Anda di halaman 1dari 9
BABI PENDAHULUAN ‘A. Latar Belakang BLUD Badan Layanan Umum (disingkat BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. BLU terdapat di lingkungan pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah (selanjutnya disebut Pemda). BLU yang terdapat di Pemda disebut Badan Layanan Umum Daerah (disingkat BLUD). Reformasi keuangan negara yang telah dimulai dari tahun 2003 mengamanatkan pergeseran sistem penganggaran dari pendekatan tradisional menjadi pengganggaran dengan pendekatan yang berbasis, kinerja. Pergeseran sistem penganggaran tersebut bertujuan agar penggunaan dana pemerintah menjadi berorientasi pada output dan jika memungkinkan sampai dengan outcome. Perubahan ini sangat penting karena kebutuhan pelayanan publik memerlukan dana yang makin tinggi di sisi lain sumber daya pemerintah terbatas. Untuk mengatasi hal ini pemerintahan modern di berbagai negara membuat terobosan dengan mewirausahakan pemerintah (enterprising the government) sebagai transformasi paradigma baru untuk mendorong peningkatan pelayanan oleh pemerintah. Penganggaran berbasis kinerja dituangkan pertama kali dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (selanjutnya disebut UU 17/2003), sedangkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (selanjutnya disebut UU 1/2004) khususnya pada Pasal 68 dan Pasal 69 memberikan arahan baru bahwa instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan mengutamakan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip-prinsip pokok yang tertuang dalam kedua undang-undang tersebut menjadi dasar instansi pemerintah untuk menerapkan pengelolaan keuangan BLU dan BLUD sebagai perwujudan dari konsep wirausaha pemerintah yang telah dijelaskan sebelumnya. Keduanya diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Badan Layanan Umum sendiri menurut Pasal 1 angka 23 UU 1/2004 adalah: Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk ‘memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas Definisi yang hampir sama juga dijelaskan oleh Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (selanjutnya disebut PP 23/2005) sebagaimana yang telah dirubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 (selanjutnya disebut PP 74/2012) sebagai berikut: Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas 3 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pasal 1 angka 6: 1 sedan er disebut PP 58/2005) menjelaskan sebagai berikut: Keuangan Daerah (selanjutnya badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah SKPD/unit kerja pagg 'skPO di lingkungan Pemda yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakay berupa penyediaan berang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas : Definisi yang hampir sama juga dijelaskan oleh pengganti PP 58/2005 yaitu pada pasal 1 angka sg Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (selanjutnya disebut PP 12/2019) sebagai berikut: Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah sistem yang diterapkan oleh satuan kerja perangkat daerah atau unit satuan kerja perangkat daerah pada satuan kerja perangkat daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mempunyaj fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan Pengelolaon Keuangan Daerah pada umumnya Sedangkan untuk pengaturan BLU di daerah pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tidak mengatur BLU di daerah, padahal dalam PP 23/2005 sudah mengatur pengelolaan keuangan BLU di daerah. Baru pada Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah khususnya pada Pasal 346 diatur BLU di daerah sebagai berikut: Daerah dapat membentuk Badan Layanan Umum Daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemudian dalam penjelasan pasal tersebut dijelaskan bahwa: yong dimaksud dengan “badan layanan umum daerah” adalah sistem yang diterapkan oleh satuan kerja Perangkat Daerah atau unit kerja pada satuan kerja Perangkat Daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan daerah pada umumnya. Dengan diaturnya pembentukan BLU di daerah yang disebut BLUD, diharapkan pelayanan penyediaan barang/jasa publik yang dilakukan Pemda kepada masyarakat menjadi lebih baik. Kementerian Dalam Negeri kemudian mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (selanjutnya disebut Permendagri 61/2007) agar operasionalisasi BLUD menjadi lebih jelas. Karena perkembangan situas! dan kondisi termasuk perkembangan peraturan perundang-undangan, Permendagri 61/2007 kemudian disempurnakan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentané Badan Layanan Umum Daerah (selanjutnya disebut Permendagri 79/2018). Pada Pasal 1 Angka 1 Permendagri 79/2018 menjelaskan definisi BLUD sebagai berikut: Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah sistem yang diterapkan q oleh unit peloksano teknis dinas/badan daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyaraKo yang mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan daerah pada umumnya. Dari penjelasan tersebut, semakin terlihat bahwa manfaat utama dari institusi yang menjadi BLUD adalah _mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya. Selain itu, regulasi-regulasi tersebut khususnya Permendagri 79/2018 juga mengatur mengenai sumber daya, perencanaan dan pengelolaan anggaran, pendapatan, belanja dan pembiayaan, dan pengelolaan BLUD yang lebih sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi termasuk perkembangan peraturan perundang- undangan. Untuk lebih memperjelas pengaturan tentang pengelolaan keuangan BLUD maka Pemda perlu diberikan pedoman yang lebih teknis melalui Pedoman pengelolaan keuangan BLUD agar ada persamaan persepsi oleh pembina teknis dan pembina keuangan BLUD, Sumber Daya Manusia BLUD yang terdiri dari pejabat pengelola dan pegawai BLUD, Dewan Pengawas BLUD, Pemda dan Pemeriksa BLUD serta stakeholder lain Faktor Pendorong Pengelolaan BLUD Sejak ditetapkannya Permendagri 61/2007 sampai dengan sekarang dengan ditetapkannya Permendagri 79/2018, sudah ada beberapa unit kerja pada Pemda yang tugas dan fungsinya memberi pelayanan langsung pada masyarakat telah menerapkan BLUD. Pelayanan tersebut, antara lain berkaitan dengan bidang Kesehatan, pendidikan, wisata, air minum, pengelolaan kawasan, dan pengelolaan dana khusus. Dari beberapa jenis pelayanan tersebut, pelayanan bidang kesehatan yang paling banyak menerapkan BLUD. Hal tersebut sejalan dengan amanat dalam Pasal 6 ayat (1) Permendagri 61/2007 dan Pasal 31 ayat (1) Permendagri 79/2018 yang menyatakan bahwa penerapan BLUD diutamakan pada pelayanan kesehatan. Disamping itu, dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (selanjutnya disebut UU 44/2009) khususnya Pasal 7 ayat (3) dan Pasal 20 ayat (3) juga diamanatkan bahwa Rumah Sakit milik Pemerintah dan Pemda wajib dikelola melalui Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Berbeda dengan unit kerja SKPD pada umumnya, pola pengelolaan keuangan BLUD memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan_ praktik-praktik bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, seperti pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya. Pada artikel di website Kementerian Dalam Negeri pada alamat http://keuda.kemendagri.go.id/artikel/detail/28-implementasi-ppk-blud-dan-peningkatan-kualitas- pelayanan-publik yang ditayangkan pada tanggal 23 Desember 2013 dijelaskan beberapa keistimewaan yang mendorong banyak unit kerja SKPD terutama di bidang Kesehatan agar menerapkan BLUD sebagai berikut: 1. Fleksibilitas Dalam pengelolaan keuangan, BLUD banyak diberikan fleksibilitas dibandingkan unit kerja SKPD pada umumnya antara lain berupa: pengelolaan pendapatan dan biaya; pengelolaan kas; pengelolaan utang; pengelolaan piutang; pengelolaan investasi; pengadaan barang dan/atau jasa; pengelolaan barang; penyusunan akuntansi, pelaporan dan pertanggungjawaban; se -pangce pengelolaan sisa kas di akhir tahun anggaran dan defisit; kerjasama dengan pihak lain; i k. pengelolaan dana secara langsung; dan |. perumusan standar, kebijakan, sistem, dan prosedur pengelolaan keuangan. 2. Keistimewaan Khusus ‘Adanya hak istimewa yang diberikan kepada BLUD, disebabkan karena adan yaitu untuk meningkatkan kualitas pelayanan dari BLUD. Oleh karena itu, prasyarat unit kerja SKPD untuk menerapkan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) harus dilakukan secara selektit dan objektf.Layak tidaknya unit kerja SKPD menerapkan BLUD wajib terlebih dahulu dilakulan Benilaian oleh Tim Penilai yang diketuai Sekretaris Daerah yang hasilnya harus didasarkan pad penilaian objektif, tidak hanya pemenuhan kelengkapan persyaratan administratifsaja, va tuntutan khusus 3. Pengawasan yang Lebih Baik dari Otoritas yang Bersangkutan Keberadaan BLUD juga harus dikendalikan dalam bentuk perjanjian kinerja (contractual performance agreement) antara Kepala Daerah dengan Pemimpin BLUD. Kepala Daerah bertanggungjawab atas kebijakan layanan dan pemimpin BLUD bertanggungiawab untuk menyajikan hasil layanan. 4, Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Penerapan BLUD diharapkan tidak sekedar perubahan format belaka, yaitu mengejar remunerasi, fleksibilitas, menghindari peraturan perundang-undangan dalam pengadaan barang dan jas, akan tetapi yang benar adalah, tercapainya peningkatan kualitas pelayanan publik, kinerja keuangan dan kinerja manfaat bagi masyarakat secara berkesinambungan sejalan dengan salah satu spirit BLUD yang dikelola berdasarkan “praktik-praktik bisnis yang sehat”. Permasalahan yang terkait Pengelolaan BLUD Dengan adanya fleksibilitas dan keistimewaan tersebut, BLUD menjadi salah satu alternatif dalam pengelolaan keuangan yang menarik bagi beberapa daerah. Namun demikian, dalam perjalanannya untuk menerapkan BLUD tidak mudah. Berdasarkan artikel dari website Kementerian Dalam Negeri yang sama, dapat dildentifikasi beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan BLUD yaitu: 1. Terdapat Persyaratan Tertentu yang harus dipenuhi sebelum menjadi BLUD Dengan adanya fleksibilitas, penerapan BLUD menjadi salah satu alternatif dalam pengelolaan keuangan bagi beberapa daerah. Namun demikian, dalam perjalanannya untuk menerapkan BLUD tidak mudah. Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh SKPD atau unit kerja tersebut, yaitu persyaratan substantif, teknis, dan administratif. Pertama, persyaratan substantif terpenuhi, apabila SKPD atau unit kerja pada SKPD yang bersangkutan menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan: (a) Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan masyarakat; (b) Pengelolaan wilayah/kawasan_ tertentu untuk tujuan _meningkatkan Perekonomian masyarakat atau layanan umum; dan/atau (c) Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat. Kedua, persyaratan teknis terpenuhi, apabila: (a) Kinerja pelayanan di bidang tugas dan fungsinv@ layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLUD, sebagaimana direkomendasikan oleh sekretaris daerah/kepala SKPD yang bersangkutan; (b) Kinerja keuangan SKPD atau unit keri? pada SKPD yang bersangkutan adalah sehat, sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLUD. Ketiga, persyaratan administratif terpenuhi apabila SKPD atau Unit Kerja pada SKPD yang bersangkutan dapat menyajikan seluruh dokumen sebagai berikut: (a) Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat; (b) Pola tata kelola; (c) Rencana strategis; (d) Laporan keuangan pokok atau prognosa/proyeksi laporan keuangan; (e) Standar pelayanan minimal; dan (f) Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen. Kendala di Lingkungan Internal dan Eksternal BLUD Kendala di lingkungan internal BLUD antara lain, masih terbatasnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang memahami operasional BLUD. Sedangkan, kendala di lingkungan eksternal BLUD, antara lain berasal dari Kepala Daerah, Ketua/Anggota DPRD, pejabat di lingkungan Sekretariat Daerah seperti Biro/Bagian Hukum, Biro/Bagian Organisasi, Biro/Bagian Ekonomi Pembangunan, pejabat di lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), pejabat di lingkungan Inspektorat Daerah, dan SKPD lain yang terkait dalam penerapan BLUD, ada yang belum memahami esensi, makna dan operasional dalam penerapan BLUD. Hal tersebut juga dilandasi faktor adanya pergantian pejabat di daerah yang sangat dinamis, mengakibatkan sering terjadinya penggantian pejabat di pemda, dimana yang sudah memahami implementasi BLUD diganti, padahal BLUD-nya baru ditetapkan. Mengakibatkan pejabat yang baru perlu pemahaman dan belajar lagi mengenai BLUD. Kurangnya Pemahaman Terkait dengan Implementasi BLUD Salah satu kendala dari penerapan BLUD adalah kurangnya pemahaman terhadap BLUD, seperti: a. Status BLUD bertahap Sesuai PP 23/2005, penerapan BLUD dengan status BLUD bertahap hanya berlaku paling lama 3 (tiga) tahun sejak ditetapkan. Sehingga, untuk menjadi BLUD dengan status penuh seharusnya tidak perlu menunggu sampai tiga tahun, sepanjang dokumen administratif yang diajukan kembali kepada kepala daerah dan dinilai oleh tim penilai dirasa sudah memuaskan dapat ditetapkan menjadi BLUD dengan status penuh. Pengalaman yang lalu banyak BLUD ‘menunggu sampai dengan batas waktu berlakunya BLUD bertahap baru mengajukan BLUD penuh, bahkan ada yang tidak mengajukan BLUD Penuh. Pengaturan BLUD dalam Permendagri 79/2018 sudah tidak dikenal lagi status BLUD (bertahap/penuh). b. BLUD dipersamakan dengan BUMD ‘Ada pemahaman BLUD dipersamakan dengan BUMD, sehingga setelah menerapkan BLUD, APBD langsung dihentikan atau alokasi anggaran dari APBD ke BLUD hanya untuk belanja Pegawai. Pemahaman seperti ini adalah kurang pas. Karena BLUD hanya instrumen yang diberikan kepada unit-unit pelayanan milik Pemda agar memberi pelayanan kepada masyarakat menjadi optimal. Sehingga, kewajiban Pemda dalam hal ini APBD masih dimungkinkan malah menjadi wajib khususnya yang merupakan bidang layanan dasar dan urusan wajib pemda, baik untuk Belanja Pegawai, Belanja Barang/Jasa, maupun Belanja Modal. Namun demikian, setelah menerapkan BLUD diharapkan peran APBD untuk operasional BLUD secara persentase makin lama makin turun. ¢. Peran DPRD pada Penerapan BLUD Selama ini, banyak yang mempertanyakan peran DPRD pada BLUD dikarenakan penetapan SKPD/Unit Kerja pada SKPD untuk menerapkan BLUD menjadi domain eksekutif dengan Keputusan Kepala Daerah, dan penetapan tarif layanan yang merupakan salah sate fleksibilitas BLUD penetapannya dengan Peraturan Kepala Daerah. Dalam hal tersebut, maka peran DPRD adalah pada waktu pembahasan KUA dan PPAS serta Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD, dewan akan melihat dan membahas target kinerja pada RBA yang akan dicapai dalam satu tahun anggaran. Demikian juga dalam Pembahasan laporan pertanggungjawaban APBD, DPRD akan melihat tercapai tidaknys target-target kinerja yang tercantum dalam RBA. Jika target-target tersebut tidak tercapai, DPRD dapat merekomendasi kepada kepala daerah berupa masukan-masukan perbaikan agar pelayanan pemda yang sudah menerapkan BLUD harus lebih baik lagi 4, Pengelolaan Sisa Kas BLUD di Akhir Tahun Anggaran Untuk sisa kas di akhir tahun anggaran BLUD, apabila ada sisa kas di akhir tahun anggaran pada BLUD, maka sisa kas tersebut tidak disetor ke Rekening Kas Umum Daerah, akan tetapi dilaporkan ke BLUD yang merupakan bagian dari SiLPA Pemda, dan dapat digunakan untuk tahun anggaran berikutnya sepanjang dianggarkan dalam RBA dan APBD. Sisa kas di akhir tahun anggaran dapat disetor ke Kas Daerah sepanjang ada permintaan Kepala Daerah, dengan pertimbangan tidak mengganggu likuiditas keuangan BLUD dalam memberi pelayanan; dan adanya kondisi mendesak, kalau tidak segera ditangani akan menimbulkan kerugian yang lebih besar. Pada pengelolaan sisa kas di akhir tahun anggaran ini masih banyak BLUD tidak menganggarkan sisa kas akhir tahun sebagai penerimaan pembiayaan penggunaan SiLPA tahun sebelumnya. Akibatnya walaupun sisa kas akhir tahun sangat besar tetapi tidak dapat dianggarkan karena tidak dianggarkan penggunaannya. 5. Masih Berbedanya Pedoman Penyusunan RBA dan Penatausahaan Keuangan BLUD di Daerah Puskesmas, RSUD, dan UPTD lainnya yang menjadi BLUD memiliki pemahaman yang berbeda- beda mengenai metode dan panduan penyusunan RBA dan pelaksanaan penatausahaan keuangan BLUD. Oleh karena itu, dengan institusi-institusi tersebut menjadi BLUD, diharapkan bahwa format penyusunan RBA dapat diseragamkan sehingga mengurangi kesalahpahaman dalam penyusunan RBA. Selain itu pelaksanaan penatausahaan sebaiknya distandarkan agar ada ketertiban administrasi dan kejelasan tata kelola pengelolaan keuangan organisasi BLUD. 0. Tujuan dan Asas Pengelolaan BLUD Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 s.d 5 Permendagri 79/2018, BLUD bertujuan untuk memberikan layanan umum secara lebih efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat sejalan dengan Praktek Bisnis Yang Sehat, untuk membantu pencapaian tujuan Pemda yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh kepala daerah. Pengelolaan BLUD juga harus dilaksanakan berdasarkan asas-asas sebagai berikut: 1. Kepala daerah bertanggung jawab atas kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum Kepala daerah menjadi Penangeung jawab utama dan tertinggi atas kebijakan yané dikeluarkannya pada penyelenggaraan pelayanan umum Pemda yang secara teknis dilaksanakan oleh BLUD. Oleh karena itu kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum oleh BLUD dilaksanakan dengan landasan peraturan kepala daerah, 2. Pejabat Pengelola BLUD bertanggung jawab atas pelaksanaan pemberian layanan umum terutama pada aspek manfaat yang dihasilkan Pejabat Pengelola BLUD yang terdiri dari Pemimpin (sebagai penanggung jawab umum operasional dan keuangan), Pejabat Keuangan (sebagai penanggung jawab keuangan) dan Pejabat Teknis (sebagai sebagai penanggung jawab kegiatan teknis operasional dan pelayanan di bidangnya). Pemberian layanan umum tersebut diharapkan mengena pada sasaran sesuai ruang lingkup layanan yang dilakukan BLUD. 3. BLUD merupakan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan dari Pemda BLUD bukan merupakan entitas yang terpisah dari Pemda karena merupakan unit kerja dari satuan kerja perangkat daerah, BLUD merupakan sistem pengelolaan keuangan yang berbeda dengan unit dan satuan kerja perangkat daerah yang lain karena mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya. 4, BLUD merupakan bagian dari pengelolaan keuangan daerah BLUD merupakan bagian dari kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, berbeda dengan BUMD yang merupakan bagian dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Impilkasinya baik anggaran maupun laporan keuangan BLUD harus digabungkan dengan anggaran dan laporan keuangan Pemda. Berdasarkan BLUD yang terdapat di daerah, secara umum BLUD dapat diidentifikasi dalam empat jenis, yaitu: 1. Bidang Kesehatan antara lain terdiri dari Rumah Sakit Daerah baik Umum maupun khusus, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas/FKTP), Laboratorium Kesehatan Daerah, dan Pengelola Obat dan Alat Kesehatan. 2. Bidang Pendidikan antara lain terdiri dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), BPSDM, Akademi Analisis Kesehatan, Akademi Perawat, Akademi Kebidanan, Akademi Gizi, Akademi Farmasi, Pelatihan Kesehatan Masyarakat, Solo Technopark, Balai Latihan Pendidikan Teknis dan Taman Pintar. 3. Bidang Dana Bergulir dan Perumahan antara lain terdiri dari Dana Bergulir pada DPPKAD Payakumbuh, Bagian Adm Perekonomian Pasaman, UPTD Perkuatan Permodalan Dana Khusus Provinsi Lampung, Bagian Bina Perekonomian Lampung Tengah, Dana Bergulir PEMK DKI Jakarta, UKPD P2KSM Purworejo, UMKM Sragen, Penanaman Modal Sleman, Dana Bergulir Kabupaten Malang, Lumbung Desa Kabupaten Malang, BPKAD Kota Kendari, PPK-BLUD Harum Kota Kendari, KUMKM Kab. Tangerang, dan Griya Layak Huni Surakarta, 4. Bidang Lainnya antara lain terdiri dari BLUD Air Minum, Bus Rapid Transportation, Terminal, Perparkiran, PPUMKM Kawasan Pulo, Taman Margasatwa Ragunan, BLUD Pasar, BLUD Pengelola Alat Berat, BLUD Kelautan Perikanan, BLUD Taxi Mina Bahari (transportasi air), UPTD Perkuatan Modal Usaha Pertanian, Unit Kerja Perwakilan Wisma Lampung, dan Kawasan Konservasi Kelautan Raja Ampat. F. Sistematika Penulisan Berikut adalah sistematika penulisan Pedoman Pengelolaan Keuangan BLUD: BAB! BABI BAB III BABIV BABV PENDAHULUAN A. Latar Belakang BLUD B._Faktor Pendorong Pengelolaan BLUD CC. Permasalahan yang terkait Pengelolaan BLUD D. Tujuan dan Asas Pengelolaan BLUD E, Jenis-jenis BLUD F. Sistematika Penulisan STRUKTUR ORGANISASI DAN SUMBER DAYA MANUSIA BLUD ‘A. Struktur Organisasi BLUD 1. Struktur Organisasi Unit Pengelola Teknis Daerah secara Umum 2. Struktur Organisasi Pengelolaan Keuangan Daerah, Barang Milik Daerah dan Pengadaan Barang/Jasa 3. Struktur Organisasi Rumah Sakit Daerah 4, Struktur Organisasi Pusat Kesehatan Masyarakat 5. Struktur Organisasi Satuan Pendidikan B. Sumber Daya Manusia terkait BLUD 1. Pejabat Pengelola dan Pegawai BLUD 2. Pembina dan Pengawas BLUD PERENCANAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) A. Proses Penyusunan Rencana Strategis BLUD pada Waktu Pembentukan BLUD B._Proses Penyusunan Rencana Strategis Setelah Menjadi BLUD C. Struktur Rencana Strategi BLUD 1. Pendahuluan 2. Gambaran Pelayanan 3. Permasalahan dan Isu Strategis 4. Visi, Misi, Tujuan, dan Arah Kebijakan 5. Program dan Kegiatan serta Kerangka Pendanaan PENGANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) A. Struktur Anggaran BLUD 1. Pendapatan BLUD 2. Belanja BLUD 3. Pembiayaan BLUD 8. Proses Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) C._Proses Konversi Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) menjadi Rencana Kerja dan ‘Anggaran (RKA) D. Proses Pengajuan, Penetapan, Perubahan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) PELAKSANAAN ANGGARAN DAN PENGELOLAAN KAS BLUD A. Pejabat-Pejabat Pelaksana Anggaran BLUD 8. Penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran BLUD C. Penyusunan Anggaran Kas BLUD BAB VI BAB VII BAB VII PENATAUSAHAAN PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN BLUD Proses Pelaksanaan Pendapatan BLUD Pembukuan Pendapatan Bendahara Penerimaan BLUD Proses Pelaksanaan Belanja BLUD Pembukuan Belanja Bendahara Pengeluaran BLUD Proses Keuangan di Pejabat Keuangan BLUD Pembukuan di Pejabat Keuangan BLUD Pertanggungjawaban Pendapatan BLUD Pertanggungjawaban Belanja BLUD Pelaporan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan BLUD -ra7™monw> PEMAHAMAN AKUN-AKUN NERACA ‘Akun Kas dan Setara Kas Akun Piutang ‘Akun Persediaan Akun Investasi Akun Aset Tetap ‘Akun Aset Lainnya ‘Akun kewajiban ‘Akun Ekuitas zo7mone> PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BLUD. A. Konsep Dasar Akuntansi Pemerintah dan BLUD 8. Siklus Akuntansi Pemerintah dan BLUD. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai