Anda di halaman 1dari 2

1.

UUD 1945 setelah di amandemen dari 37 pasal menjadi berapa pasal dan apa makna
dari Amandemen bolehkah UUD 45 dirubah apa konsekwensinya jika merubah suatu
UUD coba jelaskan.
2. Dengan Amandemen, bagaimana kedudukan Presiden dengan MPR kalau ada
pelanggaran dari Presiden lembaga mana yg mengadili presiden lalu tindakan apa yang
harus dilakukan MPR mengingat kedudukan presiden bukan lagi sebagai mandataris
MPR. Jelaskan dengan terperinci

Jawab!
1. Sistematika UUD Tahun 1945 sebelum amandemen :
a. Bagian pembukaan UUD 1945 terdiri dari 4 alinea
b. Bagian batang UUD 1945 terdiri dari 16 bab, 37 pasal, 65 ayat, 4 pasal aturan
peralihan, serta 2 ayat aturan tambahan
Sementara, sistematika UUD Tahun 1945 setelah amandemen :
a. Bagian pembukaan UUD 1945 tetap terdiri dari 4 alinea
b. Bagian batang UUD 1945 menjadi 16 bab, 37 pasal, 170 ayat, 3 pasal aturan
peralihan, serta 2 pasal aturan tambahan.
Untuk makna amandemen sendiri adalah perubahan resmi sebuah dokumen resmi atau
catatan tertentu, terutama untuk memperbaikinya. Perubahan yang dilakukan ini dapat
berupa penambahan atau juga penghapusan catatan yang salah atau tidak sesuai lagi.
Sedangkan tujuan perubahan UUD 1945 adalah sebagi penyempurnaan aturan dasar
seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara
demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan
aspirasi dan kebutuhan bangsa.
UUD 1945 boleh diubah pada bagian tubuh (pasal-pasalnya), melalui amandemen. Yang
tidak boleh diganti adalah bagian pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal Pancasila.
Dampak positif amandemen UUD 1945 : Menghilangkan pasal-pasal yang multitafsir
pada UUD 1945. Dapat menyesuaikan UUD 1945 dengan perkembangan zaman. UUD
1945 akan lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat. Dampak negatif akibat dari
amandemen UUD 1945 apabila dilakukan secara terburu-buru mengakibatkan munculnya
peraturan perundang-undangan yang menyengsarakan rakyat.
2. Kedudukan Presiden sesudah amandemen menurut UUD adalah : Presiden mengajukan
RUU kepada DPR. Dipilih langsung oleh rakyat. Presiden sejajar kedudukannya dengan
MPR. Sedangkan kedudukan MPR sekarang ini bukan lagi merupakan lembaga tertinggi
negara. Ia adalah lembaga negara yang sederajat dengan lembaga negara lainnya. Dengan
tidak adanya lembaga tertinggi negara maka tidak ada lagi sebutan lembaga tinggi dan
lembaga tertinggi negara.
Jika Presiden melakukan sebuah pelanggaran, lembaga yang turun tangan adalah
Mahkamah Konstitusi. MK wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD. Pelanggaran
dimaksud sebagaimana disebutkan dan diatur dalam ketentuan Pasak 7A UUD 1945 yaitu
melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Anda mungkin juga menyukai