Anda di halaman 1dari 2

Nama : Veni Dwi Pawestri

Kelas : VIII E

No : 16

Lempar lembing
 Pengertian
Lempar lembing merupakan cabang olahraga yang tidak bisa dipisahkan dari tradisi
berburu manusia di masa lalu. Aktivitas ini menuntut kecepatan serta kecekatan dari
pelemparnya. Medianya tentu sebuah lembing yang dahulu lebih mirip tombak dalam artian
sesungguhnya. Lempar lembing merupakan salah satu cabang atletik. Sebagai sebuah
Olahraga , lempar lembing menggerakkan banyak otot tubuh antara lain otot lengan , otot
kaki , otot sendi , otot sumbu dan otot bidang. Jika semua otot tersebut bekerja dengan baik
maka hasil lemparan lembing akan sempurna.

 Cara Memegang Lembing


Cara - cara memegang lembing ada 3 , yaitu :
1. Gaya Amerika : Pertama , tombak atau lembing diletakkan tepat di telapak
tangan dimana bagian ujung atau mata lembing tersebut menyerong hingga
mendekati badan. Selanjutnya, jari telunjuk menggenggam erat bagian tepi atau
pangkal belakang lembing, dan dikontrol oleh ibu jari dan kemudian diletakkan di
bagian tepi belakang pegangan. Pastikan lembing lurus. Pada pegangan Amerika
ini, jari telunjuk juga jempol seseorang cukup memegang peranan yang penting
dalam ha mendorong lembing pada saat hendak melempar.
2. Gaya Finlandia : Pertama , lembing ditempatkan di telapak tangan dimana bagian
ujung lembing tersebut menyerong hingga hampir menyentuh badan. Selanjutnya ,
jari tengah akan memegang bagian tepi dari tali pada belakang dan dibuat
melingkar dengan bantuan jempol atau ibu jari. Saat menggunakan gaya ini ,
pastikan jari telunjuk lemas agar bisa membantu menahan lembing itu sendiri.
Gaya Finlandia ini menekankan pada peranan jari bagian tengah pun ibu jari
dalam mendorong serta melempar lembing.
3. Gaya Menjepit : Gaya ini sederhana , intinya hanya dengan menjepit lembing di
antara jari tengah dan telunjuk sementara itu , jari tengah memegang biasa.
 Cara membawa lembing
Cara membawa lembing sebagai berikut :
1. Lembing dibawa dengan di taruh diatas pundak. Cara ini dipraktekkan dengan
memegang lembing diatas pundak tepat di samping kepala dimana mata lembing
menyerong ke atas. Sementara itu , siku tangan ditekuk sehingga menuju arah
depan. Biasanya cara ini digunakan oleh atlit hendak menggunakan gaya hot-step
atau gaya jangkit sebagai awalan melempar.
2. Lembing dibawa dengan ditaruh di bawah. Dimulai dengan lengan bagian kanan
harus lurus ke bawah. Sementara itu , bagian mata lembing menyerong ke atas
sehingga bagian ekornya menyerong dan hampir menyentuh tanah.
3. Lembing dibawa di depan dada , Cara ini dilakukan dengan memposisikan
lembing serong ke bawah sementara itu , ekornya serong pada bagian atas
sehingga melewati pundak bagian kanan.
 Alat yang digunakan
1. Konstruksi lembing yang digunakan terbagi menjadi 3 bagian , yaitu : Mata
Lembing , Badan Lembing dan Tali Pegangan Lembing
2. Badan lembing dibuat dari bahan metal solid di mana pada bagian ujungnya
dipasangi sebuah mata lembing yang jika diperhatikan cukup runcing.
3. Tali pegangan lembing yang terlihat melilit pada badan lembing terpasang di titik
gravitasi dan tidak boleh melewati garis tengah dari badan lembing. Lilitan tali
lembing ini harus sama bergerigi juga tebal dan tak boleh ada sabuk juga benjolan.
4. Panjang lembing untuk atlit putra antara 2,6 meter hingga 2,7 meter. Sementara
untuk atlit putri antara 2,2 meter hingga 2,3 meter. Ukuran ini juga berpengaruh
pada berat lembing. Putra berat lembingnya 800 gram dan untuk putri beratnya
600 gram.

 Peraturan Lempar Lembing


Peraturan dalam lempar lembing sebagai berikut :
1. Saat melempar , lembing wajib di pegang tepat pada bagian pegangannya dan
wajib juga dilempar di atas bahu atau bagian paling atas dari tubuh si atlit.
Lembing juga harus dilempar sama seperti prinsip bandul. Adapun gaya non-
ortodox tidak lagi diijinkan untuk digunakan.
2. Sebuah lempar lembing dianggap tidak sah apabila bagian mata lembing tidak
menggores tanah terlebih dahulu dibanding bagian lembing lainnya.
3. Saat atlit hendak memulai awalan, ia tidak diperkenankan memotong sebuah garis.
4. Lemparan dianggap tidak sah apabila sang atlit menyentuh wilayah badan garis
lempar atau garis perpanjangan.
5. Saat lembing telah melaju, sang pelempar tidak diperkenankan membelakangi
sektor lemparan dengan cara memutar tubuhnya.
6. Sang atlit tidak diperkenankan meninggalkan jalur awalan sebelum lembing yang
ia lepaskan tadi belum tiba di permukaan.

Anda mungkin juga menyukai