Anda di halaman 1dari 15
C 40: 2,00 PEMBINAAN KOMPETENSI GURU DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH (BEST PRACTISES) Disusun oleh: Dr. Sugiarto Sutomo, M.A‘ UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA. a 1 Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan Pembinaan Guru Online dengan tema *Pembinaan Kompetensi Guru dalam Penulisan Karya Ilmiah (Best Practises) " di SMA S Muhammadiyah 11 Jakarta. Jakarta, 2021. PENDAHULUAN Peningkatan kualitas pendidikan sangat erat kaitannya dengan dimensi guru atau pendidik. Milakovich (2005) mengungkapkan, “Teachers are an important factor, and it is important that they feel ownership in educational processes to ensure quality”. Pandangan yang serupa juga disampaikan oleh Sothirak, Wade & Hong (2012) : “The ‘most important school-based factor in a child's education is teacher quality”. Demikian peran strategis guru dalam pendidikan nasional, sebab guru dianggap orang yang paling bertanggung jawab terhadap kemajuan generasi Indonesia (Usman, 1995). Mengingat demikian strategisnya peran dan fungsi guru sebagai ujung tombak sekaligus garda terdepan tethadap keberhasilan pendidikan nasional, maka keberadaannya harus didukung dengan peningkatan kompetensi. Kompetensi guru dapat diartikan sebagai serangkaian pengetahuan, keterampilan, maupun sikap yang ditampitkan dalam bentuk perilaku cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang guru dalam menjalankan profesinya (Mulyasa, 2008; Fahdini, Mulyadi, Suhandani, & Julia, 2014). Untuk mendukung tercapainya profesionalisme itulah guru memerlukan pembinaan dan pengembangan profesi secara utuh dan berkelanjutan (Suyanto & Jihad, 2013; Noorjannah, 2014). Salah satu upaya yang cukup menjanjikan bagi pengembangan keprofesian guru itu adalah melakukan kegiatan penulisan pengalaman mengajamya dalam bentuk best practice. Salah satu masalah dalam pengembangan profesionalisme guru selama ini adalah terkait dengan persoalan penulisan karya ilmiah, Tujuan dari pembinaan kompetensis guru adalah untuk memberikan pelatihan tentang penulisan karya ilmiah dalam bentuk best practice. Pengalaman guru yang baik dan menarik dapat menjadi pembelajaran bagi banyak orang ketika pengalaman tersebut dibagikan pada yang lain. Salah satu caranya adalah dengan menuliskan pengalaman tersebut dalam bentuk _tulisan best practice. Tulisan tersebut akan menjadi sumber inspirasi bagi guru yang lain. Orang lain yang membaca akan dapat belajar dan menirunya sebagai upaya pengembangan diri, sedangkan bagi penulisnya hal ini adalah bagian dari pengembangan diri dan peningkatan 1 Disampatkan dalam Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan Guru dengan tema “Pembinaan Kompetensi Guru dalam Penulisan Karya Ilmiah (Best Practises)" di SMA S Muhammadiyah 11 Jakarta, jakarta, 2021 profesionalisme. Hanya saja kadang guru tidak tahu bagaimana memulai menulis dan membagikan pengalamannya, Di lain hal, sejatinya ada beberapa argumentasi yang lebih mendasar, mengapa guru harus memiliki kemampuan menulis. Pertama, dunia guru adalah dunia literasi: membaca, menulis, dan mengajar. Guru yang mampu menulis dengan baik, maka ia adalah pembaca dan pendengar yang baik, Guru penulis memiliki keilmuanya yang terbarukan (renewable) sehingga akan lebih potensial tampil sebagai guru profesional seat. Kedua, posisi dan peran guru sebagai pendidik itu pada hakkikatnya bukan hanya bagi para siswa di sekolah, melainkan juga bagi masyarakat dalam artian yang uns (Sudarsana, 2016; Schulz, Ainley, & Fraillon, 2016; Sudrajat, 2011; Pemy, 2002). Ketiga, menulis adalah ajang atau media berbagi gagasan, yang sangat penting maknanya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Paulo Coello, bahwa “Writing means sharing. It's part of the ‘human condition fo want to share things-thoughts, ideas, opinions” (Brandon & Brandon, 2016). Berdasarkan analisis tersebut, maka diperlukan sebuah kajian untuk membina kompetensi guru guna mengembangkan profesi secara berkelanjutan dengan melakukan pendampingan serta pelatihan dalam penulisan best practice. Oleh karena itu, penulis membuat sebuah kajian lebih lanjut bagaimana cara menulis best practice yang baik dan sesuai kaidah dalam penulisan karya ilmiah. et 1 Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan Guru dengan tema “Pembinaan Kompetensi Guru dalam Penulisan Karya llmiah (Best Practises)” di SMAS Muhammadiyah 11 Jakarta. Jakarta, 2021 PEMBAHASAN 1, Pembinaan Kompetensi Guru Dalam Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ditegaskan bahwa guru merupakan profesi yang menuntut seperangkat kompetensi dan kualifikasi tertentu. Seperti dinyatakan pada bagian ketentuan umum pasal 1 ayat 10 bahwa Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dibayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas profesinya. Lebih jauh pada pasal 2 ayat 1 dinyatakan bahwa guru _mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Lebih jauh, kompetensi yang dituntut bagi seoarang guru seperti dinyatakan pada peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 dan ditegaskan kembali pada Undang- Undang tentang Guru dan Dosen pasal 8 bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi itu seperti dinyatakan pada pasal 8, meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperolch melalui pendidikan profesi, Sesuai dengan kompetensi itu maka guru dipandang sebagai tenaga profesional yang harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Sukamni, 2020); Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; ©) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas, 4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; ©) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; £) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; ‘TDisampatkan dalam Keglatan Pelatihan dan Pembinaan Guru dengan temaPembinaan Kompetensi Guru dalam Penulisan Karya Ilmiah (Best Practises)” di SMA S Muhammadiyah 11 Jakarta, Jakarta, 2021 2) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; h) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan i) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal- hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Perihal pentingnya tentang publikasi ilmiah bagi para pendidik ini bahkan telah menjadi kebijakan yang ditegaskan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, yang mengatur Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Selain dari unsur utama dari kegiatan mengajar, guru juga harus memenuhi unsur pengembangan profesi melalui publikasi kegiatan ilmiah atau karya inovatif. Guru yang akan naik pangkat harus mengumpulkan angka kredit dari publikasi ilmiah atau karya inovatif sebagai berikut : Untuk naik pangkat dari Ill ke Lll/e 4 poin, IV/e dke I1/d 6 poin, IIV/d ke IV/a sebanyak 8 poin. Sementara itu, guru yang naik pangkat dari IV/a ke IV/b harus mengumpulkan angka kredit 10 poin. Dalam upaya memenuhi tuntutan kualifikasi dan diikuti dengan hak yang seharusnya diperoleh seorang guru, dalam kenyataan masih demikian banyak tenaga guru yang tertahan pada golongan IVa. Ini terjadi karena bagi guru yang akan megajukan kenaikan pangkat/jabatan dari Pembina/lVa ke atas diwajibkan memenuhi angka kredit dari pengembangan profesi minimal 12 kredit. Pada kenaikan pangkat sebelumnya tidak diwajibkan memenuhi dan atau mempunyai kredit dari unsur pengembangan profesi sehingga dapat dilalui secara mulus oleh setiap guru. Masalah muncul ketika mereka akan naik pangkat dari IVa ke IVb dan seterusnya. Kenyataan tersebut sejalan dengan pengalaman beberapa penilai karya ilmiah ‘menunjukkan bahwa guru yang seharusnya menjadikan karya ilmiah sebagai bagian dari profesiannya tidak terbiasa untuk menulis dan mengembangkan menjadi karya ilmiah. Demikian pula dilihat dari persyaratan yang harus dipenuhi yaitu APIK (Asti, Perlu, Ilmiah dan Konsisten), dalam banyak hal tidak dapat dipenuhi dan bahkan hanya 1 Disampatkan dalam Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan Guru dengan tema “Pembinaan Kompetensi Guru dalam Penulisan Karya Ilmiah (Best Practises)” di SMA S Muhammadiyah 11 Jakarta. Jakarta, 2021 dipandang sebagai persyaratan semata dan mengabaikan ketentuan tersebut (Yamin, 2007). Secara konseptual, karya tulis ilmiah merupakan suatu keniscayaan bagi guru sebagai tenaga profesi. Guru harus menulis sebagai bagian esensial dari pengembangan profesinya, Dengan demikian tuntutan sebagai pendidik, akan selalu diperbaharui melalui upaya melakukan pengkajian dan tuntutan untuk mengamalkan kemampuan mendidik dan melakukan pengkajian ilmu yang ditekuninya dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan profesi seharusnya terus memacu mereka melakukan refleksi dan meningkatkan profesinya, Mengingat kondisi yang terjadi saat ini, diperlukan berbagai upaya untuk membantu guru keluar dari masalah kesulitan memperoleh kredit dari karya tulis ilmiah, Untuk hal itu diperlukan penataran dan lokakarya dalam upaya ‘mengembangkan kemampuan membuat karya tulis. Kegiatan yang dipandang paling memungkinkan dan hubungan dengan pembuatan karya tulis, serta dapat meningkatkan profesi dan kompetensinya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan meningkatkan kinerja dalam melakukan proses pembelajaran yaitu melalui penulisan best practice (Daryanto, 2013). Best practise pada hakikatnya merupakan kegiatan ilmiah yang mampu merefleksikan kegiatan pembelajaran guru yang bersangkutan melalui prosedur ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan dengan prosedur dan persyaratan yang bisa dilakukan seorang guru tanpa mengurangi perhatiannya pada kelas dan prestasi siswa. Kegiatan pendampingan dan pelatihan dalam menulis best practice perlu dirancang dalam upaya meningkatkan kemampuan guru dan secara langsung agar mampu melahirkan karya tulis ilmiah yang dapat dijadikan pembelajaran bagi guru lain, sekolah, maupun kementerian pendidikan dan kebudayaan, Kegiatan pendampingan dan pelatihan penulisan best practice guru ditujukan untuk membentu guru agar mampu. menuangkan hasil penelitiannya dalam bentuk karya tulis ilmiah. Secara rinci, Pelatihan penulisan best practice bertujuan untuk membantu guru dalam : (1) Memahami Penulisan Karya tulis ilmiah dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai bagian dari tugas profesional guru; (2) Memahami prinsip-prinsip dan 1 Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan Guru dengan tema “Pembinaan Kompetensi Guru dalam Penulisan Karya llmiah (Best Practises)” di SMA S Muhammadiyah 11 Jakarta. Jakarta, 2021 prosedur Penelitian (3) Mampu merancang dan menulis proposal PTK; (4) Mampu melakukan PTK (planning, action, observation, and reflection), dan (5) Mampu menyajikan hasil PTK dalam bentuk laporan penelitian dan artikel jurnal ilmiah. Sebagai respon atas tujuan kegiatan tersebut, muncul beberapa permasalahan yang terekam, antara Iain: 1 Pada awal kegiatan, para peserta merasa rendah diri dan merasa tidak akan ‘mampu mengikuti kegiatan secara utuh dan menghasilkan satu karya tulis ilmiah 2) Wawasan mereka tentang metodologi penelitian masih kurang 3) Kemampuan mereka dalam melakukan penulisan masih rendah 4) Penguasaan mereka atas landasan Konseptual dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian sangat minim, 5) Kemampuan mereka dalam menggunakan teknologi berbasis komputer masih rendah sehingga akses mereka terhadap informasi yang bersumber dari internet sangat minim 6) Kemampuan menulis yang menggunakan kaidah ilmiah masih rendah, 7) Daya juang mereka untuk mencapai hasil terbaik, perlu ditingkatkan. 8) Daya serap terhadap materi pelatihan dan daya tangkap terhadap arahan pendamping belum memuaskan 9) Penyelesiaan tugas-tugas relatif lamban dan cukup bervariasi waktu penyelesaiannya, 2. Penulisan Best Practise Kata best practice digunakan untuk mendeskripsikan/menguraikan “pengalaman terbaik” dari keberhasilan seseorang atau kelompok dalam melaksanakan tugas, termasuk dalam mengatasi berbagai masalah dalam lingkungan tertentu. Untuk guru terutama adalah pembelajaran di sekolah. Best practice memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Saliman, 2019); a) Best practice mampu mengembangkan cara baru dan inovatif dalam pengembangan serta memecahkan masalah dalam pendidikan khususnya pembelajaran; a 1 Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan Guru dengan tema “Pembinaan Kompetensi Guru dalam Penulisan Karya Ilmiah (Best Practises)" di SMA S Muhammadiyah 11 Jakarta. Jakarta, 2021 b) Best Practice membawa sebuah perubahan/ perbedaan sehingga sering dikatakan hasilnya luar biasa (outstanding result); ©) Best practice mampu mengatasi persoalan tertentu secara berkelanjutan (keberhasilan lestari) atau dampak dan manfaatnya berkelanjutan/ tidak sesaat; 4) Best practice mampu menjadi model dan memberi inspirasi dalam membuat kebijakan (pejabat) serta inspiratif guru lainnya, termasuk murid; ©) Cara dan metoda yang dilakukan dan atau yang digunakan bersifat ekonomis dan efisien (Suryani, 2017). f) Best practice guru, merupakan sebuah publikasi ilmiah yang memaparkan pengalaman terbaik yang telah dilakukan selama melaksanakan tugas tugasnya dalam pembelajaran termasuk mengatasi masalah, dengan ciri-ciri hasil luar biasa (outstanding), inovatif, dampaknya berkelanjutan (sustainable), inspiratif dan efisien/ekonomis, diwamai dengan moralitas. Berdasarkan uraian tersebut, Best Practice merupakan laporan kinerja terbaik dari pengalaman langsung oleh pendidik. Selain itu disampaikan kerangka penulisan Best Practice. Best Practice adalah komponen kegiatan pada guru yang penting untuk disiapkan dan diupayakan hasilnya maksimal untuk mendapatkan angka kredit. Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 tertanggal 10 Nopember 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya bertujuan untuk meningkatkan profesioalisasi guru. Pada peraturan itu dinyatakan, guru diwajibkan melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan, yang di antaranya dapat dilakukan dalam bentuk Pembuatan Publikasi Ilmiah (yang sebelumnya disebut sebagai Karya Tulis Ilmiah). Dalam pelaksanaan tugasnya, guru telah memperoleh banyak pengalaman. Di antara pengalaman-pengalaman itu, tentu ada yang diyakininya sebagai Best Practice, Untuk memfasilitasi guru dalam mempublikasikan Best Practice-nya, setiap tahun dilakukan kegiatan lomba menulis Best Practice dalam bidang pendidikan, dengan harapan akan menginspirasi guru-guru yang lain dari berbagai tingkat dan jenjang Pendidikan ( Nooerjannah, 2018). 1 Disampatkan dalam Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan Guru dengan tema “Pembinaan Kompetensi Guru dalam Penulisan Karya Ilmiah (Best Practises)" di SMA S Muhammadiyah 11 Jakarta. Jakarta, 2021 3. Best practice dapat disetarakan dengan makalah tinjauan ilmiah. Makalah jenis ini adalah makalah yang tidak harus berdasar pada penelitian. Kemdikbud, 2016 menjelaskan bahwa makalah tinjauan ilmiah adalah sebuah tulisan yang berisi ide atau gagasan penulis dalam upaya mengatasi berbagai masalah pendidikan formal dan pembelajaran yang ada di dalam satuan pendidikannya (di sekolah/madrasahnya), Sementara itu, best practice diartikan sebagai pengalaman terbaik. Artinya, tulisan best practice berisikan pengalaman terbaik penulisnya dalam proses pembelajaran (Kemdikbud, 2016). Dengan demikian, isi tulisan best practice adalah gambaran pengalaman terbaik yang pernah dilakukan guru dalam mengatasi masalah maupun dalam proses pembelajaran yang ia lakukan. Pengalaman ini dapat berupa pengalaman dalam hal penerapan strategi pembelajaran, pemakaian media belajar, pemilihan dan pengembangan bahan/ materi ajar, ataupun cara mengevaluasi, dan lainnya. Dalam pembelajaran di sekolah, tentunya guru mengalami banyak masalah dan berpengalaman dalam mengatasinya. Pengalaman guru ini dapat dideskripsikan dalam bentuk best practice. Tulisan ini dapat digunakan guru dalam penilaian angka kredit sebagai bentuk publikasi ilmiah. Besaran angka kredit tinjauan ilmial/best practice dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikan adalah 2 (Kasiyan dkk, 2018). Syarat agar tulisan ini diakui dan bernilai adalah kesertaan bukti yang berupa makalah asli atau fotokopi dengan surat pernyataan tentang keaslian dari kepala sekolah/madrasah dan cap sekolal/madrasah bersangkutan, Syarat lainnya adalah adanya surat keterangan dari pengelola perpustakaan sekolah/madrasah yang menyatakan bahwa arsip dari bukujumal/makalah tersebut telah disimpan di perpustakaan sekolah/madrasahnya. Penulisan Karya Imiah Berupa Best Practice Menulis karya tulis best practice bukanlah suatu hal yang sulit. Sistematika isi karya tulis yang berupa best practice meliputi beberapa hal, Ada tiga bagian utama dalam karya tulis best practice, yakni bagian awal, bagian isi, dan kesimpulan. Bagian penunjang juga melengkapi ketiga bagian tersebut antara lain; 1 Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan Guru dengan tema “Pembinaan Kompetensi Guru dalam Penulisan Karya Ilmfah (Best Practises)" di SMA S Muhammadiyah 11 Jakarta. Jakarta, 2021 1) Bagian Awal, terdiri atas: a) halaman judul, b) lembaran persetujuan, c) kata pengantar, 4) daftar isi, daftar label, daftar gambar, dan ) lampiran, serta f) abstraksi atau ringkasan. 2) Bagian Isi, secara umum terdiri atas beberapa bab, yakni sebagai berikut, a) Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan, dan Manfat. Bab Kajian/Tinjauan Pustaka. Bab Pembahasan Masalah yang didukung data berasal dari satuan pendidikannya. d) °) Cara pemecahan masalah yang menguraikan langkah-langkah atau cara-cara dalam memecahkan masalah, termasuk hambatan hambatan yang harus diatasi yang dituangkan secara rinci. (Hal yang sangat perlu disajikan, pada bab ini, adalah keaslian, kejelasan ide/gagasan, dan kecemerlangan ide terkait dengan upaya pemecahan masalah di sekolah/ madrasahnya. Uraian ini merupakan inti tulisan Best Practice. 3) Bab Kesimpulan 4) Bagian Penunjang. Bagian ini memuat daftar pustaka dan lampiran data yang digunakan dalam melakukan tinjauan atau gagasan ilmiah, Bentuk tulisan best practice adalah feature. Tulisan feature lebih luwes daripada artikeV/opini, lebih fokus dan informatif daripada cerita, serta lebih deskriptif daripada berita/straight news (Apandi, 2018). Namun, unsur informasinya tetap lengkap layaknya berita, Jadi, harus tetap memenuhi SW + 1H (What, Where, Why, Who. ee ‘1 Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan Guru dengan tema “Pembinaan Kompetensi Guru dalam Penulisan Karya llmiah (Best Practises)” di SMA S Muhammadiyah 11 Jakarta. Jakarta, 2021 10 When dan How). Untuk itu, sebuah tulisan Best Practice harus memenuhi beberapa hal sebagai berikut: 1) What= Apa. Apa bentuk kegiatan Best Practice tersebut. Apakah termasuk ke dalam kategori kegiatan lingkungan (fisik/infrastruktur), sosial, ekonomi, kemitraan (channeling), PAKET, Replikasi atau prestasi pelaku (relawan penggerak, insan pemda, atau instansi terkait). 2) Where= di mana. Di mana tempat kegiatan Best Practice berlangsung, Dengan demikian, nama tempat harus dijelaskan secara detail. Jika perlu, dilengkapi pula dengan karakteristik siswa yang bersangkutan, Akurasi data sangat penting agar informasi diterima secara lengkap oleh Khalayak, schingga memudahkan para peduli yang mungkin membaca tulisan ini. 3) Why Mengapa. Ini juga penting diketahui, agar khalayak mengerti faktor-faktor apa saja yang memotivasi hingga kegistan tersebut dilakukan dan berhasil hingga akhimya masuk ke dalam kategori Best Practice. 4) Who = Siapa. Siapa saja para pelaku yang terlibat dalam kegiatan Best Practice. Profile guru penulis harus dituliskan secara lengkap dan orang lain yang terkait perlu disebut dan diberi penjelasan juga. 5) When = Kapan. Kapan periode pelaksanaan kegiatan. Ungkapkan pula mengenai proses dan periode proses tersebut, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan kegiatannya. Yang lebih penting lagi, masih berlanjutkah kegiatan tersebut? Atau apakah dampak kegiatan tersebut masih dapat dirasakan? 6) How= Bagaimana, Ini berkaitan dengan bagaimana cara guru me- ‘maintain (mengelola) setelah kegiatan selesai dilaksanakan, sehingga hasil kegiatan tersebut terus lestari dan bertahan. eS 1 Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan Guru dengan tema “Pembinaan Kompetensi Guru dalam Penulisan Karya limiah (Best Practises)" di SMA Muhammadiyah 11 Jakarta, Jakarta, 2021 PENUTUP Demi mendukung tercapainya profesionalisme sebagai seorang pendidik, guru memerlukan pembinaan dan pengembangan profesi secara utuh dan berkelanjutan (Suyanto & Jihad, 2013; Noorjannah, 2014). Salah satu upaya yang cukup menjanjikan bagi pengembangan keprofesian guru itu adalah melakukan kegiatan penulisan pengalaman mengajamya dalam bentuk bes! practice. Pengembangan keprofesian berkelanjutan, yang di antaranya dapat dilakukan dalam bentuk Pembuatan Publikasi Ilmiah (yang sebelumnya disebut sebagai Karya Tulis Ilmiah). Best practise pada hakikatnya merupakan kegiatan ilmiah yang mampu merefleksikan kegiatan pembelajaran guru yang bersangkutan melalui prosedur ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan dengan prosedur dan persyaratan yang bisa dilakukan seorang guru tanpa mengurangi perhatiannya pada kelas dan prestasi siswa. Best Practice adalah Komponen kegiatan pada guru yang penting untuk disiapkan dan diupayakan hasilnya maksimal untuk mendapatkan angka kredit. Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri ‘Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 tertanggal 10 Nopember 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya bertujuan untuk meningkatkan profesioalisasi guru. Pada peraturan itu dinyatakan, guru diwajibkan melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan, yang di antaranya dapat dilakukan dalam bentuk Pembuatan Publikasi Ilmiah (yang sebelumnya disebut sebagai Karya Tulis Ilmiah). Kegiatan pendampingan dan pelatihan penulisan best practice guru diperlukan untuk membantu guru agar mampu menuangkan hasil penelitiannya dalam bentuk karya tulis ilmiah. ene 1 Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan Guru dengan tema “Pembinaan Kompetensi Guru dalam Penulisan Karya Ilmiah (Best Practises)* di SMA S Muhammadiyah 11 Jakarta, jakarta, 2021 12 DAFTAR PUSTAKA. Apandi, I. 2018. Teknik Menulis “Best Practice” bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Jumal Pendidikan dan Pelatihan. Vol. 4, No. 1, Juli 2020, e-ISSN 2721-0154. Brandon, L. and Brandon, K. 2016. Paragraphs and Essays: With Integrated Readings. Boston,United States: Cengage Learning. Daryanto. 2013. Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional. Yogyakarta : Gava Media. Depdikbud. 2016. “Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru Pembelajar.” Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru BUKU 4. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Guru dan Tendik. Fitriyah, L. 2012. Hambatan Guru Sekolah Dasar dalam Menulis Karya lmiah Di Kecamat an Kesaben Kabupaten Banyumas. UniversitasNegeri Yogyakarta: Fakultas IImu Pendidikan, Ifiandra, dkk. _. PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH BAGI GURU SD. _. Volume 10, Nomor 1. P-ISSN: 2540-8739 | E-ISSN: 2540-8747 . Kasiyan, dkk. 2019. WRITING TRAINING OF SCIENTIFIC WORKS FOR IMPROVING PROFESSIONALISM FOR TEACHERYogyakarta: JURNAL PENGABDIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. Volume 3 No. 1 Maret 2019, ISSN: 2549-8347 (Online). Livnat, Z. 2012. Dialogue, Science andAcademic Writing. AmsterdamNetherland: John Benjamins Publishing. rs 1 Disampatkan dalam Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan Guru dengan tema “Pembinaan Kompetensi Guru dalam Penulisan Karya Ilmiah (Best Practises)” di SMA S Muhammadiyah 11 Jakarta, Jakarta, 2021 3 Mulyasa,B.E. 2008. StandarKompetensi Guru danSertifikasi Guru, Cetakan ke-3. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, H. E. 2009. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreati f dan Menyenangkan. Cetakan ke-18, Bandung: Remaja Rosdakarya. Noorjannah, L. _. Teacher Professionalism Development Through Writing Scientific Papers For Teacher In Professional SMA Negeri 1 Kauman District Tulungagung, _ SMA Negeri | Kauman, Kabupaten Tulungagung, Panduan Penulisan Karya Iimiah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03/V/Pb/2010 dan Nomor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru Dan Angka Kreditnya. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Apar atur Negara danRefor masi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kredit nya. 2011. Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan ReformasiBirokrasi Nomor 16 ‘Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru danAngka Kreditnya. Sagala, H. Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru danTenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta. Saliman. 2019. Evaluasi praktek pendampingan Best Practice untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Jawa Tengal Volume 1, Nomor 1, Desember 2019. ————_— 1 Disampalkan dalam Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan Guru dengan tema “Pembinaan Kompetensi Guru dalam Penulisan Karya Ilmiah (Best Practises)” di SMA S Muhammadiyah 11 Jakarta. Jakarta, 2021 14 Schulz, W., Ainley, J., and Fraillon, J. 2016. EA, International Civic and Citizenship Education Study 2016 Assessment Framework. Salmon Tower Building, New York City: Springer. ‘Sukarni, S. 2020. PENGEMBANGAN KURIKULUM DIKLAT PUBLIKAS! ILMIAH SEBAGAI BENTUK FASILITAS] PENINGKATAN KOMPETENS] GURU DALAM MENULIS BEST PRACTICE, Semarang: _. http://doi.org/DOI 10.37730/edutrained.v4il.58 ‘Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. 2005. Jakarta. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Yamin, M. 2007. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press. 1 Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan Guru dengan tema “Pembinaan Kompetensi Guru dalam Penulisan Karya Ilmiah (Best Practises)” di SMA S Muhammadiyah 11 Jakarta. Jakarta, 2021

Anda mungkin juga menyukai