Anda di halaman 1dari 51
BABII STRUKTUR ORGANISASI DAN SUMBER DAYA MANUSIA BLUD. A. Struktur Organisasi BLUD Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya dimana setidaknya ada 2 (dua) kelompok besar jenis BLUD berdasarkan bidang kerjanya yaitu: Bidang Kesehatan dan Bidang Non Kesehatan. Bab ini akan menjelaskan struktur organisasi apa saja yang bisa digunakan untuk menjalankan BLUD pada kedua kelompok besar bidang tersebut. Pada pasal 29 Permendagri 79/2018 menyatakan bahwa instansi yang bisa menjadi BLUD adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah (selanjutnya disebut UPTD) yang memenuhi persyaratan substantif, teknis dan administratif. Pengaturan Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah sendiri diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (selanjutnya disebut PP 18/2016) sebagaimana yang telah dirubah terakhir kali dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2019 (selanjutnya disebut PP 72/2019) dan untuk operasionainya diatur oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan dan klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (selanjutnya disebut Permendagri 12/2017). 1. Struktur Organisasi Unit Pengelola Teknis Daerah secara Umum Untuk lebih memahami struktur organisasi yang digunakan oleh BLUD maka perlu dipahami lebih jauh struktur organisasi perangkat daerah yang sudah diatur dalam ketentuan peraturan Perundang-undangan yang sudah ada. Struktur organisasi perangkat daerah yang dapat menjadi BLUD adalah UPTD yang dibagi menjadi UPTD Provinsi dan UPTD Kabupaten/Kota. Berikut adalah penelaahan lebih jauh mengenai kedua UPTD tersebut. UPTD Provinsi Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah secara umum di Provinsi diatur oleh Pasal 11 Permendagri 12/2017 dimana pada dinas atau badan daerah provinsi dapat dibentuk UPTO Provinsi untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu. Khusus untuk Unit Pelaksana Teknis Badan Daerah Provinsi bidang Pendidikan diatur oleh Pasal 13 yang menjelaskan bahwa terdapat unit pelaksana teknis dinas daerah provinsi di bidang pendidikan berupa satuan pendidikan daerah provinsi. Satuan pendidikan daerah provinsi tersebut berbentuk satuan pendidikan formal Khusus untuk UPTD yang berbentuk rumah sakit daerah di provinsi diatur pada Pasal 14 Permendagri 12/2017, sebagai berikut: (2) Selain UPTO provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), terdapat UPTO provinsi di bidang kesehatan berupa Rumah Sakit Daerah provinsi sebagai unit organisasi bersifat fungsional dan unit layanan yang bekerja secara profesional. (2) Rumah Sakit Daerah provinsi dipimpin oleh direktur Rumah Sakit Daerah provinsi yang diangkat dari pejabat fungsional dokter/dokter gigi yang diberikan tugas tambahan. (3) Rumah Sakit Daerah provinsi bersifat otonom dalam penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis serta menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah. (4) Dalam hal Rumah Sakit Daerah provinsi belum menerapkan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah, pengelolaan keuangan Rumah Sakit Daerah provinsi tetap bersifat cotonom dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban keuangan (5) Rumah Sakit Daerah provinsi dalam penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan tata kelola Klinis, dibina dan bertanggungjawab kepada dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan. (6) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan melalui penyampaian laporan kinerja rumah sakit kepada kepala dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan, (7) Pembinaan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis serta pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata hubungan kerja Rumah Sakit Daerah provinsi serta pengelolaan keuangan Rumah Sakit Daerah provinsi diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perlakuan khusus rumah sakit daerah provinsi dibanding UPTD lain sudah tergambar pada Pasal 14 ayat (3) dan (4) Permendagri 12/2017 di atas. Pada perkembangannya perlakuan khusus rumah sakit daerah provinsi diperkuat lagi dengan pasal 21 ayat (2) PP 72/2019, yang menjelaskan bahwa sebagai unit organisasi bersifat khusus, Rumah Sakit Daerah provinsi memiliki otonomi dalam pengelolaan keuangan dan Barang Milik Daerah serta bidang kepegawaian. Pada ayat (3) dijelaskan pula bahwa Rumah Sakit Daerah provinsi dipimpin oleh direktur Rumah Sakit Daerah provinsi Pada pasal 21A ayat (1) PP 72/2019 menjelaskan bahwa Direktur Rumah Sakit Daerah provinsi dalam pengelolaan keuangan dan Barang Milik Daerah serta bidang kepegawaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) bertanggung jawab kepada kepala dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan. Kemudian pada ayat (2) menjelaskan bahwa pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan ‘melalui penyampaian laporan pelaksanaan pengelolaan keuangan dan Barang Milik Daerah serta bidang kepegawaian Rumah Sakit Daerah provinsi Otonomi dalam pengelolaan keuangan dan barang milik daerah pada rumah sakit daerah provinsi lebih jauh diatur dalam Pasal 218 ayat (1) dimana otonomi tersebut meliputi perencanaan, Belaksanaan, dan pertanggungjawaban keuangan serta penggunaan dan penatausahaan Barang Milik Oaerah, Ayat (2) menjelaskan posisi direktur dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana Simaksud pada ayat (1), dimana direktur Rumah Sakit Daerah provinsi ditetapkan selaku kuasa Dengguna anggaran dan kuasa pengguna barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, Selain selaku kuasa pengguna anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pada vat (3) dijelaskan bahwa direktur Rumah Sakit Daerah provinsi memiliki tugas dan kewenangan: a. menyusun rencana kerja dan anggaran; Pada penjelasan pasal 21b ayat (3) huruf a menyebutkan bahwa rencana kerja dan anggaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan. b._menyusun dokumen pelaksanaan anggaran; Pada penjelasan pasal 21b ayat (3) huruf b menyebutkan bahwa dokumen pelaksanaan anggaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen pelaksanaan anggaran dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan. ¢._menandatangani surat perintah membayar; Pada penjelasan pasal 21b ayat (3) huruf c menyebutkan bahwa “menandatangani surat perintah membayar" adalah menandatangani surat perintah membayar-uang persediaan (UP), surat perintah membayar-ganti uang persediaan (GU), surat perintah membayar tambahan uang persediaan (TU), dan surat perintah membayar-langsung (LS). d,mengelola utang dan piutang daerah yang menjadi tanggung jawabnya; Pada penjelasan pasal 21b ayat (3) huruf d menyebutkan bahwa "mengelola utang dan piutang Daerah yang menjadi tanggung jawabnya" adalah sebagai akibat yang ditimbulkan dari pelaksanaan dokumen pelaksana anggaran. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan unit yang dipimpinnya; f.menetapkan pejabat pelaksana teknis kegiatan dan pejabat penatausahaan keuangan; dan & menetapkan pejabat lainnya dalam unit yang dipimpinnya dalam rangka pengelolaan keuangan daerah Ayat (4) menjelaskan secara khusus tentang rencana kerja dan anggaran serta dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b harus disampaikan kepada tim anggaran Pemerintah Daerah provinsi melalui pejabat pengelola keuangan Daerah untuk diverifikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Terkait BLUD, pada ayat (5) menjelaskan bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) berlaku juga bagi Rumah Sakit Daerah provinsi yang telah menerapkan pola Pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah dalam menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran. Penjelasan pelaksanaan keuangan rumah sakit daerah provinsi lebih jauh dapat dilihat pada Pasal 21 dan Pasal 21 sebagai berikut: Pasal 21C (1) Dalam pelaksanaan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 218 ayat (1), direktur Rumah Sakit Daerah provinsi melaksanakan belanja sesuai dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 218 ayat (3) huruf b sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Direktur Rumah Sakit Daerah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung Jawab atas pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja rumah sakit yang dipimpinnya. | 210 Aen pertanggungjawaban Kevangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 218 ayat (1 ( Grektur Rumah Sakit Daerah provinsi melakukan penyusunan laporan pertanggunglawaban veuangan yang merupakan bagian dari laporan kinerja sesual dengan ketentuan peraturay perundang-undangan. (2) Laporan pertanggungjawaban Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disajikan dalam laporan keuangan dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan dan laporan keuangan Pemerintah Daerah provinsi. (3) Tata cara dan format penyusunan laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. penjelasan tentang pelaksanaan otonomi rumah sakit daerah provinsi dalam bidang kepegawaian dijelaskan Pasal 21£ dilaksanakan melalui ketentuan direktur Rumah Sakit Daerah provinsi dapat mengusulkan pengangkatan, pemindahan, dan a. pemberhentian pegawai aparatur sipil negara kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. direktur Rumah Sakit Daerah provinsi memiliki kewenangan dalam menyelenggarakan pembinaan pegawai aparatur sipil negara dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dalam jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan c. direktur Rumah Sakit Daerah provinsi memiliki kewenangan dalam pengelolaan dan pembinaan pegawai di lingkungan Rumah Sakit Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Klasifikasi UPTD provinsi secara umum kemudian dijelaskan dalam Pasal 15 Permendagri 12/2017 sebagai berikut (1) UPTD provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dibedakan dalam 2 (dua) klasifikasi (2) Klasifikasi UPTD provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. UPTO provinsi kelas A untuk mewadahi beban kerja yang besar; dan b. UPTD provinsi kelas B untuk mewadahi beban kerja yang kecil. (3) Penentuan klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan hasi analisis beban kerja dengan ketentuan: a. UPTD Provinsi Kelas A dibentuk apabila: 1. lingkup tugas dan fungsinya meliputi 2 (dua) fungsi atau lebih pada Dinas/Badan atav wilayah kerjanya lebih dari 1 (satu) kabupaten/kota; dan 2. jumlah jam kerja efektif 15.000 (lima belas ribu) jam atau lebih per tahun. b. UPTD Provinsi Kelas B dibentuk apabila: ayah 1. lingkup tugas dan fungsinya hanya 1 (satu) fungsi pada dinas/badan atau wily kerjanya hanya mencakup 1(satu) kabupaten/kota; dan 2. jumlah jam kerja efektif antara 6.000 (enam ribu) jam sampai 15.000 (lima belas ribu) jam per tahun. Gubernur dapat menurunkan tipe UPTD dengan memperha' kondisi tertentu di daerah. dengan kurang 43" tikan kemampuan keuangan 42” Jenis dan Klasifikasi khusus untuk Rumah Sakit Daerah provinsi diatur oleh Pasal 21F PP 72/2019 sebagai berikut: (1) Jenis Rumah Sakit Daerah provinsi terdiri atas rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. (2) Rumah Sakit Daerah provinsi diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit Daerah provinsi. (3) Klasifikasi Rumah Sakit Umum Daerah provinsi terdiri atas: a. Rumah Sakit Umum Daerah provinsi kelas A; b. Rumah Sakit Umum Daerah provinsi kelas B; dan cc. Rumah Sakit Umum Daerah provinsi kelas C. (4) Klasifikasi Rumah Sakit Khusus Daerah provinsi terdiri atas: a. Rumah Sakit Khusus Daerah provinsi kelas A; dan b. Rumah Sakit Khusus Daerah provinsi kelas B. (5) Jenis dan klasifikasi Rumah Sakit Daerah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menentukan besaran organisasi Rumah Sakit Daerah provinsi. (6) Dalam rangka optimalisasi pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Pemerintah Daerah provinsi dapat membentuk Rumah Sakit Umum Daerah kelas D setelah mendapat persetujuan menteri dalam negeri. (7) Dalam memberikan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), menteri dalam negeri berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan dan menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang aparatur negara. (8) Ketentuan mengenai fasilitas dan kemampuan pelayanan klasifikasi Rumah Sakit Daerah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), dan ayat (6) diatur dalam Peraturan Menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan.” Penjelasan lebih jauh apa yang dimaksud kelas-kelas rumah sakit umum terdapat pada pasal 17 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit (selanjutnya disebut Permenkes 3/2020). Penjelasan klasifikasi tersebut berlalu untuk rumah sakit umum pemerintah maupun swasta sebagai berikt (1) Rumah Sakit umum kelas A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) buah, (2) Rumah Sakit umum kelas B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf b merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 200 (dua ratus) buah. (3) Rumah Sakit umum kelas C sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf c merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 100 (seratus) buah (4) Rumah Sakit umum kelas D sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf d merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 50 (lima puluh) buah, Untuk penjelasan lebih jauh apa yang dimaksud kelas-kelas rumah sakit khusus terdapat pada pasal 18 Permenkes 3/2020. Penjelasan klasifikasi tersebut berlalu untuk rumah sakit khusus pemerintah maupun swasta sebagai berikut: (1) Rumah Sakit khusus kelas A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a merupakan Rumah Sakit khusus yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 100 (seratus) buah, (2) Rumah Sakit husus kelas 8 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 hurufb merupakan Runs Sakit khusus yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 75 (tujuh puluh lima) bush, (3) Rumah Sakitkhusus Kelas C sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf c merupakan Rumsy Sakit khusus yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 25 (dua puluh lima) buah, Kedudukan UPTO Provinsi secara umum dijelaskan dalam Pasal 16 Permendagri 12/2017 sebag, berikut: (2) UPTO provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) berada di bawah day bertanggung jawab kepada Kepala Dinas atau Kepala Badan sesuai dengan bidang Uruss, Pemerintahan atau penunjang Urusan Pemerintahan yang diselenggarakan. (2) UPTO provinsi merupakan bagian dari Perangkat Daerah provinsi Susunan Organisasi UPTD Provinsi kelas A dan kelas 8 secara umum, yang tidak diperuntuiser untuk Rumah Sakit Daerah dan Satuan Pendidikan dijelaskan dalam Pasal 18 Permendsg 12/2017 sebagai berikut: (1) Susunan organisasi UPTO Provinsi kelas A, terdiri atas: a. kepala; b. subbagian tata usaha; c._seksi paling banyak 2 (dua) seksi; dan d. kelompok jabatan fungsional. (2) Susunan organisasi UPTD Provinsi kelas B, terdiri atas: a. kepala; b. subbagian tata usaha; dan _pelaksana dan kelompok jabatan fungsional. (3) Persyaratan dan Susunan UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tide berlaku bagi UPTD yang berbentuk satuan pendidikan dan rumah sakit. Kemudian pada Pasal 19 Permendagri 12/2017 dijelaskan jika UPTD memiliki jangkaver pelayanan yang cukup luas sebagai berikut: (1) Pada UPTD provinsi yang secara geografis mempunyai jangkauan pelayanan cukup luas, untut memudahkan pelaksanaan tugas UPTD dapat dibentuk wilayah kerja/unit kerja nonstruktura. (2) Wilayah kerja/unit nonstruktural sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang koordinator. UPTD Kabupaten/Kota Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah secara umum di kabupaten/kota diatur oleh Pasal 20 Permendagri 12/2017 dimana pada dinas atau badan daerah kabupaten/kota dapat dibentut UPTD kabupaten/kota untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan tel Penunjang tertentu. Khusus untuk Unit Pelaksana Teknis Badan Daerah kabupaten/kota bids'é Fendidikan diatur oleh Pasal 22 yang menjelaskan bahwa terdapat unit pelaksana teknis dt daerah kabupaten/kota di bidang pendidikan berupa satuan pendidikan Daerah kabupaten/io# Satuan pendidikan deerah kabupaten/kota tersebut berbentuk satuan pendidikan formal 7 Satuan pendidikan nonformal, Khusus untuk UPTD yang berbentuk Rumah Sakit Daerah di kabupaten/kota diatur pada Pasal 23 Permendagri 12/2017 sebagai berikut (1) Selain UPTD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1), terdapat UPTD kabupaten/kota di bidang kesehatan berupa Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota dan Puskesmas sebagai unit organisasi bersifat fungsional dan unit layanan yang bekerja secara profesional (2) Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota dipimpin oleh direktur Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota yang diangkat dari pejabat fungsional dokter/dokter gigi yang diberikan tugas tambahan. (3) Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota bersifat otonom dalam penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis serta menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah. (4) Dalam hal Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota belum menerapkan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah, pengelolaan keuangan Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota tetap bersifat otonom dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban keuangan (5) Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis, dibina dan bertanggungjawab kepada Dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan. (6) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan melalui penyampaian laporan kinerja rumah sakit kepada kepala Dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan. (7) Pembinaan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis serta pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan. (8) Organisasi dan tata hubungan kerja Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota serta pengelolaan keuangan Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota berpedoman pada dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perlakuan khusus Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota dibanding UPTD lain sudah tergambar pada Pasal 23 ayat (3) dan (4) Permendagri 12/2017 di atas. Pada perkembangannya perlakukan khusus Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota diperkuat lagi dengan pasal 43 ayat (2) PP 72/2019, yang menjelaskan bahwa sebagai unit organisasi bersifat _khusus, Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota memiliki otonomi dalam pengelolaan keuangan dan Barang Milik Daerah serta bidang kepegawaian. Pada ayat (3) dijelaskan pula bahwa Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota dipimpin oleh direktur Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota Pada pasal 44 ayat (1) PP 72/2019 menjelaskan bahwa Direktur Rumah Sakit Daerah kabupaten/ kota dalam pengelolaan keuangan dan Barang Milik Daerah serta bidang kepegawaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) bertanggung jawab kepada kepala dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan. Kemudian pada ayat (2) menjelaskan bahwa pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui penyampaian laporan pelaksanaan pengelolaan keuangan dan Barang Milik Daerah serta bidang kepegawaian Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota. Otonomi dalam pengelolaan keuangan dan Barang Milik Daerah pada Rumah Saki kabupaten/kota lebih jauh diatur dalam Pasal 44A ayat (1) dimana otonomi tersebu perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban keuangan serta_penggunaan a penatausahaan Barang Milik Daerah. Ayat (2) menjelaskan posisi direktur dalam melaksanata, ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dimana direktur Rumah Sakit Daerah Kabupaten/kota ditetapkan selaku kuasa pengguna anggaran dan kuasa pengguna barang Sesug, dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain selaku kuasa pengguna anggaray sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pada ayat (3) djelaskan bahwa direktur Rumah san Daerah kabupaten/kota memiliki tugas dan kewenangan: a. menyusun rencana kerja dan anggaran; Pada penjelasan pasal 44a ayat (3) huruf a menyebutkan bahwa rencana kerja dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran di menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan. b._menyusun dokumen pelaksanaan anggaran; Pada penjelasan pasal 44a ayat (3) huruf b menyebutkan bahwa dokumen pelaksanaan anggaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen pelaksanaan anggaran dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan. ¢._ menandatangani surat perintah membayar; Pada penjelasan pasal 44a ayat (3) huruf c menyebutkan bahwa "menandatangani surat perintah membayar" adalah menandatangani surat perintah membayar-uang persedizan (UP), surat perintah membayar-ganti uang persediaan (GU), surat perintah membayar tambahan uang persediaan (TU), dan surat perintah membayar-langsung (LS). d. _mengelola utang dan piutang Daerah yang menjadi tanggung jawabnya; Pada penjelasan pasal 44a ayat (3) huruf d menyebutkan bahwa "mengelola utang dan piutang Daerah yang menjadi tanggung jawabnya" adalah sebagai akibat yang ditimbulkan dari pelaksanaan dokumen pelaksana anggaran. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan unit yang dipimpinnya; menetapkan pejabat pelaksana teknis kegiatan dan pejabat penatausahaan keuangan; dan 8. menetapkan pejabat lainnya dalam unit yang dipimpinnya dalam rangka pengelolaan keuangan Daerah. it Daeray t Melipyy anggaran INAS yang Ayat (4) menjelaskan secara khusus tentang rencana kerja dan anggaran serta dokumen Pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b harus disampaikan kepada tim anggaran Pemerintah Daerah kabupaten/kota melalui pejabat pengelola keuangan Daerah untuk diverifikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Terkait BLUD ayat (5) menjelaskan bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) berlaku juga bagi Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota yang telah menerapkan pola Bengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah dalam menyusun Rencana Bisnis dam Anggaran, Penjelasan pelaksanaan keuan \gan Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota lebih jauh dapat dillhat Pada Pasal 448 dan Pasal 44c sebagai berikut: Pasal 448 (1) Dalam pelaksanaan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44A ayat (1), direktur Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota melaksanakan belanja sesuai dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44A ayat (3) huruf b sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Direktur Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja rumah sakit yang dipimpinnya Pasal 44C (1) Dalam pertanggungjawaban keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44A ayat (1), direktur Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota melakukan penyusunan _laporan pertanggungjawaban keuangan yang merupakan bagian dari laporan kinerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Laporan pertanggungjawaban keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disajikan dalam laporan keuangan dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan dan laporan keuangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota. (3) Tata cara dan format penyusunan laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penjelasan tentang pelaksanaan otonomi Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota dalam bidang kepegawaian dijelaskan Pasal 44D dilaksanakan melalui ketentuan: a. direktur Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota dapat mengusulkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pegawai aparatur sipil negara kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. direktur Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota_memiliki kewenangan dalam menyelenggarakan pembinaan pegawai aparatur sipil negara dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dalam jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan ¢ direktur Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota memiliki kewenangan dalam pengelolaan dan pembinaan pegawai di lingkungan Rumah Sakit Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Berdasarkan penjelasan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan terkait otonomi dalam penganggaran, penatausahaan, sampai dengan pertanggungjawaban pada BLUD Rumah Sakit Daerah yaitu: 3. RKA dan DPA Rumah Sakit Daerah harus disampaikan kepada TAPD melalui PPKD untuk diverifikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan b. Rumah Sakit Daerah mengeluarkan SPM UP, GU, TU dan LS kepada BUD agar dapat menerbitkan SP2D nya. PP 12/2019 mengatur bahwa UPTD hanya dapat menerbitkan SPM iw dan LS, sedangkan Rumah Sakit Daerah sebagai UPTD dapat menerbitkan SPM layaknya KPD. © Direktur Rumah Sakit Daerah melakukan penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan dan disajikan dalam laporan keuangan dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan dan laporan keuangan Pemerintah Daerah. Ini berarti Rumah Sakit Daerah sebagal enitas akuntansi menyampaikan laporan keuangan kepada dinasnya, hay sudah menerapkan BLUD maupun yang belum, Klasifikasi UPTD kabupaten/kota secara umum kemudian dijelaskan dalam Pasal 24 Permendagri 12/2017 sebagai berikut: (2) UPTD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dibedakan dalam (dua) klasifikasi (2) Klasifikasi UPTD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a, UPTD kabupaten/kota kelas A untuk mewadahi beban kerja yang besar; dan b. UPTD kabupaten/kota kelas B untuk mewadahi beban kerja yang kecil (3) Penentuan klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan has) analisis beban kerja dengan ketentuan: a. UPTD kabupaten/kota Kelas A dibentuk apabila: 1. lingkup tugas dan fungsinya meliputi 2 (dua) fungsi atau lebih pada Dinas/Badan atau wilayah kerjanya lebih dari 1 (satu) kecamatan; dan 2. jumlah jam kerja efektif 10.000 (sepulub ribu) jam atau lebih per tahun b. UPTD kabupaten/kota Kelas B dibentuk apabila 1. lingkup tugas dan fungsinya hanya 1 (satu) fungsi pada dinas/badan atau wilayah kerjanya hanya mencakup 1 (satu) kecamatan; dan 2. jumlah jam kerja efektif antara 5.000 (lima ribu) jam sampai dengan kurang dat 10.000 (sepuluh ribu) jam per tahun. Bupati/Walikota dapat menurunkan tipe UPTD dengan memperhatikan kemampuan keuangan dan kondisi tertentu di daerah Jenis dan Klasifikasi khusus untuk Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota diatur oleh Pasal 44€ PP 72/2019 sebagai berikut (1) Jenis Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota terdiri atas rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. (2) Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota. (3) Klasifikasi Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten/kota terdiri atas: 3. Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten/kota kelas A; b. Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten/kota kelas 8B; ¢. Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten/kota kelas C; dan 9. Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten/kota kelas D. (4) Klasifikasi Rumah Sakit Khusus Daerah provinsi terdiri atas @. Rumah Sakit Khusus Daerah kabupaten/kota kelas A; dan &. Rumah Sakit Khusus Daerah kabupaten/kota kelas B. (5) Jenis dan Kasfikasi Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada 2! (1) dan ayat (2) menentukat (6) Ketentums Nn besaran organisasi Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota. ‘ engenai fasilitas dan kemampuan pelayanan klasifikasi Rumah Sakit Dae" ene Sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dan ayat (4) diatur dalam Peratura® ‘eri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan.” Kedudukan UPTO kabupaten/kota dijelaskan dalam Pasal 25 Permendagri 12/2017 sebagai berikut (1) UPTD kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas atau Kepala Badan sesuai dengan bidang Urusan Pemerintahan atau penunjang Urusan Pemerintahan yang diselenggarakan. (2) UPTD kabupaten/kota merupakan bagian dari Perangkat Daerah kabupaten/kota Susunan Organisasi UPTD kabupaten/kota kelas A dan kelas B dijelaskan dalam Pasal 27 Permendagri 12/2017 sebagai berikut: (1) Susunan organisasi UPTD kabupaten/kota kelas A, terdiri atas: a. kepala; b. subbagian tata usaha; cc. kelompok jabatan fungsional. (2) Susunan organisasi UPTD kabupaten/kota kelas B, terdiri atas: a. kepala;dan b. pelaksana dan kelompok jabatan fungsional. (3) Persyaratan dan Susunan UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku bagi UPTD yang berbentuk satuan pendidikan formal dan nonformal, dan Rumah Sakit Daerah. Kemudian pada Pasal 28 Permendagri 12/2017 dijelaskan jika UPTO memiliki jangkauan pelayanan yang cukup luas sebagai berikut: (1) Pada UPTD kabupaten/kota yang secara geografis mempunyai jangkauan pelayanan cukup luas, untuk memudahkan pelaksanaan tugas UPTD dapat dibentuk wilayah kerja/unit kerja nonstruktural. (2) Wilayah kerja/unit nonstruktural sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang koordinator. Berdasarkan penjelasan tentang UPTD baik dari Permendagri 12/2017 maupun PP 72/2019 dapat terlihat bahwa ada paling tidak 3 (tiga) jenis UPTD yaitu UPTD yang berbentuk satuan pendidikan formal dan nonformal, UPTD Rumah Sakit Daerah, dan UPTD. lainnya. Tipologi struktur organisasi satuan Pendidikan dapat mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2019 tentang Pedoman Organisasi Tata Kerja Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (selanjutnya disebut Permendikbud 6/2019). Sedangkan untuk tipologi struktur organisasi Rumah Sakit Daerah dapat disusun dengan mengacu pada PP 72/2019. Selain itu tipologi struktur organisasi pusat kesehatan masyarakat juga dapat mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (selanjutnya disebut Permenkes 43/2019). Pada penjelasan berikutnya dijelaskan beberapa tipologi yang dapat disusun khusus untuk Rumah Sakit Daerah, Pusat Kesehatan Masyarakat, dan Satuan Pendidikan. Struktur Organisasi Pengelolaan Keuangan Daerah, Barang Milik Daerah dan Pengadaan Barang/Jasa Sebelum meninjau lebih jauh tipologi struktur organisasi UPTD yang berbentuk satuan pendidikan formal dan nonformal, UPTD Rumah Sakit Daerah, dan UPTD lainnya yang dapat menjadi BLUD, perlu juga memahami struktur organisasi pengelolaan keuangan daerah dan struktur organisasi pengelolaan barang milik daerah serta para pejabat pengadaan barang dan/atau jasa Beriky adalah penjelasan lebih jauh tentang struktur organisasi pengelolaan keuangan daerah pengelolaan barang milk daerah serta para pejabat pengadaan barang dan/atau jasa dan pihak-pihak yang terlibat didalamnya a. Para Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangin Daerah menjelaskan bahwa para pejabat yang bertugas dalam pengelolaan keuangan daera, adalah sebagai berikut: Kepala Daerah Kepala Daerah selaku pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah dan mewai) Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Sebagai Pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah, Kepala Daerah mempunyai kewenangan: i. menyusun rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang perubahan ‘APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD: il, mengajukan rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang perubaha, APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungiawaban pelaksanaan APBD kepats DPRD untuk dibahas bersama; menetapkan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang tel mendapat persetujuan bersama DPRD; iv, _ menetapkan kebijakan terkait Pengelolaan Keuangan Daerah; ¥.__mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak terkait Pengelolaan Keuangan Daerah yang sangat dibutuhkan oleh Daerah dan/atau masyarakat; vi. menetapkan kebijakan pengelolaan APBD; vii, menetapkan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA); viii, menetapkan Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran; x, _menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah; X.menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan Utang dan Piutang Daerah; Xi menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran; xii, menetapkan pejabat lainnya dalam rangka Pengelolaan Keuangan Daerah ses dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan xiii, melaksanakan kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang: undangan. Dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan daerah tersebut, Kepala Daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan, pengangge"™ pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, serta pengawas? Keuangan Daerah kepada Pejabat Perangkat Daerah yang terdiri atas i, Sekretaris daerah selaku koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah; ll. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) selaku Pejabat Pengel9# Keuangan Daerah (PPKD); dan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku Pengguna Anggaran (PA). Pelimpahan sebagian atau seluruh kekuasaan tersebut didasarkan pada prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan, menguji, dan menerima atau mengeluarkan uang dan ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah. Sekretaris Daerah Sekretaris daerah selaku koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai tugas: ii. vi koordinasi dalam Pengelolaan Keuangan Daerah; koordinasi di bidang penJrusunan rancangan APBD, rancangan perubahan APBD, dan rancangan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; koordinasi penyiapan pedoman pelaksanaan APBD; memberikan persetujuan pengesahan DPA SKPD; koordinasi pelaksanaan tugas lainnya di bidang Pengelolaan Keuangan Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perurndang-undangan; dan memimpin Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD). Dalam melaksanakan tugasnya, koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah Kepala SKPKO selaku PPKD mempunyai tugas: menyusun dan melaksanakan kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah; menyusun rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang perubahan ‘APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; melaksanakan pemungutan Pendapatan Daerah yang telah diatur dalam Perda; melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah (BUD); dan melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang: vii vil menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD; mengesahkan DPA SKPD; melakukan pengendalian pelaksanaan APBD; memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas umum daerah; melaksanakan pemungutan pajak daerah; menetapkan Surat Penyediaan Dana (SPD); menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama Pemerintah Daerah; ‘melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan Keuangan Daerah; menyajikan informasi keuangan daerah; dan melakukan pencatatan dan pengesahan dalam hal penerimaan dan Pengeluaran Daerah sesual dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, tidak dilakukan melalui Rekening Kas Umum Daerah PPKD selaku BUD mengusulkan pejabat di lingkungan SKPKD kepada Kepala Daerah unty, ditetapkan sebagai Kuasa BUD yang ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah. Kuasa ayp mempunyai tugas: i. menyiapkan Anggaran Kas; ii. menyiapkan SPD; iii, menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D); iv. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan ata lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk; vy. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD; vi. menyimpan uang daerah; vii. melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/ menatausahakan invests viii melakukan pembayaran berdasarkan permintaan PA/KPA atas Beban APBD; ix. melaksanakan Pemberian Pinjaman Daerah atas nama Pemerintah Daerah; x. melakukan pengelolaan Utang dan Piutang Daerah; dan xi, melakukan penagihan Piutang Daerah. Kuasa BUD bertanggung jawab kepada PPKD selaku BUD. Kepala Daerah atas usul BUD dapat menetapkan lebih dari 1 (satu) Kuasa BUD di lingkungan SKPKO dengan pertimbangan besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, dan) atau rentang kendali. Pengguna Anggaran Kepala SKPD selaku pengguna anggaran (PA) mempunyai tugas: i, menyusun RKA-SKPD dan RKPA-SKPD; ji, menyusun DPA-SKPO dan DPPA-SKPD; iil, melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas Beban anggaran belanja; iv. _melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya; v. _melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran; vi, melaksanakan pemungutan retribusi daerah; vil, mengadakan ikatan/perjanjian kerja sama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan; vil menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM); ‘x. mengelola Utang dan Piutang Daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya; %__menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya; xi, mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya; menetapkan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK SKPD); xiii, menetapkan pejabat lainnya dalam SKPD yang dipimpinnya dalam rangka Pengelolaan Keuangan Daerah; dan xiv. melaksanakan tugas lainnya sesuai den undangan Pengguna Anggaran bertanggung jawab atas Kepala Daerah melalui sekretaris daerah, gan ketentuan peraturan perundang- pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada Kuasa Pengguna Anggaran Pengguna anggaran dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit SKPD selaku KPA yang ditetapkan oleh Kepala Daerah atas usul kepala SKPD. Pelimpahan kewenangan berdasarkan pertimbangan besaran anggaran kegiatan, lokasi, dan/atau rentang kendali. Pelimpahan sebagian kewenangan kuasa pengguna anggaran di SKPD meliputi: i. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja; ji, Melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya; iii, Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran; iv. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak; Vv. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan; vi. Mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang dipimpinnya; Melaksanakan tugas-tugas kuasa pengguna anggaran lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh pejabat pengguna anggaran; viii, Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna anggaran. Dalam melaksanakan kewenangannya KPA bertanggung jawab kepada PA Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) PA/KPA dalam melaksanakan Kegiatan menetapkan pejabat pada SKPD/Unit SKPD selaku PPTK. PPTK bertugas membantu tugas dan wewenang PA/KPA. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, PPTK bertanggung jawab kepada PA/KPA Penetapan PPTK dilakukan berdasarkan pertimbangan kompetensi jabatan, besaran anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, rentang kendali, dan/atau pertimbangan objektif lainnya yang kriterianya ditetapkan Kepala Daerah. PPTK merupakan Pegawai ASN yang menduduki jabatan struktural sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dalam hal tidak terdapat Pegawai ASN yang menduduki jabatan struktural, PA/KPA dapat menetapkan pejabat fungsional umum selaku PPTK yang kriterianya ditetapkan Kepala Daerah PPTK ditunjuk oleh pengguna anggaran atas usulan PPK SKPD. PPTK tidak dapat merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen; Pejabat Pengadaan; dan Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan. PPTK bertugas: i. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan; ji, Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; dan iii, Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya, mencakup dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi yang terkait dengan persyaratan pembayaran yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; iv, Melaksanakan transaksi pembelian barang dan jasa atas perintah PPK-SKPD sesuai dengan batas kewenangannya; v. Mengelola uang panjar yang diserahkan oleh bendahara pengeluaran/bendahara pengeluaran pembantu atas persetujuan pengguna anggran/kuasa _pengguna anggran; Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK SKPD) Kepala SKPO selaku PA menetapkan PPK SKPD untuk melaksanakan fungsi tata keuangan pada SKPD. PPK SKPD mempunyai tugas dan wewenang: i, melakukan verifikasi SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS beserta kelengkapannya yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran; ii, menyiapkan SPM; ii, melakukan_verifikasi laporan pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan Bendahara Pengeluaran; iv. melaksanakan fungsi akuntansi pada SKPD; dan vy, menyusun laporan keuangan SKPD. PPK SKPO tidak merangkap sebagai pejabat dan pegawai yang bertugas melakuian pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, Bendahara Penerimaan, Bendahan Pengeluaran, dan/atau PPTK. Usaha bulti dan Pejabat Penatausahaan Keuangan Unit SKPD (PPK Unit SKPD) Dalam hal PA melimpahkan sebagian kewenangannya kepada KPA, PA menetapkan PPK Unt SKPD untuk melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada Unit SKPD. PPK Unit skpp mempunyai tugas: i. melakukan verifikasi SPP-TU dan SPP-LS beserta bukti kelengkapannya yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran pembantu; li, menyiapkan SPM-TU dan SPM-LS, berdasarkan SPPTU dan SPP-LS yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran pembantu; dan ili, melakukan verifikasi laporan pertanggungiawaban Bendahara Penerimaan pembantu dan Bendahara Pengeluaran pembantu. Bendahara Penerimaan Kepala Daerah menetapkan Bendahara Penerimaan untuk melaksanakan_ tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan pada SKPD atas usul PPK selaku BUD. Bendahara Penerimaan memiliki tugas dan wewenang menerima, menyimpan, menyetor ke Rekening Kas Umum Daerah, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan Pendapatan Daerah yang diterimanya Kepala SKPD atas usul Bendahara Penerimaan dapat menetapkan pegawai yang bertugas membantu Bendahara Penerimaan untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan Pendapatat Daerah. Pegawai yang bertugas membantu Bendahara Penerimaan melaksanakan tugas da" ‘wewenang sesuai dengan lingkup penugasan yang ditetapkan kepala SKPD. Bendahara Penerimaan Pembantu Dalam hal PA melimpahkan sebagian kewenangannya kepada KPA, Kepala Daerah dapat menetapkan Bendahara Penerimaan pembantu pada unit kerja SKPD yang bersangkula" Bendahara Penerimaan pembantu memiliki tugas dan wewenang sesuai dengan lingki? enugasan yang ditetapkan Kepala Daerah Bendahara Pengeluaran Kepala Daerah atas usul PPKD menetapkan Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja pada SKPD. Bendahara Pengeluaran memiliki tugas dan wewenang i. Mengajukan permintaan pembayaran dengan menggunakan SPP-UP, SPP-TU, SPP-GU dan SPP-LS; ii, menerima dan menyimpan UP, GU, dan TU; ili, _ melaksanakan pembayaran dari UP, GU, dan TU yang dikelolanya; iv. menolak perintah bayar dari PA yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; v. _ meneliti kelengkapan dokumen pembayaran; vi. membuat laporan pertanggungjawaban secara administratif kepada PA dan laporan pertanggungjawaban secara fungsional kepada BUD secara periodik; dan vii. memungut dan menyetorkan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Kepala SKPD atas usul Bendahara Pengeluaran dapat menetapkan pegawai yang bertugas membantu Bendahara Pengeluaran untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan Belanja Daerah, Pegawai yang bertugas membantu Bendahara Pengeluaran melaksanakan tugas dan wewenang sesuai dengan lingkup penugasan yang ditetapkan kepala SKPD. Bendahara Pengeluaran Pembantu Dalam hal PA melimpahkan kewenangannya kepada KPA, Kepala Daerah atas usul PPKD menetapkan Bendahara Pengeluaran pembantu. Bendahara Pengeluaran pembantu memiliki tugas dan wewenang: i. Mengajukan permintaan pembayaran dengan menggunakan SPP-UP, SPP-TU, SPP-GU dan SPP-LS; ii. _ menerima dan menyimpan pelimpahan UP dari Bendahara Pengeluaran; iii, menerima dan menyimpan TU dari BUD; iv. _ melaksanakan pembayaran atas pelimpahan UP dan TU yang dikelolanya; v. _ menolak perintah bayar dari KPA yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; meneliti kelengkapan dokumen pembayaran; memungut dan menyetorkan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; dan viii, membuat laporan pertanggungjawaban secara administratif kepada KPA dan laporan Pertanggungjawaban secara fungsional kepada Bendahara Pengeluaran secara periodik. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran dilarang: i, melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan, dan penjualan jasa; il, bertindak sebagai penjamin atas kegiatan, pekerjaan, dan/atau penjualan jasa; dan lil, menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi balk secara langsung maupun tidak langsung. Untuk lebih jelasnya berikut ini digambarkan struktur para pejabat pengelolaan keuangan daerah beradasarkan penjelasan sebelumnya: Gambar 1. Struktur Para Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah Prune 9 ey) b. Para Pejabat Pengelolaan Barang Daerah Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah (selanjutnya disebut Permendagri 19/2016) menjelaskan bahwa para pejabat yang bertugas dalam pengelolaan barang daerah adalah sebagai berikut Kepala Daerah Gubernur/Bupati/Walikota adalah pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah Pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah, berwenang dan bertanggung jawab: i. menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah; ji, menetapkan penggunaan, pemanfaatan, atau pemindahtanganan barang milik daerah; iil, menetapkan kebijakan pengamanan dan pemeliharaan barang milik daerah; iv. _ menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan barang milik daerah; ¥. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yang memerlukan Persetujuan DPRD; vi. menyetujui usul pemindahtanganan, pemusnahan, dan penghapusan barang milik daerah sesuai batas kewenangannya; Vil. menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan; dan vill. menyetujui_usul_pemanfaatan barang milik daerah dalam bentuk kerjasama Penyediaan infrastruktur. Sekretaris Daerah Sekretaris daerah selaku Pengelola Barang, berwenang dan bertanggung jawab: i. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik daerah; ji. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan barang milik daerah; iii, mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah yang memerlukan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota; iv. mengatur pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, pemusnahan, dan penghapusan barang milik daerah; v. mengatur pelaksanaan pemindahtanganan barang milik daerah yang telah disetujui oleh Gubernur/Bupati/ Walikota atau DPRO; vi. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik daerah; dan vii. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik daerah. Pejabat Penatausahaan Barang Kepala SKPD yang mempunyai fungsi pengelolaan barang milik daerah selaku Pejabat Penatausahaan Barang. Pejabat Penatausahaan Barang ini ditetapkan dengan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota yang dalam hal ini berwewenang dan bertanggung jawab: i. membantu meneliti dan memberikan pertimbangan persetujuan dalam penyusunan rencana kebutuhan barang milik daerah kepada Pengelola Barang; ji, _ membantu meneliti dan memberikan pertimbangan persetujuan dalam penyusunan rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan barang milik daerah kepada Pengelola Barang; ili. memberikan pertimbangan kepada Pengelola Barang atas pengajuan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah yang memerlukan persetujuan Kepala Daerah; iv. _ memberikan pertimbangan kepada pengelola barang untuk mengatur pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, pemusnahan, dan penghapusan barang milik daerah; v. memberikan pertimbangan kepada pengelola barang atas _pelaksanaan pemindahtanganan barang milik daerah yang telah disetujui oleh Kepala Daerah atau DPRD; vi. _ membantu Pengelola Barang dalam pelaksanaan koordinasi inventarisasi barang milik daerah; vii, melakukan pencatatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang, telah diserahkan dari Pengguna Barang yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD dan sedang tidak dimanfaatkan pihak lain kepada Kepala Daerah melalui Pengelola Barang, serta barang milik daerah yang berada pada Pengelola Barang; viii. mengamankan dan memelihara barang milik daerah; ix. membantu Pengelola Barang dalam pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik daerah; dan X._ menyusun laporan barang milik daerah. Pengguna Barang Kepala SKPD selaku Pengguna Barang, Keputisn Gubernur/Bupati/Walikota yang dalam hal ini berwewenang dan bertanggung jawab; mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran barang milk daerah bagi sypy yang dipimpinnya; mengajukan permohonan penetapan status penggunaan barang yang diperoleh dy, beban APBD dan perolehan lainnya yang sah; melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalan ditetapkan dengan i penguasaannya; iv, menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya unty kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD yang dipimpinnya; v.mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya; vi, mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah berupe tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan; vii. menyerahkan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tids, digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD yang dipimpinnya dan sedang tidak dimanfaatkan pihak lain, kepada Kepala Daerah melaly Pengelola Barang; viii. mengajukan usul pemusnahan dan penghapusan barang milik daerah; ix. melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah yang ada dalam penguasaannya; dan x. menyusun dan menyampaikan laporan barang pengguna semesteran dan laporan barang pengguna tahunan yang berada dalam penguasaannya kepada Pengelole Barang. Kuasa Pengguna Barang Pengguna Barang dapat melimpahkan sebagian kewenangan dan tanggung jawab kepada Kuasa Pengguna Barang. Pelimpahan sebagian wewenang dan tanggungjawab kepada Kuase Pengguna Barang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota atas usul Pengguna Barang Penetapan kuasa pengguna barang berdasarkan pertimbangan jumlah barang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya. Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang Pengguna Barang dibantu oleh Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang. Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang ditetapkan oleh Gubernur/ Bupati/Walikota atas ust! Pengguna Barang. Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang adalah pejabat yang membidane! fungsi pengelolaan barang milik daerah pada Pengguna Barang dan berwenang d2? bertanggung jawab: '-menyiapkan rencana kebutuhan dan penganggaran barang milik daerah pad® Pengguna Barang; meneliti usulan permohonan penetapan status penggunaan barang yang diperolet dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah; vi vii. viii xi meneliti pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang dilaksanakan oleh Pengurus Barang dan/atau Pengurus Barang Pembantu; menyusun pengajuan usulan pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan; mengusulkan rencana penyerahan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang dan sedang tidak dimanfaatkan oleh pihak lain; menyiapkan usulan pemusnahan dan penghapusan barang milik daerah; meneliti laporan barang semesteran dan tahunan yang dilaksanakan oleh Pengurus Barang dan/atau Pengurus Barang Pembantu; memberikan persetujuan atas Surat Permintaan Barang (SPB) dengan menerbitkan Surat Perintah Penyaluran Barang (SPPB) untuk mengeluarkan barang milik daerah dari gudang penyimpanan; meneliti dan memverifikasi Kartu Inventaris Ruangan (KIR) setiap semester dan setiap, tahun; melakukan verifikasi sebagai dasar memberikan persetujuan atas perubahan kondisi fisik barang milik daerah; dan meneliti laporan mutasi barang setiap bulan yang disampaikan oleh Pengurus Barang, Pengguna dan/atau Pengurus Barang Pembantu. Pengurus Barang Pengelola Pengurus Barang Pengelola adalah pejabat yang membidangi fungsi pengelolaan barang milik daerah pada Pejabat Penatausahaan Barang. Pengurus Barang Pengelola ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota atas usul Pejabat Penatausahaan Barang yang berwenang dan bertanggungjawab: iii, vi. vii. viii. membantu meneliti dan menyiapkan bahan pertimbangan persetujuan dalam penyusunan rencana kebutuhan barang milik daerah kepada Pejabat Penatausahaan Barang; membantu meneliti dan menyiapkan bahan pertimbangan persetujuan dalam penyusunan rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan barang milik daerah kepada Pejabat Penatausahaan Barang; menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah yang memerlukan persetujuan Kepala Daerah; meneliti dokumen usulan penggunaan, pemanfaatan, pemusnahan, dan Penghapusan dari Pengguna Barang, sebagai bahan pertimbangan oleh Pejabat Penatausahaan Barang dalam pengaturan pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, pemusnahan, dan penghapusan barang milik daerah; menyiapkan bahan pencatatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan dari Pengguna Barang yang tidak digunakan untuk kepentingan Penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD dan sedang tidak dimanfaatkan pihak lain kepada Gubernur/Bupati/Walikota melalui Pengelola Barang; menyimpan dokumen asli kepemilikan barang milik daerah; menyimpan salinan dokumen Laporan Barang Pengguna/Kuasa Pengguna Barang; melakukan rekonsiliasi dalam rangka penyusunan laporan barang milik daerah; dan ix, merekapitulasi dan menghimpun Laporan Barang Pengguna semesteran dan tahun, serta Laporan Barang Pengelola sebagai bahan penyusunan Laporan barang my daerah. Pengurus Barang Pengelola secara administratif dan secara fungsional bertanggung jays, atas pelaksanaan tugasnya kepada Pengelola Barang melalui Pejabat Penatausahaan Baray Dalam hal melaksanakan tugas dan fungsi administrasi Pengurus Barang Pengelola dpa dibantu oleh Pembantu Pengurus Garang Pengelola yang ditetapkan oleh Pejaby Penatausahaan Barang. Pengurus Barang Pengelola dilarang melakukan kegiats perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjani, atas kegiatan/ pekerjaan/penjualan tersebut yang anggarannya dibebankan pada APBD, Pengurus Barang Pengguna Pengurus Barang Pengguna ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota atas usul Penggun: Barang dan berwenang dan bertanggungjawab: vi vii. viii xi xii xi xiv, xv, xvi. xvii, membantu menyiapkan dokumen rencana kebutuhan dan penganggaran barary milik daerah; menyiapkan usulan permohonan penetapan status penggunaan barang milik daereh yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah; melaksanakan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah; membantu mengamankan barang milik daerah yang berada pada Pengguna Barang, menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan Persetujuan DPRD dan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan; menyiapkan dokumen penyerahan barang milik daerah berupa tanah dan/atav bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungs Pengguna Barang dan sedang tidak dimanfaatkan pihak lain; menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemusnahan dan penghapusan barang milt daerah; menyusun laporan barang semesteran dan tahunan; ‘menyiapkan Surat Permintaan Barang (SPB) berdasarkan nota permintaan barany mengajukan Surat Permintaan Barang (SPB) kepada Pejabat Penatausahaan Barang Pengguna; menyerahkan barang berdasarkan Surat Perintah Penyaluran Barang (SPPB) yang dituangkan dalam berita acara penyerahan barang; membuat Kartu Inventaris Ruangan (KIR) semesteran dan tahunan; memberi label barang milik daerah; mengajukan permohonan persetujuan kepada Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang atas perubahan kondisifisik barang milik daerah berdasarkan pengecekan fisik barang; melakukan stock opname barang persediaan; menyimpan dokumen, antara lain fotokopi/salinan dokumen kepemilikan barang milik daerah dan menyimpan asli/fotokopi/salinan dokumen penatausahaan; imelakukan rekonsiliasi dalam rangka penyusunan laporan barang Pengguna Barang dan laporan barang milik daerah; dan xviii, membuat laporan mutasi barang setiap bulan yang disampaikan kepada Pengelola Barang melalui Pengguna Barang setelah diteliti oleh Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang, Pengurus Barang Pengguna secara administratif bertanggung jawab kepada Pengguna Barang dan secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Pengelola Barang melalui Pejabat Penatausahaan Barang. Dalam hal melaksanakan tugas dan fungsi administrasi Pengurus Barang Pengguna dapat dibantu oleh Pembantu Pengurus Barang Pengguna yang ditetapkan oleh Pengguna Barang. Pengurus Barang Pengguna dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan tersebut yang anggarannya dibebankan pada APBD. Pengurus Barang Pembantu Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan Pengurus Barang Pembantu atas usul Kuasa Pengguna Barang melalui Pengguna Barang. Pembentukan Pengurus Barang Pembantu dilakukan berdasarkan pertimbangan jumlah barang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya. Pengurus Barang Pembantu berwenang dan bertanggungjawab: i. menyiapkan dokumen rencana kebutuhan dan penganggaran barang milik daerah; ii, menyiapkan usulan permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah; iii, melaksanakan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah; iv. membantu mengamankan barang milik daerah yang berada pada Kuasa Pengguna Barang; v. menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRO dan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan; vi. menyiapkan dokumen penyerahan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Kuasa Pengguna Barang dan sedang tidak dimanfaatkan pihak lain; vii. menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemusnahan dan penghapusan barang milik daerah viii. menyusun laporan barang semesteran dan tahunan; ix, menyiapkan Surat Permintaan Barang (SPB) berdasarkan nota permintaan barang; x, mengajukan Surat Permintaan Barang (SPB) kepada Kuasa Pengguna Barang; xi, menyerahkan barang berdasarkan Surat Perintah Penyaluran Barang (SPPB) yang dituangkan dalam berita acara penyerahan barang; membuat Kartu Inventaris Ruangan (KIR) semesteran dan tahunan; memberi label barang milik daerah; mengajukan permohonan persetujuan kepada Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang melalui Kuasa Pengguna Barang atas perubahan kondisi fisik barang milik daerah pengecekan fisik barang; xv, melakukan stock opname barang persediaan; xvi, menyimpan dokumen, antara lain: fotokopi/salinan dokumen kepemilikan barang milik daerah dan menyimpan asli/fotokopi/salinan dokumen penatausahaan; xvii, melakukan rekonsiliasi dalam rangka penyusunan laporan barang Kuasa Pengguna Barang dan laporan barang milik daerah; dan xvii, membuat laporan mutasi barang setiap bulan yang disampaikan pada Pengguna Barang melalui Kuasa Pengguna Barang setelah diteliti oleh Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang dan Pengurus Barang Pengguna Pengurus Barang Pembantu baik secara langsung maupun tidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan tersebut yang anggarannya dibebankan pada APBD. Berikut ini dapat digambarkan struktur para pejabat pengelolaan barang milik daerah beradasarkan Permendagri 19/2016: Gambar 2. Struktur Para Pejabat Pengelolaan Barang Milik Daerah Kriteria dan persyaratan dari masing-masing pejabat pengelola keuangan dan barang daerah dapat ditentukan lebih rinci oleh setiap daerah dengan berpedoman pada peratura" Perundangan-undangan, khususnya memperhatikan pasal 5, permendagri 79/2018 yané menyebutkan bahwa (1) Pengangkatan dan penempatan dalam jabatan Pejabat Pengelola dan pega¥! sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayai (4) dan ayat (5) berdasarkan kompetensi 2" kebutuhan Praktek Bisnis Yang Sehat. (2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pengetahuan, keahliat keterampilan, integritas, kepemimpinan, pengalaman, dedikasi dan sikap perilaku Ya"6 dipertukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya. c. Para Pejabat Pengadaan Barang dan/atau Jasa Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (selanjutnya disebut Perpres 16/2018) dan Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 15 tahun 2018 tentang Pelaku Pengadaan Barang/Jasa (selanjutnya disebut Perka LKPP 15/2018) yang dirubah oleh Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 19 tahun 2019 (selanjutnya disebut Perka LKPP 19/2019), menjelaskan bahwa para pejabat yang bertugas dalam pengelolaan barang dan/atau jasa adalah sebagai berikut: Pengguna Anggaran Pengguna Anggaran (selanjutnya disebut PA) adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran Perangkat Daerah yang memiliki tugas dan kewenangan: a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja; b. mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran belanja yang telah ditetapkan; menetapkan perencanaan pengadaan; « d, _menetapkan dan mengumumkan Rencana Umum Pengadaan (RUP); fe, melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa; f,_ menetapkan Penunjukan Langsung untuk Tender/Seleksi ulang gagal; g. menetapkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK); h._menetapkan Pejabat Pengadaan; i, menetapkan Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PjPHP)/Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PPHP); j. menetapkan Penyelenggara Swakelola; k. menetapkan tim teknis; menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan melalui Sayembara/Kontes; m. menyatakan Tender gagal/Seleksi gagal; dan n._menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode pemilihan: 1) Tender/Penunjukan — Langsung/E-purchasing untuk —paket_—-Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau 2). Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). PA dapat melimpahkan kewenangan sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf f kepada KPA. Kuasa Pengguna Anggaran Kuasa Pengguna Anggaran (selanjutnya disingkat KPA) adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Perangkat Daerah. KPA dalam Pengadaan Barang/Jasa melaksanakan Pendelegasian sesuai dengan pelimpahan dari PA. Selain kewenangan tersebut, KPA berwenang menjawab Sanggah Banding peserta Tender Pekerjaan Konstruksi. KPA dapat menugaskan PPK untuk melaksanakan kewenangan tersebut yang terkait dengan a, melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja; dan/atau b, -mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran belanja yang tly ditetapkan, KPA dapat cibantu oleh Pengetola Pengadaan Barang/asa, Dalam hal tidak ada personel yay dapat ditunjuk sebagai PPK, KPA dapat merangkap sebagai PPK Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pejabat Pembuat Komitmen (selanjutnya disebut PPK) adalah pejabat yang dite kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yay dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara/anggaran belanja daerah, Pp, dapat dijabat oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa atau Aparatur Sipil Negara di lingkungan Perangkat Daerah atau personel lainnya. Pejabat Pembuat Komitmen ditetapkan oleh Pengguna Anggaran. PPK tidak boleh dirangkap oleh 3, Pejabat Penandatangan SPM atau bendahara; b. Pejabat Pengadaan atau Pokja Pemilihan untuk paket Pengadaan Barang/Jasa yang sama; atau ©. PiPHP/PPHP untuk paket Pengadaan Barang/Jasa yang sama. Pejabat Pembuat Komitmen dalam Pengadaan Barang/Jasa memiliki tugas: Menyusun perencanaan pengadaan; Menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK); Menetapkan rancangan kontrak; Menetapkan HPS; Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia; Mengusulkan perubahan jadwal kegiatan; Mengusulkan PPTK; Menetapkan tim pendukung; Menetapkan tim atau tenaga abl; Melaksanakan E-purchasing untuk nilai paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); k.-Menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa; |. Mengendalikan Kontrak; Melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA; Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA dengan berita acara penyerahan; Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan; Menilai kinerja Penyedia; >apo Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja; dan mengadakan dan menetapkan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran belanja yang telah ditetapkan. Selain melaksanakan tugas tersebut, PPK melaksanakan tugas pelimpahan kewenangan dati PA/KPA, meliputi: 2 melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja; dan b._mengadakan dan menetapkan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran belanja yang telah ditetapkan PPK dalam melaksanakan tugas tersebut dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa. Dalam hal tidak terdapat pegawai yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) dalam Perka LKPP 19/2019, PA/KPA dapat merangkap sebagai PPK. PA/KPA yang merangkap sebagai PPK dapat dibantu oleh pegawai yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang tugas PPK atau Agen Pengadaan. PA/KPA yang merangkap sebagai PPK tidak diwajibkan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c Perka LKPP 19/2019. Pejabat Pengadaan Pejabat Pengadaan dalam Pengadaan Barang/Jasa memiliki tugas: a. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Pengadaan Langsung; b, melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); . melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung untuk pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah); dan d._melaksanakan E-purchasing yang bernilai paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), Kelompok Kerja Pemilihan Kelompok Kerja Pemilihan (selanjutnya disebut Pokja Pemilihan) adalah sumber daya manusia yang ditetapkan oleh pimpinan Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ) untuk mengelola pemilihan Penyedia. Pokja Pemilihan dalam Pengadaan Barang/Jasa memiliki tugas: a. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia; b._melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia untuk katalog elektronik; dan ¢._ menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode pemilihan: 1) Tender/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan _Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa_Lainnya dengan nilai_ Pagu Anggaran paling banyak p100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); dan 2), Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Pokja Pemilihan tersebut beranggotakan 3 (tiga) orang. Dalam hal berdasarkan pertimbangan kompleksitas pemilihan Penyedia, anggota Pokja Pemilinan dapat ditambah sepanjang berjumiah gasal dan dapat dibantu oleh tim atau tenaga abli ‘Agen Pengadaan ‘Agen Pengadaan adalah UKPBI atau Pelaku Usaha yang melaksanakan sebagian atau seluruh Pekerjaan — Pengadaan—Barang/Jasa_-syang_—diberi_—skepercayaan oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai pihak pemberi pekerjaan. Agen Pengadaan dapat melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa. Pelaksanaan tugas Agen Pengadaan mutatis mutandis dengan tugas Pokja Pemilihan dan/atau PPK. Pelaksanaan tugas Pokja Pemilihan dan/atau PPK dliakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketenyy, lebih lanjut mengenai Agen Pengadaan diatur dengan Peraturan Kepala Lembaga, Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan (selanjutnya disebut PjPHP) adalah Pejabay administrasi/pejabat fungsional/personel_ yang bertugas memeriksa administrasi hay pekerjaan Pengadaan Barang/lasa. PjPHP memiliki tugas memeriksa administrasi hy) pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling ban §p200.000,000,00 (dua ratus juta rupiah) dan Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyah. Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan (selanjutnya disebut PPHP) adalah tim yang bertug; memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa. PPHP memiliki tug: memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksijlas, Lainnya yang bernilai paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan lass Konsultansi yang bernilai paling sedikit di atas Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Penyelenggara Swakelola Penyelenggara Swakelola terdiri atas Tim Persiapan, Tim Pelaksana, dan/atau Tim Pengawas, Tim Persiapan memiliki tugas menyusun sasaran, rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan rencana biaya. Tim Pelaksana memiliki tugas melaksanakan, mencatat, mengevaluasi, dan melaporkan secara berkala kemajuan pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran. Tim Pengawas memiliki tugas mengawasi persiapan dan pelaksanaan fisik maupun administrasi Swakelola Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pengelola Pengadaan Barang/Jasa adalah Pejabat Fungsional yang diberi tugas, tanggune jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa. 3. Struktur Organisasi Rumah Sakit Daerah Setelah memahami struktur organisasi UPTD secara umum dan para pejabat pengelola keuangan daerah, barang millk daerah, serta pengadaan barang/asa daerah, berikutnya adalah memaham Struktur organisasi rumah sakit daerah. Sebagian besar Rumah Sakit Daerah sudah berbentuk LUD, walaupun ada yang masih SKPD dan ada yang sudah menjadi UPTD, oleh karena itu perl Sipahami struktur organisasi Rumah Sakit Daerah tersebut dalam pedoman ini Provinsi dan kabup: aten/kota. Tipologi struktur organisasi Rumah Y Sakit Daerah provinsi dapat merujuk pada Pasal 6 oat 5A dan 65B PP 72/2019 tentang Perubahan ata 8/2016. Pasal 658 menjelaskan susunan struktur organisasi pada rumah sakit umum provins! sedangkan Pasal 658 menjelaskan su Sunan struktur organisasi pada rumah sakit khusus provinsi Pasal 65 A PP 72/2019 menjelaskan sebagai berikut: (1) Rumah Sakit Umum Daerah provinsi kelas A terdiri atas paling banyak 4 (empat) wakil direktur. (2) Wakil direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) bidang. dan/atau kelompok jabatan fungsional (3) Wakil direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang melaksanakan fungsi administrasi umum terdiri atas paling banyak 4 (empat) bagian (4) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian. (5) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membawahkan kelompok jabatan fungsional dan/atau terdiri atas 2 (dua) seksi. (6) Rumah Sakit Umum Daerah provinsi kelas B terdiri atas paling banyak 3 (tiga) wakil direktur. (7) Wakil direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (6) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) bagian/bidang dan/atau kelompok jabatan fungsional. (8) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (7) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian. (9) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (7) membawahkan kelompok jabatan fungsional dan/atau terdiri atas paling banyak 2 (dua) seksi. (10)Rumah Sakit Umum Daerah provinsi kelas C terdiri atas 1 (satu) bagian dan paling banyak 3 (tiga) bidang dan/atau kelompok jabatan fungsional, (11)Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (10) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian (12)Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (10) membawahkan kelompok jabatan fungsional dan/atau terdiri atas paling banyak 2 (dua) seksi. (13)Rumah Sakit Umum Daerah provinsi kelas D terdiri atas 1 (satu) subbagian tata usaha dan 2 (dua) seksi Mengacu pada Pasal 65A, PP 72/2019 tersebut dapat digambarkan ilustrasi tipologi struktur organisasi untuk Rumah Sakit Daerah (RSD) umum, sebagai berikut: SP12y Isuinoud Yesseq WNW Mes YeUINy fSes]ue89 amvINNIS IsexISNII “p equeg Gambar 5. llustrasi Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Kelas¢ Bidang Bidang Bidang _Basian Keuangan | j | | | “Kel. Jab, Fungsional Seksi Seksi F Sambar 6. llustrasi Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Kelas D Subbagian Tata Usaha ——_—, Loe | Seksi Seksi | Bendahara i fr Penerimaan Pembantu | Bendahara | Pengeluaran | Pembanty Pengurus Barang Pembantu Sedangkan Pasal 658 PP 72/2019 menjelaskan sebagai berikut. (1) Rumah Sakit Khusus Daerah provinsi kelas A terdiri atas paling banyak 3 (tiga) wakil direktur. (2) Wakil direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) bagian/bidang dan/atau kelompok jabatan fungsional. (3) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian (4) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membawahkan kelompok jabatan fungsional dan/atau terdiri atas paling banyak 2 (dua) seksi. (5) Rumah Sakit Khusus Daerah provinsi kelas B terdiri atas 1 (satu) bagian dan paling banyak 2 (dua) bidang dan/atau kelompok jabatan fungsional. (6) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (5) terdiri atas paling banyak 2 (dua) subbagian. (7) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) membawahkan kelompok jabatan fungsional dan/atau terdiri atas paling banyak 2 (dua) seksi.” Mengacu pada Pasal 658 PP 72/2019 tersebut dapat disusun ilustrasi tipologi struktur organisasi untuk rumah sakit khusus di provinsi, sebagai berikut: (jseaysjupwpy) anDyo110 IE V Se]y [Sujnoad Ye4VEA sNsNYy Ayes YoLUNY JSesjUeTIO AMYANAS JSeAISNII “Z JequeD Gambar 8. llustrasi Struktur Organisasi Rumah Sal Khusus Daerah Provinsi Kelas B ©) Rumah Sakit Daerah Kabupaten/Kota Tipologi struktur organisasi Rumah Sakit Daerah kabupaten/kota dapat merujuk pada Pasal 844 dan 848 PP 72/2019 tentang Perubahan atas PP 18/2016. Pasal 844 menjelaskan susunan struktur organisasi pada rumah sakit umum kabupaten/kota sedangkan Pasal 848 menjelaskan susunan struktur organisasi pada rumah sakit khusus kabupaten/kota. Pasal 84 A PP 72/2019 menjelaskan sebagai berikut: (1) Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten/kota kelas A terdiri atas paling banyak 4 (empat) wakil direktur, (2) Wakil direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) bidang dan/atau kelompok jabatan fungsional. (3) Wakil direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang melaksanakan fungsi administrasi umum terdiri atas paling banyak 4 (empat) bagian. (4) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian. (5) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membawahkan kelompok jabatan fungsional dan/atau terdiri atas 2 (dua) seksi. (6) Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten/kota kelas 8 terdi direktur. (7) Wakil direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (6) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) bagian/bidang dan/atau kelompok jabatan fungsional. (8) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (7) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagian. (9) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (7) membawahkan kelompok jabatan fungsional dan/atau terdiri atas paling banyak 2 (dua) seksi (10)Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten/kota kelas C terdiri atas 1 (satu) bagian dan paling banyak 3 (tiga) bidang dan/atau kelompok jabatan fungsional. atas paling banyak 3 (tiga) wakil )Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (10) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subbagia Nn. (11 (10) membawahkan kelompok jabatan fungsions al (12)Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat dan/atau terdiri atas paling banyak 2 (dua) seksi. (13)Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten/kota kelas D terdir atas 2 (satu) subbagian tata usah Saha dan 2 (dua) seksi. Mengacu pada Pasal 84A PP72/2019 tersebut dapat disusun ilustrasi tipologi struktur or untuk rumah sakit umum di kabupaten/kota sebagai beriku Banisas Gambar 11. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten/Kota Kelas Kel. Jab. Fungsional_ Gambar 12. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten/Kota Kelas | Bendahara b— Penerimaan Pembantu Bendahara |— Pengeluaran Pembantu |_Pengurus Barang Pembantu kan Pasal 848 PP 72/2019 menjelaskan sebagai berikut: Sakit Khusus Deerah kabupaten/kota kelas A terdiri atas paling banyak 3 ts 1B) Wize r sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak xg dan/atau kelompok jabatan fungsional. 3 ig (3) Bagian sebageimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) subs, (4) Bidang sebagaimena dimaksud pada ayat (2) membawahkan kelompok jabatan ae dan/atau terdiri atas paling banyak 2 (dua) seksi. NSigns (5) Rumah Sakit Khusus Daerah kabupaten/kota kelas B terdiri atas 1 (satu) bagian g; yak 2 (dua) bidang dan/atau kelompok jabatan fungsional. fan patsy (6) Bagian sebageimana dimaksud pads ayat (5) terdiri atas paling banyak 2 (dua) subbag: (7) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) membawahkan kelompok jabatan fs dan/stau terdiri atas paling banyak 2 (dua) seksi.” sions Mengacu pada Pasal 848 PP72/2019 tersebut dapat disusun ilustrasi tipologi struktur or untuk rumah sakit khusus di kabupaten/kota sebagai berikut: _ (isexysiuwpy) amyaHIG IEM ae | 8 1 V Seay EJOy/UaIednqey Yesveg snsnyy wes. yeuuny Jsesued4Q anyyN4ys “ET zequiey P201/uayedngey yesaeg snsnyy ayes yeuiny (e Struktur Organisasi Pusat Kesehatan Masyarakat Selain Rumah Sakit Daerah, Pusat Kesehatan Masyarakat (selanjutnya disebut Puskesmas) juga banyak yang berbentuk BLUD. Dengan demikian perlu juga memahami struktur organisasi yang ada pada Puskesmas. Berdasarkan Pasal 25 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (selanjutnya disebut Permenkes 43/2019), berdasarkan karakteristik wilayah kerja, Puskesmas dikategorikan menjadi: a. Puskesmas kawasan perkotaan; b. Puskesmas kawasan perdesaan; c.Puskesmas kawasan terpencil; dan d. Puskesmas kawasan sangat terpencil. Organisasi Puskesmas dijelaskan dalam pasal 41 ayat (2) Permenkes 43/2019 dimana organisasi puskesmas paling sedikit terdiri atas: a. Kepala Puskesmas Pasal 42 menjelaskan bahwa Puskesmas dipimpin oleh Kepala Puskesmas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kepala Puskesmas merupakan penanggung jawab atas seluruh penyelenggaraan kegiatan di Puskesmas, pembinaan kepegawaian di satuan kerjanya, pengelolaan keuangan, dan pengelolaan bangunan, prasarana, dan peralatan. b. Kepala Tata Usaha Pasal 45 menjelaskan bahwa Kepala tata usaha memiliki tugas dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan administrasi perkantoran Puskesmas. ¢. Penanggung Jawab Pasal 46 menjelaskan bahwa penanggung jawab paling sedikit terdiri atas: penanggung jawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat; penanggung jawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium; penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring Puskesmas; penanggung jawab bangunan, prasarana, dan peralatan puskesmas; penanggung jawab mutu; dan Penanggung jawab lainnya berdasarkan kebutuhan Puskesmas dengan persetujuan kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota oy eene Kategorisasi dan organisasi Puskesmas tersebut diatas menjadi pertimbangan dalam ‘menentukan tipologi struktur organisasi Puskesmas. Berdasarkan lampiran Permenkes 43/2019, macam-macam tipologi struktur organisasi Puskesmas adalah sebagai berikut: Gambar 15. Struktur Organisasi Puskesmas Perkotaan dan Perdesaan Bendahara Penerimaan Pembantu Bendahara Pengeluaran Pembantu Pengurus Barang Pembantu Se eeraeeeeeneee tees Gambar 16. Struktur Organisasi Puskesmas Kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil 5. Struktur Organisasi Satuan Pendi n Selain Rumah Sakit Daerah dan Puskesmas, Satuan Pendidikan juga merupakan UPTD yang struktur organisasinya diatur secara khusus, dan banyak juga yang menjadi BLUD. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2019 tentang Pedoman Organisasi Tata Kerja Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (selanjutnya disebut Permendikbud 6/2019), struktur organisasi institusi pendidikan di Indonesia dikategorikan menjadi a Sekolah Menengah Atas (SMA) Tipologi struktur organisasi SMA dapat merujuk pada Pasal 13 Permendikbud 6/2019 sebagai berikut: (1) Susunan organisasi SMA terdiri atas: a) Kepala; b) Wakil Kepala; ©) Subbagian Tata Usaha; dan d) Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Wakil Kepala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling banyak 4 (empat) orang. (3) Wakil Kepala sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melaksanakan tugas di bidang akademik, kesiswaan, hubungan masyarakat, sarana dan prasarana, dan administrasi Satuan Pendidikan. (4) Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf ¢ dipimpin oleh kepala yang membawahi Kelompok Jabatan Pelaksana {5) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas: a) guru; dan b) pustakawan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tipologi struktur organisasi SMA dan SMK dapat merujuk pada Pasal 13 dan Pasal 14 Permendikbud 6/2019 sebagai berikut: (1) Susunan organisasi SMK terdiri atas a) Kepala; b) Wakil Kepala; ©) Subbagian Tata Usaha; dan 4) Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Wakil Kepala sebagaimana dimaksud pada angka (1) huruf b paling banyak 4 (empat) orang. (3) Wakil Kepala sebagaimana dimaksud pada angka (2) melaksanakan tugas yang membidangi akademik, kesiswaan, hubungan dunia usaha dan dunia industri, sarana dan prasarana, dan administrasi Satuan Pendidikan, (4) Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud pada angka (1) huruf c dipimpin oleh kepala yang membawahi Kelompok Jabatan Pelaksana, (5) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada angka (1) huruf d terdiri atas a) guru; dan b) pustakawan, Gambar 17. Struktur Organisasi Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan Bendahara Penerimaan | Pembantu | eos sa | Pengurus Barang Pembantu —_ 8. Sumber Daya Manusia terkait BLUD Sumber daya manusia BLUD (selanjutnya disebut SDM BLUD) yang terlibat dalam pengelolaan 8LUD diatur oleh Pasal 3 s.d Pasal 28 Permendagri 79/2018. SDM BLUD tersebut terdiri atas Pejabat pengelola dan pegawai sampai dengan pembina dan pengawas BLUD. Berikut adalah penjelasan sumber daya manusia BLUD berdasarkan Permendagri tersebut: 1. Pejabat Pengelola dan Pegawai BLUD Pejabat Pengelola BLUD bertanggungjawab terhadap kinerja umum operasional, pelaksanaan kebijakan Fleksibilitas dan keuangan BLUD dalam pemberian layanan. Pegawai BLUD menyelenggarakan kegiatan untuk mendukung kinerja BLUD. Pejabat Pengelola dan pegawai BLUD dapat berasal dari profesional lainnya (diluar PNS dan/atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)), yang diangkat sesuai dengan kebutuhan, profesionalitas, kemampuan keuangan dan berdasarkan prinsip efisiensi, ekonomis dan produktif dalam meningkatkan pelayanan. Pejabat pengelola dan pegawai BLUD yang berasal dari tenaga profesional lainnya dapat diperkerjakan secara kontrak atau tetap. Pengadaan Pejabat Pengelola dan pegawai yang berasal dari profesional lainnya dilaksanakan sesuai dengan jumlah dan komposisi yang telah disetujui PPKD. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengadaan, persyaratan, pengangkatan, penempatan, batas usia, masa kerja, hak, kewajiban dan pemberhentian Pejabat Pengelola dan pegawai yang berasal dari tenaga profesional lainnya diatur dengan Peraturan Kepala Daerah Pengangkatan dan penempatan dalam jabatan Pejabat Pengelola dan pegawai berdasarkan kompetensi dan kebutuhan Praktek Bisnis Yang Sehat. Kompetensi berupa pengetahuan, keahlian, keterampilan, integritas, kepemimpinan, pengalaman, dedikasi dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya Pejabat Pengelola BLUD terdiri atas pemimpin, pejabat keuangan dan pejabat teknis. Sebutan- sebutan tersebut disesuaikan dengan nomenklatur yang berlaku di BLUD. Pejabat Pengelola diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah. Berikut penjelasannya: 1) Pemimpin 2) Pemimpin mempunyai tugas: a) memimpin, mengarahkan, membina, mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan BLUD agar lebih efisien dan produktivitas; b)_merumuskan penetapan kebijakan teknis BLUD serta kewajiban lainnya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh kepala daerah; ) menyusun Renstra; d)_menyiapkan RBA; e)_ mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis kepada kepala daerah sesuai dengan ketentuan; f)_ menetapkan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan BLUD selain pejabat yang telah ditetapkan dengan peraturan perundangan-undangan; 8) _mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan BLUD yang dilakukan oleh pejabat keuangan dan pejabat teknis, mengendalikan tugas pengawasan internal, serta menyampaikan dan mempertanggungjawabkan kinerja operasional serta keuangan BLUD kepada kepala daerah; dan hh). tugas lainnya yang ditetapkan oleh kepala daerah sesuai dengan kewenangannya Selain melaksanakan tugas, pemimpin mempunyai fungsi sebagai penanggung jawab umum operasional dan keuangan. Pemimpin bertindak selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang (UPTD Daerah). Dalam hal pemimpin tidak berasal dari pegawai negeri sipil, pejabat keuangan (wajib berasal dari PNS) ditunjuk sebagai kuasa Pengguna anggaran/kuasa pengguna barang. Pemimpin bertanggung jawab kepada kepala daerah, Pejabat Keuangan Pejabat keuangan mempunyai tugas: a) merumuskan kebijakan terkait pengelolaan keuangan; b)_mengoordinasikan penyusunan RBA; ©) menyiapkan OPA; 4d) melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja; e)_menyelenggarakan pengelolaan kas; f)_ melakukan pengelolaan utang, piutang, dan investasi; 8) menyusun kebijakan pengelolaan Barang Milik Daerah yang berada dibawah penguasaannya; h)_ menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan; i) menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan; dan i) tugas lainnya yang ditetapkan oleh kepala daerah dan/atau pemimpin sesuai dengan kewenangannya. Selain melaksanakan tugas, pejabat keuangan mempunyai fungsi sebagai penanggung jawab keuangan. Pejabat keuangan dalam melaksanakan tugas dibantu oleh bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran, Pejabat keuangan, bendahara penerimaan, dan 3) bendahara pengeluaran harus dlijabat oleh pegawai negeri sipil, Pejabat keuangan bertanggung jawab kepada pemimpin. Pejabat Teknis Pejabat teknis mempunyai tugas: a) menyusun perencanaan kegiatan teknis operasional dan pelayanan di bidangnya; b)_melaksanakan_ kegiatan teknis operasional dan pelayanan sesuai dengan RBA; ‘memimpin dan mengendalikan Kegiatan teknis operasional_ dan pelayanan dibidangnya; 4) tugas ainnya yang ditetapkan oleh kepala daerah dan/atau pemimpin sesuai dengan kewenangannya ) Selain melaksanakan tugas, pejabat teknis mempunyai fungsi sebagai penanggung jawab kegiatan teknis operasional dan pelayanan di bidangnya. Pelaksanaan tugas pejabat teknis berkaitan dengan mutu, standarisasi, administrasi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan peningkatan sumber daya lainnya. Pejabat teknis bertanggung jawab kepada pemimpin 2. Pembina dan Pengawas BLUD a Pembina BLUD Pembina BLUD terdiri atas: 1) Pembina Teknis Pembina teknis yaitu kepala SKPD yang bertanggungjawab atas urusan pemerintahan yang bersangkutan (sebagai contoh yang menerapkan BLUD adalah RSD atau Puskesmas, yang menjadi pembina teknis adalah Dinas Kesehatan). 2) Pembina Keuangan Pembina keuangan yaitu PPKO. Pengawas BLUD 1) Satuan Pengawas Internal Satuan pengawas internal (selanjutnya disebut SPI) yaitu pengawas internal yang berkedudukan langsung dibawah pemimpin, dapat dibentuk oleh Pimpinan untuk pengawasan dan pengendalian intérnal terhadap kinerja pelayanan, keuangan dan pengaruh lingkungan sosial dalam menyelenggarakan Praktek Bisnis Yang Sehat. Satuan pengawas internal. Pembentukan SPI dengan mempertimbangkan: keseimbangan antara manfaat dan beban; kompleksitas manajemen; dan volume dan/atau jangkauan pelayanan. Tugas SPI, membantu manajemen untuk: + pengamanan harta kekayaan; ~ _ menciptakan akurasi sistem informasi keuangar ‘menciptakan efisiensi dan produktivitas; dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam penerapan Praktek Bisnis Yang Sehat. Untuk dapat diangkat sebagai satuan pengawas internal yang bersangkutan harus memenuhi syarat 1) sehat jasmani dan rohani; 2) memiliki keahlian, integritas, pengalaman, jujur, perilaku yang baik, dan dedikas| ‘yang tinggi untuk memajukan dan mengembangkan BLUD; 3) memahami penyelenggaraan pemerintahan daerah; 2) 4) memahami tugas dan fungsi BLUD; 5) memiliki pengalaman teknis pada BLUD; 6)_berijazah paling rendah -3 (Diploma 3); 7) pengalaman kerja paling sedikit 3 (tiga) tahun; 8) _berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun dan paling tinggi SS (lima puluh lima) tahun pada saat mendaftar pertama kali. 9) tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara atau keuangan daerah; 10) tidak sedang menjalani sanksi pidana; dan 11) mempunyai sikap independen dan objektif. Dewan Pengawas Dewan Pengawas (selanjutnya disebut Dewas) dapat dibentuk oleh kepala daerah. Pembentukan Dewan Pengawas hanya dapat dilakukan oleh BLUD yang memiliki realisasi pendapatan menurut laporan realisasi anggaran 2 (dua) tahun terakhir atau nilai aset menurut neraca 2 (dua) tahun terakhir. Dewan Pengawas dibentuk untuk Pengawasan dan pengendalian internal yang dilakukan oleh Pejabat Pengelola. Jumlah anggota Dewan Pengawas paling banyak 3 (tiga) orang atau S (lima) orang, Jumlah anggota Dewan Pengawas paling banyak 3 (tiga) orang untuk BLUD yang memiliki: 1) _realisasi pendapatan menurut laporan realisasi anggaran 2 (dua) tahun terakhir, sebesar Rp30,000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah) sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau 2) nilai aset menurut neraca 2 (dua) tahun terakhir sebesar Rp150.000.000.000,00 (seratus lima puluh miliar rupiah) sampai dengan RpS00.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah). Jumlah anggota Dewan Pengawas paling banyak 5 (lima) orang untuk BLUD yang memiliki: 1) realisasi pendapatan menurut laporan realisasi anggaran 2 (dua) tahun terakhir, lebih besar dari Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau 2) nilai_aset_menurut neraca 2 (dua) tahun terakhir, lebih besar dari RpS00.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah). ‘Anggota Dewan Pengawas untuk 3 (tiga) orang terdiri atas unsur: 1) 1 (satu) orang pejabat SKPD yang membidangl kegiatan BLUD; Penjelasan: yang menerapkan BLUD adalah RSD atau Puskesmas, RSD atau Puskesmas tersebut berkegiatan bidang kesehatan, SKPD yang membidangi kegiatan BLUD adalah dinas kesehatan atau pejabat SKPD yang tugas dan fungsi sesuai ketentuan perUUan 2) 1 (satu) orang pejabat SKPD yang membidangi pengelolaan keuangan daerah; dan 3) 1 (satu) orang tenaga abli yang sesuai dengan kegiatan BLUD. Penjelasan: dapat berasal dari tenaga profesional, atau perguruan tinggi yang memahami Tusi, kegiatan dan layanan BLUD. Apabila tenaga profesional atau perguruan tingg| tidak diketemukan, merekrut pejabat di lingkungan Pemda yang memahami Tusi, kegiatan dan layanan BLUD. Anggota Dewan Pengawas untuk 5 (lima) orang terdiri atas unsur: 1) 2 (dua) orang pejabat SKPD yang membidangi kegiatan BLUD; penjelasan: yang menerapkan BLUD adalah RSD atau Puskesmas, asp Puskesmas tersebut berkegiatan bidang kesehatan, SKPD yang membidant kegiatan BLUD adalah dinas Kesehatan atau pejabat SKPD yang tugas dan fy sesuai ketentuan perundang-undangan. 2}, 2 (dua) orang pejabat SKPD yang membidangi pengelolaan keuangan daerah, 4, 3) 1 (satu) orang tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan BLUD. Penjelasan: dapat berasal dari tenaga profesional, atau perguruan tinggi yay memahami Tusi, kegiatan dan layanan BLUD. Apabila tenaga profesional ata, perguruan tinggi tidak diketemukan, merekrut pejabat di lingkungan Pemada yang ‘memahami Tusi, kegiatan dan layanan BLUD. Anggota Dewas dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas pada 3 (tiga) B.up, tanpa melihat dari bidang kegiatan BLUD-nya. Pengangkatan anggota Dewas dilakukan setelah Pejabat Pengelola diangkat. Untuk dapat diangkat sebagai Dewan Pengawas yang bersangkutan harus memenuhi syarat: 1) sehat jasmani dan rohani; 2) memiliki keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman, jujur, perilaku yang baik, dan dedikasi yang tinggi untuk memajukan dan mengembangkan BLUD; 3) memahami penyelenggaraan pemerintahan daerah; 4) memiliki pengetahuan yang memadai tugas dan fungsi BLUD; 5) menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya; 6)_berijazah paling rendah S-1 (Strata Satu); 7) berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun terhadap unsur Anggota Dewan Pengawas BLUD tergantung klasifikasinya; 8) tidak pernah menjadi anggota Direksi, Dewan Pengawas, atau Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan badan usaha yang dipimpin dinyatakan pailt; 9) tidak sedang menjalani sanksi pidana; dan 10) tidak sedang menjadi pengurus partai politik, calon kepala daerah atau calon wakil kepala daerah, dan/atau calon anggota legislatif. Dewan Pengawas memiliki tugas: 1) memantau perkembangan kegiatan BLUD; 2) menilai kinerja keuangan maupun kinerja nonkeuangan BLUD dan memberikan rekomendasi atas hasil penilaian untuk ditindaklanjuti oleh Pejabat Pengelola BLUD. Penilaian kinerja keuangan diukur paling sedikit meliputi: a) memperoleh hasil usaha atau hasil kerja dari layanan yang diberikan (rentabilitas); b)_memenuhi kewajiban jangka pendeknya (likuiditas); )_ memenuhi seluruh kewajibannya (solvabilitas); dan a) kemampuan penerimaan dari jasa layanan untuk membiayai pengeluaran. Penilaian kinerja non keuangan diukur paling sedikit berdasarkan perspektif pelanggan, proses internal pelayanan, pembelajaran, dan pertumbuhan, Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah Secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam satu tahun atau sewaktu-waktu jika dipertukan 3) memonitor tindak lanjut hasil evaluasi dan penilaian kinerja dari hasil laporan audit pemeriksa eksternal pemerintah; 4)_ memberikan nasehat ke pada Pejabat Pengelola dal jas dan kewallbaneyar don 8 jalam melaksanakan tug: 5) memberikan pendapat dan saran kepada kepala daerah mengenai: a) RBA yang diusulkan oleh Pejabat Pengelola, tanpa memengaruhi pengesahan RBA; b) Permasalahan yang menjadi kendala dalam pengelolaan BLUD; dan ¢)_ kinerja BLUD. Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan 5 (lima) tahun, dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya apabila belum berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun. Jika batas usia anggota Dewan Pengawas sudah berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun, Dewan Pengawas dari unsur tenaga ahli dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya, Penjelasan Untuk anggota dewas yang berasal dari unsur Pemda, masa jabatan habis sesuai umur purnabhakti PNS dan apabila akan diperpanjang kembali harus diajukan sebelum umur purnabhakti PNS (3 bulan sebelumnya). Pengaturan rekruitmen dewan pengawas diatur secara tegas dan jelas dalam perkada. Anggota Dewan Pengawas diberhentikan oleh kepala daerah karena: a) meninggal dunia; b) masa jabatan berakhir; atau ¢) diberhentikan sewaktu-waktu. ‘Anggota Dewan Pengawas diberhentikan karena: a) tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik; b)_ tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan; ¢)terlibat dalam tindakan yang merugikan BLUD; d)_dinyatakan bersalah dalam putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; e)_mengundurkan diri; dan f)_terlibat dalam tindakan kecurangan yang mengakibatkan kerugian pada BLUD, negara, dan/atau daerah. Kepala daerah dapat mengangkat sekretaris Dewan Pengawas untuk mendukung kelancaran tugas Dewan Pengawas. Sekretaris Dewan Pengawas bukan merupakan anggota Dewan Pengawas. Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas Dewan Pengawas dan sekretaris Dewan Pengawas dibebankan pada BLUD dan dimuat dalam RBA. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap BLUD oleh pembina dan pengawas diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan dapat berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri melalui Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah.

Anda mungkin juga menyukai