Anda di halaman 1dari 12

Lampiran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 29 TAHUN 2004
TENTANG
PRAKTIK KEDOKTERAN
Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi
Pasal 45
1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan secara lengkap.
3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup :
a. diagnosis dan tata cara tindakan medis;
b. tujuan tindakan medis yang dilakukan;
c. alternatif tindakan lain dan risikonya;
d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
Rekam Medis
Pasal 46
1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis.
2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi
setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.

Hak dan Kewajiban Dokter atau Dokter Gigi


Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai
kewajiban :
a) memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
b) merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan
atau pengobatan;
KETENTUAN PIDANA
Pasal 76
Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran
tanpa memiliki surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 79
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling
banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi
yang :
a) dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 ayat (1);
b) dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 ayat (1);
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR
269/MENKES/PER/III/2008 TAHUN 2008
TENTANG
REKAM MEDIS
BAB III
TATA CARA PENYELENGGARAAN
Pasal 5
1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis.
2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat segera dan
dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan.
BAB V
KEPEMILIKAN PEMANFAATAN DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 12
1) Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai:
a. pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;
b. alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran, dan
kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi;
c. keperluan pendidikan dan penelitian;
d. dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan; dan
e. data statistik kesehatan.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1787/MENKES/PER/XII/2010
TENTANG
IKLAN DAN PUBLIKASI PELAYANAN KESEHATAN
BAB III
PENYELENGGARAAN

Pasal 5
Iklan dan/atau publikasi pelayanan kesehatan tidak diperbolehkan apabila bersifat:

(butir e)
memuji diri secara berlebihan, termasuk pernyataan yang bersifat superlatif dan
menyiratkan kata ”satu-satunya” atau yang bermakna sama mengenai keunggulan,
keunikan atau kecanggihan sehingga cenderung bersifat menyesatkan
(butir l)
mengiklankan promosi penjualan dalam bentuk apa pun termasuk pemberian
potongan harga (diskon), imbalan atas pelayanan Kesehatan dan/atau
menggunakan metode penjualan multi-level marketing;
Pasal 14
2) Dalam hal fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan tidak
mengubah, menarik, menghilangkan, dan/atau menghentikan iklan dan/atau
publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri dan/atau kepala dinas
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dalam bidang kesehatan di
tingkat provinsi, dapat mengambil tindakan administratif.
3) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilaksanakan
dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.
4) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) berupa:
a. pencabutan surat izin operasional/surat izin praktik/surat izin kerja/surat
izin profesi untuk sementara waktu paling lama 1 (satu) tahun; dan
b. pencabutan surat izin operasional/surat izin praktik/surat izin kerja/surat
izin profesi untuk selamanya.
5) Selain tindakan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tenaga
kesehatan dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan yang melanggar dapat dikenakan
sanksi yang ditetapkan oleh Majelis Kehormatan Etik Profesi, Majelis Disiplin
Profesi, dan/atau Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit Indonesia.
SEKSI INFORMASI, KOMUNIKASI DAN HUMAS

Anda mungkin juga menyukai