tahap ini dilakukan di stasiun
pengupan.
2. Penguapan lanjut untuk menaikkan konsentrasi sampai melewati titik jenuhnya dan akan terbentuk
kristal. Tahap ini dilaksanakan pada sistem kristalisasi (Soejardi 1985).
Dalam badan penguapan, selisih suhu antara bahan pemanas dan nira yang dipanaskan merupakan
daya dorong (driving force) terjadinya penguapan, yang berarti juga kecepatan penguapan, semakin
besar selisih suhu tersebut akan semakin besar pula panas yang dipindahkan.
Suhu tertinggi nira yang diperkenankan ( < 126 ºC ) merupakan suhu dimana kerusakan sakarosa
tidak terjadi sedangkan suhu terendah sesuai dengan hampa terendah yang dapat dicapai oleh
pembuatan hampa, pada umumnya tekanan pada hampa ± 53 cmHg.
Di dalam proses penguapan yang dilaksanakan secara seri, di badan I s/d badan terakhir tekanannya
semakin rendah (gradasi tekanan dan suhu) dalam kondisi yang terjadi dengan sendirinya (karena
kesetimbangan alam), yang mana gradasi tekanan dan suhu besarnya dipengaruhi oleh kondisi di
badan penguapan.
Demikian juga % brix nira dari badan pertama ke badan berikutnya akan semakin tinggi, sehingga
titik didih nira akan semakin tinggi pula. Untuk mencegah terjadinya kerusakan dari komponen nira
maka titik didihnya dibuat rendah dengan jalan membuat tekanan pada badan penguap dibawah
tekanan 1 atmosfir (hampa).
Di PG Rejo Agung Baru mempunyai dua seri badan penguapan yaitu Evaporator Barat (Pan IA & IB
(Voor Cooker), IC, IIB, IIIB, IVB, VB) dan Evaporator Timur (IIA, IIIT, IVT, VT, dan VIT). Proses
pengoperasian penguapan dengan cara Pre-Quadruple Effect dan Pre-Quinntiple Effect dimana
masing-masing untuk bagian Evaporator Barat dan Timur terdapat 4 Badan Penguapan, dengan
voor cooker bertindak menjadi pemanas pendahuluan bagi 2 seri badan selanjutnya,dan juga
masing-masing untuk bagian Evaporator Barat dan Timur terdapat 5 badan penguapan,dengan voor
cooker bertindah menjadi Badan I dan ada satu badan pada tiap seri yang tidak dioperasikan dan
dijadikan sebagai cadangan apabaila sewaktu-waktu ada perbaikan, pembersihan atauapun
kerusakan.
Tabel 33. Spesifikasi Evaporator Timur Uraian

Voor Voor IIA IIIT IVT VT VIT


Cooker Cooker
IA IB
1. Volume 300 300 180 180 180 150 150
( HL)
2. Luas 2200 2200 1190 1190 1190 870 870
Pemanas
(m2)
3. Ø pipa 42/44 42/44 42/44 42/44 42/44 42/44 42/44
pemanas
(mm)
4. 2300 2300 2300 2300 2300 2300 2300
Pjg.Pipa
pemanas
(mm)
5. Jml. 7473 7473 3728 3728 3728 2727 2727
Pipa
pemanas
6. Bahan Stainless Stainless Stainless Stainless Stainless Stainless Stainless
pipa Steel Steel Steel Steel Steel Steel Steel
Pemanas

Tabel 34. Spesifikasi Evaporator Barat

Uraian IC IIB IIIB IVB VB


1. Volume 150 150 150 150 150
(HL)
2. Luas 870 870 870 870 870
Pemanas
(m2)
3. Ø pipa 42/44 42/44 42/44 42/44 42/44
pemanas
(mm)
4. Pjg. Pipa 2300 2300 2300 2300 2300
pemanas
(mm)
5. Jml. Pipa 2727 2727 2727 2727 2727
pemanas
6. Bahan Stainless Stainless Stainless Stainless Stainless
pipa Steel Steel Steel Steel Steel
pemanas

Perhitungan Badan Penguapan


Diketahui :
 Kapasitas = 6000 TCD
= 250 TCH
 NE % tebu = 105 %

 Brix NE = 13

 Brix NK = 60
 Tekanan Ube = 1,7 kg/ cm2

 Suhu Ube = 115,17°C

 Suhu NE = 105°C

 Vacuum Kondensor = 64 CmHg

 = 0,16 kg/cm2
 Jumlah penurunan tekanan = 1,54 kg/cm2

 C = 0,918 kcal/kg.c

 suhu NM = 35°C

 suhu NM keluar PP I = 75°C

 suhu NM keluar PP II =105°C

a. Distribusi Tekanan dan Suhu Uap Keluar Badan


P Uap Bekas = 1,7 kg/ cm2
Vaccum BP terakhir = 62 cmHg
76 𝑐𝑚𝐻𝑔−𝑣𝑎𝑐𝑐𝑢𝑚 𝐵𝑃 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Tekanan BP akhir = 76𝑐𝑚𝐻𝑔
76 𝑐𝑚𝐻𝑔−62 𝑐𝑚𝐻𝑔
= 76𝑐𝑚𝐻𝑔
= 0,1842 kg/cm2
Beda Tekanan Evaporator = P.Ube – P BP V
= 1,7 – 0,1842
= 1,51
Dari steam table di dapatkan :
a. Suhu Ube : 115,17°C
b. Panas Latent : 529,22 kcal/kg
 Uap nira BP I
11𝑥1,51
a.) P1 = 1,7 - 50
= 1,36 kg/cm2

Dari steam table didapatkan :

 Suhu Uni : 107,13°C


 Panas Latent : 534,49 kcal/kg
1,7
b.) ∆P = 1,36

= 1,271921949 kg/cm2

c.) Suhu nira di BP 1 = 107,13 + 1,271921949

= 108,4019219°C

d.) ∆t1 = 115,17 – 108,4019219


= 6,768078051°C
 Uap nira BP II
10,5𝑋1,51
a.) P2 = 1,36 − 50

= 1,0 kg/cm2

Dari steam table didapatkan :

 Suhu Uni : 99,63°C


 Panas Latent : 539,3 kcal/kg
1,7
b.) ∆P2 = 1,0

= 1,687150661 kg/cm2

c.) Suhu nira di BP II = 99,63 + 1,687150661

= 101,3171507°C

d.) ∆t2 = 107,13 - 101,3171507

= 5,8128493°C

 Uap nira BP III


10𝑋1,51
a.) P3 = 1,0 − 50

= 0,7 kg/cm2
Dari steam table didapatkan :

 Suhu Uni : 89,96°C


 Panas Latent : 545,36 kcal/kg
1,7
b.) ∆P3 = 0,7

= 2,359276119 kg/cm2

c.) Suhu nira di BP III = 89,96 + 2,359276119

= 92,31927612°C

d.) ∆t3 = 99,63 – 92,31927612

= 7,310723881°C

 Uap nira BP IV
9,5𝑋1,51
a.) P4 = 0,7 −
50

= 0,4 kg/cm2

Dari steam table didapatkan :

 Suhu Uni : 75,89°C


 Panas Latent : 553,94 kcal/kg
1,7
b.) ∆P4 = 0,4

= 4,25 kg/cm2

c.) Suhu nira di BP IV = 75,89 + 4,25

= 80,14°C

d.) ∆t4 = 89,96 – 80,14

= 9,82°C

 Uap nira BP V
9𝑥1.51
a.) P5 = 0,4 − 50

= 0,1 kg/cm2

Dari steam table didapatkan :

 Suhu Uni : 45,83°C


 Panas Latent : 571,54 kcal/kg
1,7
b.) ∆P5 = 0,1
= 17 kg/cm2

c.) Suhu nira di BP V = 45,83 + 17

= 62,83°C

d.) ∆t5 = 75,89 – 62,83

= 13,06°C

Keterangan p, kg/cm2 suhu °C ∆p nira °C ∆t Panas Latent


Uap Bekas 1,7 115,17 529,22
Uap Nira I 1,3 107,13 1,27192195 108,4019219 6,768078 534,49
Uap Nira II 1,0 99,63 1,68715066 101,3171507 5,812849 539,3
Uap Nira III 0,7 89,86 2,35927612 92,31927612 7,310724 545,36
Uap Nira IV 0,4 75,89 4,25 80,13 9,82 553,94
Uap Nira V 0,1 45,83 17 62,83 13,06 571,54
∆t total 42,77165
Dari perhitungan di dapatkan Jika ∆Total >40 maka perencanaan yang sudah di tetapkan PG.
Rejo Agung baru untuk kapasitas 6000 TCD sudah aman.

b. Jumlah Air Diuapkan Pada Tiap BP


6000𝑥1000𝑥105
 Jumlah air diuapkan total =
24𝑥100

= 262500 kg/jam
13
 G.Uni = 262500 (1 − )
60

= 205625 Kg/jam
(75−35)
 Kebutuhan Bleeding PP I = 250𝑥1000𝑥0,918 539,49

= 17175,25117 kg/jam
(105−75)
 Kebutuhan Bleeding PP II = 250𝑥1000𝑥0,918 539,49

= 12881,43838 kg/jam

 Air diuapkan tiap badan dengan bleeding dari Voor Cooker :


 Badan V =X
 Badan IV =X
 Badan III =X
 Badan II =X
 Voor Cooker = X + 17175,25117 + 12881,43838 +
 Total = 5X + 30056,68955 kg/jam
Maka,
Jumlah air diuapkan = 5X + 30056,68955
205625 = 5X + 30056,68955
30056,68955
X = 205625 + 5
X = 35113,66209 kg/jam
= 35,11366209 ton/jam
c. Pemakaian Uap Bekas Diketahui :
 Air diuapkan di V.Cooker = 65170,35164 kg/jam
 Tekanan Ube = 1,7 kg/cm2
 Panas latent Ube = 529,2 kcal/kg
 Tekanan Uni I = 1,3 kg/cm2
 Panas latent Uni I = 534,49 kcal/kg
Misal pemakaian Ube pada VK dengan margin 10%
534,49
 Maka = 65170,35164 𝑥 529,2𝑥0,1
= 658193,2136 kg/jam
= 658,193 ton/jam
d. Brix Keluar Tiap Badan
 Brix masuk Voor Cooker = 13
262500
 Brix keluar Voor Cooker = 13 𝑥 262500−65170,35
= 17,29
262500
 Brix keluar Badan II = 13 𝑥
262500−65170,35−35115,7
= 25,82
262500
 Brix keluar Badan III = 13 𝑥
262500−65170,35−35115,7−35113,7
= 26,85
262500
 Brix keluar Badan IV = 13 𝑥 262500−65170,35−35115,7−35113,7−35113,7
= 37,1
262500
 Brix keluar Badan V = 13 𝑥 262500−65170,35−35115,7−35113,7−35113,7−35113,7
= 60
 Rerata brix =
- NE masuk dan keluar VC = 15,15
- VC ke Badan II = 21,56
- Badan II ke Badan III = 26,33
- Badan III ke Badan IV = 31,97
- Badan IV ke Badan V = 48,55

e.) Koefisien Penguapan Spesifik Rumus Dessin dengan nilai koefisien penguapan spesifiknya pada
angka denominator 12000
(100−15,15)𝑥(115,17−55)
 KPs Voor Cooker =
1200
= 4,25
(100−21,56)𝑥(107,13−55)
 KPs Badan II = 1200

= 3,41
(100−26,33)𝑥(99,63−55)
 KPs Badan III = 1200
= 2,74
(100−31,97)𝑥(89,96−55)
 KPs Badan IV = 1200
= 1,98
(100−48,55)𝑥(75,89−55)
 KPs Badan V = 1200
= 0,89
f.) Luas Pemanas Dibutuhkan
65170,35
 Voor Cooker =4,25𝑥6,6768

= 2263.170098 m2

35133,66
 Badan II =
3,41𝑥5,812
= 1772.669591 m2
35133,66
 Badan III =
2,74𝑥7,310
= 1753.103714 m2
35133,66
 Badan IV =
1,98𝑥9,82
= 1804.227331 m2
35133,66
 Badan V =
0,86𝑥13,06
= 3001.771004 m2
 Total Pemanas : 10594.94174 m2 : 10595 m2
 Total BP Timur : 7240 + 1100 (V.Cooker untuk 2 jalur)
: 8340 m2
 Total BP Barat : 4350 + 1100 (V.Cooker untuk 2 jalur)
: 5450 m2
 Total BP Total : BP Timur + BP Barat
: 8340 + 5450
: 13790 m2
Maka badan penguapan yang terpasang di PG. Rejo Agung Baru untuk kapasitas 6000 TCD sudah
mencukupi proses penguapan.

3. Operasi Penguapan
a) Pengoperasian Evaporator
1.) Persiapan badan penguap
a. Buka afsluiter uap nira yang akan masuk ke badan yang bersangkutan maupun yang
keluar, tutup afsluiter by passnya untuk badan-badan penguap yang akan dioperasikan.
Sedang untuk badan yang diserepkan, tutup afsluiter nira yang masuk maupun yang keluar
dan buka afsluiter by passnya.
b. Vakumkan badan IV sehingga mencapai tekanan 62- 64 cmHg vacuum dengan
membuka afsluiter induk yang menghubungkan ke kondensor.
c. Buka afsluiter-afsluiter buangan gas yang tak mengembun disetiap badan penguap
yang beroperasi, buka afsluiter induk, yang menghubungkan kondensor.
d. Buka afsluiter air embun disetiap badan penguap yang beroperasi ke masing-masing
pompa air embun.
e. Buka afsluiter pipa pengimbang vacuum dari badan akhir yang beroperasi ke pompa
nira kental.
f. Jalankan masing-masing pompa air embun dan jalankan pelan – pelan pompa nira
kental.
g. Hubungkan saluran nira masing-masing badan dengan membuka afsluiter permukaan
nira pengeluaran nira sehingga semua badan dalam keadaan vacuum.

2.) Memulai proses penguapan.


a. Semua valve yang berhubungan dengan udara luar ditutup.
b. Buka valve uap bekas Voor Cooker.
c. Jalankan pompa nira encer, buka valve nira encer masuk Voor Cooker dan buka valve
pengeluaran nira kental dan jalankan pompa nira kental untuk selanjutnya nira kental
dialirkan ke tangki penampungan nira kental.
d. Bila uap nira dari Voor Cooker dan Badan Penguap I akan dimanfaatkan sebagai
bleeding untuk bahan pemanas nira mentah di PP I / II, maka valve uap nira bleeding Voor
Cooker dan Badan Penguap I dibuka.
e. Jalankan pompa kondensat masing-masing badan penguapan yang akan dioperasikan.
f. Atur level nira pada masing-masing BP, maksimal 25 % level pada kaca penglihat
bagian bawah tiap BP yang beroperasi (1/3 tinggi pipa).
g. Upayakan distribusi tekanan dan suhu pada tromol dan badan atau shell tiap BP
secara proporsional (hitung secara teoritis dengan formula distribusi tekanan E.Hugot
sebagai pembanding atau batas operasional).

b) Beberapa Hal agar Proses Berjalan Lancar


Kelancaran proses penguapan ditentukan oleh beberapa hal penting agar
dicapai kecepatan penguapan yang tinggi dengan brix nira kental seperti yang
diharapkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan tersebut antara lain ialah:
1. Badan Penguap
Tekanan uap bekas sebagai bahan di badan penguap harus dijaga dan diusahakan
kestabilannya sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan oleh badan itu sendiri. Apabila
terjadi penurunan tekanan uap bekas maka segera tambahkan suplesi uap baru dengan
tekanan rendah langsung dari ketel yang digabungkan ke saluran uap bekas sehingga
tekanan uap bekas akan naik sesuai dengan tekanan yang diharapkan.
a.) Kehampaan (Vacuum)
Keadaan vacuum harus dijaga kestabilannya terutama di badan akhir, sedikitnya
mencapai tekanan hampa 60-65 cmHg. Turunnya tekanan vacuum terutama
disebabkan oleh adanya bocoran-bocoran badan penguap kelancaran pengeluaran
gas tidak mengembun dan kebutuhan air injeksi terhadap kondensor serta kapasitas
pompa udara.
b.) Pengeluaran Air Embun (Kondensat)
Kelancaran air embun merupakan indikasi kapasitas penguapan, karena setelah uap
melepaskan panas latennya akan segera berubah fase menjadi air embun, air
embun ini harus segera dikeluarkan karena air embun didalam tromol akan
mengurangi bidang kontak uap terhadap pipa-pipa pemanas yang berarti
memperkecil luas pemanas yang semestinya. Kecepatan penguapan akan terganggu
dan yang lebih ekstrim lagi jika air embun tidak dikeluarkan dengan lancar, maka
akan terjadi akumulasi semakin banyak dan penuh akibatnya terjadi water slag yang
dapat merusak alat karena goncangan atau ledakan dalam tromol.
c.) Pengeluaran Gas Tidak Mengembun (Incondensable Gases)
Pengeluaran gas tak mengembun, diantaranya gas amoniak harus selancar mungkin
tanpa kerugian – kerugian terbawanya, uap pemanas yang mengakibatkan
kehilangan kalori. Gas tak mengembun akan menghambat transfer panas dan
mengganggu kecepatan penguapan.
d.) Tinggi Permukaan Nira
Dalam Badan Tinggi permukaan nira berpengaruh langsung terhadap kecepatan
pelepasan uap yang masih terdapat dalam nira, sehingga makin tinggi permukaan
nira maka kecepatan pelepasan uap nira semakin berkurang karena adanya tekanan
hidrostatis. Tetapi jika permukaan nira terlalu rendah maka kontak antara nira
dengan pipa pemanas juga semakin berkurang (kecil) sehingga kecepatan
penguapan secara menyeluruh juga mengecil. Dari pengalaman dan
pelaksanaannya, pada level nira sepertiga tinggi pipa pemanas akan dicapai
kecepatan yang optimal dengan dampak kecepatan pengerakan kecil.
e.) Kebersihan Pipa Pemanas
Seperti dijelaskan didepan bahwa transfer panas akan terhambat oleh berbagai
lapisan diantaranya kotoran kerak. Adanya kotoran kerak ini amat nyata
menurunkan kecepatan penguapan maka kebersihan pipa pemanas harus dijaga
diantaranya dengan mengusahakan efek pemurnian nira sebaik mungkin di stasiun
pemurnian, kadar kapur terlarut dalam nira encer sekecil mungkin. Jika kotoran
telah terjadi maka pembersihan pipa pemanas haruslah rutin dan sebaik baiknya
dengan chemis maupun mekanis.

c.) Pengendalian operasional


Seperti dijelaskan dalam pengoperasian evaporator, maka didalam operasionalnya
selalu harus dijaga kestabilan uap pemanas, besarnya vacuum dan kelancaran turunnya air
embun, gas amoniak serta tingginya permukaan nira di dalam badan (level nira).
a.) Tekanan Uap Pemanas
Pada badan I uap masuk diharapkan stabil pada suhu 116 °C dengan tekanan 0,8 kg/cm²,
dengan kestabilan uap masuk dan dengan level nira yang tetap maka diharapkan distribusi
tekanan di badan berikutnya akan mengikuti sesuai dengan ketentuan quintupple effect
evaporator.
b.) Kelancaran Air Kondensat
Pengeluaran air kondens dari setiap badan diharapkan lancar.
c.) Gas Amoniak
Dikeluarkan ke udara bebas melalui afsluiter amoniak dan diatur menurut kebutuhan
sedemikian rupa sehingga gas amoniak dapat dikeluarkan semua, sedangkan kehilangan
kalori karena terbawa oleh gas yang dikeluarkan dapat ditekan.
d.) Tinggi Permukaan Nira
Tinggi permukaan nira menentukan kecepatan penguapan. Tinggi level nira ini didasarkan
pada jenis alat, karakteristik alat (badan penguap), serta kebersihan pipa pemanas. Untuk
pipa pemanas yang bersih (setelah dibersihkan) maka dianjurkan tinggi level nira tidak lebih
dari 20 % sedangkan untuk badan penguap yang sudah kotor dianjurkan untuk lebih tinggi
yaitu sekitar 30 % dari tinggi pipa pemanasnya, hal ini untuk mendapatkan efek perpindahan
panas yang tinggi dari uap ke nira (Q = U x A x ∆𝑇).

4. Kondensor
Bejana pengembunan berfungsi untuk mengembunkan uap nira dari badan terakhir. Dalam
bejana pengembunan terjadi peristiwa perubahan uap menjadi embun. Peristiwa ini mengakibatkan
terjadinya pengecilan volume uap, sehingga menyebabkan kekosongan ruang atau vacuum dalam
kondensor. Karena kondensor berhubungan dengan badan penguapan, maka dalam badan penguapan
terjadi vacuum pula. Pengembunan terjadi apabila uap jenuh pada suhu tertentu bersinggungan dengan
bahan yang mempunyai suhu lebih rendah. Adapun pemberian air injeksi dimaksudkan untuk
mendinginkan uap sehingga terjadi peristiwa pengembunan. Kondensor di PG. Rejo Agung Baru memiliki
spesifikasi seperti berikut :

Tabel 36. Spesifikasi Kondensor

Uraian Keterangan

Tipe Barometric Condenser

Tinggi condensor (mm) 3000

Diameter condensor (mm) 3500

Diameter pipa air injeksi (mm) 700

Diameter pipa vacuum (mm) 1100

Suhu air injeksi untuk pendingin 30-35°C

Suhu air jatuhan 45-55°C

Jumlah udara yang dipompakan 45 m³/menit

Volume Kondensor 25,9 m³


5. Pengerakan
Kerak merupakan kotoran yang menempel pipa pemanas yang mempunyai sifat menahan
transfer panas (isolasi). Sebab-sebab terjadinya kerak karena reaksi lanjut yang terjadi di badan
penguap, serta adanya kenaikkan konsentrasi dari zat-zat penyebab terjadinya kerak sehingga zat – zat
tersebut cenderung bersedimentasi pada pipa pemanas.

a.) Dasar Teori Pengerakan


Dalam pabrik gula kecepatan pengerakan tergantung dari pemurniannya. Kecepatan pengerakan terkecil
adalah di pabrik gula karbonatasi karena effect pemurnian yang tinggi. Jumlah zat penyebab kerak amat
bervariasi dari tempat yang satu dengan tempat yang lain. Serta dari massa yang satu dengan massa yang
lain.
Penyebab utama terjadinya kerak adalah karena adanya zat melayang dan karena adanya zat yang
dapat menyebabkan kerak antara lain:
a. Komponen penyebab kerak menjadi kelewat jenuh, misalnya Ca Sulfat dan Ca Aconitat

b. Ca-Mg-Phospat dan mungkin juga Fe-Phospat akan mengendap jika :


1. Pada badan I karena pengaruh suhu tinggi
2. Pada badan akhir terjadi pengendapan karena pengaruh pemekatan nira
3. Reaksi lanjut dari proses pemurnian karena perubahan pH, maka terjadi pengendapan pada pipa
pemanas, endapan ini adalah CaMg-Phospat, Fe-phospst, Fe-silikat, SiO2, dan bahan gula jenis protein.

c. Kerak zat organic (peletin, blendol, protein dan lipida) karena pengaruh suhu tinggi hingga terjadi
koagulasi.

d. Silikat (SiO2) disebabkan sebagian besar karena suhu tinggi, terjadi koagulasi dan konsentrasi yang
kelewat jenuh selama penguapan. Kelarutan SiO2 menurun karena adanya kenaikkan brix nira.

e. Pengerakan karena ion garam yang berbeda antara badan pertama dan badan terakhir, pada badan
pertama endapan besi dapat larut dalam N, asam garam ini adalah Fe-phospat. Sedang dalam badan
terakhir kerak besi hanya dapat larut dengan menggunakan asam yang lebih kuat karena besi sudah
terikat oleh silikat.

b.) Komposisi Kerak


Klasifikasi kerak dalam badan penguap adalah sebagai berikut Amorf, mikrokristalin dan kristalin
klasifikasi ini di dasarkan pada porositas yang tinggi sampai porositas rendah. Sedang komposisi kerak
yang utama ditentukan oleh kadar penyebab kerak dalam nira, konsentrasi bahan dan suhu operasi
penguapan dalam badan penguap itu sendiri.
Nira dengan kadar sulfat tinggi menyebabkan timbul kerak sulfat pada badan terakhir. Kerak
dari penguap di pabrik gula banyak mengandung zat organik, terutama yang banyak terdapat dalam
badan penguap pertama dan kedua. Sedang kerak badan terakhir mengandung banyak anion organik
seperti aconitat dan asam oksalat.
Penggolongan jenis kerak penguap amat penting sebagai dasar untuk pembersihan dan untuk
mendapatkan pengertian yang lebih baik mengenai transfer panas yang berarti penurunan kapasitas
penguapan, yang ditunjukkan pada tabel 6.4 sebagai berikut.

Tabel 37. Spesifikasi Kerak di Evaporator

Tipe kerak Penyusun utama Komposisi

Phospat Phospat dari kapur dan mg Lebih 25 % P2O5

Sulfat Ca – sulfat Lebih 25 % SO4

Asam Silikat Bergabung dengan sesquioxida Lebih 25 % P2O5

Sesquoxide Fe2O3 bergabung dengan SiO2 Lebih dari 15 % Fe2O3 + Al2O3


dan phospat

Asam Organik Asam oxsalat dan Aconitat Lebih 10 % asam oxsalat +


Aconitat Zat

Zat Organik Ozsalat dan asam Aconiat Lebih 40 % zat organik

c.) Proses pengerakan dan cara pembersihan kerak


1.) Proses pemurnian yang kurang baik, sehingga kadar CaO dalam nira encer tinggi dan
akan mengendap pada konsentrasi dan suhu yang tinggi.
2.) ) Pembersihan kerak yang kurang baik, akan mempercepat pembentukan kerak pada
saat badan penguap dioperasikan, karena masih terdapat kerak yang akan dianggap
sebagai inti kristal.

Pembersihan kerak di PG. Rejo Agung Baru dilakukan dengan cara Chemis dan Mekanis :
1.) Chemis merupakan pembersihan dengan jalan memasak larutan Caustic soda dengan kadar NaOH
90-96% dalam badan penguap hingga mendidih selama ± 4 jam, kemudian dilanjutkan perendaman, lalu
di tap dan dibilas dengan air. Adapun dosis yang digunakan adalah 600 kg dari badan akhir kemudian
berlanjut kebadan lain nya.

2.) Mekanis merupakan pembersihan dengan jalan dilakukan penyekrapan yang menggunakan tenaga
manusia, dengan menggunakan alat sekrap.

d.) Operasi Pembersihan Kerak


Cara membersihkan kerak:
1.) Badan penguap yang akan disekrap dihentikan operasionalnya terlebih dahulu dengan jalan
menutup semua valve pemasukan dan valve pengeluaran baik uap maupun nira.
2.) Nira yang masih berada didalam badan dikeluarkan melalui valve tap-tapan nira sambil
dibilas dengan air, dan dialirkan menuju ke peti liquidasi.
3.) Larutan soda yang berada di dalam peti pelarut (yang juga berfungsi sebagai peti penampung
larutan soda) di pompa kedalam badan penguap dan ditambahkan air, sehingga level larutan
sampai merendam tromol.
4.) Valve uap pemanas dibuka untuk mulai memasak soda, sampai mendidih selama ± 4 jam,
kemudian bahan pemanas ditutup dan dilanjut perendaman.
5.) Larutan soda ditap kembali melalui valve tap-tapan menuju peti penampung soda (yang akan
digunakan lagi untuk badan berikutnya), kemudian dibilas dengan air setelah itu dilakukan
penyekrapan.
6.) Penyekrapan dinyatakan selesai bila telah diperiksa oleh Chemiker jaga dan dinyatakan
bersih serta layak untuk dioperasikan kembali.

e.) Siklus Pembersihan


Untuk mendapatkan kapasitas penguapan yang tinggi dan tetap maka kebersihan setiap
badan penguapan maupun secara keseluruhan maka pergiliran pembersihan harus selalu
diperhatikan berdasarkan kecepatan pengotoran dari tiap badan.

6. Troubleshooting
Tidak tercapainya kepekatan (ºBe) nira kental sesuai dengan yang diinginkan sehingga
mengakibatkan lamanya proses kristalisasi. Hal tersebut diatas disebabkan antara lain :

a. Menurunnya tekanan uap bekas yang dapat mengakibatkan tekanan disetiap badan badan berubah,
sehingga jumlah panas yang ditransferkan menurun. Hal ini dapat diatasi dengan menjaga keajegan
giling. Keajegan giling dipengaruhi oleh steam chest, kapasitas gilng, brix gilingan akhir, beban turbine
alternator, dan tekanan uap baru dari ketel.

b. Gangguan vacuum yang yang diakibatkan oleh kebocoran perpipaan uap, suhu air injeksi, distribusi
vacuum masing-masing badan penguap.

c. Pengeluaran air embun tidak lancar sehingga pipa pemanas tertutup oleh air embun dan luas
pemanas menjadi berkurang, maka yang diperhatikan adalah selalu mengontrol tarikan pompa air
embun.

d. Pengaruh adanya kerak sehingga transfer panas dari uap ke nira terhambat. Cara mengatasi yaitu
dengan menjadwal sekrap, sekrap harus disesuaikan dengan kondisi evaporator.

e. Pengeluaran gas tidak terembunkan (Amoniak) kurang lancar karena bocor atau buntu. Hal tersebut
dapat diatasi dengan cara mengatur bukaan valve amoniak dan menjaga kelancaran pengeluaran gas
amoniak.

Anda mungkin juga menyukai