Anda di halaman 1dari 264

LAMPIRAN

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM


DAN PERUMAHAN RAKYAT
NOMOR 05/KPTS/M/2022
TENTANG
DESAIN PROTOTIPE/PURWARUPA STASIUN
PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM MIKRO 3
(TIGA) KILOLITER

DOKUMEN TEKNIS DESAIN PROTOTIPE/PURWARUPA SPBU MIKRO 3KL

I. DAFTAR DOKUMEN TEKNIS DESAIN PROTOTIPE/PURWARUPA SPBU


MIKRO 3KL
Tabel 1. Daftar Dokumen Teknis SPBU Mikro 3 kl

No. Deskripsi Nomor Dokumen


1. Ringkasan Eksekutif -
2. Basis Desain Proyek SPBU Mikro 3 kl 001/IGDB-PSHOP/VI/2021
3. Gambar
a. Gambar Proses
1) Diagram Alir Proses 001/IGI/PRO/DRW-PSHOP/VI/2021
2) Diagram Perpipaan &
002/IGI/PRO/DRW-PSHOP/VI/2021
Instrumentasi
b. Gambar Mekanikal
Rencana Umum untuk Tangki
001/IGI/MEC/DRW-PSHOP/VI/2021
Penyimpanan
c. Gambar Perpipaan
1) Rencana Umum Perpipaan 001/IGI/PIP/DRW-PSHOP/VI/2021
2) Isometrik Perpipaan
3) Isometrik Perpipaan Inlet 002/IGI/PIP/DRW-PSHOP/VI/2021
4) Isometrik Perpipaan Uap
d. Gambar Elektrikal
1) Diagram Satu Garis 001/IGI/ELE/DRW-PSHOP/VI/2021
2) Denah Peralatan Elektrikal &
002/IGI/ELE/DRW-PSHOP/VI/2021
Detail Pembumian
e. Gambar Sipil
1) 3D Rencana Struktur
2) Rencana Struktur - Denah
3) Rencana Struktur - Tampak 001/IGI/CIV/DRW-PSHOP/VI/2021
4) Rencana Struktur – Detail
Rangka Lisplang
5) Rencana Fondasi – Denah &
002/IGI/CIV/DRW-PSHOP/VI/2021
Potongan
6) Denah Atap 003/IGI/CIV/DRW-PSHOP/VI/2021
7) Detail Sambungan 1
8) Detail Sambungan 2
004/IGI/DRW-PSHOP/VI/2021
9) Detail Sambungan 3
10) Detail Sambungan 4
11) Detail Unit 1
12) Detail Unit 2
008/IGI/DRW-PSHOP/VI/2021
13) Detail Unit 3
14) Detail Unit 4
f. Denah Layout 002/IGI/DRW-PSHOP/VI/2021

jdih.pu.go.id
-5 -

No. Deskripsi Nomor Dokumen


g. Detail Drainase SPBU Mikro 3 kl 005/IGI/DRW-PSHOP/VI/2021
h. Denah Layout Elevasi +600 mm
007/IGI/DRW-PSHOP/VI/2021
i. Potongan A-A
j. Denah Loading & Unloading 008/IGI/DRW-PSHOP/VI/2021
k. Denah Elevasi Loading & Unloading 009/IGI/DRW-PSHOP/VI/2021
4. Process Design by Node -
5. Perhitungan
a. Perhitungan Mekanikal
Perhitungan Tangki Penyimpanan 001/IGI/MEC/CAL-PSHOP/VI/2021
b. Perhitungan Proses
Perhitungan Emergency Vent dan
001/IGI/PRO/CAL-PSHOP/VI/2021
Pressure Vacuum Vent
c. Perhitungan Elektrikal
Perhitungan Pembumian 001/IGI/ELE/CAL-PSHOP/VI/2021
d. Perhitungan Sipil
1) Analisis Struktur pada Kondisi
001/IGI/STRU-PTS/PTPR/VIII/2021
Operasi
2) Analisis Peletakan Fondasi dan
002/IGI/STRU-PTS/PTPR/VIII/2021
Struktur Atas
3) Perhitungan Struktural 001/IGI/CIV/CAL-PSHOP/VI/2021
4) Perhitungan Fondasi 002/IGI/CIV/CAL-PSHOP/VI/2021
5) Tekanan Maksimum terhadap
003/IGI/STRU-PTS/PTPR/VIII/2021
Tipe Jalan Kelas III C (Bus)
6. Spesifikasi Detail Material Peralatan
a. Peralatan Mekanikal
1) Spesifikasi Tangki Penyimpanan
001/IGI/MEC/MDS-PSHOP/VI/2021
(UL-142)
2) Spesifikasi Dispenser 002/IGI/MEC/MDS-PSHOP/VI/2021
b. Peralatan Perpipaan
Spesifikasi Perpipaan 001/IGI/PIP/MDS-PSHOP/VI/2021
c. Peralatan Elektrikal
Spesifikasi Kabel NYFGBY 4 x 2,5
001/IGI/ELE/MDS-PSHOP/VI/2021
mm dan Batang Pembumian
d. Peralatan Instrumen
1) Emergency Vent
2) Pressure Vacuum Vent
3) Emergency Push Button
4) Emergency Shut off Valve
5) Foot Valve
001/IGI/INS/MDS-PSHOP/VI/2021
6) Ball Valve Three Pieces
7) Anti Syphon
8) Camlock Coupling
9) Overfill Prevention Valve
10) Check Valve
7. Daftar Peralatan Instalasi SPBU Mikro
3 kl
8. Sistem Proteksi Keselamatan Instalasi
SPBU Mikro 3 kl
9. Pengujian Manufaktur Instalasi SPBU
Mikro 3 Kl

II. RINGKASAN EKSEKUTIF INSTALASI SPBU MIKRO 3 kl


SPBU Mikro 3 kl merupakan lembaga penyalur skala kecil yang disiapkan
untuk melayani kebutuhan konsumen Bahan Bakar Minyak (BBM) Non-
Subsidi, LPG Non Subsidi dan produk lainnya yang tidak atau belum
terlayani oleh lembaga penyalur lain. Pembangunan fasilitas SPBU Mikro 3
kl meliputi pengadaan dan pembangunan sarana untuk menerima BBM

jdih.pu.go.id
-6 -

untuk disimpan pada tangki penyimpanan dengan tipe aboveground tank


kapasitas 3 kl dengan kompartemen tunggal. Dari tangki penyimpanan
tersebut maka kemudian disalurkan langsung kepada konsumen melalui
sistem perpipaan ke dispenser yang telah tersedia. Klasifikasi jalan yang
dibangun SPBU Mikro 3 kl yaitu kelas III C yaitu jalan lokal yang dapat
dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.100 mm dan panjang 9.000 mm.

Secara umum, sistem dari fasilitas SPBU Mikro 3 kl adalah BBM dialirkan
dari tangki penyimpanan langsung ke konsumen. Untuk memastikan
kapasitas dari bahan bakar yang akan disalurkan maka dipasanglah alat
ukur pada dispenser dengan fungsi untuk mengukur jumlah kapasitas
BBM yang disalurkan dapat dipantau secara terus menerus. Rencana
Pembangunan Instalasi SPBU Mikro 3 kl terdiri atas:

Tabel 2. Daftar Peralatan pada SPBU Mikro 3 kl


No. Peralatan Ukuran Lokasi
1 Doube Wall Tank - Tangki
2 Dispenser - Tangki
3 Emergency Vent 6” Primary & Secondary Tangki
6”
Tank
4 PV Vent Flame Arrester 2” Tangki
5 Manual Tank Gauge - Tangki
6 Insulation Concrete Fire Protection C-11 - Tangki
7 Camlock Female 2” Sistem Perpipaan
8 Ball Valve 2” Sistem Perpipaan
9 Check Valve 2” Sistem Perpipaan
10 Overfill Prevention Valve 2” Sistem Perpipaan
11 Anti Syphon Valve 1½” 1½” Outlet
12 Ball Valve 1½” 1½” Outlet
13 Ball Valve Three Pieces 1½” 1½” Outlet
14 Emergency Shut Off Valve Pieces 1½” 1½” Outlet
15 Foot Valve 1½” 1½” Outlet

III. BASIS DESAIN PROYEK SPBU MIKRO 3 KL


(NOMOR DOKUMEN 001/IGDB-PSHOP/VI/2021)
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
SPBU Mikro 3 kl merupakan lembaga penyalur kapasitas 3 kl
yang disiapkan untuk melayani kebutuhan konsumen BBM Non-
Subsidi, LPG Non Subsidi dan produk lainnya yang tidak atau

jdih.pu.go.id
-7 -

belum terlayani oleh lembaga penyalur lain. Pembangunan


fasilitas SPBU Mikro 3 kl meliputi pengadaan dan pembangunan
sarana untuk menerima BBM untuk disimpan pada tangki
penyimpanan dengan kapasitas 3 kl dengan kompartemen
tunggal. Dari tangki penyimpanan tersebut maka kemudian
disalurkan langsung kepada konsumen melalui sistem perpipaan
ke dispenser yang telah tersedia.

Tujuan dibangunnya instalasi ini antara lain:


a. Lembaga penyalur skala kecil ini disiapkan untuk melayani
kebutuhan konsumen BBM non subsidi yang belum
terlayani oleh lembaga penyalur lain sehingga dapat
melayani kebutuhan BBM ke seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);
b. Mendekatkan ke konsumen akhir untuk memastikan
kualitas layanan produk dan harga;
c. Memberikan nilai tambah dari potensi sumber daya yang
dimiliki oleh desa; dan/atau
d. Turut serta melatih dan menumbuh kembangkan talenta
desa agar memiliki jiwa wirausaha dan berperan aktif dalam
mempercepat pembangunan desa.

Adapun instalasi ini memberikan cara solutif untuk membangun


negeri yang madani sehingga masyarakat mempertahankan
bahkan membangun ekonomi kreatif sampai ke pelosok negeri.
Perekonomian akan terus tumbuh karena tersebarnya fasilitas
penanganan BBM Non-Subsidi sehingga masyarakat mudah
dalam persebaran transportasi umum maupun pribadi.

Basis Desain Proyek SPBU Mikro 3 kl berisikan tentang


keseluruhan informasi yang diperlukan dalam perencanaan
pembangunan SPBU Mikro 3 kl standar kelas jalan III C beserta
lampiran umum yang berisikan kalkulasi dari beberapa disiplin
ilmu antara lain proses, sipil, mekanikal, dan elektrikal. Hal
lainnya seperti informasi keselamatan proses, Health Safety
Environtment (HSE), dan manajemen risiko. Selain itu Basis
Desain Proyek juga dilengkapi dengan informasi peralatan utama

jdih.pu.go.id
-8 -

dan penunjang yang digunakan dalam pembangunan SPBU


Mikro 3 kl.

2. Tujuan
Tujuan dokumen Basis Desain Proyek dalam jasa perancangan,
pengadaan, dan konstruksi yaitu sebagai bahan acuan dalam
mendesain instalasi SPBU Mikro 3 kl. Laporan ini memberikan
informasi dari fasilitas yang ada di instalasi.

3. Ruang Lingkup
Cakupan dokumen ini berisi ringkasan berupa data desain,
asumsi, kriteria pendesainan dan juga prinsip atau filosofi
desain. Ruang lingkup ini meliputi spesifikasi, penggunaan
standar/acuan, serta perhitungan dari seluruh disiplin ilmu
contohnya:
a. Proses dan Keselamatan Proses;
b. Sipil dan Struktur;
c. Mekanikal, Sistem Perpipaan, dan Jalur Perpipaan;
d. Elektrikal dan Sistem Instrumentasi; dan/atau
e. HSE dan Manajemen Risiko.

4. Istilah dan Terminologi


Berikut di bawah ini merupakan beberapa terminologi dari
istilah-istilah yang ada dalam pekerjaan:

Tabel 3. Tabel Istilah


Istilah Definisi
Merupakan BU-PIUNU yaitu Badan Usaha yang
telah memperoleh izin usaha untuk melakukan
PERUSAHAAN
Kegiatan Usaha Niaga Umum BBM sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pihak yang ditunjuk oleh PERUSAHAAN yang
bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan
KONTRAKTOR
fabrikasi dan instalasi berdasarkan kontrak,
lingkup kerja atau perintah kerja.
Pembangunan fasilitas dan peralatan pada
PEKERJAAN
lembaga penyalur SPBU Mikro 3 kl.
Perusahaan engineering yang wajib berbadan
LEMBAGA hukum Indonesia dan terdaftar pada Direktorat
ENGINEERING Jenderal Minyak dan Gas Bumi di bidang
engineering.

jdih.pu.go.id
-9 -

Istilah Definisi
Pihak Lain yang akan menyediakan sesuatu
untuk kebutuhan proyek selain yang disediakan
oleh PERUSAHAAN dan KONTRAKTOR disebut
VENDOR VENDOR, dimana tanggung jawabnya langsung
kepada KONTRAKTOR baik terhadap Purchase
Order (PO) atau bentuk perjanjian lain antara
VENDOR dan KONTRAKTOR.

5. Daftar Singkatan
Dalam tabel yaitu beberapa daftar singkatan yang ada pada
dokumen ini:

Tabel 4. Tabel Singkatan


Singkatan Kepanjangan
APAR Alat Pemadam Api Ringan
APD Alat Pelindung Diri
BBM Bahan Bakar Minyak
BOV Bottom of Vessel
BS & W Basic Sediment & Water
ESD Emergency Shutdown
GPSA Gas Processors Suppliers Association
MCB Miniature Circuit Breaker
MSL Mean Sea Level
NPS Nominal Pipe Size
OPV Overfill Prefention Valve
PLN Perusahaan Listrik Negara
PVRV Pressure Vacuum Relief Valve
SFL Safe Filling Level
SNI Standar Nasional Indonesia
TOV Top of Vessel

6. Daftar Istilah

Tabel 5. Tabel Istilah


Istilah Definisi
Alat pemadam api yang dapat di bawa dan digunakan
APAR
atau dioperasikan oleh satu orang.
Tombol darurat yang berfungsi untuk mematikan
ESD
sistem suatu instalasi/peralatan.
Komponen listrik yang berfungsi untuk memutus
MCB
aliran listrik ketika arus berlebih atau korsleting.
Katup yang digunakan untuk mencegah kelebihan
OPV
dan tumpahan ketika pengisian BBM ke tangki.
Aboveground Sebuah tempat penyimpanan yang diletakan di atas
Tank permukaan tanah.
Ball Valve Katup yang digunakan untuk mengontrol aliran

jdih.pu.go.id
- 10 -

Istilah Definisi
dengan mudah untuk seluruhnya tertutup atau
seluruhnya tertutup dan mengurangi hilang tekan
pada pipa.
Katup yang digunakan untuk mengontrol fluida agar
Check Valve
tidak ada aliran balik pada aliran tersebut.
Suatu alat yang digunakan untuk mengukur suatu
Dispenser
fluida yang mengalir pada jalur tertentu.
Tempat penyimpanan yang memiliki dua lapisan
Double wall pada tangki. Tangki ini digunakan untuk
tank penyimpanan fluida yang mudah menguap dan
mudah terbakar.
Emergency Katup yang berfungsi untuk mengontrol ruang jika
Intersitial ruang pada interstisial dalam kondisi tekanan
Vent berlebih atau overpressure.
Emergency Ventilasi yang digunakan ketika terjadi kegagalan
Vent pada pengoperasian pressure vacuum relief valve.
Sistem pengisian bahan bakar dari truk loading
Filling
menuju tangki menggunakan pipa pengisian dengan
System
selang fleksibel.
Katup yang berfungsi sebagai penahan aliran BBM
yang telah berada pada pipa untuk tidak kembali ke
Foot Valve
tangki dan menjaga kondisi vakum aliran produk
dalam pipa.
Sistem pembumian yang berfungsi untuk
Grounding meminimalkan terjadinya sengatan arus kuat di
lingkungan bebas.
Impact Katup yang berfungsi sebagai kontrol aliran agar
Check Valve meminimalkan aliran balik atau backflow.
Insulating
Struktural dinding tangki yang berfungsi sebagai
Concrete
Insulasi atau tambalan pada dinding.
Fireproof
Katup yang digunakan untuk menahan api sampai
PV Vent
batas maksimal kondisi desain tangki tersebut.
Katup yang digunakan untuk melindungi peralatan
PVRV dari kelebihan tekanan atau kondisi vakum pada
tangki.
Sistem yang terpasang pada tangki yang berfungsi
Relief
untuk melepaskan tekanan berlebih pada saat
System
operasi.
Sistem suction atau pengisap dari tangki menuju
Suction
dispenser untuk didistribusikan kepada konsumen
System
menggunakan pipa berukuran 1½ inci.

7. Satuan Unit
Unit pengukuran proyek berasal dari unit Sistem Internasional
(SI) dengan penambahan yang diizinkan seperti dijelaskan di
bawah ini. Jika tidak termasuk dalam tabel berikut, pengukuran
SI akan digunakan.

jdih.pu.go.id
- 11 -

Tabel 6. Daftar Satuan Pengukuran


Parameter Satuan
Temperatur °C
Gauge Pressure kPag
Tekanan Absolut kPa
Berat kg
Volume, Liquid Liter atau m3
Densitas kg/m3
Laju Alir, Liquid m3/h
Komposisi %v
Daya kW atau kVA
Vapour Pressure psia
Viskositas cP
Diameter inci
Ketebalan mm
Jarak m atau km

B. REFERENSI, PERATURAN, DAN STANDAR


Desain harus sesuai dengan kaidah keteknikan yang baik dan sesuai
dengan edisi dan revisi terbaru (kecuali dinyatakan lain) dari referensi,
peraturan, dan standar perusahaan berikut (jika berlaku). Detail
pembahasan terdapat dalam subbab berikut:

1. Peraturan
Daftar peraturan yang digunakan yaitu:

Tabel 7. Daftar Peraturan


Nomor Deskripsi
Peraturan Daftar Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Menteri Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan
Hidup dan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Kehutanan Lingkungan Hidup atau Surat Pernyataan
Nomor 4 Tahun Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
2021 Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia
Menteri Energi Mengenai Sistem Transportasi Cairan untuk
dan Sumber Daya Hidrokarbon dan Standar Nasional Indonesia
Mineral Nomor 15 Mengenai Sistem Perpipaan Transmisi dan
Tahun 2008 Distribusi Gas sebagai Standar Wajib.
Peraturan Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi
Menteri Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas
Lingkungan Bumi.
Hidup Nomor 13
Tahun 2009

jdih.pu.go.id
- 12 -

Nomor Deskripsi
Peraturan Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau
Menteri Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi.
Lingkungan
Hidup Nomor 19
Tahun 2010
Peraturan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
Menteri Pekerjaan (SMKK).
Umum dan
Perumahan
Rakyat Nomor 10
Tahun 2021

2. Proses
Dalam bidang proses, daftar standar/acuan yang digunakan
yaitu:

Tabel 8. Standar/Acuan untuk Proses


Nomor Deskripsi
DNV CN 305 Environmental Conditions and Environmental
Loads
ISO 5167 Measurement of Fluid Flow by Means of Orifice
Plates, Nozzle and Venturi Tubes
NORSOK Std. P- Pressure Design
001
NORSOK Std. P- Process System Design
002
Stewart, M. Dan Surface Production Operations Vol.1 & 2
Arnold, K.
API Std. 2000 Venting Atmospheric and Low-Pressure Storage
Tanks
API RP 14E Recommended Practice for Design and
Installation of offshore Production Platform
Piping System
API RP 14J Recommended Practice for the Design and
Hazard Analysis for Offshore Production
Facilities
API RP 2001 Fire Protection in Refineries
API RP 2350 Overfill Protection for Storage Tank in Petroleum
Facilities
ANSI MC96. 1 Temperatur Measurement Thermocouple
API MPMS Chapter Measurement of Liquid Hydrocarbons by
5, Section 2 Positive Displacement Meters
API MPMS 21.1, Flow Computer
21.1
API Std. 520 Sizing, Selection and Installation of Pressure-
Relieving Devices in Refineries
API Std. 521 Pressure Relieving and Depressuring Systems

jdih.pu.go.id
- 13 -

3. Sipil/Struktur
Dalam bidang sipil/struktur, standar/acuan yang digunakan
yaitu:

Tabel 9. Standar/Acuan untuk Sipil/Struktur


Nomor Deskripsi
ASTM A185 Specification for Steel Welded, Wire Fabric,
Plain for Concrete Reinforcement
ASTM C31 Practice for Making and Curing Concrete Test
Specimens in the Field
ASTM C33 Specification for Concrete Aggregates
ASTM C39 Test Method for Compressive Strength of
Cylindrical Concrete
ASTM C94 Specification for Ready-mixed Concrete
ASTM C109 Test Method for Compressive Strength of
Hydraulic Cement Mortars (Using 2 in. or 50
mm Cube Specimens)
ASTM C136 Standard Test Method for Sieve Analysis of
Fine and Coarse Aggregates
ASTM C138 Standard Test Method for Unit Weight, Yield,
and Air Content (Gravimetric) of Concrete
ASTM C143 Test Method for Slump of Hydraulic Cement
Concrete
ASTM C150 Specification for Portland Cement
ASTM C172 Practice for Sampling Freshly Mixed Concrete
ASTM C173 Standard Test Method for Air Content of
Freshly Mixed Concrete by the Volumetric
Method
ASTM C231 Standard Test Method for Air Content of
Freshly Mixed Concrete by the Pressure
Method
ASTM C618 Specification for Coal Fly Ash and Raw or
Calcined Natural Pozzolan for Use as a
Mineral Admixture in Concrete
ASTM C1329 Standard Specification for Mortar Cement
SNI 2847 Persyaratan Beton Struktural untuk
Bangunan Gedung
SNI 1726 Tata cara perencanaan ketahanan gempa
untuk struktur bangunan gedung dan
nongedung
SNI 1727 Beban desain minimum dan kriteria terkait
untuk bangunan gedung dan struktur lain
SNI 1729 Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural
SNI 2052 Baja Tulangan Beton
SNI 7860 Ketentuan Seismik untuk Bangunan Gedung
Baja Struktural
SNI 7974 Spesifikasi air pencampur yang digunakan
dalam produksi beton semen hidraulis

jdih.pu.go.id
- 14 -

Nomor Deskripsi
(ASTM C1602-06, IDT)
SNI 8460 Persyaratan Perancangan Geoteknik
AWS D12.1 Reinforcing Steel Welding Code

4. Piping/Pipeline
Dalam bidang pipeline, standar/acuan yang digunakan yaitu:

Tabel 10. Standar/Acuan untuk Piping/Pipeline


Nomor Deskripsi
API B16.5 Pipe Flanges and Fittings
Pipeline Transportation Systems for Liquids
ASME B31.4
and Slurries
ASME B31.3 Process Piping
ASME Sect.IX Welding and Brazing Qualifications
ASME Sect.V Non Desctructive Examination Procedure
ASTM A216/A216M Standard Specification for Steel Castings
API A105 Standard Specification for Carbon Steel
Forgings for Piping
ASTM A193 Standard Specification for Alloy Steel and
Stainless-steel Bolting for High Temperature
or High-Pressure Service and Other Special
Purpose Applications
ASTM A194 Standard Specification for Alloy Steel and
Stainless-steel Nuts for Bolts for High
Temperature or High-Pressure Service and
Other Special Purpose Applications
ASTM A182 Standard Specification for Forged or Rolled
Alloy and Stainless-steel Pipe Flanges,
Forged Fittings and Valves and Parts for
High-Temperature Service
ASNT RP SNT-TC-IA Personnel Qualification and Certification in
Nondestructive Testing
ASTM A370 Standard Test Methods and Definitions for
Mechanical Testing of Steel Products
ASTM C131 Standard Test Method for Resistance to
Degradation of small-size coarse Aggregate
by Abrasoin and Impact in the Los Angeles
Machine
ASTM D698 Standard Test Methods for Moisture-
Density Relations of Soils and Soil-
Aggregate Mixture Using 5.5-lb. (2.49-kg)
Rammer and 12-in. (305mm) Drop
ASTM D1557 Standard Test Methods for Moisture-
Density relation of Soils and soil-Aggregate
Mixtures using 10-lb (4.54-kg) Rammer and
18-in (457-mm) Drop
ASTM D4254 Standard Test Methods for Minimum Index
Density of Soils and Calculation of Relative

jdih.pu.go.id
- 15 -

Nomor Deskripsi
Density

5. Mekanikal
Untuk desain mekanikal mengacu standar/acuan seperti di
bawah ini:

Tabel 11. Standar/Acuan untuk Mekanikal


Nomor Deskripsi
ASME B 16.34 Valves Flanged, Threaded and Welding
End
MSS SP25 Standard Marking System for Valves,
Fittings, Flanges & Unions
ASTM A36/A36M Specification for Carbon Structural
Steel
ASME B16.20 Metallic Gaskets for Pipe Flanges
ASME/ANSI B40. 100 Pressure Gauges and Gauges
Attachments
ASME B16.5 Pipe Flanges and Flanged Fitting
UL 142 Steel Aboveground Tanks for
Flammable and Combustible Liquids

6. Elektrikal / Instrumentasi
Dalam bidang instrumentasi, standar/acuan yang digunakan
yaitu:

Tabel 12. Standar/Acuan untuk Elektrikal/Instrumentasi


Nomor Deskripsi
API 6FA Fire Test Spesification for Valves
API RP 505 Classification of Locations for Electrical at
Petroleum Facilities
API 527 Seat Tightness of Pressure Relief Valves
API RP 540 Electrical Installations in Petroleum
Processing Plants
API RP 551 Process Measurement Instrumentation
API RP 554 Process Control System
API Std 598 Valve Inspection and Testing
IEC 60027 Letter Symbols to be used in electrical
technology
IEC 60038 IEC Standard voltages
IEC 60079 Explosive atmospheres
(Series)
IEC 60099 (Series) Surge Arresters
IEC 60287 (Series) Electric Cables – Calculation of the current
rating
IEC 60364 (Series) Low-Voltage Electrical Installations
IEC 60529 Classification of Degrees of Protection
Provided by Enclosures
IEC 60751 Industrial Platinum Resistance Thermometer

jdih.pu.go.id
- 16 -

Nomor Deskripsi
Sensors
IEC 62040 (Series) Uninterruptible Power System
IEC 62305 (Series) Protection against lightning
IEC 60598 Luminaries
ISA S5.1 Instrumentation Symbols and Identification
ISO 2714 Liquid Hydrocarbons-Volumetric
Measurement by Positive Displacement
Meter System Other than Dispensing
NFPA 10 PorTabel Fire Extinguishers
NFPA 30 Flammable and Combustible Liquids Code
NFPA 37 Installation and use of Stationary
Combustion Engines and Gas Turbines
SNI 0225 Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL)
SNI 7391 Spesifikasi Penerangan Jalan di Kawasan
Perkotaan
UL 2583 Outline Investigation for Fuel Tank

Jika terjadi perbedaan antara yang tertulis pada desain basis ini
dengan dokumen lain seperti data atau standar dan peraturan
lain yang terkait maka KONTRAKTOR dan/atau vendor wajib
membawa masalah ini kepada PERUSAHAAN untuk
mendapatkan penyelesaian dan persetujuan secara tertulis.
Dalam hal ini maka yang harus berlaku yaitu persyaratan yang
paling ketat.

C. DATA UTAMA
1. Umur Desain
Instalasi SPBU Mikro 3 kl akan didesain dengan umur selama 20
(dua puluh) tahun.

2. Data Instalasi
Berikut ini merupakan desain data yang digunakan pada sistem
di instalasi:
Tabel 13. Data Instalasi
Butir Deskripsi
Nama Instalasi SPBU Mikro 3 kl
Tahun dibuat / digunakan 2004 / 2005
Layanan Minyak dan Gas

3. Spesifikasi Bahan Bakar


Spesifikasi kandungan bahan bakar yang terdapat dalam tangki
SPBU Mikro 3 kl yaitu:

jdih.pu.go.id
- 17 -

Tabel 14. Data Lingkungan


Parameter Satuan Spesifikasi
Densitas pada 15 oC kg/m3 780
Nilai Oktan (RON) - 92
Stabilitas Oksidasi menit 480
Kandungan Belerang %w 0,05
Rasio Kompresi - 10:1 – 11:1

4. Data Lingkungan
Berikut ini merupakan data lingkungan yang digunakan untuk
perhitungan desain dari instalasi.

Tabel 15. Data Lingkungan


Deskripsi Nilai Keterangan
Suhu Udara Minimum 23,7 oC Suhu minimum daerah tropis
Suhu Udara Rata-rata 26,7 oC Suhu rata-rata daerah tropis
Presipitasi 76 mm Data bulan Juli 2021
Kelembaban 77 % Data bulan Juli 2021
Catatan:
Berdasarkan data Indonesia Climate: Average Temperature, Weather by Month
& Weather for Indonesia - Climate-Data.org

5. Data Tanah
Parameter tanah yang digunakan yaitu kategori tanah yang
lunak. Luas lahan adalah 210 m2. Dari keseluruhan luas tanah,
SPBU Mikro 3 kl tidak memfokuskan terhadap ketentuan
persyaratan vegetasi. Hal ini dipicu karena keterbatasan lahan
SPBU Mikro 3 kl. Kapasitas tanah pada lokasi fondasi SPBU
Mikro 3 kl adalah 8 Ton mengikuti klasifikasi dengan kelas Jalan
III C.

6. Denah
Berikut yaitu tata letak instalasi SPBU Mikro 3 kl:

jdih.pu.go.id
- 18 -

Keterangan:
1. Unit SPBU Mikro 3 kl 6. Rambu Promosi
2. Pengisian 7. Display LPG
3. Rambu Dilarang 8. Display Oil
4. Totem 9. Drainase
5. Rambu Masuk/Keluar

Gambar 1. Denah Instalasi

Kontraktor di daerah tempat SPBU Mikro 3 kl akan dibangun


harus memiliki pengalaman dalam pembangunan SPBU sehingga
pembangunan instalasi SPBU Mikro 3 kl sesuai dengan prosedur
dan ketentuan yang berlaku. Cakupan vendor bidang sipil
meliputi pengendalian proyek dengan memberikan metode yang
tepat dalam pekerjaan sipil, melakukan pengawasan terhadap
konstruksi, dapat mengendalikan biaya yang diperlukan,
mengembangkan dan menerapkan prosedur untuk peninjauan,
dan pelaksanaan pekerjaan hingga kontraktor siap dengan
penginstalan modul SPBU Mikro 3 kl di atasnya.

jdih.pu.go.id
- 19 -

Lokasi SPBU Mikro 3 kl tidak dekat dengan lampu lalu lintas dan
sebagian besar lokasi modular SPBU Mikro 3 kl adalah di area
perdesaan. Untuk menghindari eksternalisasi negatif, perlu
adanya asumsi jumlah kendaraan yang mungkin melakukan
pengisian bahan bakar di SPBU Mikro 3 kl. Pihak SPBU Mikro 3
kl tidak menentukan jarak persimpangan terhadap letak SPBU
Mikro 3 kl karena omset yang tidak terlalu besar. Klasifikasi jalan
berdasar ruang lalu lintas dikelompokkan sesuai dengan jalan
kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor dan lingkungan yang dapat
dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.100 (dua ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi
3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter dan muatan sumbu terberat
8 (delapan) ton.

Perhitungan Konsumsi BBM


Berdasarkan pertimbangan tersebut bahwa asumsi konsumsi
BBM yaitu 400 L/hari dengan konsumsi kendaraan mobil yaitu
200 L/hari dan motor 200 L/hari.
Konsumsi BBM keseluruhan : 400 L/hari
Konsumsi BBM Mobil : 200 L/hari
Konsumsi BBM Motor : 200 L/hari
Waktu Operasi SPBU Mikro 3 kl : 10 Jam
Masing-masing konsumsi BBM Mobil : 10 L
Masing-masing konsumsi BBM Motor : 2 L

a. Perhitungan jumlah kendaraan per hari


1) Mobil
200 L⁄hari
= 20 mobil/hari
10 L/mobil

2) Motor
200 L⁄hari
= 100 motor/hari
2 L/motor

jdih.pu.go.id
- 20 -

b. Perhitungan kendaraan berdasarkan waktu operasi (10 jam)


1) Mobil
20 mobil⁄10 jam = 2 mobil⁄jam
2) Motor
100 motor⁄10 jam = 10 motor⁄jam

Pengisian BBM mobil membutuhkan waktu sekitar ± 10 menit,


sedangkan kendaraan motor membutuhkan waktu sekitar ± 3
menit. Berdasarkan perhitungan di atas, memungkinkan
meniadakan ekternalisasi negatif karena pada mobil dan motor
tidak membutuhkan waktu pengisian yang lama. Untuk mobil
hanya membutuhkan waktu 2 x 10 menit sedangkan motor 10 x
3 menit.

Selain itu, pembangunan standar mitra yang menjadi kriteria


SPBU Mikro 3 kl adalah daerah bebas banjir. Apabila SPBU Mikro
3 kl dibangun di lahan yang berpotensi banjir, cara
meminimalkan dan menanggulanginya yaitu dengan cara
dinaikkan 60 cm dari permukaan jalan umum.

7. Data Fondasi
Data spesifikasi material dan sifat teknis material yang
digunakan dalam analisis ditampilkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 16. Data Material Beton Bertulang


Parameter Deskripsi
Mutu Beton (Fc’) 21 MPa
Besi Beton (Fy) 420 MPa
Berat Material:
Beton 2,4 ton/m3
Tangki Penyimpanan 2 ton
Berat Operasi 5 ton

Untuk detail fondasi yang digunakan pada instalasi dapat dilihat


pada tabel berikut ini:

jdih.pu.go.id
- 21 -

Tabel 17. Detail Fondasi


Cek Kapasitas Nilai
Ketebalan Pelat Beton Tebal Pelat yang digunakan: 20 cm
*)
Pembesian Pelat Tulang Atas D13-200
Beton Tulang Bawah D13-200
Catatan:
*) Vendor harus menggunakan beton dengan kekuatan tekan yang dibuktikan
dengan tes silinder pada 28 (dua puluh delapan) hari setelah pengecoran di
lapangan

Rasio perbandingan yang dihasilkan antara tekanan maksimum


desain SPBU Mikro 3 kl + fondasi yang terjadi pada tanah harus
lebih kecil dari tekanan permukaan beban kendaraan kelas III
yaitu:
35,9 < 41,4832

Dapat disimpulkan bahwa desain fondasi ini hanya berlaku


dengan kondisi tanah seperti dalam parameter analisa fondasi
dan apabila tidak dilakukan pengujian tanah untuk mengetahui
parameter tanah maka bisa menggunakan perkerasan tanah
seperti pada perkerasan jalan kelas III C. Penjelasan lebih jelas
terdapat pada subbab VI.D.5. Tekanan Maksimum Terhadap Tipe
Jalan Kelas III C (Bus) (Nomor Dokumen 003/IGI/STRU-
PTS/PTPR/VIII/2021).

8. Data Desain Tangki


Data desain pada instalasi diambil berdasarkan desain awal dari
tangki yaitu:

Tabel 18. Data Desain


Parameter Satuan Nilai
Kapasitas L 3.000
Tekanan / Temperatur kPa/°F Penuh air/100
Desain
Tekanan Operasi - ATM
Kapasitas Kerja L 2.850 (SFL 95%)
Fluida - Cair
Umur rencana Tahun 20

jdih.pu.go.id
- 22 -

9. Peletakan Struktur Atas di atas Fondasi


Struktur bangunan di atas fondasi hanya duduk dengan
mengandalkan berat struktur itu sendiri tanpa ada pengikatan
(sistem angkur ke fondasi). Perhitungan fondasi dapat dilihat
pada subbab VI.D.4. Perhitungan Fondasi. Fondasi yang
digunakan adalah jenis fondasi dangkal. Perhitungan gaya geser
lateral yang terjadi akibat struktur atas dan fondasi akan
dijelaskan bahwa SPBU Mikro 3 kl tidak menggunakan angkur.
Hal ini didasari karena total gaya eksternal (23,73 kN) < total gaya
gesek statis (tangki kosong) (31,80 kN) dan total gaya eksternal
(23,73 kN) < total gaya gesek statis (tangki terisi) (47,73 kN).

Sedangkan untuk pemeriksaan stabilitas terhadap gaya luar


(angin dan gempa), dapat diketahui bahwa gaya gesek statis
masih lebih besar dibandingkan dengan gaya angin atau gempa.
Faktor keamanan yang didapat dari hasil pengecekan stabilitas
terhadap momen guling dan geser adalah lebih besar dari 1,5
maka struktur SPBU Mikro 3 kl dinyatakan aman. Sehingga
struktur tersebut tidak akan bergeser atau terguling akibat gaya
luar (angin dan gempa). Untuk lebih detailnya dapat dilihat dalam
subbab VI.D.3. Perhitungan Struktur.

10. Data Mekanikal Tangki


Berikut merupakan data mekanikal dari tangki SPBU Mikro 3 kl
yang digunakan:
Tabel 19. Kriteria Tangki Penyimpanan
Parameter Keterangan
Jumlah Tangki 1 Unit
Acuan Konstruksi NFPA 30, UL-142
Lokasi Di atas permukaan tanah
Orientasi Vertikal
Tipe Double Wall Insulated Rectangular Tank
Emergency Vent Inner dan Outer Tank
Interstisial Gap Insulation Concrete Fire Protection C-11
Lokasi Konstruksi Sesuai NFPA 30 Tabel 4.3.2.1.1 (b)
Jarak antar tangki Sesuai NFPA 30 Tabel 4.3.2.2.1
Material ASTM A36
Tebal tambahan untuk 3 mm
perlindungan korosi
Minimum Ketebalan Baja ringan 0,185 inci (4,68 mm)
Shell

jdih.pu.go.id
- 23 -

Parameter Keterangan
Atap Tangki Tipe Flat
Ketebalan 6 mm
Lantai Tangki Ketebalan 6 mm
Emergency Vent Ukuran 6 inci
Pressure Vacuum Vent Ukuran 2 inci
Dimensi
Tangki Dalam Panjang 1.706 mm
Lebar 1.238 mm
Tinggi 1.638 mm
Tangki Luar Panjang 1.880 mm
Lebar 1.400 mm
Tinggi 1.800 mm
Berat
Total Berat Kosong kg 3.500 (Estimasi)
Total Berat Terisi kg 5.280 (Estimasi)

Ukuran 1.238 mm merupakan lebar sisi dalam tangki. SPBU


Mikro 3 kl tidak menggunakan pengelasan karena dapat
menimbulkan risiko kebocoran pada tangki. Selain itu,
pengadaan tangki ini yaitu sifatnya produk massal dimana
material sisa dalam pembuatan tangki dapat digunakan untuk
tangki selanjutnya.

11. Konstruksi Tangki


Fabrikator memastikan bahwa produk SPBU Mikro 3 kl yang
dihasilkan telah sesuai dengan gambar, spesifikasi perusahaan
dan Quality Assurance/Quality Control (QA/QC). Jika terjadi
perbedaan antara yang tertulis dengan kondisi aktual di lapangan
seperti data atau standar dan acuan lain yang terkait maka
KONTRAKTOR wajib membawa masalah ini kepada
PERUSAHAAN untuk mendapatkan penyelesaian dan
persetujuan secara tertulis. Dalam hal ini maka yang harus
berlaku adalah persyaratan yang paling ketat.

12. Data Desain Dispenser


Data desain pada instalasi diambil berdasarkan desain awal dari
tangki yaitu:

jdih.pu.go.id
- 24 -

Tabel 20. Data Desain


Parameter Satuan Nilai
Laju Alir L/min 50
Temperatur Ambient oC -25 ~ 55 atau -45 ~
55
Kelembaban % 20 – 95
Tingkat Kebisingan dB < 70
Inlet Vacuum Rate untuk kPa ≥ 54
pompa hisap
Motor
1-Fase Volt/Watt 220 V/1.000 W dan
220 V/750 W
3-Fase 380 V/1.000 W dan
380 V/750 W
Flow Meter
Standar/acuan yang - OIMLR117,
digunakan OIMLR118
Umur layan operasi L > 12.000 M
Pompa
Tipe - Gear Pump
Tipe Parameter - Parameter Range
Presisi Penyaringan m 99
Tekanan Regulasi MPa 0,10 ~ 0,22
Fluktuasi Tekanan Output MPa ≤ 0,02
Umur layan operasi L ≥ 10.000.000
Tingkat Kebisingan db ≤ 65 dB

Dispenser menggunakan tipe pompa hisap dan/atau dorong


dengan minimum 1 nozel. Akses ke dispenser menggunakan
dispenser satu sisi dengan selang untuk 1 - 2 produk bahan
bakar. Laju alir adalah maksimum 120 lpm untuk cairan Kelas II
dan maksimum 150 lpm untuk cairan Kelas III.

Perencanaan instalasi SPBU Mikro 3 kl dapat digambarkan


dengan dispenser sebagai berikut:

jdih.pu.go.id
- 25 -

Gambar 2. Detail Unit Dispenser

13. Deskripsi Proses dan Filosofi Desain


Filling system merupakan sistem tahap awal pengisian BBM pada
tangki penimbun yang akan dialirkan menuju dispenser.
Pengisian BBM dialirkan menggunakan pipa pengisian yang
dilengkapi dengan camlock berukuran 2 inci. Penggunaan
camlock sebagai sambungan atau penghubung pipa pengisian
dengan mobil tangki. Pipa pengisian telah dilengkapi dengan
instrumentasi di antaranya ball valve dan check valve.
Penggunaan ball valve guna mengontrol aliran dengan mudah
untuk seluruhnya tertutup atau seluruhnya terbuka dan
mengurangi hilang tekan pada pipa. Check Valve berfungsi untuk
mengontrol fluida untuk tidak ada aliran balik sehingga tidak ada
gangguan pada aliran tersebut. Ukuran ball valve dan check valve
yang digunakan yaitu 2 inci.

Pipa pengisian juga dilengkapi dengan pipa perforated dan OPV.


Penggunaan pipa perforated guna mencegah aliran turbulen pada
pipa. Aliran turbulen juga disebabkan oleh laju alir yang tidak
sesuai sehingga memunculkan listrik statis. Munculnya listrik
statis pada pipa memicu percikan api bahkan ledakan pada jalur
pengisian. OPV digunakan untuk mencegah kelebihan dan
tumpahan ketika pengisian tangki. Tangki yang digunakan
dilengkapi dengan Relief System. Relief System difungsikan untuk

jdih.pu.go.id
- 26 -

membatasi tekanan kerja maksimum. Relief System yang


digunakan pada SPBU Mikro 3 kl di antaranya PV Vent Flame
Arrester 2 inci, Emergency Vent primer 6 inci, dan Emergency Vent
sekunder 6 inci.

PV Vent Flame Arrester merupakan alat untuk menahan api


sampai batas maksimal kondisi desain tangki tersebut.
Sedangkan Emergency Vent merupakan alat pelindung atau
ventilasi darurat yang digunakan pada tangki dari perubahan
tekanan abnormal karena tingkat cairan dan perubahan suhu.
Emergency Vent primer 6 inci aktif ketika terjadi tekanan dalam
inner tank pada tekanan 8 oz/in2 sehingga katup akan menutup
secara otomatis. Sedangkan Emergency Vent sekunder 6 inci aktif
ketika terjadi tekanan di ruang kosong antar dinding tangki
sebesar 8 oz/in2.

BBM yang akan disalurkan kepada konsumen harus diisap


menuju dispenser. Dispenser dilengkapi dengan katup 1½” yang
berfungsi sebagai penahan aliran BBM yang telah berada pada
pipa untuk tidak kembali ke tangki dan menjaga kondisi vakum
aliran produk dalam pipa atau foot valve. Selain itu, terdapat
katup yang difungsikan untuk mengontrol aliran BBM sehingga
sistem perpipaan tidak mudah bocor atau ball valve. Terdapat
tombol darurat yang digunakan sebagai pemutus aliran bila
terjadi kebakaran pada pipa atau emergency shut off.

Berdasarkan diagram alir proses, maka dapat dijabarkan bahwa


sistem proteksi keselamatan menjadi konsentrasi utama dalam
proses serah terima bahan bakar. Berikut ini merupakan diagram
alir proses atau skema penyaluran BBM pada instalasi SPBU
Mikro 3 kl.

jdih.pu.go.id
- 27 -

Gambar 3. Diagram Alir Proses Pengisian Penyaluran BBM pada Instalasi


SPBU Mikro 3 kl

Beberapa penjelasan mendetail dijabarkan pada Tabel berikut:

Tabel 21. Instrumentasi SPBU Mikro 3 KL


No Keterangan No Keterangan
1 Camlock 5 Overfill Prevention
2 Ball Valve 6 Flange
3 Check Valve 7 Emergency Vent
4 Foot Valve 8 PV Vent

14. Sistem Perpipaan dan Instrumentasi


Alur proses dalam modul SPBU Mikro 3 kl ini meliputi:
a. Filling System (inlet)
Filling System yaitu proses pengisian bahan bakar dari mobil
pengangkut ke tangki SPBU Mikro 3 kl (unloading BBM).
b. Outlet/Suction
Outlet yaitu suction system dari tangki menuju dispenser
untuk mendistribusikan bahan bakar kepada konsumen.
c. Relief System
Relief System yaitu proses terjadinya pelepasan tekanan ke
udara bebas. Berfungsi untuk memastikan tidak terjadinya
kelebihan tekanan pada saat operasi berlangsung.

jdih.pu.go.id
- 28 -

SPBU Mikro 3 kl memiliki PVRV dengan jenis tahan api (Flame


Arrestor) ukuran 2 inci yang akan di set pada tekanan 2,5 psi.
PVRV akan terbuka dan menutup otomatis karena kelebihan
tekanan atau kondisi vakum pada tangki. Selain itu, SPBU Mikro
3 kl memiliki emergency vent, di antaranya:
a. Emergency Vent primer berukuran 6 inci
Emergency Vent primer ini berfungsi untuk menjaga tekanan
yang ada di dalam tangki. Sehingga apabila terjadi
kebakaran, dapat secara simultan mengeluarkan tekanan
yang ada di dalam tangki agar tangki tidak meledak.
b. Emergency Vent sekunder berukuran 6 inci
Emergency Vent sekunder ini berfungsi untuk menjaga
tekanan yang ada di dalam tangki namun diperuntukkan
untuk mengatur tekanan yang ada di antara ruang dinding
sisi dalam dan sisi luar tangki.

Berikut adalah komponen dari sistem perpipaan:

Tabel 22. Sistem Perpipaan


No. Butir
1 Pipa Black Steel Sch. 40 Diameter 2”
2 Camlock Female 2”
3 Ball Valve 2”
4 Check Valve 2”
5 Overfill Prevention Valve 2”

Sedangkan sistem pelepasan atau outlet suction menggunakan


beberapa komponen pada tabel berikut:

Tabel 23. Sistem Outlet


No. Butir
1 Pipa Black Steel Sch. 40 Diameter 2”
2 Anti Syphon Valve 1 ½”
3 Ball Valve 1 ½”
4 Ball Valve Three Pieces 1 ½”
5 Emergency Shutoff Valve 1 ½”
6 Foot Valve 1 ½”

jdih.pu.go.id
- 29 -

Tabel 24. Alat Pendeteksi Kebocoran


No. Butir Ukuran
1 Pendeteksi Kebocoran 1”
2 Pendeteksi Kebocoran (Insulating 1”
Concrete)

15. Skema Perpipaan


Berikut di bawah ini merupakan skema perpipaan beserta alur
inlet dan outlet-nya.

Gambar 4. Skema Perpipaan

Terdapat pula manual tank gauge berukuran 2 inci untuk


mengukur level/volume BBM dengan cara mekanikal. Terdapat
pula dipping yang merupakan sistem instrumentasi yang
berfungsi sebagai nozel untuk melakukan proses manual dipping
untuk pengukuran volume/ketinggian BBM yang ada di dalam
tangki.

jdih.pu.go.id
- 30 -

16. Diagram Perpipaan dan Instrumentasi


Berikut merupakan diagram untuk sistem perpipaan dan juga
instrumentasi SPBU Mikro 3 kl:

Gambar 5. Diagram Perpipaan dan Instrumentasi

Penyaluran BBM melalui fasilitas SPBU Mikro 3 kl meliputi


pengadaan dan pembangunan sarana untuk menerima BBM
kemudian disimpan pada tangki penyimpanan dengan kapasitas
3 kl dengan kompartemen tunggal. Dari tangki penyimpanan
tersebut maka kemudian disalurkan langsung kepada konsumen
melalui sistem perpipaan ke dispenser yang telah tersedia.

Secara umum, sistem dari fasilitas SPBU Mikro 3 kl yaitu BBM


dialirkan dari tangki penyimpanan langsung ke konsumen.
Untuk memastikan kapasitas dari bahan bakar yang akan
disalurkan maka dipasang flowmeter pada dispenser yang
difungsikan sebagai pengukur laju alir BBM sehingga kapasitas
BBM yang disalurkan dapat dipantau secara terus menerus.

jdih.pu.go.id
- 31 -

D. KRITERIA DESAIN
Dalam bab ini akan dijabarkan mengenai desain pada tiap peralatan.
1. Perhitungan Desain
a. Emergency Vent
1) Menghitung Luas Tangki
Pada tangki persegi panjang, perhitungan luas tidak
disertakan atap tangki tersebut. Maka perhitungan luas
tangki adalah:
𝐴 = (𝐿 × 𝑃) + 2(𝑃 × 𝑇) + 2(𝐿 × 𝑇)

Keterangan:
L = Lebar (ft)
P = Panjang (ft)
T = Tinggi (ft)

A = (4,6 x 6,2) + 2(6,2 x 5,9) + 2(4,6 x 5,9)


A = 155,96 ft2

2) Menghitung area basah (wetted area)


Area basah untuk tangki dengan bentuk persegi
panjang yaitu 75% dari luas permukaan tangki.
Area basah = 75% dari luas permukaan tangki
= 0,75 x 155,95 ft2
= 116,97 ft2

Untuk mencari kapasitas Vent, dapat dilihat pada UL


142 Tabel IV yaitu “Venting Capacity Tabel”. Tabel IV ini
menerangkan plot area basah terhadap Kapasitas Vent
dengan kondisi tangki beroperasi pada tekanan
atmosfer (14,7 psia) dan 60°F.

Nilai area basah yang dihasilkan 116,97 ft2. Pada Tabel


VI, nilai ini berada di antara area basah yaitu 100 ft2
dan 120 ft2. Untuk mendapatkan Kapasitas Vent ,
dilakukan dengan cara interpolasi pada area basah.
Berikut tabel Kapasitas Vent (area basah vs kapasitas
vent) yang disajikan dalam Tabel 25.

jdih.pu.go.id
- 32 -

Tabel 25. Kapasitas Vent


Area basah Kapasitas vent Ukuran pipa
(ft2) (ft3/jam) darurat (inci)
100 105.000 4
120 126.000 5

Area basah (perhitungan)−Area basah (min) Ukuran pipa (disyaratkan)−Ukuran pipa (min)
=
Area basah (maks)−Area basah (min) Ukuran pipa (maks)−Ukuran pipa (min)

116,97 − 100 𝑥 – 105.000


=
120 − 100 126.000 – 105.000
16,97 𝑥 – 105.000
=
20 21.000
356.370 = 20𝑥 − 2.100.000
2.456.370 = 20𝑥
𝑥 = 122.818,5 ft 3 /jam

Kapasitas vent= 122.818,5 ft3/jam

3) Menentukan Ukuran Pipa


Penentuan ukuran pipa diinterpolasi pada Tabel 25.

𝑊𝑒𝑡𝑡𝑒𝑑 𝐴𝑟𝑒𝑎 (𝑐𝑎𝑙𝑐𝑢𝑙𝑎𝑡𝑒𝑑) − 𝑊𝑒𝑡𝑡𝑒𝑑 𝐴𝑟𝑒𝑎 (𝑚𝑖𝑛) 𝑃𝑖𝑝𝑒 𝑆𝑖𝑧𝑒 (𝑟𝑒𝑞𝑢𝑖𝑟𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡) − 𝑃𝑖𝑝𝑒 𝑆𝑖𝑧𝑒 (𝑚𝑖𝑛)
=
𝑊𝑒𝑡𝑡𝑒𝑑 𝐴𝑟𝑒𝑎 (𝑚𝑎𝑥) − 𝑊𝑒𝑡𝑡𝑒𝑑 𝐴𝑟𝑒𝑎 (𝑚𝑖𝑛) 𝑃𝑖𝑝𝑒 𝑆𝑖𝑧𝑒 (𝑚𝑎𝑥) − 𝑃𝑖𝑝𝑒 𝑆𝑖𝑧𝑒 (𝑚𝑖𝑛)
116,97 − 100 𝑥– 4
=
120 − 100 5– 4
16,97 𝑥– 4
=
20 1
16,97 = 20𝑥 − 80
96,97 = 20𝑥
𝑥 = 4,8

Ukuran pipa = 4,8 inci ≈ 5 inci

b. Pressure Vacuum Vent


Perhitungan pressure vacuum vent, melibatkan UL-142 di
Tabel 8.2 yaitu “Size of Opening for Normal Venting”. Tabel
8.2 menerangkan diameter minimum terhadap kapasitas
tangki. Kapasitas tangki yang digunakan SPBU Mikro 3 kl
yaitu 3.000 L atau 792,52 Galon. Pada Tabel 8.2 (UL-142)
menjelaskan bahwa dengan kapasitas 792,52 Gallon (di

jdih.pu.go.id
- 33 -

bawah 2.500 Galon) dapat memilih minimum ukuran


sebesar ¼ inci.

c. Perhitungan Tangki Penyimpanan


1) Menghitung tebal tambahan untuk perlindungan
korosi.
Untuk memastikan tangki dapat bekerja sesuai dengan
durasi waktu yang telah ditentukan, maka perlu
dihitung laju korosi yang terjadi pada tangki, sebagai
berikut:
Desain umur peralatan yaitu 20 Tahun.

Tabel 26 menunjukkan data berat awal BBM, setelah


348 jam, 768 jam, 1.152 jam dan 1.536 jam. (Analisis
laju/ketahanan korosi pada baja karbon rendah akibat
tegangan dalam menggunakan metode C-ring).

Tabel 26. Laju Korosi


Berat Awal Berat Akhir Perubahan
No Jam Berat (kg) Laju Korosi
(kg) (kg) Berat
1 10 39,982 39,978 0,004 0,1068329
2 30 39,592 39,517 0,075 0,1869576
3 384 50 39,512 39,499 0,013 0,3472071
4 70 39,275 39,222 0,053 1,4155365
5 90 39,398 39,333 0,065 1,7360353
6 10 39,982 39,969 0,013 0,1736035
7 30 39,524 39,498 0,026 0,3472071
8 768 50 39,522 39,491 0,031 0,4139776
9 70 39,275 39,220 0,055 0,7344765
10 90 39,398 39,324 0,074 0,9882047
11 10 39,982 39,955 0,027 0,2403741
12 30 39,524 39,492 0,032 0,2848878
13 1.152 50 39,522 39,478 0,044 0,3917208
14 70 39,275 39,198 0,077 0,6855114
15 90 39,524 39,300 0,224 0,8724690
16 10 39,982 39,943 0,039 0,2604053
17 30 39,524 39,475 0,049 0,3271759
18 1.536 50 39,522 39,454 0,068 0,4540400
19 70 39,275 39,188 0,087 0,5809041
20 90 39,398 39,298 0,100 0,6677059

jdih.pu.go.id
- 34 -

Dari tabel di atas, diambil laju korosi terbesar:


Laju korosi : 1,736035 mpy
: 0,044095 mmpy
CAperhitungan : Laju korosi x Desain umur peralatan
: 0,0440954 x 20 thn
: 0,881906 mm
CAaktual :3 mm
Jadi CAaktual > CAperhitungan : Aman

2) Menghitung ketebalan shell tangki penyimpanan:


Perhitungan merujuk pada kasus Nomor 8a (Tabel 26)
pada Rumus Roarks untuk tegangan dan regangan
(Warren C. Young, 2002).

Gambar 6. Shell Tangki Penyimpanan

H = Tinggi Tangki (mm) = 1.638 mm


L = Panjang Shell = 1.706 mm
a = Jarak pengaku horizontal = 546 mm
b = Jarak pengaku vertikal = 426,5 mm
E = Efisiensi sambungan = 0,7 mm
C = Tebal tambahan untuk perlindungan korosi = 3
mm
Sy = Kuat leleh minimum (shell) = 2.549 (kg/cm2)
(Material ASTM A 36)
S = Tegangan yang diizinkan shell = (0,6 x Sy) = 1529,4
(kg/cm2)

jdih.pu.go.id
- 35 -

G = Berat jenis cairan = 0,77


a/b = Rasio antara pengaku horizontal dan vertikal
= 1,28
Β1 = Faktor yang tergantung pada rasio dari panjang
dan tinggi, a/b (Tabel 26 kasus Nomor 8a of Roark’s) =
0,16

Tekanan Desain + Static head


P = (G x H)/1.000
= 0,126 kg/cm2G
(Asumsi tekanan static head merata di semua
permukaan shell)

Tebal minimum shell


t = b V((β1xP)/(S x E)
Tebal yang dibutuhkan (kondisi berkarat) = 1,85 mm
Tebal yang dibutuhkan (kondisi baru) = 4,85 mm
Tebal yang disediakan dalam desain = 6 mm

Untuk detail perhitungan dapat dilihat pada subbab VI.A.1.


Perhitungan Tangki Penyimpanan (Nomor Dokumen 001-
IGI-MEC-CAL-PSHOP-VI-2021).

d. Analisis Struktur pada Kondisi Operasi


Metodologi yang dilakukan menggunakan kombinasi beban
dengan metode ultimit. Permodelan dan perancangan
struktur menggunakan program komputer SACS atau
program sejenisnya sedangkan in place analysis yaitu cek
profil baja dengan standar teknis. Parameter stabilitas
struktur baja yaitu rasio kebutuhan terhadap kapasitas
untuk permanen dan sementara yaitu 1,00.

Pembebanan sementara antara lain beban mati struktur,


beban sendiri struktur, beban tangki, dan beban dispenser.
Pada beban mati berarti berat dari struktur sendiri yang
melekat secara permanen. Beban sendiri struktur dihitung
oleh program SACS atau program sejenisnya yang

jdih.pu.go.id
- 36 -

mengasumsikan beban baut dan pelat sambungan adalah


10% dari total beban struktur.

Dari perhitungan, didapatkan hasil kombinasi pembebanan


yang disajikan dalam Tabel 27 dan Gambar 7, sedangkan
hasil perhitungan defleksi disajikan dalam Tabel 28 berikut
ini:

Gambar 7. Rasio Kombinasi Pembebanan

Tabel 27. Rasio Kombinasi Pembebanan


No. KOMBI Rasio
Grup Rasio Hasil
Elemen NASI Izin
Hollow OKE
1003-2003 C1 E200 1,000 0,87
100x100x4 !!
OKE
2003-1022 C2 Hollow 50x50x3 E200 1,000 0,72
!!
OKE
2004-2005 H1 Hollow 50x50x3 E300 1,000 0,97
!!
OKE
1057-2003 H2 Hollow 50x50x6 E100 1,000 0,55
!!
OKE
1017-1014 HB1 H 100X100 3000 1,000 0,42
!!
OKE
1016-1017 HB2 H 100X100 3000 1,000 0,69
!!
OKE
1018-1007 UN1 UNP 50X38 3000 1,000 0,23
!!

jdih.pu.go.id
- 37 -

Tabel 28. Defleksi


Penuruna
Titik Titik Bentan Relati n yang
Kombinas
utam referens g f diizinkan d
i beban
a i ≤ L/200
(m) dZ (cm)
1016 1012 3000 1,5 0,12 0,75
1014 1014 3000 1,5 0,24 0,75
1013 1013 3000 1,5 0,12 0,75

Berdasarkan Tabel 27 dan Tabel 28 bahwa rasio kurang dari


1,0 sehingga aman berdasarkan metode ultimit dan nilai
defleksi yang terjadi sebesar 0,24 kurang dari nilai defleksi
yang diizinkan yaitu 0,75 sehingga memenuhi persyaratan.
Untuk lebih detail mengenai Analisis Fondasi dan Struktur
Atas dan perhitungan sambungan las-lasan ini dapat dilihat
pada subbab VI.D.1. Analisis Struktur pada Kondisi Operasi
(Nomor Dokumen 001/IGI/STRU-PTS/PTRP/VIII/2021).

e. Analisis Fondasi dan Struktur Atas


Analisis Fondasi dan Struktur Atas di hitung menggunakan
Microsoft Excel atau sejenisnya dengan parameter stabilitas
struktur baja pada tangki kosong dan tangki terisi.
Parameter tangki kosong dan tangki terisi yaitu total gaya
eksternal lebih kecil dari total gaya gesek statis. Permodelan
Fondasi dan Struktur Atas disajikan dalam gambar di bawah
ini:

Gambar 8. Model Fondasi dan Struktur Atas

jdih.pu.go.id
- 38 -

Hasil perhitungan yang didapatkan pada tangki kosong dan


tangki terisi terhadap pemakaian angkur disajikan dalam
Tabel 29:
Tabel 29. Hasil perhitungan
Total Gaya Total Gaya Gesek
Eksternal (kN) Statis (kN)
Tangki Kosong 23,731 31,80
Tangki Terisi 23,731 47,73

Pengecekan Stabilitas faktor keamanan terhadap momen


guling dan geser diilustrasikan pada gambar berikut ini:

Gambar 9. Ilustrasi Pengecekan Stabilitas

Dihasilkan perhitungan faktor keamanan stabilitas terhadap


momen guling yaitu 5,43 dan terhadap momen geser yaitu
4,21. hal ini dikatakan aman untuk struktur SPBU Mikro 3
kl karena nilai faktor keamanan lebih dari 1,5.

Untuk lebih detail mengenai Analisis Fondasi dan Struktur


Atas ini dapat dilihat pada subbab VI.D.2. Analisis Peletakan
Pondasi dan Struktur Atas (Nomor Dokumen
002/IGI/STRU-PTS/PTRP/VIII/2021).

f. Perhitungan Struktural
Kalkulasi menggunakan perangkat lunak Staad Pro atau

jdih.pu.go.id
- 39 -

sejenisnya dengan pemodelan tiga dimensi. Kondisi


pengangkatan ini disesuaikan dengan kondisi aktual untuk
fabrikasi dan penginstalasian. Analisis ini terdiri dari
pemodelan beban struktur dan desain, cek profil baja
dengan menggunakan standar/acuan. Permodelan
perangkat lunak tersebut dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:

Gambar 10. Permodelan SPBU Mikro 3 kl (1)

jdih.pu.go.id
- 40 -

Gambar 11. Permodelan SPBU Mikro 3 kl (2)

Gambar 12. Permodelan SPBU Mikro 3 kl (3)

Dalam pembebanan yang diberikan pada modul SPBU Mikro


3 kl yaitu dengan asumsi bahwa lisplang atau kanopi belum
terpasang. Berikut yaitu pembebanan pada analisis yang
dilakukan:

jdih.pu.go.id
- 41 -

Gambar 13. Pembebanan

Pembebanan yang dilakukan yaitu mengikuti metode


pembebanan ultimit. Hasil pembebanan pada model yang
telah diberikan properti material dapat dilihat pada gambar
berikut ini:

Gambar 14. Beban Mati

jdih.pu.go.id
- 42 -

Gambar 15. Beban Hidup

Kombinasi beban menggunakan metode utlimit. Ada dua


jenis kombinasi pembebanan, kombinasi beban keadaan
batas ultimit dan servis. Kombinasi beban keadaan batas
ultimit harus digunakan untuk stabilitas dan desain
kekuatan struktur baja dan kombinasi beban keadaan batas
servis harus digunakan untuk memeriksa deformasi
struktur baja.

1) Kombinasi Beban Batas Ultimit


U1 : 1,4 DL (Beban Mati)
U2 : 1,2 DL (Beban Mati) + 1,6 LL (Beban Hidup)
2) Kombinasi Beban Batas Servis
Tidak tersedia

Sedangkan untuk hasil analisis dapat dilihat pada gambar


di bawah ini:

jdih.pu.go.id
- 43 -

Gambar 16. Analisis SPBU Mikro 3 kl

Berdasarkan tabel hasil analisis maka didapat kesimpulan


bahwa seluruh profil baja sebagai penyusun tangki dalam
batas aman dikarenakan rasio permintaan terhadap
kapasitas yang didapat adalah di bawah nilai 1,0. Hal ini
juga sesuai dengan stndar/acuan yang digunakan yaitu SNI
1729.

Desain Kanopi yang di bangun SPBU Mikro 3 KL sudah


disesuaikan dengan rata-rata kendaraan konsumen. SPBU
Mikro 3 KL hanya melayani pembelian bahan bakar selain
solar dan jenis kendaraan yaitu kendaraan penumpang.

g. Perhitungan Fondasi
Metode desain merupakan kombinasi pembebanan tak
terfaktor digunakan untuk memeriksa daya dukung tanah,
ketahanan terhadap guling dan ketahanan geser fondasi.
Kombinasi pembebanan terfaktor selanjutnya digunakan
untuk desain beton bertulang. Desain beton menggunakan
metode desain bebas ultimit seperti pada tabel berikut ini:

jdih.pu.go.id
- 44 -

Tabel 30. Parameter Desain


No. Deskripsi Keterangan
1 Beban Gempa SNI 1726
SNI 8460
Kategori Risiko Gempa III (berdasar pada SNI 1726)
Faktor Reduksi Gempa, R 3 (berdasar pada SNI 1726)
Tipe Profil Tanah Tanah lunak (SE)
2 Beban Angin ASCE 7
Kecepatan Angin 33 m/s
3 Beban Struktur dan Mekanikal
Beban Kosong = E(E) 4.554 kg
Beban Operasi = E(O) 6.749 kg
Beban Tes = E(T) 7.554 kg
4 Tipe Fondasi Fondasi Dangkal
5 Analisis Statis
6 Desain Beton SNI 2847

Pembangunan fondasi diasumsikan di atas tanah yang


lunak/buruk dengan data tanah yang telah konservatif.
Ketika tanah yang diasumsikan yaitu tanah lunak/buruk
maka perhitungan sudah dikombinasikan dengan desain
yang kuat dan pertahanan yang baik. Struktur fondasi
diperhitungkan sesuai dengan karakteristik tanah setempat
dan telah mempertimbangkan risiko gempa serta mampu
mendukung struktur atas bangunan gudang. Fondasi yang
digunakan dalam instalasi SPBU Mikro 3 kl dapat dilihat
pada gambar berikut ini:

Gambar 17. Fondasi SPBU Mikro 3 kl

jdih.pu.go.id
- 45 -

Gambar 18. Potongan A-A

Gambar 19. Potongan B-B

Berikut dalam tabel yaitu hasil perhitungan fondasi tangki


penyimpanan SPBU Mikro 3 kl:

Tabel 31. Hasil Perhitungan


Parameter Hasil Persyaratan Keterangan
Tegangan tanah Tegangan Tidak boleh melebihi daya OKE
untuk beban maksimum untuk dukung tanah yang
permanen beban permanen diizinkan 63,93 kN/m2
17,10 kN/m2
Tegangan tanah Tegangan Tidak boleh melebihi daya OKE
untuk beban maksimum untuk dukung tanah yang
sementara beban sementara diizinkan 85,0 kN/m2
35,86 kN/m2
Stabilitas Tidak ada beban Sesuai Faktor Keamanan Tidak
terhadap geser Minimum 1,5 diaplikasikan
untuk beban
permanen
Stabilitas Faktor Keamanan Sesuai Faktor Keamanan OKE
terhadap geser = 2,41 Minimum 1,1
untuk beban
sementara
Stabilitas Tidak ada beban Sesuai Faktor Keamanan Tidak
terhadap guling Minimum 2,0 diaplikasikan
untuk beban
permanen
Stabilitas Faktor Keamanan Sesuai Faktor Keamanan OKE
terhadap guling = 11,0 Minimum 2,0
untuk beban
sementara
Cek Penurunan Penurunan yang Penurunan maksimum OKE
terjadi 11,5 mm yang diizinkan 25 mm

jdih.pu.go.id
- 46 -

Parameter Hasil Persyaratan Keterangan


Penulangan D13-200 mm layer Masih dalam batas aman OKE
fondasi atas yang tersedia > yang
(dalam arah z) D13-200 mm layer dibutuhkan
Penulangan bawah 663,7 mm2 > 560 mm2 OKE
fondasi
(dalam arah x)

Sedangkan penulangan fondasi (dalam arah z) dan dalam


arah x dapat dilihat pada sketsa berikut untuk layer atas
dan juga layer bagian bawah fondasi.

Gambar 20. Sketsa Fondasi

Berdasarkan kondisi yang diberikan dalam analisis struktur


dan desain beton fondasi SPBU Mikro 3 kl dianggap cukup
memenuhi kriteria desain. Berdasarkan kalkulasi, faktor
keamanan fondasi SPBU Mikro 3 kl sebagai berikut:
1) Kondisi Permanen
Daya Dukung tanah maksimum masih dalam batas
aman.
2) Kondisi Sementara
Daya dukung tanah, momen guling dan stabilitas geser
masih dalam batas aman.
Sedangkan untuk penurunan fondasi yaitu sebesar 11,49

jdih.pu.go.id
- 47 -

mm masih di bawah nilai penurunan yang diizinkan yaitu


25,4 mm (1 inci). Fondasi pelat yaitu menggunakan tipe
D13-200 mm untuk penulangan untuk layer atas dan
bawah. Dimensi pelat yaitu panjang 2,6 m x lebar 2,3 m dan
tebal 0,2 m. Sedangkan berdasarkan desain dan kalkulasi
fondasi maka tulangan geser tidak diperlukan.

2. Peralatan Elektrikal
a. Daftar Peralatan
Peralatan elektrikal pada instalasi dapat berupa Panel
Distribusi dan Kotak Panel. Tabel di bawah ini menunjukkan
Kapasitas dari Peralatan Listrik yang ada di SPBU Mikro 3 kl
yaitu:

Tabel 32. Peralatan Elektrikal


Nama Deskripsi Keterangan
Jenis Kabel NYFGBY 4 x 2.5 mm dispenser dan koneksi
lampu
Pembumian 5/8” (1 Batang) Panjang 4 meter
Kabel konduit Flexible Pipe Metal & Gland Zona 2 – Kelas 1
Cable
Lampu Tahan Terhadap Ledakan
Box Panel 1 Unit Dimensi 35 x 25 x 20 cm
1 MCB Kapasitas 10 A Terdapat dalam kotak
2 Emergency Push 1 Unit panel
Button
3 Sealant Agar Kedap
4 Stecker Socket 1 Unit Standar Industri 3 kaki
Stabilizer 3 kVA -

b. Desain Pembumian
Pembumian ini digunakan untuk melepaskan arus petir ke
dalam tanah pada Pembangunan Instalasi SPBU Mikro 3 kl.
Berikut dalam gambar yaitu ilustrasi dari sistem
pembumian untuk instalasi SPBU Mikro 3 kl:

jdih.pu.go.id
- 48 -

Gambar 21. Sistem Pembumian

Sistem pembumian berfungsi untuk melindungi bangunan


struktur dari kebakaran akibat petir dan kerusakan
mekanikal. Penanggulangan pembumian pada SPBU Mikro
3 kl untuk elektro statis sehingga tidak diperlukannya
menara penyalur petir. SPBU Mikro 3 kl menggunakan klem
pembumian sebagai sistem proteksi untuk menghindari
sambaran atau sengatan listrik.

Nilai ketahanan atau resistansi maksimal yaitu sebesar 4


(empat) Ohm. Penentuan nilai ketahanan tersebut sesuai
dengan SNI 0225. Perhitungan ketahanan dari sistem
pembumian dapat menggunakan formula sebagai berikut:

Dimana:
ρ = Tahanan tanah (Ω-meter) = 60 Ω-meter
L = Kedalaman batang (m) = 4 meter
a = Jari-jari gira si dari elektroda (m) = 0,79 cm
Rd1 = Ketahanan yang dibutuhkan
Sehingga didapat Rd1 yaitu 3,13 Ω

c. Klasifikasi Daerah Berbahaya


Terdapat dokumen “Hasil Final Kajian Tangki untuk
Pengisian BBM” yang berlaku pada fasilitas SPBU Mikro 3 kl
dengan mempertimbangkan jarak aman minimum yang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

jdih.pu.go.id
- 49 -

Tabel 33. Jarak Minimum Tangki Pengisian BBM


Jarak minimum (m)
Dari Dari area khusus
Dari
Kapasitas bangunan pengisian BBM Dari
Jenis tangki dispenser
tangki (l) terdekat di (termasuk sisi jalan
pengisian
area SPBU seberang jalan umum
BBM
Mikro 3 kl dari jalan umum)
UL 142 (Tangki ≤ 22.800 1,5 0 4,5 1,5
SPBU Mikro 3
kl)
UL 2080 0 s.d. 7,5 7,5 15 7,5
45.600
Tangki lain 0 s.d. 15 15 30 15
sesuai NFPA 30 45.600

Dari kajian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa


perbedaan masing-masing penggunaan standar/acuan
dalam pendesainan tangki penyimpanan mempengaruhi
jarak minimum dari tangki terhadap area sekitarnya. Tangki
yang menggunakan sistem dinding ganda dimungkinkan
dapat mengantisipasi sumber panas karena adanya insulasi
panas pada ruang antar tangki serta kemungkinan area
yang berdampak apabila terjadi tumpahan dan kebakaran
pada skenario terburuk. Insulasi pada tangki diberikan agar
tujuan meningkatkan ketahanan dari kerusakan fisik dan
transfer panas jika terjadi kebakaran di luar tangki.

E. SPESIFIKASI TEKNIS
1. Mekanikal
Spesifikasi Tangki Penyimpan untuk tiap-tiap komponen dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 34. Spesifikasi Tangki


Klasifikasi Tipe
Bentuk tangki Persegi panjang
penyimpanan
Konstruksi tangki Standar UL 142 dengan beton insulasi
Material Baja karbon struktural, ASTM A 36M, ASTM
A1011/A1011M, Stainless Steel tipe 304 or 316.
Ketebalan Baja ringan: 6 mm, material insulasi IC-11 (coran semen
api)
Venting Tangki - PVRV ukuran diameter dalam nominal min. 1¼ - 1½
inci dan dipilih 2 inci sebagai kondisi aktual yang

jdih.pu.go.id
- 50 -

Klasifikasi Tipe
dikalkulasi berdasarkan UL 142
- Emergency venting sebagai area basah dengan kalkulasi
berdasarkan UL 142
Perlengkapan Tangki - 2” pipa inlet tangki termasuk penutup, Ball Valve, dan
Connection
- 1½” pipa outlet tangki termasuk Ball Valve dan
Siphoning Valve
- 2” Tank Manual Dipping
- 2” MTG Opening Slot
- 6” Emergency Valve
- 2” PV Vent Port
Auxiliary - 4-point camlock lug for lifting
- Batang pembumian
Proteksi Termal Beton insulasi tahan api dapat menahan perambatan
kalor ke dalam tangki maksimum 120°C diuji mengikuti
UL 1709
Tipe Tank Gauge Manual
Kapasitas 6 – 10 ft steel container custom built

Pipa intlet ke tangki dilengkapi pipa baja hitam Sch.40 Diameter


2”, Camlock Tipe A Diameter 2”, Tee Connection dengan
Dropline/Extension Pipe Perforated, Isolation Oil Resistant dan
Bracket. Pipa outlet ke dispenser dengan menggunakan pipa baja
hitam Sch.40 Diameter 2” dan Isolation Oil Resistant serta
Bracket.

a. Pengujian Manufaktur (Fireguard)


Pembangunan instalasi SPBU Mikro 3 kl memiliki tangki
dengan standar UL 142 dengan metode Small-Scale Fire Test.
Pengujian ini dilakukan dengan cara tangki di tempatkan
dalam pembakaran dengan suhu 2.000º F yang memenuhi
persyaratan pada UL 1709, "Standard for Rapid Rise Fire
Tests of Protection Materials for Structural Steel". Waktu
pengujian yaitu 90 menit setelah pengujian awal dilakukan.
Hasil dari pengujian tangki SPBU Mikro 3 kl yaitu memiliki
Tingkat Ketahanan Api (TKA) yaitu -/90/90 yang merupakan
perbandingan (stabilitas/integritas/ insulasi) sebagaimana:
1) Stabilitas : Parameter yang tidak dipersyaratkan untuk
komponen nonstruktural.
2) Integritas: Tidak terjadinya retak tembus asap/api
selama 90 menit.

jdih.pu.go.id
- 51 -

3) Insulasi : Nilai ketahanan terhadap insulasi dari benda


uji adalah 90 menit.

Berikut dalam gambar merupakan hasil pengujian yang


telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan. Hasil pengujian berakhir pada menit ke 90:00.

Gambar 22. Kondisi Benda Uji Ketika Pengujian Selesai

Pengujian tangki tidak perlu pengujian fisik karena sudah


ada kesepakatan dari Lembaga Teknis. Pada pengujian ini,
SPBU Mikro 3 kl lebih memfokuskan pada waktu uji bakar
yaitu 90 menit dan dapat merujuk pada Laporan Hasil
Pengujian (LHU) yaitu:

Tabel 35. Identitas Laporan Hasil Pengujian Tangki SPBU Mikro 3 kl


Nomor Laporan Hasil 010/Lb.17/HU2020
Pengujian
Nama Laboratorium Laboratorium Api – Balai Litbang Sains Bangunan
Jenis Pengujian Tingkat Ketahanan Api
Deskripsi / Kondisi Benda uji berupa panel dengan bahan pelat Mild Steel
Sampel dengan ketebalan 6 mm di belakang dan depan lapisan.
Ukuran sampel uji 1060 mm x 1050 mm x (75+12)mm
(tinggi x lebar x tebal), menggunakan material insulasi IC
11 / coran semen api.

b. Pengujian Bakar (Firetest Simulation)


Sedangkan untuk pengujian bakar telah dilakukan oleh PT.
Pindad Enjiniring Indonesia. Adapun persiapan dan metode
pengujian bakar antara lain:

jdih.pu.go.id
- 52 -

a. Unit SPBU Mikro 3 kl dengan kapasitas tangki 3.000 L


dilengkapi dengan aksesoris tangki, dispenser,
aksesoris mekanikal dan elektrikal.
b. Bahan bakar sebanyak 2.000 Liter.
c. Burner berupa kayu bakar.
d. Termokopel tangki bagian dalam dan luar.

Berikut dalam tabel merupakan hasil pengujian simulasi


kebakaran:
Tabel 36. Hasil Simulasi
Proses Uji Tahap 1 Uji Tahap 2
Waktu Pembakaran 60 Menit 60 menit
Kapasitas Bahan Bakar 2.000 L < 2.000 L
Fokus Uji Unit SPBU Mikro 3 kl Tangki dan Aksesoris
Keseluruhan
Temperatur Izin (in: dalam tangki, out: luar tangki)
0 Menit in: 26oC dan out: 0o in: 26oC dan out: 0o
30 Menit in: 26oC dan out: 200o in: 28oC dan out: 200o
60 Menit in: 55oC dan out: >500o in: 55oC dan out: 500o

Berikut dalam gambar merupakan hasil pengujian yang


telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan.

jdih.pu.go.id
- 53 -

Gambar 23. Kondisi Benda Uji pada Simulasi Uji Bakar

c. Pengujian Kebocoran
a. Tangki Primer
Pengujian kebocoran dilakukan sebelum pengecatan
dengan metode yang akan dijelaskan di bawah ini.
Tidak harus ada bukti kebocoran atau tanda deformasi
permanen pada pengujian ini. Jika mengalami tekanan
uji kebocoran, dinding tangki, head, atau atap dapat
mengalami defleksi tetapi harus kembali ke posisi dan
bentuk aslinya saat tekanan uji dilepaskan.
1) Melakukan tekanan udara internal dan
menggunakan busa sabun, atau bahan yang
sejenis untuk mendeteksi kebocoran. Untuk tangki
horizontal atau rectangular, uji tekanan tidak
boleh kurang dari 3 psig (21 kPa) atau tidak lebih
dari 5 psig (35 kPa). Untuk tangki vertikal, uji
tekanan tidak boleh kurang dari 1,5 psig (10 kPa)
atau lebih dari 2,5 psig (17 kPa) atau tekanan di

jdih.pu.go.id
- 54 -

atas 1,5 psig yang menyebabkan terlihat


perubahan bentuk pada tangki. Tekanannya tidak
berkurang selama satu jam; atau
2) Isi penuh tangki dengan air, dengan menerapkan
tekanan yang ditentukan pada angka 1) di atas
secara hidrostatis, dan periksa kebocoran tangki.
b. Tangki sekunder
1) Setelah menyelesaikan pengujian pada tangki
primer, tangki sekunder ini diuji kebocorannya
menggunakan metode seperti yang telah dijelaskan
pada huruf a.
2) Setelah menyelesaikan pengujian pada tangki
sekunder, tangki primer akan dilakukan tekanan
lagi menggunakan metode yang telah dijelaskan
pada huruf a dan tunggu selama 1 (satu) jam
untuk memeriksa kebocorannya. Jika terdapat
penurunan tekanan yang terus menerus maka
dianggap sebagai bukti kebocoran.
3) Sambil menjaga tekanan pada tangki primer,
ruang interstitial (annular) yang dibatasi oleh
tangki primer dan sekunder agar diuji tekanan
sesuai dengan huruf a dan periksa untuk
kebocoran bagian luar dengan menggunakan
larutan pendeteksi kebocoran. Tidak harus ada
bukti kebocoran atau tanda deformasi permanen
pada pengujian ini. Dinding tangki, head, atau
atap dapat mengalami defleksi tetapi harus
kembali ke posisi dan bentuk aslinya saat tekanan
uji dilepaskan.
4) Seperti pada pilihan pengujian kebocoran pada
angka 2) dan 3) yang telah dijelaskan, ruang
interstitial (annular) dapat diuji dengan melakukan
vakum setidaknya 13 inci merkuri (43,9 kPa)
selama minimal 12 jam. Jika tangki tidak bisa
menjaga vakum (kurang lebih berukuran 2 inci
merkuri) dengan waktu yang ditentukan, tangki
harus diuji ulang menggunakan metode yang

jdih.pu.go.id
- 55 -

dijelaskan pada angka 2) dan 3).

d. Penempatan Tangki
1) Tangki harus ditempatkan jauh dari jalur kendaraan
dan harus dilindungi dari dampak kendaraan dengan
menggunakan bollards atau armco railing.
2) Jika memungkinkan, posisi dari tangki aboveground
harus ditempatkan dengan pertimbangan kondisi iklim
lokal.

e. Handling
Dalam tahapan ini diperlukan beberapa praktik rekayasa,
kewajaran, dan faktor keselamatan yang nantinya akan
digunakan pada tahapan handling.

f. Pengujian pre-Installation
Dalam tahapan ini ada beberapa ketentuan yang harus
dipenuhi dalam penginstalan tangki penyimpanan.

g. Inspeksi Internal
Di dalam tahapan inspeksi diharapkan agar inspeksi yang
dilakukan disesuaikan dengan standar/prosedur yang
berlaku.

2. Instalasi (Perakitan Tangki)


Instruksi instalasi harus disediakan untuk menjelaskan prosedur
instalasi yang tepat. Instruksi tersebut juga harus mencakup hal
berikut:
a. “Konsultasikan dengan pihak setempat sebelum memasang
tangki ini" atau pernyataan yang sejenis;
b. "Tangki ini harus diinvestigasi untuk menentukan
penerimaan untuk digunakan setelah kerusakan akibat
kebakaran, kerusakan fisik lainnya, atau penyalahgunaan,"
atau pernyataan yang sejenis;
c. "Tangki ini dimaksudkan untuk instalasi sesuai dengan
NFPA 30A, dan Uniform Fire Code," atau pernyataan yang
sejenis;

jdih.pu.go.id
- 56 -

d. Instruksi untuk pengangkatan, penanganan, pemeriksaan


secara berkala, pengujian dan perbaikan tangki;
e. Instruksi yang menyatakan bahwa pos jaga atau pembatas
lainnya harus dipasang sesuai dengan standar yang berlaku
untuk memberikan perlindungan dari dampak kendaraan;
f. Instruksi untuk memasang flame arresters pada normal
vents;
g. Instruksi untuk memonitor ruang interstitial untuk
kebocoran;
h. Instruksi pembumian; dan
i. Instruksi untuk instalasi yang tepat dari peralatan
emergency vent yang dilengkapi dengan tangki tetapi tidak
dipasang ke tangki selama pengiriman.

Memastikan bahwa operator di lapangan dan manufaktur


mengikuti instruksi sesuai dengan standar/acuan yang berlaku
dan kaidah keteknikan yang baik.

3. Dispenser
Berikut dalam tabel yaitu spesifikasi perusahaan untuk
dispenser SPBU Mikro 3 kl ini:

Tabel 37. Spesifikasi Dispenser


Parameter Deskripsi
Laju Alir Maks. 120 lpm untuk cairan Kelas II; Maks.
150 lpm untuk cairan Kelas III
Peringkat Keamanan Tersertifikasi ATEX
Akses Menuju Satu sisi dispenser, 1 - 2 produk bahan
Dispenser bakar (bensin, solar, dan lain-lain)
Pompa Dispenser Model isap / 1 pumping monoblock / 1 nozel
Pompa Transfer Explosion proof gear / vane pump (Opsional)
Layar Tampilan Display unit - Backlist LCD
Peralatan dispenser Min. : Katup solenoid, filter, nozel, dan lain-
lain.
Peralatan keamanan Sistem emergency shut down, impact check
valve, breakaway valve, Katup Emergency
Shut-off (Opsional)
Ketebalan 0,8 - 1 mm, Alumunium, Stainless steel
Sambungan struktur Las
Koneksi Dispenser 1 ½" pipa inlet tangki

jdih.pu.go.id
- 57 -

Spesifikasi dari desain, pompa dan motor, posisi serta selang dari
dispenser yang akan digunakan pada modul SPBU Mikro 3 kl
dapat dilihat pada penjabaran berikut ini:

a. Desain
1) Peralatan dispenser termasuk nozel dan selang harus
terlindung dari potensi benturan oleh kendaraan
konsumen, yaitu dengan membuat pengaman dari
konstruksi beton yang lebih lebar dari dispenser dan
meletakkan dispenser lebih tinggi 20 cm dari lantai area
pengisian BBM.
2) Dispenser harus dilengkapi dengan alat pemutus aliran
yang dirancang untuk mencegah aliran BBM keluar
secara terus menerus pada saat tangki kendaraan terisi
penuh atau saat selang pengisian terlepas/putus.
3) Dispenser harus memenuhi ketentuan dan persyaratan
keselamatan untuk mencegah penyebaran uap mudah
terbakar.
4) Permukaan area sekitar dispenser dan mobil tangki
harus dirancang sehingga tumpahan atau bocoran
BBM dapat mengalir ke drain box.

b. Pompa dan Motor


1) Unit pompa adalah tipe positive displacement dengan
strainer hisap yang dapat dengan mudah diganti
dengan filter dengan ukuran mesh 150.
2) Self-priming gear pump yang terlindungi dengan
aluminium terdiri dari adjusTabel by-pass, check valve
dan built-in air separator.
3) Debit pompa sebesar 45-80 liter/menit.
4) Model dari pompa pada dispenser bahan bakar yang
digunakan harus mengacu pada desain awal sesuai
dengan standar/acuan dan harus disetujui oleh
“International Organization of Legal Metrology (O1ML)
standard R 118 :2000 “Testing Procedures and Test
Report format for Pattern Examination of fuel dispensers
for Motor Vehicles and constituent Element” & OIML R

jdih.pu.go.id
- 58 -

117 :1995 “Measuring System for Liquids other than


water”. Sertifikasi ini juga harus disetujui oleh Lembaga
Nasional Badan Metrologi dan Geofisika setempat
dimana dispenser tersebut akan dibangun.
5) Daya yang dihasilkan oleh motor pompa adalah ½ HP
atau 1 HP dan telah tersertifikasi UL/ATEX.
6) Proteksi terhadap ledakan telah dilengkapi proof-type
continuous duty motor apabila terjadi beban yang
berlebih.

c. Posisi
1) Dispenser harus diletakkan di tempat yang minim
risiko terjadi kerusakan selama operasi normal.
2) Dispenser ditempatkan di ruang terbuka sehingga
memiliki ventilasi cukup.
Penempatan dispenser harus memperhatikan agar
kendaraan pelanggan dapat diparkir dengan mudah,
nyaman dan aman di area dispenser, tanpa terganggu oleh
pergerakan kendaraan pelanggan yang lain.

d. Rakitan Selang
Rakitan selang harus memenuhi persyaratan berikut:
1) Selang harus memiliki panjang yang sesuai sehingga
nozel tidak dapat menjangkau luar area pengisian
bahan bakar dan tidak menyentuh lantai.
2) Selang harus dilengkapi dengan penghubung
breakaway.
3) Selang harus berbahan stainless steel, diameter 19 mm
dan dilengkapi dengan magnetic interlock.

e. Koneksi
1) Sistem Instrumentasi sesuai dengan gambar dan/atau
manual dari manufaktur.
2) Sistem perpipaan dari tangki menuju dispenser harus
dilengkapi dengan Emergency Shut Down (ESD) yang
berfungsi untuk menghentikan aliran BBM apabila
terjadi kebocoran atau pipa pecah.

jdih.pu.go.id
- 59 -

4. Sistem Perpipaan
a. Desain Perpipaan
Dalam Proyek Pembangunan instalasi ini untuk sistem
perpipaan proses akan didesain berdasarkan standar ASME
B31.3 dalam desain jalur perpipaan di dalam fasilitas SPBU
Mikro 3 kl. Dalam perhitungan yang telah dilakukan oleh
engineer, desain dari jalur perpipaan ini berumur selama 20
(dua puluh) tahun sehingga dalam rentang waktu tersebut
dipastikan instalasi aman digunakan.

b. Nozel Tangki
Berikut dalam gambar yaitu posisi nozel tangki
penyimpanan SPBU Mikro 3 kl:

Gambar 24. Posisi Nozel

jdih.pu.go.id
- 60 -

5. Peralatan Elektrikal
Persyaratan yang harus diaplikasikan ke semua peralatan
elektrikal antara lain:
a. Peralatan elektrikal harus diletakkan di luar dari area yang
berpotensi bahaya.
b. Peralatan elektrikal harus dipasang pada area yang telah
diinisiasi berbahaya.

Insinyur Elektrikal yang mendesain harus mempertimbangkan


kebutuhan untuk membuat sistem netral konduktor pada sistem
proteksi yaitu untuk ke semua peralatan yang berada pada area
yang memiliki potensial bahaya. Dalam hal peralatan yang
digunakan sebagai isolator harus dipasang area yang memiliki
potensial bahaya yang nantinya akan berfungsi sebagai pemutus
konduktor netral pada keseluruhan instalasi. Untuk spesifikasi
peralatan elektrikal yaitu sebagai berikut:
a. Jenis kabel adalah NYFGBY 4 x 2,5 mm untuk dispenser dan
koneksi lampu.
b. Kabel yang digunakan untuk pembumian yaitu
menggunakan BC ± 25 mm untuk pembumian kompartemen
dan dispenser.
c. Kabel konduit untuk intrusi kabel yang aman. (Opsional)
d. Eksternal IP 67 Spot dan/atau penerangan ambient
miniminal 3 (tiga) meter dari pipa vent dan area dispenser.

a. Pembebanan
Besaran Ampere (A) yang tertera pada MCB menyesuaikan
dengan kebutuhan daya. Penambahan Residual Current
Device (RCD) yang digunakan sebesar 12 A. Berikut
Kebutuhan MCB 1 dan MCB 2:

Tabel 38. Kebutuhan MCB


MCB I
Beban No Jumlah Beban (W) Total Beban
(W)
Lampu I 2 18 36
Lampu 2 4 10 40
Cadangan 2.100

jdih.pu.go.id
- 61 -

Total 2.176
Kapasitas MCB 1 = 10 A
Kapasitas MCB 1 = 10 A x 220 V 2.200

MCB II
Beban No Normal (W) Puncak Desain (W)
(W)
Motor 1 750 800 1.000
Total 1.000
Kapasitas MCB 2 = 6A
Kapasitas MCB 2 = 6 A x 220 V 1.320

b. Diagram Satu Garis


Penelaahan desain terhadap diagram satu garis ini untuk
memastikan bahwa:
1) Diagram dan gambar rencana kelistrikan sudah sesuai
dengan standar/acuan.
2) Rating yang digunakan pada komponen listrik telah
sesuai dengan kaidah keteknikan yang berlaku.
3) Jenis dan ukuran yang dipakai pada kabel telah sesuai
dengan perencanaan dan spesifikasi.

Sumber daya berasal dari PLN dengan kapasitas sebesar


220/230 Volt. Jenis kabel yang digunakan adalah NYFGBY
4 x 2,5 mm untuk dispenser dan koneksi lampu.

Untuk lebih jelasnya skema kelistrikan pada instalasi SPBU


Mikro 3 kl dapat dilihat diagram pengkabelan berikut ini:

jdih.pu.go.id
- 62 -

Gambar 25. Diagram Satu Garis Elektrikal SPBU Mikro 3 kl

c. Pembumian
Penentuan nilai ketahanan tersebut sesuai dengan SNI
0225. Untuk lebih jelas mengenai spesifikasi perusahaan
maka dapat dilihat Sistem Pembumian pada gambar berikut
ini:

Dispenser

Pembumian Pembumian Pembumian dengan


resistansi maks. 4 Ω

Gambar 26. Sistem Pembumian SPBU Mikro 3 kl

jdih.pu.go.id
- 63 -

d. Penerangan
Peralatan elektrikal yang digunakan contohnya lampu,
saklar dan lain-lain. Penerangan di fasilitas SPBU Mikro 3 kl
ini dilengkapi dengan gas proof dan aksesoris lainnya yang
terpasang. Spesifikasi lampu yaitu lampu Neon/TL dengan
anti ledakan, Fluorescent Light 2x18W, External IP 67 Spot
4x10W, dan cadangan. Terdapat pula konduit besi sebagai
pelindung kabel koneksi yang ada di SPBU Mikro 3 kl untuk
kabel lampu dan dispenser. Hal ini juga untuk menjaga
kabel apabila terjadi kebakaran.

e. Closed-Circuit Television (CCTV)


Terdapat CCTV sebagai perlengkapan keamanan sebagai
perlengkapan komunikasi di pembangunan instalasi SPBU
Mikro 3 kl. CCTV ini bekerja setiap hari selama 24 jam tanpa
henti yang dapat dimonitor langsung.

f. Sistem Keamanan Listrik


Sistem keamanan yang ada pada peralatan meliputi:
1) Pemutus arus (circuit breakers) yaitu saklar elektrik
yang berfungsi otomatis untuk mencegah kerusakan
yang terjadi pada sirkuit listrik dikarenakan adanya
hubungan singkat, beban berlebihan, dan gangguan ke
tanah.
2) Fuse yang digunakan harus disesuaikan seperti jumlah
ampere (A) atau rating yang digunakan pada fuse.
Semua sistem proteksi pada alat elektrikal harus
memenuhi persyaratan yang berlaku seperti di bawah
ini:
a) Agar dapat dengan mudah dikunci pada posisi OFF
(dapat ditambahkan dengan sistem lock-off); dan
b) Memiliki tingkat gangguan minimum sebesar 6 kA.
3) Electrical engineer yang mendesain harus
mempertimbangkan kebutuhan untuk membuat sistem
netral konduktor pada sistem proteksi ke semua
peralatan yang berada pada area yang memiliki
potensial bahaya.

jdih.pu.go.id
- 64 -

4) Dalam hal peralatan yang digunakan sebagai isolator


harus dipasang di area yang memiliki potensial bahaya
yang nantinya akan berfungsi sebagai pemutus
konduktor netral pada keseluruhan Pembangunan
Instalasi SPBU Mikro 3 kl.

Detail mengenai sistem elektrikal ini digunakan sebagai


sumber listrik untuk container, dispenser, dan lain-lain yang
ada di instalasi SPBU Mikro 3 kl.

6. Sistem Instrumentasi
a. Sistem Kontrol Loading
Sistem kontrol loading untuk pengisian dari truk ke tangki
penyimpan:
1) Manual Tank Gauge.
2) OPV yang menutup jika tangki sudah penuh.
3) Pembumian pada truk.

b. Relief System
Ada 3 (tiga) Relief System yang dipasang pada tangki, yaitu:
1) Pressure Vacuum Relief Valve dilengkapi dengan
Arrestor.
2) Emergency Vent untuk Tangki Utama (Primer).
3) Emergency Interstitial Vent untuk Tangki Sekunder.

7. Sipil/Struktur
Berikut yaitu spesifikasi material untuk bidang sipil dalam
instalasi SPBU Mikro 3 kl yaitu:

Tabel 39. Spesifikasi Material Struktur


No. Butir Deskripsi
1 Tipe Baja Baja ringan
2 Standar yang digunakan ASTM A36
3 Chequered Plate 3,2 mm
4 Rangka utama Hollow 100x100x2,3 mm
5 Rangka sekunder Hollow 50x50x2,3 mm
6 Rangka tersier Hollow 40x40x2,3 mm
7 Kaki tangki H100x100
8 Skid Dispenser UNP 50x38

jdih.pu.go.id
- 65 -

No. Butir Deskripsi


IWF 150x75x7 mm
9 Based
CNP 200x75mm (Forklift Hole)

a. Kualitas Beton
Kualitas beton yang digunakan yaitu:
Tabel 40. Kualitas Beton
Butir Nilai Deskripsi
Beton struktur - fc' = 21 MPa
Beton non struktur - fc' = 21 MPa
Tulangan ulir BjTS420B fy = 420MPa
Tulangan polos BjTP280 fy = 280MPa

b. Kualitas Baja
Kualitas baja yang digunakan dalam pendesainan instalasi
ini antara lain:
Tabel 41. Kualitas Baja
Butir Nilai Deskripsi
Baja struktur ASTM A36 fy = 2.510 kg/m2
Baut ASTM A325
Angkur ASTM A307
Pengelasan E-70XX 70 ksi

F. PERSYARATAN SPESIFIK
Hal ini melingkupi beberapa ruang lingkup tiap disiplin ilmu dan telah
disesuaikan dengan kaidah keteknikan yang baik.

1. Peralatan Mekanikal
Desain peralatan mekanikal harus dijelaskan secara terperinci
pada lembar data dan spesifikasi masing-masing peralatan
tersebut. Desain peralatan tersebut harus sesuai dengan acuan
dan standar yang diperlukan untuk memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan. Parameter dan persyaratan
umum yang diuraikan dalam dokumen ini berlaku sebagai
persyaratan minimum untuk setiap peralatan mekanikal kecuali
jika persyaratan yang lebih khusus dibahas dalam lembar data,
spesifikasi, atau ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemilihan dan desain peralatan mekanikal harus didasarkan
pada pertimbangan berikut:

jdih.pu.go.id
- 66 -

a. Sesuai dengan kondisi tugas yang ditentukan dan


persyaratan umur desain.
b. Model standar di bawah rentang produksi reguler VENDOR.
c. Catatan laporan yang terbukti dalam layanan serupa
sebagaimana ditentukan dalam kriteria yang disetujui.
d. Pengoperasian dan perawatan yang optimal.
e. Ketersediaan peralatan dan suku cadang secara maksimal.
f. Ketersediaan layanan purna jual di Indonesia.

Peralatan harus mampu diisolasi dari tekanan dan aliran fluida


untuk tujuan pemeliharaan dan setiap fluida di dalam
isolasi/peralatan harus mampu dikeluarkan dan dibuang.
Semua saluran pembuangan harus diakhiri dengan katup flens
di tepi struktur peralatan dan semua ventilasi harus dibawa ke
lokasi yang aman, tergantung pada sifat fluida yang akan
dikeluarkan. Semua komponen dan instalasi
listrik/instrumentasi harus sesuai untuk klasifikasi dan
pengelompokan area berbahaya di mana peralatan dipasang dan
harus dirancang sesuai persyaratan teknis yang ditentukan
dalam spesifikasi disiplin masing-masing untuk peralatan yang
dikemas.

Desain dan perancangan peralatan mekanikal apa pun harus


menggabungkan fitur keselamatan yang memadai sesuai
spesifikasi yang berlaku dari masing-masing peralatan serta
peraturan dan standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan
keberlanjutan. Pemilihan material untuk peralatan harus
berdasarkan rekomendasi yang disediakan dalam Studi
Pemilihan Bahan kecuali dinyatakan sebaliknya dalam lembar
data peralatan yang relevan. Semua pelat dasar peralatan rotasi
harus memiliki sekrup jacking untuk leveling dan perataan.
Tangga vertikal yang tingginya lebih dari 3,5 m harus dilengkapi
dengan sangkar pengaman. Untuk ketinggian tangga melebihi 6
m, tempat pemberhentian sementara harus disediakan.
Persyaratan pengecatan (dan persiapan permukaan untuk
dilapisi), insulasi, tahan api harus dinyatakan dalam Lembar
Data Mekanis untuk masing-masing peralatan. Semua peralatan

jdih.pu.go.id
- 67 -

harus memenuhi persyaratan standar dan peraturan perundang-


undangan.

Sistem Vent
Pressure Vacuum Vent berfungsi untuk menjaga tekanan operasi
tangki penyimpan dari kondisi tekanan berlebih dan vakum
selama proses transfer bahan bakar. Kondisi tekanan berlebih
dapat terjadi selama pengisian bahan bakar dari truk tangki ke
tangki penyimpan dan ketika siang hari yang mengakibatkan
temperatur dan tekanan naik. Kondisi vakum dapat terjadi
selama pengisian bahan bakar ke kendaraan umum dan ketika
malam hari yang mengakibatkan temperatur dan tekanan turun.

Pada bagian tangki primer dilengkapi Emergency Vent untuk


menurunkan tekanan ketika terjadi kondisi darurat. Sedangkan
pada bagian tangki sekuden (interstitial/celah antar dinding)
dilengkapi emergency interstitial vent untuk melindungi tangki
penyimpanan ketika terjadi tekanan berlebih di antara dinding.

Pipa Vent dari ketiga vent tersebut (Pressure Vacuum Vent dan
Emergency Vent) diletakkan ke lokasi yang aman di luar tangki
dengan ketinggian minimum 3,6 m (12 ft) dari permukaan tanah.
Pressure Vacuum Vent dilengkapi dengan Flame Arrestor untuk
mencegah perambatan api dari luar ke dalam tangki SPBU Mikro
3 kl yang mengandung bahan yang mudah terbakar.

2. Persiapan Area Instalasi


a. Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan harus dilakukan sebelum modul SPBU
Mikro 3 kl dipasang di atas fondasi dengan prosedur
melakukan pekerjaan pengurugan, pemadatan dan perataan
tanah untuk mengisi permukaan tanah yang lebih rendah
dari elevasi yang ditetapkan dan memangkas permukaan
yang lebih tinggi dari elevasi yang di tetapkan. Khusus jalan,
untuk pengisian bagian permukaan yang rendah harus
terdiri dari tanah urug yang dapat berupa tanah merah atau
batu kapur dan Sirtu. Tanah dasar yang berada di bawah

jdih.pu.go.id
- 68 -

elevasi yang ditetapkan harus diratakan & dipadatkan


terlebih dahulu. Pemadatan tanah dilakukan lapis demi
lapis, setiap lapis 20 cm di padatkan. Material untuk
pengurugan dan pemadatan harus bersih dari lumpur, batu,
akar, dan semua yang mengandung bahan-bahan organik.

b. Penginstalan Tangki
Penginstalan tangki penyimpanan SPBU Mikro 3 kl dengan
kapasitas 3 kl harus memenuhi prosedur dan spesifikasi
sebagai berikut:
1) Dokumen pelaksanaan merupakan dokumen rencana
teknis yang telah disetujui dan disahkan, termasuk
gambar kerja pelaksanaan yang merupakan bagian dari
dokumen ikatan kerja.
2) Pemeriksaan kelengkapan, meliputi dokumen
pelaksanaan, dalam hal ada/tidak, lengkap/tidak,
berdasarkan standar hasil karya perencanaan dan
kebutuhan untuk pelaksanaannya.
3) Pemeriksaan kebenaran, meliputi pemeriksaan
dokumen pelaksanaan pekerjaan atas dasar akurasi
gambar rencana, perhitungan, dan kesesuaian dengan
kondisi lapangan.

Program dapat diaplikasikan dalam bentuk prosedur dan


petunjuk kerja, terdiri atas:
1) Penetapan kebijakan dan menjamin komitmen
keamanan, keselamatan, kesehatan, dan
keberlanjutan.
2) Perencanaan pemenuhan kebijakan, tujuan dan
sasaran penerapan keamanan, keselamatan,
kesehatan, dan keberlanjutan.

c. Prosedur Pekerjaan Fondasi


Berikut adalah tahapan pelaksanaan secara benar yaitu:
1) Pengukuran dan pematokan
Hal ini dilakukan sebagai patokan dalam menentukan
tata letak instalasi. Harus dilakukan secara hati-hati,

jdih.pu.go.id
- 69 -

teliti dan akurat.

2) Pekerjaan tanah
Meliputi pembersihan lahan, galian dan timbunan,
serta perataan tanah. Sebelum memulai pekerjaan
tanah, kontraktor perlu menyusun metode kerja kepada
wakil pemberi kerja yaitu:
a) Peralatan yang digunakan dalam jumlah dan
kapasitas;
b) Metode manuver alat;
c) Metode pelaksanaan penggalian;
d) Metode pengisian, pembentukan, dan pemotongan
sesuai dengan kondisi awal lokasi, garis, dan level;
e) Kemiringan dan dimensi yang terdapat pada
gambar disesuaikan dengan yang telah ditentukan
oleh wakil pembeli kerja;
f) Metode penopang, penguat, papan pendukung,
penambat, dan pembongkaran setelah selesai;
g) Metode penumpukan dan pembuangan material;
h) Pengadaan seluruh akses sementara, jalan
pengalih dan saluran;
i) Metode penanganan dan pengangkutan material
galian;
j) Sebelum memulai pekerjaan tanah, kontraktor
perlu mendapatkan persetujuan dari wakil
pemberi kerja mengenai metode yang akan
digunakan; dan
k) Pelaksanaan pekerjaan tanah dilaksanakan sesuai
dengan prosedur.
3) Pekerjaan fondasi/struktur beton
Membuat fondasi sebagai penopang tangki
penyimpanan sesuai dengan dokumen perencanaan.
Menyiapkan tulangan beton yaitu dengan cara
menyiapkan tulangan beton sebagai berikut:
a) Gunakan besi beton yang bebas karat.
b) Rakit besi beton dalam cetakan agar ukurannya
sesuai dengan yang diinginkan.

jdih.pu.go.id
- 70 -

c) Jarak antara tulangan beton 15 cm.


d) Jika setiap persilangan tulangan dengan kawat
pengikat, beri ganjalan dengan tahu beton
(decking) setebal selimut beton fondasi yaitu 50
mm.
e) Sebelum fondasi dibangun, wajib dilakukan
perkerasan tanah agar lokasi penempatan dalam
kondisi padat dan stabil. Fondasi untuk alas
tangki harus bersih, datar, rapat, dan rata.

Menyiapkan beton bahan untuk pembuatan beton


harus memenuhi ketentuan:
a) Semen yang akan dipakai harus menggunakan
Tipe I. Beberapa jenis semen Tipe I antara lain:
1) Portland Pozzolan Cement (PPC) yaitu jenis
semen untuk pengikat hidrolisis yang
dihasilkan dari penggilingan terak, bahan
pozzolan, dan gipsum. Jenis semen ini
umumnya digunakan untuk konstruksi yang
membuat ketahanan sulfat dan panas hidrasi
sedang. Contoh penggunaan PPC yaitu
dermaga, jembatan, bangunan irigasi, dan
beton massa.
2) Portland Composite Cement (PCC) yaitu jenis
semen bahan pengikat hidrolisis yang
dihasilkan dari penggilingan terak, bahan
organik, dan gipsum. Umumnya jenis semen
ini digunakan untuk paving block, pasangan
batu bata, dan konstruksi beton umum.
3) Ordinary Portland Cement (OPC) yaitu perekat
hidrolik yang dihasilkan dari penggilingan
klinker yang terdiri dari oksida-oksida kapur,
silikat, alumina, dan besi.
b) Pasir dan kerikil yang digunakan harus bersih dari
kotoran/zat organik sesuai.
c) Gunakan air bersih untuk adukan campuran
beton sesuai SNI 7974.

jdih.pu.go.id
- 71 -

Mengaduk beton dan mengecor beton dengan cara


sebagai berikut:
a) Takar dan aduk sampai rata.
b) Buat lekukan di tengah adukan, tuangkan air
perlahan dan aduk setiap kali air ditambah.
c) Setelah adukan matang, segera tuangkan adukan
beton pada bagian dasar cetakan yang telah diberi
lapisan plastik atau kertas semen dan hindari
kontak langsung dengan tanah.
d) Ratakan beton dengan papan.
e) Setelah adukan mulai mengering ± 3 jam dari
pengecoran, tutuplah pencetakan beton tersebut
dengan karung goni atau kertas semen kemudian
siramkan air setiap 12 jam agar beton tetap
lembap.

4) Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal


Pemasangan modular tangki SPBU Mikro 3 kl dengan
Kapasitas 3 kl.

3. Prosedur Serah Terima


BBM diukur menggunakan flowmeter dan dilengkapi filter dan
sistem proteksi.

a. Pipa Pengisian
Operasi penerimaan BBM di SPBU Mikro 3 kl, mencakup
penerimaan dari mobil tangki sesuai Standar Operasional
Prosedur (SOP). Ada 2 (dua) tahapan penerimaan BBM yaitu:
1) Kegiatan persiapan meliputi pemeriksaan secara visual
terhadap produk pada mobil tangki seperti suhu,
volume dan densitas.
2) Kegiatan pengisian ke tangki dari truk yang dilakukan
dengan membuka keran pipa pengisian pada bottom
loader ke dalam tangki penyimpanan.

Sedangkan pelaksanaan kegiatan pada saat penerimaan

jdih.pu.go.id
- 72 -

BBM mengacu pada prosedur kerja yang berlaku tentang


pengendalian mutu BBM pada saat penerimaan. Tata cara
pembongkaran BBM dari tangki ke tangki aboveground
mengikuti prosedur yang berlaku. BBM yang telah
dimasukkan ke dalam tangki penyimpanan, pada suatu saat
akan disalurkan ke dalam kendaraan bermotor dengan
melalui dispenser. Pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu
BBM pada saat penurunan mengikuti prosedur yang
berlaku. Pada saat proses loading dan unloading dipastikan
bahwa instalasi dalam kondisi tertutup (tidak ada konsumen
yang melakukan pengisian bahan bakar).

b. Pipa Pembongkaran
Peraturan pembongkaran BBM dari tangki penyimpanan
adalah sebagai berikut:
1) Siapkan alat pemadam dan APD. Pengemudi dan
personel lain wajib menggunakan APD selama aktivitas
berlangsung.
2) Letakkan APAR dan spill kit dekat dengan area
pembongkaran dan dalam kondisi baik.
3) Mengarahkan truk tangki parkir di area titik
pembongkaran dibantu dengan personel.
4) Barikade area pembongkaran secara keseluruhan
(SPBU Mikro 3 kl ditutup sementara).
5) Setelah pembongkaran selesai maka lakukan prosedur
penutupan katup dan peralatan instrumentasi lainnya.

c. Pipa Vent
Tangki aboveground harus memiliki lubang angin untuk
menjaga tekanan atmosfer di dalam tangki selama pengisian
dan aktivitas dispensing.

d. Titik Pengisian Tangki


1) Lokasi Titik Pengisian Tangki
a) Lokasi titik pengisian tangki harus memungkinkan
mobil tangki untuk memasuki area secara lurus
dan berhenti di posisi unloading tanpa berbalik.

jdih.pu.go.id
- 73 -

b) Titik pengisian tangki harus bertempat jauh dari


area dengan kemacetan yang parah untuk
mengurangi kemungkinan yang memengaruhi
kendaraan lain.
c) Titik pengisian tangki aboveground harus diberi
label.
2) Koneksi Pengisian Bahan Bakar
Titik pengisian bahan bakar yang berada di dalam
tangki harus berada dalam secondary containment. Di
bawah ini merupakan pelaksanaan kegiatan pengisian
tangki secara umum:
a) Titik pengisian tangki harus berada di area terbuka
jauh dari sumber api dan bahaya lainnya.
b) Titik pengisian harus ditempatkan sedekat
mungkin dengan tangki.
c) Posisi titik pengisian tangki harus aman terhadap
pergerakan mobil tangki saat unloading/bongkar
BBM.
d) Tangki dan titik pengisian tangki yang terhubung,
harus diberi tanda yang berbeda. Penandaan
tangki dan peralatan pendukungnya termasuk alat
ukur harus jelas sesuai standar penandaan warna
produk terkait untuk mencegah kesalahan dalam
mengidentifikasi jenis produk di tangki atau titik
pengisian tangki.

4. Operasional dan Pemeliharaan Fasilitas


a. Umum
Fasilitas SPBU Mikro 3 kl harus memiliki sistem operasi dan
pemeliharaan yang baik untuk menjamin kelayakan
instalasi dan peralatan, kesiapan dan efektivitas sarana
keselamatan, kebakaran serta penanggulangan keadaan
darurat.

b. Operator
Operator sangat dibutuhkan pada SPBU Mikro 3 kl guna
menjalankan operasi pengisian bahan bakar. SPBU Mikro 3

jdih.pu.go.id
- 74 -

kl hanya dioperasikan oleh 1 (satu) operator dan/atau tanpa


manajer atau pelaku lain. Hal ini dikarenakan SPBU Mikro
3 kl berskala mikro.

c. Fasilitas Pendukung
SPBU Mikro 3 kl harus memperhatikan pengelolaan limbah
padat yaitu dengan menyediakan tempat sampah/tong
sampah di lokasi yang terpisah antara sampah organik dan
anorganik.

d. Pemeliharaan Fasilitas
Pemeliharaan fasilitas SPBU Mikro 3 kl diperlukan agar
sistem instalasi tetap dapat beroperasi dengan baik. Periode
pemeliharaan harus sesuai dengan standar yang digunakan
atau disesuaikan menurut petunjuk atau rekomendasi
pabrik, pemasok atau kontraktor yang memasang peralatan,
serta saran dari tenaga inspektur yang terakhir melakukan
inspeksi. Setiap modifikasi, perbaikan, pembongkaran atau
pembuangan tangki, kompartemen tangki, perpipaan,
pompa, dispenser dan peralatan terkait, harus dilakukan di
bawah pengawasan penanggung jawab keselamatan dan
dilengkapi dengan Management of Change (MOC) yang paling
sedikit meliputi analisis risiko dari suatu perubahan, tata
cara dan penanggung jawab.

1) Pemeliharaan Perpipaan
Pemeliharaan perpipaan ini dimaksudkan untuk
mencegah adanya kebocoran pipa yang berakibat fatal
di antaranya rembesan ke dalam tanah yang berakibat
mencemari air tanah dan bahaya kebakaran. Perbaikan
pipa harus dilengkapi dengan sistem izin kerja dan
diisolir dari peralatan lainnya. Jika perlu melakukan
modifikasi terhadap bagian dari perpipaan, harus
dilakukan dengan cara yang aman dan pipa harus
dibersihkan dari sisa cairan.

jdih.pu.go.id
- 75 -

2) Pemeliharaan Tangki
Pemeliharaan tangki pada instalasi SPBU Mikro 3 kl ini
yaitu dengan pembersihan tangki secara berkala. Selain
itu diperlukan pemantauan secara teratur untuk
memastikan bahwa tidak ada kegagalan pengoperasian
sistem instrumentasi dan sistem proteksi pada tangki
untuk menghindari potensi bahaya yang mungkin
terjadi.

3) Pemeliharaan Dispenser dan Pompa


Dispenser dan pompa harus dalam kondisi baik dan
dirawat secara berkala sesuai dengan rekomendasi
manufaktur. Pemeliharaan ini dapat dilakukan dengan
pembersihan atau penggantian saringan BBM yang ada
di dalamnya, memeriksa keakuratan atau
mengkalibrasi dispenser secara rutin. Perbaikan
dispenser dan pompa harus dilengkapi dengan sistem
izin kerja dan diisolir dari peralatan lainnya. Jika
dilakukan modifikasi pada pompa dan dispenser harus
dilakukan analisis risiko untuk mengantisipasi potensi
bahaya.

e. Sistem Emergency Shutdown


Pada kondisi darurat seperti potensi terjadi kebakaran,
tangki SPBU Mikro 3 kl dan dispenser harus diisolasi
secepatnya. Dispenser dapat diisolasi atau ditutup dengan
menekan tombol Emergency Shut Off pada area dispenser,
tangki maupun dari MCB. Jika terjadi kondisi darurat pada
saat pengisian dari truk tangki, proses pengisian dapat
dihentikan dengan menekan tombol Emergency Shut Off
pada SPBU Mikro 3 kl dan mengisolasi tangki dengan
menutup ball valve.

f. Klasifikasi Area Berbahaya


Klasifikasi area berbahaya harus ditentukan untuk semua
area dengan klasifikasi instalasi masuk menjadi area
berbahaya yaitu:

jdih.pu.go.id
- 76 -

1) Untuk menentukan tingkat atmosfer yang mudah


terbakar jika terjadi pelepasan gas yang tak mudah
terbakar ke atmosfer;
2) Untuk memastikan bahwa peralatan listrik memiliki
desain yang sesuai;
3) Untuk memastikan bahwa sumber penyalaan api
dipisahkan dari sumber gas yang mudah terbakar; dan
4) Untuk membantu lokasi lubang masuk udara bersih
untuk ventilasi;

Area dapat diklasifikasikan dalam 2 (dua) kategori yaitu


berbahaya dan tidak berbahaya. Area yang tidak berbahaya
adalah area dimana campuran gas udara eksplosif tidak
dapat terjadi secara normal. Area didefinisikan sebagai
berbahaya ketika area mengandung atau mungkin
mengandung uap hidrokarbon. Keberadaan uap
hidrokarbon tersebut bergantung pada banyak faktor karena
ada kemungkinan uap tersebut memiliki gas, volume dan
kondisi yang menyebabkan pelepasan gas potensial.
Klasifikasi area berbahaya terbagi menjadi 2 (dua) zona
berdasarkan tingkat level bahaya:
Zona 1 : Campuran udara dan gas eksplosif selalu ada
atau ada pada jangka waktu lama.
Zona 2 : Campuran udara dan gas eksplosif mungkin
terjadi kondisi normal.

Setiap area diklasifikasikan pada dasar sumber potensial


pelepasan gas atau uap yang mudah terbakar, tingkat
pelepasan, ventilasi dan sifat daerah sekitarnya. Definisi
klasifikasi area berbahaya untuk lokasi tertentu didasarkan
pada:
1) Sifat fisik bahan cair dan gas di sekitarnya;
2) Sumber pelepasan potensial;
3) Tingkat ventilasi alami atau mekanis; dan/atau
4) Tata letak area.

jdih.pu.go.id
- 77 -

Semua peralatan listrik dan non-listrik yang dipasang harus


sesuai dengan area klasifikasi berbahaya. Peralatan listrik
untuk atmosfer gas mudah meledak harus dipilih sesuai
dengan IEC 60079.

g. Sistem Proteksi Kebakaran


Fasilitas dan area utama yang wajib dilindungi oleh sistem
proteksi kebakaran yaitu:
1) Area Titik Pembongkaran;
2) Area Tangki Penyimpanan dan Dispenser; dan
3) Ruang panel dan bangunan lainnya;

Filosofi desain sistem perlindungan kebakaran berdasarkan


pada pencegahan dan pengendalian kerugian. Kebakaran
pada satu bagian dari fasilitas dapat membahayakan bagian
yang lain. Jika terjadi ledakan saat kebakaran, maka akan
dikontrol untuk meminimalkan kerugian pada aset dan
lingkungan dan mencegah penyebaran kebakaran. Tujuan
utama dari sistem proteksi kebakaran aktif sebagai berikut:
1) Memadamkan kebakaran;
2) Melakukan kontrol terhadap kebakaran dan membatasi
penyebarannya;
3) Menurunkan efek kebakaran sehingga personel yang
ada dapat melakukan tindakan penyelamatan diri
dengan cara yang aman; dan
4) Membatasi atau mengurangi kerusakan pada aset.

Berdasarkan material yang terbakar, kebakaran dapat


dibagi menjadi beberapa kategori berikut ini:
Kelas A : Kebakaran dari material yang mudah terbakar,
seperti kayu, kain, kertas, karet, dan plastik.
Kelas B : Kebakaran dari cairan yang mudah terbakar,
minyak pelumas, tar, minyak, minyak berbasis
cat, pelarut, alkohol, dan gas yang mudah
terbakar.
Kelas C : Kebakaran yang melibatkan peralatan berenergi
listrik.

jdih.pu.go.id
- 78 -

Kelas D : Kebakaran yang melibatkan material logam yang


mudah terbakar, seperti Magnesium, Titanium,
Zirkonium, Sodium, Litium, dan Potasium.
Kelas K : Kebakaran dari alat memasak yang melibatkan
media memasak yang mudah terbakar (sayur
atau minyak hewani dan daging).

Secara umum, kebakaran kelas A akan efektif dipadamkan


oleh media air, kelas B oleh foam atau dry powder, kelas C
oleh CO2 atau dry agent, kelas D oleh spesifik dry chemical
sesuai dengan logam yang terbakar. Sistem proteksi
kebakaran aktif yang diaplikasikan pada fasilitas SPBU
Mikro 3 kl ini yaitu APAR. APAR portabel yaitu peralatan
portabel (dipegang atau beroda) dan dioperasikan dengan
tangan, mengandung agen pemadam yang dapat
dikeluarkan di bawah tekanan rendah untuk tujuan
menekan atau memadamkan kebakaran.

APAR portabel harus digunakan sebagai peralatan sistem


pemadam kebakaran pada kebakaran kecil. Untuk
kebakaran yang lebih besar biasanya menggunakan APAR
portabel yang beroda yang dapat digunakan. Tipe dan
ukuran APAR portabel atau beroda sesuai dengan spesifikasi
Portable dry chemical extinguisher 9 kg, Kelas ABC. Sistem
proteksi kebakaran pasif digunakan untuk melindungi
suatu struktur utama yang terimbas oleh efek panas dalam
durasi dan tingkatan tertentu. Tujuan utama dari sistem
proteksi kebakaran pasif pada suatu struktur yaitu untuk
mencegah terjadinya eskalasi kebakaran yang tidak
diharapkan dengan cara membuat proteksi sementara
sampai alat pemadam dapat digunakan dengan optimal.
Sistem proteksi kebakaran pasif yang digunakan pada
fasilitas SPBU Mikro 3 kl yaitu berupa penahan api. Penahan
api yang dapat digunakan pada tangki SPBU Mikro 3 kl yaitu
desain double wall yang tahan api. Desain double wall tank
dengan cairan terisi (liquid pool) mampu menahan panas.
Selama 2 jam pengetesan kebakaran di sekitar tangki

jdih.pu.go.id
- 79 -

(furnace fire test), temperatur operasi meningkat namun


tidak melebihi 126oC (260oF). Tingkat ketahanan desain
double wall tank terhadap api cukup baik, sehingga tidak
memerlukan penahan api berupa dike wall.

5. Desain Perpipaan
a. Material Perpipaan
Pemilihan material perpipaan dilakukan berdasarkan
kondisi operasi pipa. Dengan mempertimbangkan suhu dan
tekanan pipa selama kondisi operasi.

b. Ketebalan Dinding Pipa


Perhitungan ketebalan dinding pipa dilakukan sesuai
dengan ASME B31.3 berdasarkan data desain perpipaan.
Nominal ketebalan pipa yang dipilih yaitu 0,237 inci (Skedul
40) untuk pipa berdiameter 4 inci dan 0,28 inci untuk pipa
berdiameter 6 inci.

c. Tebal tambahan untuk perlindungan korosi


Untuk menentukan minimum ketebalan dinding pipa yang
dipersyaratkan, pengaruh korosi, erosi dan keausan perlu
untuk dipertimbangkan, hal ini dilakukan dengan
penambahan lapis perlindungan. Tebal tambahan untuk
perlindungan korosi yang ditambahkan dalam perhitungan
yaitu 3 mm (0,118 inci).

d. Tegangan yang Diizinkan


Tingkat tegangan harus dibatasi sesuai dengan persyaratan
pada ASME B31.3.

6. Desain Elektrikal
a. Sumber Listrik
Tenaga Listrik di SPBU Mikro 3 kl yang berlokasi di seluruh
area di Indonesia maka disuplai dari PLN. Jika pasokan
listrik dari PLN belum tersedia, maka dapat menggunakan
alternatif genset yang akan mencukupi kebutuhan listrik
SPBU Mikro 3 kl ketika tenaga listrik tidak tersedia. Genset

jdih.pu.go.id
- 80 -

didesain mampu menyuplai seluruh kebutuhan listrik SPBU


Mikro 3 kl (min. 4.000 Watt). Tipe genset yang digunakan
yaitu silent dengan pelindung.

b. Penerangan
Penerangan akan disediakan yaitu penerangan SPBU Mikro
3 kl, panel, genset dan lampu jalan. Spesifikasi &
perhitungan untuk penerangan mengacu pada IEC 60598
dan dalam mendesain instalasi sistem penerangan harus
mengacu pada standar API RP 540, dan SNI 7391.

c. Sistem Pembumian dan Sistem Proteksi Petir


Sistem pembumian harus disediakan untuk meminimalkan
bahaya bagi personil dan peralatan dari kesalahan
pembumian, sambaran/aliran petir dan muatan statis dan
harus dirancang untuk menghilangkan efek buruk
gangguan elektromagnetik pada sistem instrumentasi dan
kontrol. Sistem proteksi petir harus melindungi struktur
dari sambaran petir dan melindungi sirkuit listrik dari
sambaran petir efek sekunder. Sirkuit elektronik dan
instrumen juga harus dilindungi dari sambaran petir efek
sekunder.

d. Sistem Keamanan
Sistem keamanan di SPBU Mikro 3 kl dilengkapi kamera
CCTV dan penyimpanan data hasil perekaman harus
dipasang pada SPBU Mikro 3 kl untuk memantau keamanan
dan merekam aktivitas sehari-hari di SPBU Mikro 3 kl, data
kapasitas untuk penyimpanan data hasil perekaman
minimal untuk 1 (satu) bulan.

7. Desain Instrumentasi
a. Peralatan Pemantau Pembumian Truk Tangki (Truck
Earthing Package)
Peralatan Pemantau Pembumian Truk Tangki harus menjadi
sinyal listrik yang unik, pulse, dan secara intrinsik aman

jdih.pu.go.id
- 81 -

dihasilkan oleh monitor kontrol dan dikirim ke sensor


melalui kabel koil dan steker format optik (optic format plug).
Bila sensor pada pengangkutan tidak ada sinyal akan
dikembalikan ke monitor. Jika sinyal memenuhi
karakteristik yang telah ditentukan monitor menuju
keadaan "permisif" (diizinkan).

b. Dispenser
Dispenser dilengkapi dengan alat ukur untuk mengukur
jumlah gas dengan satuan Liter Setara Premium (LSP), serta
harga satuan dalam Rupiah. Dispenser harus mempunyai
ketinggian yang sesuai dan memungkinkan pergerakan
bebas dari selang fleksibel, untuk mencegah ketegangan
pada selang pengisian dan agar tidak menyentuh tanah.
Dispenser dapat dihentikan melalui tombol darurat pada
dispenser.

8. Desain Sipil dan Struktur


a. Beban Dasar
Tipe Beban dan Gaya yang berikut, harus dipertimbangkan
untuk perencanaan kekuatan struktur, fondasi dan pipa
dalam tanah, yaitu:
1) Beban mati (D);
2) Beban hidup (L);
3) Beban kendaraan/truk (R);
4) Beban termal (Ts);
5) Beban angin (W);
6) Beban operasional (E);
7) Beban tanah serta lapisan perkerasan jalan (H);
8) Beban fluida (F); dan
9) Beban gempa (V).

b. Beban Mati (D)


Beban mati yaitu berat sendiri dari struktur dan semua
bahan yang terkait/melekat secara permanen meliputi pipa,
peralatan, insulasi, penahan api, konduit elektrikal, dan
sebagainya.

jdih.pu.go.id
- 82 -

1) Beton bertulang 2.400 kg/m3


2) Baja struktur 7.850 kg/m3
3) Tanah di atas permukaan air 2.000 kg/m3
4) Semen 2.200 kg/m3
5) Beton polos 2.200 kg/m3
6) Kerikil 1.950 kg/m3
7) Batu bata 2.000 kg/m3
8) Aspal 2.300 kg/m3

c. Beban Hidup (L)


Beban hidup yaitu beban yang tidak permanen (bergerak),
seperti beban akibat pekerja beserta peralatan kerja. Beban
hidup berikut ini bekerja terdistribusi secara merata pada
bidang yang horizontal, dengan nilai minimum sebagai
berikut:
1) Area operasional 400 kg/m2
2) Area bangunan 250 kg/m2
3) Area di atas lereng 1.000 kg/m2

d. Beban Truk (R)


Instalasi perpipaan di bawah tanah yang dapat
dilintasi/dibebani oleh kendaraan/truk, harus didesain
terhadap kendaraan/truk dengan beban ganda 25 ton.
Koefisien beban impak yang digunakan yaitu 30%.

e. Beban Termal (Ts)


Beban termal yaitu gaya geser horizontal akibat ekspansi
termal dari pipa dan peralatan. Koefisien friksi sebagai
berikut:
1) Antara baja dan baja 0,3
2) Antara baja dan beton 0,74

f. Beban Angin (W)


Beban angin yaitu beban yang tidak permanen yang bekerja
pada permukaan struktur, pipa dan peralatan. Beban angin
yaitu sebesar 40 kg/m2.

jdih.pu.go.id
- 83 -

g. Beban Operasional (E)


Beban operasional yaitu beban mati ditambah dengan berat
setiap bahan cairan atau padat yang ada di dalam peralatan
dan pipa, selama masa operasional yang normal.

h. Beban Tanah (H)


Beban operasional yaitu beban mati ditambah dengan berat
setiap bahan cairan atau padat yang ada di dalam peralatan
dan pipa, selama masa operasional yang normal.

i. Beban Fluida (F)


Beban fluida yaitu beban mati ditambah dengan berat setiap
bahan cairan yang digunakan untuk tes peralatan dan pipa.

j. Beban Gempa (V)


Beban gempa yaitu beban statis ekuivalen yang bekerja pada
peralatan dan bangunan dan harus sesuai dengan standar
dan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
gempa.

k. Kombinasi Pembebanan
1) Kerangka Baja
a) Kondisi operasional: D + L
b) Kondisi operasional + angin: D + W
c) Kondisi operasional + gempa: D + 0,7V
d) Kondisi operasional + beban hidup + angin D +
0,75 (L + W)
e) Kondisi operasional + beban hidup + Gempa D +
0,75 (L + 0,7V)
2) Dinding Penahan Tanah
Kondisi operasional: D + H Kondisi operasional + gempa
D + H + V/1,4
3) Stabilitas Lereng
Kondisi operasional: 1,2(D) + 1,6(L) + 1,6(H + WT)

l. Defleksi
Berikut merupakan defleksi pada pendesainan struktur:

jdih.pu.go.id
- 84 -

Tabel 42. Pendesainan Struktur


Defleksi Vertikal
Balok sederhana L/240
Balok menumpu lantai dan dinding L/350
Balok menumpu beban dinamis L/450
Pelat lantai L/180
Defleksi Horizontal
Kolom tidak menopang beban L/150
Kolom menopang beban peralatan L/200
Kolom menopang operasi crane L/200

m. Desain Baja Struktur dan Sambungannya


1) Baut
Baut harus dihitung berdasarkan sambungan tipe
tumpu beban yang diperbolehkan harus berdasarkan
baut ulir di bidang geser.
a) Untuk struktur utama harus memenuhi
persyaratan ASTM A 325 atau setara.
b) Untuk struktur lain: baut koneksi untuk bukan
struktur lain (sambungan, gording, reng, dan lain-
lain) harus memenuhi persyaratan ASTM A 307
atau setara. Minimum diameter baut untuk
komponen struktur yaitu 16 mm (M16, baut kuat
tarik tinggi). Sambungan baut dilengkapi dengan
spring washer (cincin).
2) Las
Elektroda las harus mengikuti AWS D1.1 dengan
tegangan leleh minimum yaitu sebesar 400 MPa.

3) Pelat Landas
Pelat landas harus memenuhi persyaratan pada
standar/acuan yaitu ASTM A307. Ketebalan minimum
untuk pelat landas lebih tebal dari sayap baja.
4) Kisi
Kisi harus hot deep galvanized, dengan baja bergerigi
dengan dimensi 150 mm x 40 mm x1000 mm dan 300
mm x 40 mm x 1.000 mm.

jdih.pu.go.id
- 85 -

n. Jenis Cat/Coating
1) Pembersihan permukaan material
a) Permukaan baja harus dibersihkan dari bahan-
bahan yang berbahaya seperti karat, air, debu,
kotoran dan percikan las di bersihkan dari baja.
b) Penyiapan permukaan harus sesuai dengan SA 2-
1/2 atau setara.
c) Penyiapan permukaan tidak boleh dilakukan jika
kelembaban nisbi > 85%.
2) Tebal dan jenis cat
Tebal dan jenis cat untuk modul SPBU Mikro 3 kl harus
sesuai dengan tabel di bawah ini:

Tabel 43. Tebal dan Jenis Cat


Sistem Cat
Cat Dasar Cat Menengah Cat Final
Material Penyiapan Tebal
Permukaan Jenis Jumlah Min.
Jenis
Jumlah Min.
Jenis
Jumlah Min. Minimum
Lapisan DFT Lapisan DFT Lapisan DFT DFT (µm)
Cat Cat Cat
Cat (µm) Cat (µm) Cat (µm)
Inorg
Baja anic 1 atau Polyuret 1 atau
SA 2 ½ 1 40 Epoxy 100 40 180
Ringan Zinc lebih hane lebih
HB

o. Desain Drainase
Sistem drainase air mengatur air drainase dan air hujan
(drainase terbuka) akan dialirkan menuju selokan terbuka
dengan kemiringan tertentu. Sedangkan sistem drainase
dan/atau pengolahan limbah yaitu ketika pengisian, bensin
tercecer di lantai/tanah ditanggulangi dengan pengadaan
saluran pembuangan (sump drain) yang terletak di bawah
dispenser.
Setiap fasilitas harus mempunyai elevasi ketinggian dan
diberi kemiringan untuk keperluan drainase. Kemiringan
minimum yaitu 1%, dan kemiringan maksimum pada area
operasi dan pemeliharaan dibatasi sampai 5%. Drainase
akan digunakan untuk mentransfer air hujan dan air dari
kamar mandi pada area fasilitas.

Saluran drainase akan sesuai dengan garis parit yang ada,


dan harus menggunakan beton pracetak u-ditch dengan

jdih.pu.go.id
- 86 -

dimensi 300 mm x 400 mm dengan penutup parit


menggunakan kisi baja ukuran seperti yang digambarkan
pada gambar di bawah.

Gambar 27. Desain Drainase

p. Desain Fondasi
Semua fondasi harus direncanakan sedemikian rupa,
sehingga faktor keamanan tidak boleh kurang dari pada nilai
yang disebutkan sebagai berikut:
1) Terhadap daya dukung tanah: 3,0.
2) Terhadap guling: 2,0.
3) Terhadap geser: 1,5 untuk pembebanan permanen dan
1,1 untuk pembebanan sementara.
4) Gaya apung/angkat: 1,1.

Rasio dan total beban mati struktur dan tanah di atasnya


terhadap total gaya apung/angkat yaitu tidak boleh kurang
dari 1,1. Fondasi yang kecil seperti untuk pendukung pipa,
dan fondasi lainnya menggunakan fondasi dangkal/
setempat. Untuk fondasi mesin rotasi dan mesin
reciprocating menggunakan fondasi blok. Umumnya,
perencanaan kekuatan fondasi dangkal akan berdasarkan,
pada asumsi, bahwa reaksi tanah dasar yaitu terdistribusi
secara merata pada seluruh permukaan tapak fondasi.

jdih.pu.go.id
- 87 -

q. Atap
Kemiringan atap dibuat dengan kemiringan 4 derajat dari
dispenser depan ke tangki penyimpanan yang berada di
bagian belakang. Hal ini dimaksudkan agar air hujan
mengalir dan tidak terjadi genangan air di bagian atap modul
SPBU Mikro 3 kl. Air hujan akan masuk ke parit yang
mengalir ke saluran drainase yang terletak di depan instalasi
(jalur masuk dan keluar) sehingga sirkulasi air hujan dan
limbah (jika ada) menjadi lancar.

r. Desain Jalan dan Pelataran


Klasifikasi jalan yang dilayani SPBU Mikro 3 kl yaitu kelas
III C yaitu jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100
mm, panjang 9.000 mm dan muatan sumbu yang diizinkan
8 ton. Berikut desain perkerasan untuk akses area pengisian
dan jalur kendaraan sebagai berikut:

Tabel 44. Jalan dan Pelataran


Area Deskripsi
Area - Pelat beton lapis ganda tebal 200 mm.
Pengisian - Beton kurus tebal 50 mm
- Lapis pondasi atas, 4-6 CBR terpadatkan
> 80% tebal 600 mm.
- geogrid layer, 40 x 40 kN tidak dijahit
geotekstil 250 gr.
- CBR terpadatkan 10% tebal 50 cm.
- Lapis tanah dasar CBR 6 % tebal 50 cm
Jalur - Jalur gerak paving tebal 80 mm.
Kendaraan - Pasir terpadatkan tebal 50 mm.
- Lapis pondasi atas, 4-6 CBR terpadatkan
> 80% tebal 600 mm.
- CBR terpadatkan 10% tebal 50 cm.

Jalur kendaraan sudah mengakomodasi radius putar. Tipe


kendaraan desain yaitu kendaraan penumpang memilik
panjang sekitar 5,8 m, lebar 2,1 m dengan minimal radius
putar 7,26 m dan maksimal 4,39 m. SPBU Mikro 3 kl
memilih radius putar yaitu 6 m. Gambar berikut dapat
dilihat pada Gambar 1.

jdih.pu.go.id
- 88 -

Sedangkan untuk lapisan fondasi bawah dalam lapisan


tanah instalasi SPBU Mikro 3 kl dapat dilihat dalam gambar
berikut ini:

Gambar 28. Lapisan fondasi bawah

Lapisan fondasi bawah yaitu material langsung di bawah


perkerasan beton, dan lapisan bawah tanah terdiri dari
tanah alami, tergradasi, dan dipadatkan dimana perkerasan
dibuat. Lantai beton dibuat ukuran 3 x 3 m2, dengan
ketebalan 25 cm. Diberi sambungan stak besi beton (dowels)
diameter 19 mm polos, panjang minimal 50 cm, setiap jarak
50 cm dan tiebar diameter 16 mm ulir panjang minimal 50
cm, setiap jarak 50 cm.

s. Portal Rantai
Untuk pengaman area jalan masuk dan keluar SPBU Mikro
3 kl digunakan tiang portal rantai yang menggunakan 3
buah tiang pipa. Pipa tiang portal yang digunakan adalah
pipa jenis baja karbon dengan diameter 2”- tinggi 1 Meter
dengan finishing cat dasar warna putih dengan garis silang
warna kuning & hitam (selang-seling). Tiang pipa (bagian
tengah) dapat dibuka dan pasang kembali.

G. JAMINAN MUTU/KENDALI MUTU


1. Jaminan Mutu/ Kendali Mutu
a. Mengatur Sistem Manajemen Mutu
Aktivitas yang harus dilakukan dalam penerapan sistem
manajemen mutu antara lain:
1) Melaksanakan pertemuan secara berkala dengan
personel Jaminan Mutu/Kendali Mutu (QA/QC).

jdih.pu.go.id
- 89 -

2) Menyetujui Project KPI oleh Perusahaan, yang akan


dinilai sampai dengan selesainya Proyek.
3) Meninjau sistem manajemen mutu Proyek secara
berkala.
4) Untuk meningkatkan kinerja tim secara keseluruhan,
anggota QA/QC harus berpartisipasi dalam aktivitas
pekerjaan.
5) Memastikan personel proyek menerima pelatihan yang
sesuai dan menyadari, relevansi dan pentingnya
kegiatan proyek dalam pencapaian dan sasaran mutu.

b. Perencanaan Mutu
Perencanaan mutu harus memiliki hal berikut ini:
1) Target dan Capaian Mutu;
2) Sumber Daya;
3) Pengendalian Material; dan
4) Persyaratan Inspeksi dan Verifikasi.

c. Sumber Daya
Manajer QA/QC Proyek bertanggung jawab untuk
memberikan tugas ke masing-masing anggota dari Tim
QA/QC Proyek dan batas area yang ditugaskan kepada
setiap anggota. Dapat terjadi perubahan dari waktu ke
waktu sesuai dengan keputusan Manajer QA/QC Proyek.
Tugas tersebut akan direviu dan dibagikan kepada tim oleh
Manajer QA/QC Proyek.

Jika sewaktu-waktu selama proyek, Manajer QA/QC Proyek


menganggap sumber daya tidak memadai untuk pekerjaan
yang harus dilakukan, agar didiskusikan dengan Manajer
QA/QC Perusahaan dan Manajer Proyek untuk menentukan
solusinya.

d. Pengendalian Material
Kegiatan pemesanan, penerimaan, pengaturan,
penyimpanan, pengeluaran dan pengaturan limbah material
akan dilakukan sesuai dengan prosedur perusahaan. Proses

jdih.pu.go.id
- 90 -

berikut harus dilakukan untuk mengatur kualitas material:


a. Melakukan survei/penilaian bila dibutuhkan.
b. Memiliki sertifikat material (MDR/TKDN).

e. Persyaratan Inspeksi dan Verifikasi


Agar proyek sesuai dengan persyaratan Perusahaan, maka
perlu untuk dibuat pemetaan proses atau tugas dan
mengidentifikasi tujuan inspeksi atau pengujiannya, dan
siapa yang bertanggung jawab. Notifikasi
inspeksi/permintaan inspeksi akan dikeluarkan, yang
mensyaratkan Perusahaan untuk menyaksikan bila ada
aktivitas inspeksi.

f. Penilaian Kinerja
Implementasi dan efektivitas dari Sistem Manajemen Proyek
yaitu diverifikasi oleh Auditor. Manajer QA/QC Proyek
menyiapkan dan melakukan Jadwal Audit untuk
menentukan tingkat dan jenis selama proyek berlangsung.
Jadwal direviu dan diperbarui ketika dibutuhkan untuk
memastikan tetap terbaru sehingga penyuplai baru dan
prosesnya terpantau dengan baik. Audit dijadwalkan oleh
Manajer QA/QC Perusahaan.

g. Perbaikan Berkelanjutan
Sasaran dari tim QA/QC yaitu untuk meningkatkan
efektivitas yang terkait dengan mutu Proyek. Diharapkan hal
ini akan tercapai dengan mengimplementasikan program
Project Audit yang mencakup aspek yang relevan dari
pekerjaan yang dilakukan, termasuk memantau aktivitas
pengendalian proses Proyek yang menjamin mutu dari
pekerjaan, tindakan yang timbul dari hasil reviu pada saat
rapat, dan tindakan korektif serta tindakan pencegahan
yang diajukan.

2. Kendali Proses
a. Teknis
Tim QA/QC harus menjamin bahwa lingkup kerja teknis

jdih.pu.go.id
- 91 -

memberikan keamanan, keandalan, pemeliharaan, dapat


diakses, dioperasikan, dan efisien, sekaligus memenuhi
semua standar Perusahaan, industri, kode praktik, dan
persyaratan peraturan perundang-undangan.

Seluruh dokumen ataupun gambar diberikan oleh tim


QA/QC yang sudah diperiksa dan memiliki persetujuan dari
senior yang terkualifikasi di tim QA/QC, sehingga dapat
memberikan jaminan kepada perusahaan.

Masing-masing dokumen harus melewati proses pengecekan


internal sebelum dikeluarkan oleh Perusahaan. Salinan dari
dokumen harus ditanda tangan oleh originator untuk dicek
oleh Manajer Teknis dan terakhir oleh Manajer Proyek.

Sebagai perpanjangan dari prosedur perusahaan, tim


QA/QC harus mengembangkan dan menerapkan prosedur
khusus proyek, agar dapat memenuhi dan mematuhi
persyaratan Perusahaan.

Prosedur ini harus sepenuhnya mencerminkan ruang


lingkup teknis yang diperlukan, yaitu sebagai berikut:
1) Prosedur Kendali Proyek;
2) Prosedur Instalasi; dan
3) Prosedur Pengujian.

Tim QA/QC harus memastikan reviu secara menyeluruh


terhadap Project Design Basis Perusahaan dengan acuan dan
standar yang berlaku. Pertemuan antara setiap tim teknis
sangat penting, oleh karena itu pertemuan rutin dan reviu
desain berkala akan direncanakan dan dilaksanakan. Reviu
desain harus dilakukan selama aktivitas desain untuk
mengidentifikasi progresnya dan untuk memastikan
kecukupan desain dan persyaratan yang ditentukan. Reviu
akan dilakukan oleh personel proyek yang sesuai (Teknik,
konstruksi, operasi, kualitas, pembelian), dan pihak ketiga
yang diperlukan dan perusahaan sebagaimana diperlukan.

jdih.pu.go.id
- 92 -

b. Persyaratan Inspeksi
Setelah terbit PO, kontrol dokumen seperti Inspection Test
Plan (ITP) dipersiapkan dan diimplementasikan oleh Vendor
untuk semua pekerjaan yang permanen. Seluruh ITP dan
Manufacturer Specification Procedure (MSP) akan diserahkan
dan disetujui oleh Manajer Proyek dan Manajer QA/QC
sebelum dimulai.

ITP juga membutuhkan persetujuan dari Perusahaan


sebelum implementasi. ITP harus menunjukkan sedikitnya
tetapi tidak terbatas pada:
1) Peralatan yang akan diinspeksi atau diuji.
2) Kriteria yang diterima untuk inspeksi atau pengujian.
3) Tanggung jawab untuk aktivitas inspeksi dan/atau
pengujian.
4) Catatan yang memberikan bukti kepatuhan terhadap
spesifikasi.

Semua penerimaan dokumen vendor akan dikontrol melalui


Vendor Document Requirement List (VDRL). Dokumen vendor
akan ditinjau oleh Departemen Teknis, Tim Teknis akan
menempatkan status reviu tim QA/QC pada dokumen.
Apabila dokumen vendor harus mendapatkan persetujuan
Perusahaan, sebagaimana ditentukan oleh Departemen
Teknis, dokumen tersebut akan diserahkan kepada
Perusahaan setelah persetujuan internal tim QA/QC.

c. Pengaturan Material
Prosedur Pengendalian Bahan harus dikembangkan dan
diimplementasikan, dengan menetapkan persyaratan
minimum untuk pengiriman, penyimpanan, penanganan
dan pengangkutan bahan-bahan yang dibeli secara bebas
dan setiap bahan yang diperoleh tim QA/QC, yang dipasang
secara permanen.

jdih.pu.go.id
- 93 -

d. Pelepasan Material untuk Konstruksi


Semua pelepasan material, termasuk bahan habis pakai
elektroda, harus dikontrol secara ketat sehubungan dengan
penggunaan kadar, ukuran dan kuantitas yang tepat sesuai
dengan lingkup pekerjaan yang ditentukan dan dokumen
terkait, WPS, permintaan material, dan lain-lain.

Material Test Certificate (MTC) harus menyertai setiap


perlatan yang dilepaskan dari area penyimpanan masing-
masing, termasuk material yang dipasok oleh Vendor.

e. Pelacakan Material (Material Traceability)


Untuk memastikan bahwa identifikasi material dilakukan
tanpa kelalaian dan untuk membantu menelusuri material
permanen, dapat dilacak. Bahan struktural seperti pelat,
tubular, flanges, fitting, stud bolt dan pengencang harus
dilacak dengan tanda fisik atau nomor tag. Laporan dan
gambar penelusuran material seperti yang disyaratkan
harus diserahkan kepada Perusahaan yang disepakati.

Catatan as-built yang dapat dilacak sepenuhnya harus


disusun secara bertahap oleh tim QA/QC bersamaan dengan
kegiatan konstruksi dan instalasi. MTC asli dan/atau "True
Copies of Originals" hanya akan digunakan saat menyusun
catatan umur layan. Semua catatan inspeksi dan pengujian
QC yang dihasilkan oleh Lembaga inspeksi harus disahkan
dengan tanda tangan dan stempel.

f. Pengukuran/Pemantauan Peralatan
Tim QA/QC memelihara sejumlah peralatan pemantauan
dan pengukuran. Pada prinsipnya, setiap peralatan
diperiksa kalibrasi dan kondisinya sebelum digunakan.
Peralatan diidentifikasi untuk ditelusuri dan dikalibrasi oleh
Lembaga Pengujian terakreditasi KAN untuk jangka waktu
satu tahun. Sertifikat kalibrasi yang valid disimpan oleh
Departemen QA/QC dan menyertai peralatan ke lokasi
kerjanya. Register kalibrasi menunjukkan nomor seri unik

jdih.pu.go.id
- 94 -

setiap peralatan dan nomor aset juga dikelola oleh


Departemen QA/QC.

Sebelum pembuatan/fabrikasi dimulai, Inspektur QC yang


ditugaskan yang diperkerjakan di lokasi kerja harus
memastikan bahwa semua Peralatan Inspeksi dan Pengujian
yang digunakan:
1. Memiliki nomor identifikasi yang unik;
2. Dalam keadaan kalibrasi yang diketahui;
3. Terdapat sertifikat kalibrasi terbaru; dan
4. Menampilkan kriteria sesuai.

Selama penggunaan alat tersebut, jika ada keraguan


mengenai integritas atau sertifikat kalibrasi yang terkait,
kalibrasi ulang dan/atau pengujian ulang dengan alat
pengganti harus dilakukan. Rekaman peralatan
pemantauan dan pengukuran terkait yang digunakan untuk
memverifikasi produk akhir harus dimasukkan ke dalam
rekaman as-built dari semua material permanen. Daftar
kalibrasi untuk peralatan terkait mutu akan ditangani oleh
Koordinator QA/QC.

3. Kendali Ketidaksesuaian (Non-Conformance Control)


Ketidaksesuaian harus diidentifikasi, dilaporkan, diperbaiki,
dikerjakan ulang, dan ditutup.

Daftar Ketidaksesuaian harus dipelihara oleh fungsi QA/QC.


Disposisi rekaman NCR, harus didiskusikan dengan Vendor yang
berlaku. Setiap tindakan perbaikan dan pencegahan harus
dilaksanakan secara efektif. Laporan Ketidaksesuaian (NCR)
bukan semata-mata tanggung jawab dari Tim QA/QC Proyek.
Sebagai alat sistem manajemen, siapa pun di dalam PMT dapat
meningkatkan NCR yang sesuai.

4. Daftar Simak QA/QC


Berikut merupakan contoh formulir untuk proses QA/QC:

jdih.pu.go.id
- 95 -

Tabel 45. Contoh formulir untuk proses QA/QC


No. Deskripsi Catatan
1 Spesifikasi klien untuk proyek ini
2 Desain yang Disetujui
a. Garis Besar Proyek
b. Desain Proses
c. Desain Sistem Elektrikal dan Instrumentasi
d. Desain Mekanikal & Piping
e. Desain Sistem Proteksi Kebakaran dan
Keselamatan
f. Desain dan Perhitungan Sipil dan Struktur
3 Prosedur/Manual
4 Gambar/Diagram
a. Daftar Gambar
b. Diagram Alir Proses
c. Diagram Perpipaan dan Instrumentasi
d. Denah Layout dan Peralatan
e. Gambar Sipil/Struktur
f. Klasifikasi Area Berbahaya
g. Diagram Satu Garis Elektrikal
h. Denah Pembumian dan Penerangan
i. Diagram Fusible Plug Loop / Safe Chart
j. Rencana Umum Peralatan Kebakaran dan
Keselamatan
k. Diagram Instrumentasi
5 List dan Data
a. Daftar Peralatan
- Elektrikal
- Tangki Penyimpanan
b. Data Sipil dan Struktur Baja
c. Daftar Jalur Perpipaan Proses
d. Data Manufaktur Instrumen
6 Prior to Fabricator
a. Sertifikat Inspeksi Material
- Sertifikat Material & Laporan Inspeksi Material
b. Persetujuan WPS & PQR
c. Sertifikat Tukang Las / Operator yang disetujui
oleh Migas
d. Sertifikat Teknisis NDT
e. Lisensi Peralatan Radiasi
f. Pekerjaan Sipil/Struktur, termasuk sertifikat
material, prosedur pengujian, dll
g. Uji Tekanan
h. Pengecekan Ketebalan Insulasi Tangki
i. Pengecekan Densitas Basah Insulasi Beton
j. Pengecekan Dimensi
k. Pengecekan Blasting dan Pengecatan
l. Pengujian Sertifikat Kalibrasi
m. Pengecekan Susunan Perpipa
n. Kesesuaian Penggunaan Fitting
o. Kesesuaian Ukuran dan Material Baut
p. Identifikasi Distribution Board Komponen,
Material, dan Pemesanan Pembelian
q. Pengecekan Distribution Board Mekanisme
Penguncian Pintu dan Deafeat Function dengan
Benar

jdih.pu.go.id
- 96 -

No. Deskripsi Catatan


r. Inspeksi Distribution Board Pengencangan Baut
s. Pengecekan warna terminasi kabel feeder dan
kabel daya
7 Gambar Terbangun (As Built Drawing)
8 Safety Management System (SMS)
9 As built start up dan manual operasi

H. MANAJEMEN HSE
1. Desain Keselamatan Proses
Secara umum, desain keamanan dan perlindungan terhadap
kebakaran meliputi beberapa hal sebagai berikut:
a. Perlindungan terhadap personel;
b. Perlindungan terhadap fasilitas SPBU Mikro 3 kl;
c. Perlindungan terhadap aktivitas SPBU Mikro 3 kl; dan/atau
d. Perlindungan terhadap lingkungan.

Untuk memenuhi semua perlindungan di atas akan dilakukan 2


langkah utama, yaitu:
a. Meminimalkan kebocoran bahan bakar dari fasilitas yang
ada.
b. Meminimalkan akibat buruk dari terjadinya kebocoran
bahan bakar.

Cara-cara untuk meminimalkan akibat buruk kebocoran bahan


bakar, dapat dilakukan dengan melakukan beberapa tindakan
berikut:
a. Merancang denah bangunan yang aman dengan melakukan
pengelompokan untuk melokalisasi bahaya yang mungkin
timbul sehingga tidak menyebar ke seluruh area terminal.
Denah jalur evakuasi yang aman juga harus dirancang agar
dapat digunakan saat terjadi keadaan darurat (seperti
kebakaran) untuk jalur pemadam dan juga jalur evakuasi
seluruh personel ke tempat yang aman.
b. Alat deteksi api dan sistem shutdown dirancang untuk
mengisolasi dan melindungi lokasi aman dari fasilitas saat
terjadi keadaan darurat.
c. Sistem Proteksi Kebakaran dirancang dengan tujuan untuk
meminimalkan efek dari kebakaran baik dengan cara

jdih.pu.go.id
- 97 -

pemadaman api atau dengan cara melindungi alat lain dari


paparan api.
d. Sistem pendingin tangki dirancang untuk mendinginkan
tangki saat terjadi kenaikan suhu yang terlalu tinggi.

2. Risiko Proses
Tujuan utama dan pengendalian dari HSE yang dibutuhkan oleh
Perusahaan, untuk dibuat dan diikuti pada desain dan kualitas
yang aman dalam pelaksanaan proyek dan untuk memberikan
dasar bagi operasi aman, dapat diandalkan dan sesuai dengan
Perusahaan. Filosofi ini memerlukan identifikasi potensi bahaya
dan evaluasi risiko secara terus menerus, memberi hasil umpan
balik dan memasukkan langkah mitigasi yang disepakati ke
dalam evolusi desain. Mengadopsi proses ini pada tahap awal
proyek akan memberikan manfaat terbesar dalam hal
pengurangan risiko dan biaya untuk mencapai keuntungan
tersebut. Pertimbangan Keamanan yaitu prioritas utama untuk
mencegah kerugian yang mencakup manusia, keuangan, aset,
lingkungan dan reputasi.

3. Risiko Non-Proses
Penilaian secara sistematis yang digunakan untuk
mengidentifikasi risiko yang berwujud dan tidak berwujud dan
segala dampak pada lingkungan pekerjaan, fungsi atau kegiatan
dalam hal para pekerja menyelesaikan pekerjaan tanpa berpikir
terkena dampak dari risiko yang terkait HSE. Pertimbangan
Kesehatan dan Lingkungan antara lain:
a. Memastikan peralatan memiliki sertifikat dengan masa
periode yang valid;
b. Penyampaian informasi berkala kepada pekerja mengenai
lokasi pekerjaan, terkait keberadaan hewan liar dan perilaku
pengendara di sekitar lokasi;
c. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD);
d. Pengelolaan limbah B3 dan non B3;
e. Penanganan bahan kimia;
f. Penyediaan pencahayaan untuk pekerjaan di malam hari;
dan

jdih.pu.go.id
- 98 -

g. SOP untuk bekerja pada ketinggian (Work at Height/WAH).

4. Rencana Manajemen HSE


Rencana Manajemen HSE bertujuan untuk memenuhi
persyaratan HSE sebagaimana dinyatakan oleh Perusahaan dan
menentukan struktur dan proses manajemen yang tepat yang
akan dilaksanakan oleh seluruh proyek kontraktor selama tahap
pelaksanaan proyek. Rencana Manajemen HSE sesuai pada reviu
dan pembaruan secara berkala saat proyek berlangsung, untuk
mencerminkan kejadian yang mungkin terjadi selama proyek
berlangsung. Di bawah ini merupakan pedoman umum dalam
menentukan dan mengevaluasi konsekuensi dan tingkat
keparahan atau risiko HSE yang terjadi:

Tabel 46. Matriks Penilaian Risiko


Kemungkinan Risiko = (Kemungkinan) x (Keparahan)
Very Likely (VL) 16 32 64 128 256
Likely (L) 8 16 32 64 128
Possible (P) 4 8 16 32 64
Unlikely (U) 2 4 8 16 32
Very Unlikely (VU) 1 2 4 8 16
Keparahan Minor (Mn) Moderate Serious Major (Mj) Catastrophic
(Md) (SR) (Ct)
Bobot 1 2 4 8 16

Penilaian risiko harus dilakukan sebelum dimulai pekerjaan oleh


semua departemen operasi dan pada semua tempat kerja dimana
bahaya telah diidentifikasi. Metode yang bervariasi ini bertujuan
sama untuk mengidentifikasi sumber bahaya yang potensial dan
menilai risiko terhadap kesehatan, keamanan dan keselamatan
manusia, plant, peralatan dan lingkungan. Aspek terhadap risiko
yang dapat ditimbulkan dari suatu kegiatan operasi.

Hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko


harus:
a. Area kerja yang lebih aman;
b. Meningkatkan efisiensi kerja; dan
c. Peningkatan profitabilitas kerja.

Untuk mengetahui tindakan yang diperlukan sesuai dengan level

jdih.pu.go.id
- 99 -

risiko dan kategorinya, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 47. Interpretasi Matriks Risiko


Skor Risiko Level Risiko Tindakan yang Diperlukan
64-256 High (H) Risiko Tinggi termasuk dalam kategori tidak dapat
ditoleransi. Risiko tersebut harus diturunkan hingga
mencapai level Menengah (Medium) dan Rendah (Low)
dengan menerapkan mitigasi risiko.
Apabila potensi bahaya tidak dapat dieliminasi, substitusi
atau isolasi, maka engineering kontrol atau administrasi
kontrol harus diterapkan dalam jangka waktu tertentu,
tidak lebih dari 6 bulan, sehingga risiko dapat diturunkan
ke level Menengah atau Rendah.
Jika risiko yang dievaluasi merupakan risiko pekerjaan
pemeliharaan atau proyek baru, maka risiko harus
diturunkan ke level rendah sebelum pekerjaan
dilaksanakan.
Jika risiko hanya dapat diturunkan hingga level
menengah, maka tindakan perlu dilakukan sama dengan
level medium.
8-32 Medium (M) Risiko menengah dikelola dengan menggunakan prinsip As
Low as Reasonably Practicable (ALARP). Prinsip ini hanya
dapat diterapkan jika pengurangan tingkat risiko lebih
lanjut bersifat tidak praktis untuk diterapkan atau jika
biaya yang dibutuhkan tidak proporsional dengan
peningkatan pengelolaan risiko yang diperoleh.
1-4 Low (L) Pastikan bahwa pelatihan, prosedur, dan tindakan
pencegahan yang ada terdapat pada tempat yang relevan,
berjalan dengan baik dan terpelihara secara berkala.

Berdasarkan tingkat keparahan yaitu menggunakan kategori


frekuensi yang ditunjukkan berupa angka dari 1 hingga 16
sebagai berikut:

Tabel 48. Tingkat Kemungkinan


Kemungkinan Bobot Definisi
Very Likely (VL) 16 Sering terjadi paling tidak 1 (satu) kali dalam satu tahun
di lingkungan
Likely (L) 8 Pernah terjadi di beberapa kali di lingkungan
Possible (P) 4 Terjadi 1 (satu) kali di lingkungan namun pernah terjadi
di kegiatan Oil & Gas lainnya
Unlikely (U) 2 Tidak pernah terjadi di lingkungan namun pernah terjadi
di kegiatan Oil & Gas lainnya
Very Unlikely 1 Tidak pernah terjadi di lingkungan dan tidak pernah
(VL) terjadi di kegiatan Oil & Gas lainnya

Terdapat proses penilaian risiko dari tingkat keparahan dari


akibat yang ditimbulkan (severity) dan kemungkinan kejadian

jdih.pu.go.id
- 100 -

(probability) yang berdampak pada manusia dan lingkungan. Hal


tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 49. Tingkat Keparahan – Manusia dan Lingkungan

Keselamatan dan
Keparahan Lingkungan Keuangan Reputasi
Kesehatan (Manusia)
1 a. Tidak ada a. Tumpahan a. Tidak ada a. Menimbulkan
Minor (Mn) dampak minyak atau kerusakan kekhawatiran
terhadap bahan kimia sarana dan dari
kemampuan lainnya: fasilitas atau masyarakat
kerja atau Pembersihan menimbulkan sekitar namun
kinerja individu memerlukan kerusakan tidak
dalam pekerjaan waktu kurang minor (≤ 10K menimbulkan
yang sedang dari 1 minggu. $). perhatian
berlangsung. b. Tidak b. Tidak publik, tidak
b. Unsur tidak menimbulkan menimbulkan ada tuntutan
berbahaya dampak di gangguan hukum.
terhadap luar area operasional. b. Tidak
kesehatan. operasional menimbulkan
kerusakan
citra
perusahaan.
c. Rumor internal
perusahaan.
d. Tidak
menimbulkan
berita di
media.

2 a. Kerugian pada a. Tumpahan a. Menimbulkan a. Menjadi


Moderate kinerja pekerjaan minyak atau kerusakan perhatian
(Md) yang sedang bahan kimia sarana dan publik, tidak
berlangsung, lainnya: fasilitas (≤ ada tuntutan
seperti absen Pembersihan 100K $). hukum.
untuk memerlukan b. Menimbulkan b. Tidak
penyembuhan waktu lebih gangguan menimbulkan
penuh dari 1 minggu operasional ≤ kerusakan
maksimum 1 namun kurang 6 jam. citra
minggu. dari 1 bulan. perusahaan.
b. Unsur yang b. Tidak c. Tingkat
menyebabkan menimbulkan kepuasan
akibat yang dampak di pelanggan
terbatas pada luar area tidak mencapai
kesehatan. operasional target.
d. Menimbulkan
berita pada
skala lokal.
4 a. Mengarah pada a. Tumpahan a. Menimbulkan a. Memungkinkan
Serious (Sr) cacat permanen minyak atau kerusakan terjadi
sebagian atau bahan kimia sarana dan tuntutan
ketidakmampuan lainnya: fasilitas hukum.
bekerja, kerugian Pembersihan signifikan (≤ b. Menyebabkan
pada prestasi memerlukan 1M $) turunnya citra
kerja untuk waktu lebih b. Menimbulkan perusahaan
jangka waktu dari 1 bulan gangguan pada skala
lama (absen namun kurang operasional lokal.
lama). dari 6 bulan. lebih dari 6 c. Menyebabkan
b. Unsur yang b. Mungkin jam namun ≤ penurunan
mampu menimbulkan 12 jam. tingkat.
menyebabkan dampak di d. kepuasan

jdih.pu.go.id
- 101 -

Keselamatan dan
Keparahan Lingkungan Keuangan Reputasi
Kesehatan (Manusia)
kerusakan yang luar area pelanggan
tidak bisa pulih operasional. yang
tanpa cacat yang c. Tidak ada signifikan.
serius, misalnya kepentingan e. Menimbulkan
kebisingan, pihak ketiga berita pada
pekerjaan (masyarakat) skala provinsi.
manual yang yang
dirancang terganggu.
buruk.
8 a. Ada a. Tumpahan a. Menimbulkan a. Menimbulkan
Major (Mj) kemungkinan minyak atau kerusakan tuntutan
korban bahan kimia sarana dan hukum.
meninggal lebih lainnya: fasilitas b. Menyebabkan
dari satu (maks. Pembersihan signifikan (< turunnya citra
3) secara memerlukan 10M $). perusahaan
beruntun waktu lebih b. Menimbulkan pada skala
disebabkan dari 6 bulan kerusakan di Nasional.
kecelakaan, namun kurang luar area c. Menyebabkan
misalnya dari 1 tahun. operasional. penurunan
ledakan. b. Menimbulkan c. Menimbulkan tingkat
b. Unsur yang dampak di gangguan kepuasan
menyebabkan luar area operasional pelanggan
kerusakan tidak operasional. lebih dari 12 yang
bisa dipulihkan c. • jam namun ≤ signifikan.
dengan yang Menimbulkan 24 jam. d. Menimbulkan
mengakibatkan dampak berita pada
cacat parah atau terhadap skala nasional.
kematian, kepentingan
misalnya korosi, pihak ketiga
penyebab (masyarakat)
kanker. yang
terganggu.
16 a. Korban a. Tumpahan a. Menimbulkan a. Dapat
Catastrophic meninggal secara minyak atau kerusakan menyebabkan
(Ct) beruntun bahan kimia sarana dan kegiatan
disebabkan lainnya: fasilitas operasional
kecelakaan atau Pembersihan signifikan (≥ ditutup.
korban ganda memerlukan 10M $). b. Menyebabkan
(>1) masing- waktu lebih b. Menimbulkan turunnya citra
masing di tempat dari 1 tahun kerusakan perusahaan
berbeda atau signifikan di pada skala
dan/atau dengan menyebabkan luar area internasional.
Aktivitas kerusakan operasional. c. Menyebabkan
berbeda. lingkungan berkurangnya
b. Unsur dengan permanen. jumlah
potensi untuk b. Menimbulkan pelanggan.
menyebabkan dampak di d. Menimbulkan
korban luar area berita pada
meninggal lebih operasional. skala
dari satu, c. Menimbulkan internasional.
misalnya H2S, dampak
CO, karsinogenik terhadap
manusia yang kepentingan
sudah dikenal. pihak ketiga
(masyarakat)
yang
terganggu.

jdih.pu.go.id
- 102 -

Matriks Risiko yang digunakan pada pekerjaan Pembangunan


Instalasi SPBU Mikro 3 kl tersebut digunakan untuk
mengidentifikasi permasalahan potensi bahaya dan
pengoperasian di fasilitas yang dapat menyebabkan potensi
insiden keselamatan/pengoperasian dan untuk mengkonfirmasi
bahwa langkah-langkah keamanan telah diperhatikan dalam
desain. Berikut di bawah ini merupakan daftar aktivitas
pekerjaan berserta tabel risiko dan pengendaliannya yang
mungkin akan terjadi di Instalasi SPBU Mikro 3 kl.

jdih.pu.go.id
- 103 -

Tabel 50. Daftar Risiko SPBU Mikro 3 kl


Kemungkinan,
No. Aktivitas Pekerjaan Deskripsi Bahaya Efek Bahaya Keparahan, Risiko Pengendalian
Nilai
1 Proses parkir MT di area 1. Tabrakan Insiden tabrakan antar 8, 2, 16 M 1. Pemasangan island guard SPBU
bongkar 2. Ruang manuver MT sempit mobil tangki dengan Mikro 3 kl
kendaraan konsumen / 2. Prosedur kerja langkah bongkar BBM
tangki above ground yang 3. Pelatihan pekerja/keselamatan
dapat menimbulkan berkendara AMT
cedera atau kematian
2 Memastikan jenis BBM Jatuh dari ketinggian akibat naik Insiden yang 4, 16, 64 H 1. Prosedur kerja langkah bongkar BBM
yang akan dibongkar ke atas MT (ketinggian sekitar 4 menimbulkan cedera atau 2. Pelatihan pekerja
meter) kematian 3. Menggunakan sepatu dan helm
keselamatan
3 Memastikan jenis BBM Bekerja pada malam hari dengan Cedera ringan hingga 4, 4, 16 M 1. Prosedur kerja langkah bongkar BBM
yang akan dibongkar penerangan yang kurang memadai sedang 2. Pelatihan Pekerja
3. Menggunakan sepatu dan helm
keselamatan
4 Pengukuran muatan Menghirup uap BBM dari tangki Penyakit akibat kerja 4, 4, 16 M 1. Prosedur kerja langkah bongkar BBM
BBM dengan dipping akibat paparan uap BBM 2. Pelatihan Pekerja (Safetyman)
5 Pengambilan sampel Menghirup uap BBM dari MT Penyakit akibat kerja 4, 4, 16 M 1. Prosedur kerja langkah bongkar BBM
BBM akibat paparan uap BBM 2. Pelatihan Pekerja (Safetyman)
6 Menghubungkan dan 1. Manual handling pada saat 1. Kelelahan 4, 4, 16 M 1. Prosedur kerja langkah bongkar BBM
melepaskan Bottom memasang quick coupling bottom 2. Cedera otot 2. Pelatihan Pekerja Safetyman & AMT
Loader. loader & filling point. 3. Menggunakan sepatu dan helm
2. Operator SPBU Mikro 3 kl & keselamatan
AMT harus mengangkat quick
copling & selang menahan beban
pada saat loading
7 Menghubungkan dan Tumpahan / ceceran minyak pada Pencemaran Tanah 4, 1, 4 L 1. Prosedur kerja langkah bongkar BBM
melepaskan Bottom saat melepaskan bottom loader. 2. Perawatan sarana dan fasilitas
Loader. berkala
3. Oil Spill Kit
8 Menghubungkan dan Tumpahan / ceceran minyak pada Kebakaran MT & SPBU 16, 8, 128 H 1. Prosedur kerja langkah bongkar BBM
melepaskan Bottom saat melepaskan bottom loader. Mikro 3 kl 2. Perawatan sarana dan fasilitas
Loader. berkala
3. Pelatihan Pekerja (Safetyman)

jdih.pu.go.id
- 104 -

Kemungkinan,
No. Aktivitas Pekerjaan Deskripsi Bahaya Efek Bahaya Keparahan, Risiko Pengendalian
Nilai
9 Menghubungkan dan 1. Bottom loader terlepas / tertarik. Kebakaran MT & SPBU 2, 4, 8 M 1. Prosedur kerja langkah bongkar BBM
melepaskan Bottom 2. Interlock tidak berfungsi dan Mikro 3 kl 2. Pelatihan Pekerja
Loader. tidak ada pengaman tambahan (Safetyman)
berupa ganjal ban.
10 Menghubungkan dan 1. Bottom loader terlepas / tertarik. Pencemaran Tanah 1, 8, 8 M 1. Prosedur kerja langkah bongkar BBM
melepaskan Bottom 2. Interlock tidak berfungsi dan 2. Perawatan sarana dan fasilitas
Loader. tidak ada pengaman tambahan berkala
berupa ganjal ban. 3. Oil Spill Kit
11 Unloading BBM Kebakaran dikarenakan Listrik Kebakaran MT & SPBU 2, 8, 16 M 1. Pemasangan Kabel Bonding ke titik
statis yang menyulut uap BBM Mikro 3 kl pembumian
2. Prosedur Kerja langkah bongkar BBM
3. Pelatihan pekerja
12 Unloading BBM Terjadinya kebocoran di bagian seal Kebakaran MT & SPBU 16, 8, 128 H 1. Prosedur kerja langkah bongkar BBM
quick coupling Mikro 3 kl 2. Pelatihan Pekerja
13 Unloading BBM Terjadinya kebocoran di bagian seal Pencemaran Tanah 16, 8, 128 H 1. Prosedur kerja langkah bongkar BBM
quick coupling 2. Pelatihan Pekerja
3. Oil spill kit
14 Proses keluar MT dari 1. Tabrakan Insiden tabrakan antar 8, 2, 16 M 1. Prosedur kerja langkah bongkar BBM
area bongkar 2. Ruang manuver MT sempit mobil tangki dengan 2. Pelatihan Pekerja / Safety Driving
kendaraan konsumen AMT
yang dapat menimbulkan
cedera atau kematian
saat proses keluar MT
15 Melakukan penyaluran Terhirupnya paparan uap BBM saat Penyakit akibat kerja 4, 4, 16 M 1. Prosedur kerja pelayanan konsumen
BBM dari dispenser ke melakukan pengisian ke kendaraan akibat paparan uap BBM 2. Pelatihan Pekerja Operator
kendaraan konsumen konsumen
16 Melakukan penyaluran Aliran BBM mengenai mata akibat Cedera ringan 2, 4, 8 M 1. Prosedur kerja pelayanan konsumen
BBM dari dispenser ke spout nozel dispenser rusak / tidak 2. Pelatihan Pekerja Operator
kendaraan konsumen berfungsi
17 Melakukan penyaluran Pengisian BBM ke kendaraan Pencemaran air 16, 8, 128 H 1. Prosedur kerja pelayanan konsumen
BBM dari dispenser ke konsumen terjadi hingga luber / 2. Pelatihan Pekerja Operator
kendaraan konsumen tumpah 3. Oil Spill kit
18 Melakukan penyaluran Adanya listrik statis penyebab Kebakaran kendaraan 8, 8, 64 H 1. Instalasi pembumian Dispenser
BBM dari dispenser ke kebakaran saat penyaluran BBM ke konsumen & SPBU Mikro 2. Prosedur kerja pelayanan konsumen
kendaraan konsumen kendaraan konsumen 3 kl

jdih.pu.go.id
- 105 -

Kemungkinan,
No. Aktivitas Pekerjaan Deskripsi Bahaya Efek Bahaya Keparahan, Risiko Pengendalian
Nilai
19 Melakukan penyaluran Adanya kelistrikan terbuka/ Kebakaran kendaraan 1, 8, 8 M 1. Prosedur kerja pelayanan konsumen
BBM dari dispenser ke modifikasi kelistrikan pada konsumen & SPBU Mikro 2. Pelatihan Pekerja Operator
kendaraan konsumen kendaraan konsumen 3 kl
20 Melakukan penyaluran Tertariknya nozel dispenser dari Tumpahan BBM yang 8, 8, 64 H 1. Prosedur kerja pelayanan konsumen
BBM dari dispenser ke kendaraan konsumen saat proses dapat menjadi pemicu 2. Pelatihan Pekerja Operator
kendaraan konsumen pengisian BBM kebakaran di SPBU Mikro
3 kl
21 Melakukan penyaluran Tertariknya nozel dispenser dari Tumpahan BBM yang 8, 8, 64 H 1. Dispenser sump
BBM dari dispenser ke kendaraan konsumen saat proses dapat menjadi pemicu 2. Prosedur kerja pelayanan konsumen
kendaraan konsumen pengisian BBM pencemaran di SPBU 3. Pelatihan Pekerja Operator
Mikro 3 kl
22 Pemeliharaan PV Valve / Pemeriksaan PV Valve/ Free Vent Penyakit akibat kerja 4, 4, 16 M 1. Penyusunan JSA
Free Vent akibat paparan uap BBM 2. Prosedur SIKA
3. Menggunakan sepatu dan helm
keselamatan, dan APD
23 Pemeliharaan tangki Percikan api pada saat buka pasang Kebakaran / ledakan 8, 8, 64 H 1. Instalasi pembumian tangki
mur/baut manhole tangki yang dapat 2. Penyusunan JSA
merusak sarana dan 3. Prosedur SIKA
fasilitas, serta mencederai 4. Pelatihan Pekerja
pekerja 5. Instruksi keselamatan
6. Menggunakan sepatu, helm, rombi,
kaca mata, masker, dan sarung
tangan keselamatan.
24 Pemeliharaan gasket, Ceceran produk saat pemeliharaan Pencemaran tanah & air 4, 8, 32 M 1. Grill grating
pipa flexible, penggantian gasket, pipa flexible, penggantian akibat ceceran BBM 2. Penangkap minyak
katup, selang, & strainer katup, selang, & strainer 3. Penyusunan JSA
4. Prosedur SIKA
5. Pelatihan Pekerja
6. Menggunakan helm, rompi, sepatu,
dan sarung tangan keselamatan.
25 Pemeliharaan gasket, Listrik statis dan percikan api yang Kebakaran SPBU Mikro 3 4, 8, 32 M 1. Penyusunan JSA
pipa flexible, penggantian timbul akibat alat kerja yang kl 2. Prosedur SIKA
katup, selang, & strainer digunakan 3. Pelatihan Pekerja
Menggunakan helm, rompi, sepatu
dan sarung tangan keselamatan

jdih.pu.go.id
- 106 -

Kemungkinan,
No. Aktivitas Pekerjaan Deskripsi Bahaya Efek Bahaya Keparahan, Risiko Pengendalian
Nilai
26 Pemeliharaan gasket, Terjepit peralatan kerja & sarana Cedera ringan hingga 4, 8, 32 M 1. Penyusunan JSA
pipa flexible, penggantian dan fasilitas yang akan diperbaiki sedang 2. Prosedur SIKA
katup, selang, & strainer 3. Menggunakan helm, rompi, sepatu
dan sarung tangan keselamatan
27 Pemeliharaan gasket, Paparan ceceran BBM yang kontak Penyakit akibat kerja 4, 4, 16 M 1. Penyusunan JSA
pipa flexible, penggantian dengan kulit & mata akibat paparan/kontak 2. Prosedur SIKA
katup, selang, & strainer dengan uap BBM 3. Pelatihan Pekerja
4. Menggunakan helm, rompi, sepatu
dan sarung tangan keselamatan
28 Pengelasan pipa Kebakaran yang diakibatkan Terbakarnya SPBU Mikro 8, 8, 64 H 1. Penyusunan JSA
pekerjaan panas yang menyulut 3 kl akibat pekerjaan 2. Prosedur Izin Kerja Panas oleh GSI
uap BBM di area SPBU Mikro 3 kl panas 3. Instruksi keselamatan
4. Menggunakan helm, rompi, sepatu,
sarung tangan, coverall dan topeng
las untuk keselamatan.
29 Pengelasan pipa Terhirup asap las Penyakit akibat kerja 4, 4, 16 M 1. Penyusunan JSA
akibat paparan/kontak 2. Prosedur SIKA
dengan uap BBM 3. Pelatihan Pekerja
4. Instruksi keselamatan
5. Menggunakan helm, rompi, sepatu,
sarung tangan, coverall, dan topeng
las untuk keselamatan.
30 Pengelasan pipa Paparan radiasi panas pengelasan 1. Dehidrasi 4, 4, 16 M 1. Penyusunan JSA
2. Cedera/luka bakar 2. Prosedur SIKA
3. Pelatihan Pekerja
4. Instruksi keselamatan
5. Menggunakan helm, rompi, sepatu,
sarung tangan, coverall, dan topeng
las untuk keselamatan.
31 Pemeliharaan gasket, Gangguan Serangga (Lebah, Laba- Cedera ringan hingga 2, 4, 8 M 1. Penyusunan JSA
pipa flexible, penggantian laba, Kepik, Ulat Bulu & Kaki sedang 2. Prosedur SIKA
katup, selang, & strainer seribu) 3. Pelatihan Pekerja
4. Instruksi keselamatan

jdih.pu.go.id
- 107 -

Kemungkinan,
No. Aktivitas Pekerjaan Deskripsi Bahaya Efek Bahaya Keparahan, Risiko Pengendalian
Nilai
5. Menggunakan helm, rompi, sepatu,
sarung tangan, dan coverall untuk
keselamatan.
32 Pelepasan atau Tersengat listrik saat pelepasan Cedera akibat sengatan 2, 4, 8 M 1. Penyusunan JSA
pemasangan kabel daya atau pemasangan daya pompa listrik, Luka bakar s.d 2. Prosedur SIKA
dispenser kematian 3. Pelatihan Pekerja
4. Instruksi keselamatan
5. Menggunakan helm, rompi, sepatu,
sarung tangan & coverall untuk
keselamatan.
33 Pelepasan dan Posisi angkat yang salah pada 1. Kelelahan 2, 2, 4 L 1. Penyusunan JSA
pemasangan pompa pekerja sehingga menyebabkan 2. Cedera otot 2. Prosedur SIKA
dispenser menggunakan cedera 3. Pelatihan Pekerja
fork lift/ manual lifting 4. Instruksi keselamatan
equipment 5. Menggunakan helm, rompi, sepatu,
sarung tangan dan coverall
keselamatan.
34 Pelepasan dan Terjepit peralatan kerja saat proses Cedera ringan hingga 2, 2, 4 L 1. Penyusunan JSA
pemasangan pompa pelepasan / pemasangan pompa berat 2. Prosedur SIKA
dispenser menggunakan dispenser menggunakan fork lift / 3. Pelatihan Pekerja
fork lift/ manual lifting manual lifting equipment 4. Instruksi keselamatan
equipment 5. Menggunakan helm, rompi, sepatu,
sarung tangan, dan coverall
keselamatan
35 Pelepasan dan Paparan uap BBM pada saat Penyakit akibat kerja 4, 4, 16 M 1. Penyusunan JSA
pemasangan pompa pelepasan / pemasangan pompa akibat paparan/kontak 2. Prosedur SIKA
dispenser dispenser dengan uap BBM 3. Pelatihan Pekerja
4. Instruksi keselamatan
5. Menggunakan helm, rompi, sepatu,
sarung tangan, dan coverall
keselamatan
36 Pemeliharaan pompa Tumpahan / ceceran minyak dari Pencemaran tanah & air 4, 4, 16 M 1. Grill grating
dispenser jalur pipa dispenser saat proses akibat ceceran BBM 2. Penangkap minyak
pemeliharaan dispenser 3. Instalasi pompa dispenser
4. Penyusunan JSA

jdih.pu.go.id
- 108 -

Kemungkinan,
No. Aktivitas Pekerjaan Deskripsi Bahaya Efek Bahaya Keparahan, Risiko Pengendalian
Nilai
5. Prosedur SIKA
6. Pelatihan Pekerja
Menggunakan helm, rompi, sepatu,
sarungtangan, dan coverall
keselamatan.
37 Pemeliharaan pompa Penggunaan kunci-kunci atau Kebakaran dispenser 4, 8, 32 M 1. Penyusunan JSA
dispenser peralatan dari material yang bisa akibat percikan api yang 2. Prosedur SIKA
menimbulkan bunga api saat ditimbulkan menyulut 3. Pelatihan Pekerja
digunakan uap BBM 4. Instruksi keselamatan
5. Menggunakan helm, rompi, sepatu,
sarung tangan, dan coverall
keselamatan
38 Perawatan dan Perbaikan 1. Kesalahan penyambungan jalur 1. Korsleting dan pekerja 8, 2, 16 M 1. Penyusunan JSA
Instalasi Listrik listrik terkena sengatan 2. Prosedur SIKA
2. Ketidaktahuan personel terkait listrik. 3. Pelatihan Pekerja
jalur listrik 2. Kerusakan peralatan 4. Instruksi keselamatan
3. Peralatan dan metode yang tidak 5. Menggunakan helm, sepatu, pakaian,
standar pada saat perbaikan dan sarung tangan keselamatan
jalur listrik
39 Perawatan dan Perbaikan 1. Posisi jalur listrik banyak yang Potensi pekerja jatuh dari 4. 8, 32 M 1. Penyusunan JSA
Instalasi Listrik berada di plafon dan atap ketinggian dengan akibat 2. Prosedur SIKA
bangunan dengan ketinggian terparahnya adalah 3. Pelatihan Pekerja
lebih dari 1,8 m kematian 4. Instruksi keselamatan
2. Kurangnya kepedulian dan 5. Menggunakan helm, sepatu, pakaian,
pengetahuan pekerja dalam dan sarung keselamatan
bekerja di ketinggian
40 Perawatan dan Perbaikan 1. Posisi jalur listrik banyak yang Pekerja dapat cedera 8, 2, 6 M 1. Penyusunan JSA
Instalasi Listrik berada di plafon dengan akses akibat kurangnya cahaya 2. Prosedur SIKA
keluar masuk yang terbatas dan keterbatasan ruang 3. Pelatihan Pekerja
2. Kurangnya kewaspadaan gerak 4. Instruksi keselamatan
pekerja dalam bekerja di area 5. Menggunakan helm, sepatu, pakaian,
ruang terbatas dan sarung tangan keselamatan
41 Pemeriksaan APAR / 1. Proses perawatan APAR dan Tertimpa peralatan kerja 4, 4, 16 M 1. Penyusunan JSA
APAB APAB menggunakan tool kit dan cedera terjepit 2. Prosedur SIKA
3. Pelatihan Pekerja

jdih.pu.go.id
- 109 -

Kemungkinan,
No. Aktivitas Pekerjaan Deskripsi Bahaya Efek Bahaya Keparahan, Risiko Pengendalian
Nilai
2. APD yang digunakan pekerja peralatan saat melakukan 4. Instruksi keselamatan
tidak lengkap pemeliharaan 5. Menggunakan helm, sepatu, pakaian,
3. Pekerja tergesa-gesa dalam dan sarung tangan keselamatan
melaksanakan pekerjaannya
42 Pemeriksaan APAR / Paparan partikulat dari powder Pekerja sesak nafas 2, 4, 8 M 1. Penyusunan JSA
APAB DCP saat melakukan pengecekan akibat terpapar debu dari 2. Prosedur SIKA
APAR / APAB powder DCP 3. Pelatihan Pekerja
4. Instruksi keselamatan
5. Menggunakan helm, sepatu, pakaian,
dan sarung tangan keselamatan
43 Pemeriksaan APAR / Kurangnya keterampilan personel Pekerja cedera akibat 4, 8, 32 M 1. Penyusunan JSA
APAB sehingga terjadi kesalahan handling ledakan yang berasal dari 2. Prosedur SIKA
tabung N2 pada APAR dan APAB tabung N2 3. Pelatihan Pekerja
4. Instruksi keselamatan
5. Menggunakan helm, sepatu, pakaian,
dan sarung tangan keselamatan
44 Latihan Pemadam Kesalahan handling peralatan pada Pekerja mengalami 4, 2, 8 M 1. Penyusunan JSA
Kebakaran saat latihan simulasi OKD Kelelahan atau Cedera 2. Prosedur SIKA
Otot 3. Pelatihan Pekerja
4. Instruksi keselamatan
5. Menggunakan helm, sepatu, pakaian,
dan sarung tangan keselamatan
45 Latihan Pemadam Paparan partikulat dari powder Pekerja sesak nafas 4, 2, 8 M 1. Penyusunan JSA
Kebakaran DCP saat menggunakan APAR / akibat terpapar debu dari 2. Prosedur SIKA
APAB powder DCP 3. Pelatihan Pekerja
4. Instruksi keselamatan
5. Menggunakan helm, sepatu, pakaian,
dan sarung tangan keselamatan
46 Latihan Pemadam Paparan asap dari peralatan yang Pekerja sesak nafas 4, 1, 4 L 1. Penyusunan JSA
Kebakaran dibakar untuk latihan pemadam akibat terpapar asap dari 2. Prosedur SIKA
kebakaran hasil pembakaran 3. Pelatihan Pekerja
4. Instruksi keselamatan
5. Menggunakan helm, sepatu, pakaian,
dan sarung tangan keselamatan

jdih.pu.go.id
- 110 -

Kemungkinan,
No. Aktivitas Pekerjaan Deskripsi Bahaya Efek Bahaya Keparahan, Risiko Pengendalian
Nilai
47 Latihan Pemadam 1. Penggunaan media api pada Terjadi ledakan pada saat 4, 4, 16 M 1. Penyusunan JSA
Kebakaran saat melaksanakan pelatihan melakukan latihan 2. Prosedur SIKA
pemadam kebakaran pemadam kebakaran 3. Pelatihan Pekerja
2. Kecerobohan pekerja dalam yang mengakibatkan 4. Instruksi keselamatan
menuangkan BBM saat pekerja cedera 5. Menggunakan helm, sepatu, pakaian,
melakukan pelatihan pemadam dan sarung tangan keselamatan
kebakaran
48 Pengukuran Pembumian Panas matahari pada saat Pekerja mengalami 1, 2, 2 L Penggunaan APD berupa kaca mata,
melakukan pengukuran kelelahan dan dehidrasi sepatu, sarung tangan, pakaian, dan
pembumian peralatan helm keselamatan
49 Pemeliharaan dan 1. Pembersihan tangki SPBU Mikro 1. Kebakaran saat 8, 8, 64 H 1. Koordinasi antara pemilik, pengawas,
perbaikan peralatan 3 kl namun tidak dilakukan gas pembersihan tangki dan kontraktor
lembaga penyalur test maupun gas free SPBU Mikro 3 kl 2. Melakukan pengawasan visual oleh
2. Kurangnya kompetensi orang 2. Kecelakaan kerja safetyman
yang melakukan perbaikan akibat ledakan yang 3. Pekerjaan dilaksanakan pada saat
maupun pembersihan tangki terjadi yang SPBU Mikro 3 kl tidak beroperasi
3. Penggunaan peralatan yang menimbulkan 4. Penyediaan APD berupa safety line,
tidak standar / tidak anti kematian ventilasi udara, wearpack
ledakan 3. Kerusakan sarana dan
4. Kurangnya pengawasan dan fasilitas penerimaan &
tidak menjalankan SIKA penimbunan lembaga
penyalur
50 Aktivitas mobilisasi 1. Kurangnya kewaspadaan Kecelakaan kendaraan 8, 4, 32 M 1. Penyediaan rambu keselamatan dan
kendaraan konsumen pengemudi yang berkendara pada saat keluar / masuk marka jalan yang jelas
baik masuk / keluar lembaga SPBU Mikro 3 kl 2. Penentuan area parkir kendaraan
penyalur yang tidak menghalangi jalur keluar
2. Kurangnya rambu-rambu masuk kendaraan
keselamatan di area sekitar 3. Penggunaan APD berupa sabuk
lembaga penyalur pengaman untuk pengemudi
3. Berkendara yang tidak aman kendaraan roda 4 atau lebih dan
helm untuk pengendara roda 2
51 Operasional penyewa di 1. Kurang standarnya peralatan Potensi kebakaran akibat 4, 4, 16 M 1. Penggantian kompor LPG dengan
SPBU Mikro 3 kl listrik yang berada di penyewa korsleting peralatan kompor / pemanas listrik di penyewa
SPBU Mikro 3 kl listrik dari dalam SPBU Mikro 3 kl
penyewa

jdih.pu.go.id
- 111 -

Kemungkinan,
No. Aktivitas Pekerjaan Deskripsi Bahaya Efek Bahaya Keparahan, Risiko Pengendalian
Nilai
2. Kurangnya pengetahuan dan 2. Penyediaan APAR CO2 di dalam
kesadaran terkait aspek ruangan tenant tersebut
keselamatan tentang bahaya di
area lembaga penyalur
3. Tidak adanya pengawasan di
dalam ruangan dalam penyewa
di luar jam kerja
4. Terdapat penggunaan kompor
LPG di dalam area penyewa
52 Pengecekan rutin tera & 1. Terjadinya tumpahan minyak Pencemaran tanah & air 1, 4, 4 L Sistem auto shut off pada Nozel
sirkulasi dispenser BBM saat proses sirkulasi & tera
dispenser karena melebihi
kapasitas wadah bejana tera

jdih.pu.go.id
- 112 -

Berdasarkan daftar risiko yang telah dibuat untuk instalasi SPBU


Mikro 3 kl, dari 52 (lima puluh dua) aktivitas pekerjaan yang telah
dijabarkan pada tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa
bobot risiko BERKURANG seperti kesimpulan pada tabel di
bawah ini:

Tabel 51. Kajian Mitigasi


Risiko
Penambahan
No. Deskripsi Sesuai dengan
Kontrol dan
Pengendalian
Mitigasi
1. Risiko Rendah/Low (L) 6 16
2. Risiko Menengah/Medium (M) 35 36
3. Risiko Tinggi/High (H) 11 -

Dari tabel di atas terlihat bahwa bentuk pengendalian dapat


menurunkan matriks risiko pada tiap-tiap kegiatan berisiko
bahaya. Dengan adanya tambahan dari sistem kontrol dan
mitigasi yang dapat lebih detail dilihat pada dokumen daftar
risiko khusus untuk SPBU Mikro 3 kl maka menghasilkan risiko
rendah sejumlah 16 (enam belas) dan risiko menengah sejumlah
36 (tiga puluh enam). Implementasi ini juga efektif dan efisien
dikarenakan tidak ditemukan lagi risiko bahaya dengan kategori
tinggi setelah dilakukan penambahan sistem pengontrolan
disertai mitigasi bahaya.

5. Panduan Denah Fasilitas


Terdapat Panduan Denah Fasilitas yang berlaku pada fasilitas
SPBU Mikro 3 kl dengan mempertimbangkan jarak aman
minimum yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 52. Klasifikasi Area Berbahaya Pada Dispenser


No Deskripsi Jarak
1. Kompartemen (dengan tangki penyimpanan BBM di
dalamnya) ke:
- Jalan Umum - Min. 10 kaki (3 m)
- Bangunan Umum di Luar - Min. 25 kaki (7.6 m)
2. Kompartemen (dengan tangki penyimpanan BBM di Min. 10 kaki (3 m)
dalamnya) ke Bangunan di dalam fasilitas SPBU
Mikro 3 kl
3. Titik Pengisian Tangki (ke tangki penyimpanan Min. 15 kaki (4.5 m)

jdih.pu.go.id
- 113 -

No Deskripsi Jarak
BBM di dalam kompartemen) ke Bangunan di
dalam fasilitas SPBU Mikro 3 kl
4. Dispenser (dengan tangki penyimpanan BBM di
dalamnya) ke:
- Jalan Umum - Min. 10 kaki (3 m)
- Bangunan di dalam fasilitas SPBU Mikro 3 kl - Min. 10 kaki (3 m)
5. Dispenser (dengan tangki penyimpanan BBM di Min. 10 kaki (3 m) dan
dalamnya) ke Alat Pemadam Api Beroda seberat 68 Max. 30 kaki (9 m)
kg
6. Dispenser (dengan tangki penyimpanan BBM di Min. 25 kaki (7.6 m)
dalamnya) ke Genset House
7. Dispenser (dengan tangki penyimpanan BBM di Min. 50 kaki (15 m)
dalamnya) ke Api/panas yang dihasilkan bangunan
di lokasi (penyewa)

Diilustrasikan bahwa pembangunan instalasi SPBU Mikro 3 kl ini


hanya memiliki klasifikasi area berbahaya di sekitar sistem
bahan bakar saja karena tangki SPBU Mikro 3 kl telah sesuai
dengan standar/acuan. Maka tidak diperlukan jarak radius
minimum dari peralatan satu ke peralatan yang lainnya dengan
menggunakan tangki sistem ganda.

6. Keselamatan dan Kesehatan Staf


Sebelum memulai kegiatan konstruksi, commissioning, start up
atau aktivitas operasi, prosedur ini harus disiapkan untuk
memastikan bahwa risiko terhadap kesehatan dan keselamatan
masyarakat dari kegiatan kerja dapat dikendalikan dengan benar
dan semua pekerja mengetahui adanya masalah yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan keamanan mereka saat bekerja.
Pelaksanaan identifikasi, penilaian risiko yang berkaitan dengan
bahaya yang ada dan pengendalian risiko melalui tingkat
pengendalian standar yang telah ditentukan dan juga pembuatan
Job Safety Analysis (JSA) atau analisa pekerjaan untuk
keselamatan. Prosedur yang dibuat berdasarkan klasifikasi jenis
bahaya yang ada di sekitar lingkungan kerja antara lain:

a. Bahaya Kesehatan, terdiri atas:


1) Bahaya kimia yaitu pemaparan senyawa kimia yang
berasal dari bahan yang digunakan selama bekerja
maupun dari karakteristik produk yang dihasilkan yang

jdih.pu.go.id
- 114 -

dapat membahayakan kesehatan. Bahan kimia dapat


berbentuk padat, cairan maupun gas (misal: paparan
gas H2S, paparan cairan HCl, Demulsifier, Amine, Glikol,
Benzene, Toluene, Xylene, dan sebagainya).
2) Kebisingan yaitu paparan bunyi yang melebihi nilai
ambang batas yang timbul dari aktivitas operasi.
3) Radiasi yaitu paparan zat radioaktif di lingkungan kerja
yang melebihi nilai ambang batas.
4) Pencahayaan yaitu kondisi penerangan di area kerja
yang nilainya tidak sesuai dengan ambang batas.
5) Getaran yaitu paparan getaran di sekitar area kerja
maupun kepada personil yang melebihi nilai ambang
batas.
6) Temperatur ekstrem yaitu suhu/temperatur di area
kerja yang nilainya kurang tidak sesuai ambang batas.
7) Biologi yaitu bahaya yang ditimbulkan dari flora
maupun fauna (misal: pohon berduri, ular, binatang
buas, nyamuk, dan sebagainya) yang terdapat di area
kerja.
8) Higienis makanan yaitu bahaya yang timbul akibat
pengelolaan makanan dan minuman yang tidak sesuai
dengan persyaratan (saat penyimpanan, saat memasak,
air minum yang tidak memenuhi persyaratan, dan
sebagainya).
9) Mishandling yaitu bahaya kesehatan yang timbul akibat
posisi tubuh yang tidak sesuai saat bekerja (misal:
mengangkat barang dengan posisi yang salah).
10) Layar monitor yaitu bahaya yang diakibatkan oleh layar
komputer dan sejenisnya.
11) Ergonomi yaitu bahaya kesehatan yang timbul akibat
adanya ketidaksesuaian antara desain peralatan
dengan bentuk badan seseorang.
12) Stres yaitu ahaya yang ditimbulkan dari faktor fisik,
mental, dan emosional yang menyebabkan ketegangan
mental atau fisik.
13) Udara yaitu kualitas udara di dalam maupun luar
ruangan yang tidak sesuai dengan baku mutu udara.

jdih.pu.go.id
- 115 -

14) Obat-obatan yaitu bahaya penggunaan obat-obatan


terlarang di tempat kerja yang dapat mempengaruhi
kesehatan pekerja.
15) Alkohol yaitu bahaya yang ditimbulkan akibat pekerja
mengonsumsi alkohol sehingga mempengaruhi
kesehatan pekerja.
16) Rokok yaitu bahaya dari merokok terhadap kesehatan
pekerja.
17) Air yaitu kualitas air yang digunakan untuk keperluan
MCK di lingkungan area SPBU Mikro 3 kl maupun area
lokasi sesuai dengan baku mutu air.
18) Elektromagnet yaitu bahaya yang diakibatkan induksi
arus listrik.

b. Bahaya Keselamatan terdiri atas:


1) Mesin yang bergerak (misal: pompa, rig, alat berat
seperti crane dan backhoe).
2) Objek yang bergerak, jatuh atau terbang.
3) Jatuh dari ketinggian (jatuh dari ketinggian lebih dari
1,8 meter).
4) Terpeleset, tersandung atau jatuh pada level yang
sama.
5) Tenggelam.
6) Kebakaran.
7) Ledakan.
8) Bahaya elektrikal yaitu bahaya terkait dengan
peralatan listrik dan sambaran petir.
9) Bahaya kimia yaitu paparan senyawa kimia yang
berasal dari bahan kimia yang digunakan selama
bekerja maupun dari karakteristik produk yang
dihasilkan yang dapat membahayakan keselamatan
yang bersifat akut. Bahan kimia dapat berupa padatan,
cairan maupun gas (misal: gas, H2S, paparan cairan
HCl, CO, dan sebagainya).
10) Tabrakan pada saat berkendara.
11) Terperosok atau terimbun pada saat pekerjaan
penggalian.

jdih.pu.go.id
- 116 -

12) Bekerja sendirian yaitu bahaya pada saat dimana


seharusnya minimal ada 2 (dua) orang yang melakukan
pekerjaan bersamaan (misal bekerja di ruang tertutup).
13) Serangan hewan.
14) Cuaca yaitu bahaya yang terkait dengan cuaca ekstrem
(misal: hujan lebat & petir).
15) Mishandling yaitu bahaya keselamatan yang timbul
akibat posisi tubuh yang tidak sesuai saat bekerja
(misal: mengangkat barang dengan posisi yang salah).

c. Bahaya/Ancaman Keamanan terdiri atas:


1) Kegagalan pengendalian akses/penyusupan (masuk
dan keluar tanpa izin, tidak terdatanya personil, barang
dan kendaraan yang masuk/keluar lokasi).
2) Kriminalitas, antara lain pembunuhan, penganiayaan,
penculikan, pemerkosaan, perampokan, penodongan,
penggelapan, pencurian, perusakan, pelecehan seksual
dan lain-lain tindakan kriminal yang terdapat di dalam
KUHP yang terjadi di lingkungan.
3) Terorisme.
4) Sabotase.
5) Demonstrasi anarkis/huru-hara.
6) Penyalahgunaan narkoba.

d. Bahaya Lingkungan terdiri atas:


1) Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
2) Penggunaan Sumber Daya berlebih.
3) Pencemaran Udara (sumber bergerak atau tidak
bergerak).
4) Pencemaran badan air timbulan limbah B3.
5) Timbulan limbah Non B3.
6) Pencemaran tanah.
7) Pencemaran air tanah.
8) Dampak terhadap flora dan fauna.
9) Kebisingan.
10) Radiasi.
11) Dampak visual/estetika.

jdih.pu.go.id
- 117 -

12) Polusi cahaya yaitu adanya sumber pencahayaan yang


ditimbulkan dari kegiatan perusahaan dan
menimbulkan gangguan bagi lingkungan.

e. Bahaya Mutu terdiri atas:


1) Ketidaksesuaian kemampuan sumber daya manusia.
2) Ketidaksesuaian prosedur sehingga dapat
mengakibatkan gangguan/terhentinya proses
produksi.
3) Ketidaksesuaian material yang digunakan sehingga
dapat mengakibatkan gangguan/terhentinya proses
produksi.
4) Ketidaksesuaian peralatan yang digunakan
sehingga dapat mengakibatkan gangguan/terhingga
proses produksi.

Keadaan darurat dari waktu ke waktu selalu dapat terjadi dan


ketika terjadi, Prosedur rencana tanggap darurat ini mengatur
tata cara mobilisasi dan koordinasi untuk mengatasi jika terjadi
keadaan darurat di lingkungan proyek pembangunan stasiun
berkumpul serta mencakup terhadap penjelasan, perencanaan,
organisasi dan tindakan yang harus diambil serta diterapkan
pada situasi keadaan darurat selama pekerjaan berlangsung.
SOP dalam keadaan darurat yang berlaku di seluruh lingkungan
dan pada konstruksi pembangunan SPBU Mikro 3 kl serta pada
sub-kontraktor antara lain dijabarkan di bawah ini:

a. Kebakaran
Kebakaran yaitu suatu reaksi oksidasi yang berlangsung
dengan cepat dari suatu bahan bakar dan timbulnya
percikan api, timbulnya api berasal dari adanya bahan bakar
yang cukup, adanya suhu panas yang memenuhi dan
tersedianya oksigen. Untuk menjaga kebakaran, harus
disediakan APAR dalam kegiatan pekerjaan yang memiliki
potensi kebakaran.

b. Ledakan tidak diinginkan yang membahayakan pekerja


Ledakan biasanya terjadi karena dengan adanya

jdih.pu.go.id
- 118 -

pengeluaran suhu yang tinggi dan penghasilan gas. Untuk


menghindari terjadinya ledakan, semua benda yang
menghasilkan suhu panas harus dikerjakan dengan orang
yang memiliki kompetensi.

c. Cedera serius
Cedera serius harus bisa dihindari untuk menghindari
kematian, suatu pekerjaan harus memiliki surat izin kerja
dan Job Safety Analysis (JSA) serta semua pekerja harus
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

d. Cuaca buruk
Dalam hal cuaca buruk meliputi adanya petir, angin rebut
dan hujan angin serta badai.

e. Paparan radiasi
Radiasi adalah pancaran energi dari suatu materi atau
ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang
elektromagnetik/cahaya dari sumber radiasi. Paparan
radiasi akan menyebabkan risiko kanker dan kelainan
keturunan pada pekerja.

f. Bahan berbahaya dan beracun


Pada pembangunan fasilitas terdapat bahan berbahaya dan
beracun yang dapat menyebabkan cedera serius. Maka
harus ada pencegahan dan penanggulangan untuk bahan
berbahaya dan beracun salah satunya dengan memasang
simbol orang waspada.

IV. GAMBAR
Gambar desain teknis prototipe/purwarupa SPBU Mikro 3 kl sebagai
berikut:

jdih.pu.go.id
- 119 -

A. GAMBAR PROSES
1. Diagram Alir Proses

jdih.pu.go.id
- 120 -

2. Diagram Perpipaan & Instrumentasi

jdih.pu.go.id
- 121 -

B. GAMBAR MEKANIKAL
Rencana Umum untuk Tangki Penyimpanan

jdih.pu.go.id
- 122 -

C. GAMBAR PERPIPAAN
1. Rencana Umum Perpipaan

jdih.pu.go.id
- 123 -

2. Isometrik Perpipaan

jdih.pu.go.id
- 124 -

3. Isometrik Perpipaan Inlet

jdih.pu.go.id
- 125 -

4. Isometrik Perpipaan Uap

jdih.pu.go.id
- 126 -

D. GAMBAR ELEKTRIKAL
1. Diagram Satu Garis

jdih.pu.go.id
- 127 -

2. Denah Peralatan Elektrikal & Detail Pembumian

jdih.pu.go.id
- 128 -

E. GAMBAR SIPIL
1. 3D Rencana Struktur

jdih.pu.go.id
- 129 -

2. Rencana Struktur - Denah

jdih.pu.go.id
- 130 -

3. Rencana Struktur - Tampak

jdih.pu.go.id
- 131 -

4. Rencana Struktur – Detail Rangka Lisplang

jdih.pu.go.id
- 132 -

5. Rencana Fondasi – Denah & Potongan

jdih.pu.go.id
- 133 -

6. Denah Atap

jdih.pu.go.id
- 134 -

7. Denah Sambungan 1

jdih.pu.go.id
- 135 -

8. Denah Sambungan 2

jdih.pu.go.id
- 136 -

9. Detail Sambungan 3

jdih.pu.go.id
- 137 -

10. Detail Sambungan 4

jdih.pu.go.id
- 138 -

11. Detail Unit 1

jdih.pu.go.id
- 139 -

12. Detail Unit 2

jdih.pu.go.id
- 140 -

13. Detail Unit 3

jdih.pu.go.id
- 141 -

14. Detail Unit 4

jdih.pu.go.id
- 142 -

F. DENAH LAYOUT

jdih.pu.go.id
- 143 -

G. DETAIL DRAINASE SPBU MIKRO 3 KL

jdih.pu.go.id
- 144 -

H. DENAH LAYOUT ELEVASI +600 MM

jdih.pu.go.id
- 145 -

I. POTONGAN A-A

jdih.pu.go.id
- 146 -

J. DENAH LOADING & UNLOADING

jdih.pu.go.id
- 147 -

K. DENAH ELEVASI LOADING & UNLOADING

jdih.pu.go.id
- 148 -

V. PROCESS DESIGN BY NODE


A. NODE 1 : FILLING SYSTEM
Node 1 merupakan sistem pengisian bahan bakar dari truk loading
menuju tangki menggunakan pipa pengisian dengan tipe selang
fleksibel.

Tangki di desain dengan kapasitas volume 3.000 L dengan level


pengisian aman pada 95% serta memiliki tekanan operasi yaitu
atmosferis dan tekanan maksimum pada 25 kPa.

Pada proses pengisian dilengkapi oleh beberapa instrumen seperti


check valve, ball valve, dan OPV. Saat tangki berada pada 2.565 L, OPV
akan otomatis memberhentikan pengisian dan mencegah bahan bakar
masuk ke tangki.

Gambar 29. Filling System pada SPBU Mikro 3 kl

B. NODE 2 : SUCTION SYSTEM


Node 2 merupakan suction system dari tangki menuju dispenser untuk
didistribusikan kepada konsumen menggunakan pipa berukuran 1½
inci.

Sistem ini dilengkapi dengan beberapa peralatan pembantu, di


antaranya:

jdih.pu.go.id
- 149 -

1. Foot Valve 1½ inci.


2. Ball Valve Three Piece 1½ inci.
3. Emergency Shut Off valve 1½ inci
4. Anti Syphon 1½ inci.

Seluruh perpipaan suction system menggunakan pipa baja hitam Sch


40 dengan ukuran 1½ inci.

Gambar 30. Suction System pada SPBU Mikro 3 kl

C. NODE 3 : RELIEF SYSTEM


Node 3 merupakan sistem darurat yang terpasang pada tangki yang
berfungsi untuk melepaskan tekanan berlebih pada saat operasi.

Tangki SPBU Mikro 3 kl memiliki 3 (tiga) peralatan relief system yang


terpasang pada tangki, di antaranya:
1. Pressure Vacuum Relief Valve jenis Flame Arrestor
Pressure Vacuum Relief Valve jenis Flame Arrestor yang telah
terpasang pada tangki memiliki ukuran 2 inci dan akan di set
pada tekanan 2,5 psi. Pada tekanan tersebut, tangki akan
membuka untuk melepaskan tekanan berlebih dan akan
menutup kembali ketika keadaan kondisi tangki normal. Selain
itu, akan terbuka jika keadaan kondisi vakum dan akan menutup
kembali ketika keadaan seperti semula.

jdih.pu.go.id
- 150 -

2. Emergency Vent untuk Tangki Primer


Emergency Vent untuk tangki primer yang telah terpasang pada
tangki memiliki ukuran 6 inci dan akan di atur pada tekanan 24
kPa. Pengaturan tekanan ini disesuaikan dengan kondisi
maksimum tekanan pada tangki yaitu 25 kPa. Pada emergency
vent, tekanan yang di atur harus lebih kecil dari tekanan
maksimum tangki sehingga dapat lebih mula mengatasi jika
terjadi kebakaran pada tangki. Penggunaan emergency vent
diperlukan juga ketika terjadi kegagalan pada pengoperasian
pressure vacuum relief valve.

3. Emergency Insterstitial Vent untuk Tangki Sekunder


Emergency Insterstitial Vent untuk tangki sekunder yang telah
terpasang pada tangki memiliki ukuran 6 inci dan akan di atur
pada tekanan 24 kPa atau sama dengan emergency vent untuk
tangki primer. Pemasangan emergency insterstitial vent berfungsi
jika ruang pada interstisial pada kondisi tekanan berlebih.

Gambar 31. Relief System pada SPBU Mikro 3 kl

jdih.pu.go.id
- 151 -

VI. PERHITUNGAN
A. PERHITUNGAN MEKANIKAL
1. Perhitungan Tangki Penyimpanan
(Nomor Dokumen 001/IGI/MEC/CAL-PSHOP/VI/2021)
a. Data
Tabel 53. Data Tangki
Parameter Satuan Nilai
Tipe Tangki Rectangular Tank
Tekanan Desain Psig / kPa Full of water / NA
(Int./Eks.)
Temperatur oC / oF 30 / 80 – 60 / 150
Operasional (Min-
Maks)
Efisiensi sambungan 0,7
Tebal tambahan mm / inci 3 / 0,118
untuk perlindungan
korosi
Tekanan hidrostatis Psig / kPa 0,725 / 5
Post Weld Heat
Tidak
Treatment (P.W.H.T)
Berat jenis cairan 0,77
Jenis Shell Persegi Panjang
Jenis Head datar
Ukuran Tangki mm 1.638 x 1.238 x 1.706 Int.
(T x L x P) mm 1.800 x 1.400 x 1.880 Eks.
MATERIAL
Shell A-36 atau setara
Pelat dasar A-36 atau setara
Pelat atas A-36 atau setara
Nozel Pipa SA-53
Forged SA-105
Flange
Bentuk pengaku A-36 atau setara

jdih.pu.go.id
- 152 -

b. Perhitungan
1) Ketebalan Long Shell

Gambar 32. Long Shell

Mengacu pada Rumus Roarks untuk tegangan dan


regangan, kondisi Nomor 82 (Tabel 26) oleh Wareen C.
Young.

Tabel 54. Perhitungan Ketebalan Long Shell


Deskripsi Keterangan
Material Shell A-36 atau setara
Pengaku A-36 atau setara

Deskripsi Nilai
H Tinggi tangki (mm) 1.638,00
L Panjang Long Shell (mm) 1.706,00
a Pitch horizontal pada pengaku (mm) 546,00
b Pitch vertikal pada pengaku (mm) 426,50
E Efisiensi sambungan 0,70
C Tebal tambahan untuk perlindungan 3,00
korosi (mm)
Sy Kuat leleh minimum pada pelat shell 2.549,00
(kg/cm2)
S Tegangan yang diizinkan pada pelat 1.529,40
shell (0,6 x Sy) (kg/cm2)
G Berat jenis cairan 0,77
a/b Rasio antara pitch horizontal & vertikal 1,28
pada pengaku
β1 Faktor yang tergantung pada rasio 0,16
panjang dengan tinggi, a/b (Tabel 28,
Case Nomor 8a dari Roarks

Desain tekanan dan static head:


P = ( G x H ) / 10.000 = 0,126 kg/cm2G
(Tekanan static head diasumsikan terdistribusi merata

jdih.pu.go.id
- 153 -

pada seluruh permukaan shell pada kondisi terburuk)

Ketebalan minimum shell


𝑡 = 𝑏 √(𝛽 × 𝑃)/(𝑆 × 𝐸)
Ketebalan nominal yang dibutuhkan (kondisi berkarat)
= 1,85 mm
Ketebalan nominal yang dibutuhkan (kondisi baru) =
4,85 mm
Ketebalan nominal yang disediakan = 6,00 mm

2) Pengaku Long Shell

Gambar 33. Long Shell

Tabel 55. Perhitungan Pengaku Long Shell


Deskripsi Keterangan
Material Shell A-36 atau setara
Pengaku A-36 atau setara

Deskripsi Nilai
H Tinggi tangki (mm) 1.638,00
L Panjang Long Shell (mm) 1.706,00
a Pitch horizontal pada pengaku (mm) 546,00
b Pitch vertikal pada pengaku (mm) 426,50
Ss Tegangan lentur yang diizinkan pada 1.682,34
pengaku (0,66 x Sy) (kg/cm2)
G Berat jenis cairan 0,77

a) Pengaku vertikal pada shell (posisi terendah


sebagai kasus terburuk)
Desain tekanan dan static head
P = ( G x H ) / 10.000 = 0,126 kg/cm2G

jdih.pu.go.id
- 154 -

(Tekanan static head diasumsikan terdistribusi


merata pada seluruh permukaan shell pada
kondisi terburuk)

Distribusi beban merata pada pengaku

Gambar 34. Distribusi beban merata pada


pengaku

Beban merata:
𝑄 = 𝑃 × 𝑎 = 0,68864796 𝑘𝑔/𝑐𝑚

Momen lentur maksimum pada pengaku


𝑄 × 𝑏2
𝑀= = 10.438,88445 𝑘𝑔/𝑐𝑚
12
Modulus penampang pengaku (Z) (batang datar 75
x 6) = 5.625 mm3

Tegangan lentur maksimum pada pengaku


𝑀
𝑆𝑏 = = 1,85580168 𝑘𝑔/𝑚𝑚2 = 185,580168 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑍
𝑆𝑏 < 𝑆𝑠 ⟶ 𝑂𝐾𝐸

jdih.pu.go.id
- 155 -

b) Pengaku horizontal pada shell (posisi terendah


sebagai kasus terburuk)
Distribusi beban merata pada pengaku

Gambar 35. Distribusi beban merata pada


pengaku

Beban merata:
𝑄 = 𝑃 × 𝑏 = 0,53792739 𝑘𝑔/𝑐𝑚

Momen lentur maksimum pada pengaku


𝑄 × 𝑎2
𝑀= = 13.363,73015 𝑘𝑔/𝑐𝑚
12
Modulus penampang pengaku (Z) (batang datar
75x6) = 5.625 mm3

Tegangan lentur maksimum pada pengaku


𝑀
𝑆𝑏 = = 2,375774249 𝑘𝑔/𝑚𝑚2 = 237,5774249𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑍

𝑆𝑏 < 𝑆𝑠 ⟶ 𝑂𝐾𝐸

3) Pengaku Short Shell

Gambar 36. Short Shell

jdih.pu.go.id
- 156 -

Tabel 56. Perhitungan Pengaku short shell


Deskripsi Keterangan
Material Shell A-36 atau setara
Pengaku A-36 atau setara

Deskripsi Nilai
H Tinggi tangki (mm) 1.638,00
L Panjang short shell (mm) 1.238,00
a Pitch horizontal pada pengaku (mm) 546,00
b Pitch vertikal pada pengaku (mm) 309,50
Ss Tegangan lentur yang diizinkan pada 1.682,34
pengaku (0,66 x Sy) (kg/cm2)
G Berat jenis cairan 0,77

a) Pengaku vertikal pada shell (posisi terbawah


sebagai kondisi terburuk)
Desain tekanan dan static head
P = ( G x H ) / 10.000 = 0,126 kg/cm2G
(Tekanan static head diasumsikan terdistribusi
merata pada seluruh permukaan shell pada
kondisi terburuk)

Distribusi beban merata pada pengaku

Gambar 37. Distribusi beban merata pada


pengaku

Beban merata:
𝑄 = 𝑃 × 𝑎 = 0,68864796 𝑘𝑔/𝑐𝑚

Momen lentur maksimum pada pengaku


𝑄 × 𝑏2
𝑀= = 5497,146688 𝑘𝑔/𝑐𝑚
12
Modulus penampang pengaku (Z) (batang datar
75x6) = 5.625 mm3

jdih.pu.go.id
- 157 -

Tegangan lentur maksimum pada pengaku


𝑀
𝑆𝑏 = = 0,977270522 𝑘𝑔/𝑚𝑚2 = 97,72705222𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑍

𝑆𝑏 < 𝑆𝑠 ⟶ 𝑂𝐾𝐸

b) Pengaku horizontal pada shell (posisi terbawah


sebagai kondisi terburuk)
Distribusi beban merata pada pengaku

Gambar 38. Distribusi beban merata pada


pengaku

Beban merata:
𝑄 = 𝑃 × 𝑏 = 0,39035997 𝑘𝑔/𝑐𝑚

Momen lentur maksimum pada pengaku


𝑄 × 𝑎2
𝑀= = 9.697,712735 𝑘𝑔/𝑐𝑚
12
Modulus penampang pengaku (Z) (batang datar
75x6) = 5.625 mm3

Tegangan lentur maksimum pada pengaku


𝑀
𝑆𝑏 = = 1,72403782 𝑘𝑔/𝑚𝑚2 = 172,403782 𝑔/𝑐𝑚2
𝑍

𝑆𝑏 < 𝑆𝑠 ⟶ 𝑂𝐾𝐸

jdih.pu.go.id
- 158 -

4) Ketebalan Pelat Dasar

Gambar 39. Pelat Dasar

Mengacu pada Rumus Roarks untuk tegangan dan


regangan, kondisi Nomor 82 (Tabel 26) oleh Wareen C.
Young.

Tabel 57. Perhitungan Ketebalan Pelat Dasar


Deskripsi Keterangan
Material Shell A-36 atau setara
Pengaku A-36 atau setara

Deskripsi Nilai
H Tinggi tangki (mm) 1.638,00
W Lebar pelat dasar (mm) 1.238,00
L Panjang Long Shell (mm) 1.706,00
t Ketebalan Pelat Dasar yang disediakan 6,00
(mm)
W Berat pelat dasar 99,48
a Maksimum pitch horizontal pada 247,60
pengaku (mm)
b Minimum pitch vertikal pada pengaku 341,20
(mm)
E Efisiensi sambungan 0,70
C Tebal tambahan untuk perlindungan 3,00
korosi (mm)
Sy Kuat leleh minimum dari pelat shell 2.549,00
(kg/cm2)
S Tegangan yang diizinkan pada pelat 1.529,40
shell plate (0,6 x Sy) (kg/cm2)
G Berat jenis cairan 0,77
a/b Rasio antara pitch horizontal dan 0,73
vertikal pengaku
β1 Faktor yang tergantung pada rasio 0,16
Panjang dengan tinggi, a/b (Tabel 28,
Case Nomor 8a dari Roarks

jdih.pu.go.id
- 159 -

a) Pengaku vertikal pada shell (posisi terbawah


sebagai kondisi terburuk)
Desain tekanan dan static head
P = ( G x H ) / 10.000 = 0,126 kg/cm2G
(Tekanan static head diasumsikan terdistribusi
seragam pada seluruh permukaan shell sebagai
kondisi terburuk)

Distribusi beban merata pada pengaku

Gambar 40. Distribusi beban merata pada


pengaku

Beban merata:
𝑄 = 𝑃 × 𝑏 = 0,430502617 𝑘𝑔/𝑐𝑚

Momen lentur maksimum pada pengaku


𝑄 × 𝑏2
𝑀= = 4.176,501051 𝑘𝑔/𝑐𝑚
12
Modulus penampang pengaku (Z) (batang datar
75x6) = 5.625 mm3

Tegangan lentur maksimum pada pengaku


𝑀 𝑘𝑔
𝑆𝑏 = = 0,742489076 𝑚𝑚2 = 74,24890757𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑍

𝑆𝑏 < 𝑆𝑠 ⟶ 𝑂𝐾𝐸

jdih.pu.go.id
- 160 -

b) Pengaku melintang pada pelat bawah


Distribusi beban merata pada pengaku

Gambar 41. Distribusi beban merata pada


pengaku

Beban merata:
𝑄 = 𝑃 × 𝑎 = 0,312404596 𝑘𝑔/𝑐𝑚

Momen lentur maksimum pada pengaku


𝑄 × 𝑎2
𝑀= = 1.596,016763 𝑘𝑔/𝑐𝑚
12
Modulus penampang pengaku (Z) (batang datar 75
x 6) = 5.625 mm3

Tegangan lentur maksimum pada pengaku


𝑀
𝑆𝑏 = = 0,283736313 𝑘𝑔/𝑚𝑚2 = 28,37363135 𝑔/𝑐𝑚2
𝑍

𝑆𝑏 < 𝑆𝑠 ⟶ 𝑂𝐾𝐸

5) Pengaku Pelat Bawah

Gambar 42. Pelat Bawah

jdih.pu.go.id
- 161 -

Tabel 58. Perhitungan Pengaku Pelat Bawah


Deskripsi Ket
Material Struktur shell A-36 atau setara
Pengaku A-36 atau setara

Deskripsi Nilai
H Tinggi tangki (mm) 1.638,00
W Berat pelat bawah 99,48
w Lebar pelat bawah (mm) 1.238,00
L Panjang pelat bawah (mm) 1.706,00
a Pitch horizontal pada pengaku 247,60
(maksimum) (mm)
b Pitch vertikal pada pengaku 341,20
(maksimum) (mm)
Ss Tegangan lentur yang diizinkan pada 1.682,34
pengaku (0,66 x Sy) (kg/cm2)
G Berat jenis cairan 0,77

a) Pengaku vertikal pada struktur shell (kondisi


terendah sebagai kondisi terburuk)
Desain tekanan dan static head
P = ( G x H ) / 10.000 = 0,126 kg/cm2G
(Tekanan static head diasumsikan terdistribusi
seragam pada seluruh permukaan struktur shell
sebagai kondisi terburuk)

Distribusi beban merata pada pengaku

Gambar 43. Distribusi beban merata pada


pengaku

Beban merata:
𝑄 = 𝑃 × 𝑏 = 0,430502617 𝑘𝑔/𝑐𝑚

Momen lentur maksimum pada pengaku


𝑄 × 𝑏2
𝑀= = 4.176,501051 𝑘𝑔/𝑐𝑚
12

jdih.pu.go.id
- 162 -

Modulus penampang pengaku (Z) (bidang datar


75x6) = 5.625 mm3

Tegangan lentur maksimum pada pengaku


𝑀 𝑘𝑔
𝑆𝑏 = = 0,742489076 𝑚𝑚2 = 74,24890757𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑍

𝑆𝑏 < 𝑆𝑠 ⟶ 𝑂𝐾𝐸

b) Pengaku melintang pada pelat bawah


Distribusi beban merata pada pengaku

Gambar 44. Distribusi beban merata pada


pengaku

Beban merata:
𝑄 = 𝑃 × 𝑎 = 0,312404596 𝑘𝑔/𝑐𝑚

Momen lentur maksimum pada pengaku


𝑄 × 𝑎2
𝑀= = 1.596,016763 𝑘𝑔/𝑐𝑚
12
Modulus penampang pengaku (Z) (bidang datar
75x6) = 5.625 mm3

Tegangan lentur maksimum pada pengaku


𝑀
𝑆𝑏 = = 0,283736313 𝑘𝑔/𝑚𝑚2 = 28,37363135 𝑔/𝑐𝑚2
𝑍

𝑆𝑏 < 𝑆𝑠 ⟶ 𝑂𝐾𝐸

jdih.pu.go.id
- 163 -

6) Ketebalan Pelat Atas

Gambar 45. Pelat Atas

Mengacu pada rumus Roarks untuk tegangan dan


regangan, kondisi Nomor 82 (Tabel 26) oleh Wareen C.
Young.

Tabel 59. Perhitungan Ketebalan pelat atas


Deskripsi Keterangan
Material Struktur shell A-36 atau setara
Pengaku A-36 atau setara

Deskripsi Nilai
W Lebar pelat atas (mm) 1.238,00
L Panjang pelat atas (mm) 1.706,00
t Ketebalan pelat atas yang 6,00
disediakan(mm)
W Berat pelat atas 99,48
a Pitch horizontal pada pengaku 247,60
(maksimum) (mm)
b Pitch vertikal pada pengaku (minimum) 341,20
(mm)
E Efisiensi sambungan 0,70
C Tebal lapis tambah untuk pelindung 3,00
korosi (mm)
Sy Kuat leleh minimum pada struktur 2.549,00
pelat shell (kg/cm2)
S Tegangan yang diizinkan struktur pelat 1.529,40
shell (0,6 x Sy) (kg/cm2)
G Berat jenis cairan 0,77
a/b Rasio antara pitch horizontal & vertikal 0,73
pada pengaku
β1 Faktor yang tergantung pada rasio 0,16
panjang dengan tinggi, a/b (Tabel 28,
Kondisi Nomor 8a dari Roarks)

jdih.pu.go.id
- 164 -

Desain tekanan dan static head


P = W/(w x L) = 0,00047 kg/cm2G
(Tekanan static head diasumsikan terdistribusi secara
seragam pada seluruh permukaan struktur shell
sebagai kondisi terburuk)

Ketebalan minimum pelat atas

𝑡 = 𝑏 √(𝛽1 × 𝑃)/(𝑆 × 𝐸)
Ketebalan nominal yang dibutuhkan (kondisi karat) =
0,03 mm
Ketebalan nominal yang dibutuhkan (kondisi baru) =
3,03 mm
Ketebalan nominal yang dibutuhkan = 6,00 mm

7) Pengaku Pelat Atas

Gambar 46. Pelat Atas

Tabel 60. Perhitungan Pengaku Pelat Atas


Deskripsi Keterangan
Material Struktur shell A-36 atau setara
Pengaku A-36 atau setara

Deskripsi Nilai
W Berat pelat atas 99,48
w Lebar pelat atas (mm) 1.238,00
L Panjang pelat atas (mm) 1.706,00
a Pitch horizontal pada pengaku 247,60
(maksimum) (mm)

jdih.pu.go.id
- 165 -

b Pitch vertikal pada pengaku 341,20


(maksimum) (mm)
Ss Tegangan lentur yang diizinkan pada 1.682,34
pengaku (0,66 x Sy) (kg/cm2)
G Berat jenis cairan 0,77

a) Pengaku vertikal pada struktur shell (Posisi


terendah, sebagai kondisi terburuk)
Desain tekanan dan static head
P = W/(w x L) = 0,00005 kg/cm2G
(Tekanan static head diasumsikan terdistribusi
secara seragam pada seluruh permukaan struktur
shell sebagai kondisi terburuk)

Distribusi beban merata pada pengaku

Gambar 47. Distribusi beban merata pada


pengaku

Beban merata:
𝑄 = 𝑃 × 𝑏 = 0,000160705 𝑘𝑔/𝑐𝑚

Momen lentur maksimum pada pengaku


𝑄 × 𝑏2
𝑀= = 1,559073998 𝑘𝑔/𝑐𝑚
12
Modulus penampang pengaku (Z) (bidang datar
75x6) = 5.625 mm3

Tegangan lentur maksimum pada pengaku


𝑀 𝑘𝑔
𝑆𝑏 = = 0,000277169 𝑚𝑚2 = 0,027716871 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑍

𝑆𝑏 < 𝑆𝑠 ⟶ 𝑂𝐾𝐸

jdih.pu.go.id
- 166 -

b) Pengaku melintang pada pelat atas


Distribusi beban merata pada pengaku

Gambar 48. Distribusi beban merata pada


pengaku

Beban merata:
𝑄 = 𝑃 × 𝑎 = 0,595787767 𝑘𝑔/𝑐𝑚

Momen lentur maksimum pada pengaku


𝑄 × 𝑎2
𝑀= = 0,595787767 𝑘𝑔/𝑐𝑚
12
Modulus penampang pengaku (Z) (bidang datar
75x6) = 5.625 mm3

Tegangan lentur maksimum pada pengaku


𝑀 𝑘𝑔
𝑆𝑏 = = 0,000105918 𝑚𝑚2 = 0,010591783 𝑔/𝑐𝑚2
𝑍

𝑆𝑏 < 𝑆𝑠 ⟶ 𝑂𝐾𝐸

8) Perhitungan Lifting Lug


Tabel 61. Perhitungan Lifting Lug
Deskripsi Nilai
Sy Kuat leleh minimum pada struktur 2.549,00
pelat shell (kg/cm2)
Sa Tegangan geser yang diijinkan (0,4 x Sy) 1.019,60
(kg/cm2)
W Berat tangki saat kosong (kg) 3.044,57
N Angka Lug 2,00
F Faktor beban 2,00
t Ketebalan lifting lug terpilih (mm) 12,50

𝑃𝐿 × 𝑊 × 𝐹
𝑉𝑒𝑟𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑑 = = 3.044,573181
𝑁

jdih.pu.go.id
- 167 -

Sudut antara beban sling αo 15 35 40 45


dengan beban vertikal
Beban sling Ps = PL/cos α = 3.151,97 3.716,74 3.974,41 4.305,68

Menggunakan nilai terbesar dari Ps = 4.305,68 kg


Untuk 12.000 Lbs (5.443 kg), pilih dari tabel pada
halaman 119 di Pressure Vessel Handbook:
d (mm) diameter pin pengekang untuk beban 5.443 kg
= 22,00
D (mm) diameter lubang Lug = 25,40
R (mm) radius Lug (terdesain) = 38,10

Ketebalan Lug yang dibutuhkan


t = Ps/(2 Sa x (R – (D/2))) = 8,371752627 mm
Tebal yang dipilih = 12,50 mm
tr < ts = OKE

Catatan:
- Untuk castable dan tangki eksternal tidak dihitung
karena hanya berdampak pada berat tangki
- Untuk nozel dan bukaan tidak dihitung, hanya
mengikuti kebutuhan pada UL 142 dan hanya
berdampak pada berat tangki

9) Berat Tangki
W1 (Berat tangki internal) = 658,40 kg
W2 (Berat castable) = 1.311,03 kg
W3 (Berat tangki eksternal) = 798,36 kg
W4 (Berat Liq saat operasi) = 2.194,5 kg
W4 (Berat Liq saat pengujian = 3.000 kg

𝐸𝑚𝑝𝑡𝑦 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 = 𝐹𝑎𝑏𝑟𝑖𝑐𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑠 + 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑙𝑠 + 𝐷𝑒𝑡𝑎𝑖𝑙𝑠


= (𝑊1 + 𝑊2 + 𝑊3) + 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑙𝑠 + 𝐷𝑒𝑡𝑎𝑖𝑙𝑠
= 3.044,57 𝑘𝑔

𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 = 𝐸𝑚𝑝𝑡𝑦 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 + 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐿𝑖𝑞𝑢𝑖𝑑


= 5.239,07 𝑘𝑔

jdih.pu.go.id
- 168 -

𝑇𝑒𝑠𝑡 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 = 𝐸𝑚𝑝𝑡𝑦 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 + 𝑇𝑒𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐿𝑖𝑞𝑢𝑖𝑑


= 6.044,57 𝑘𝑔

B. PERHITUNGAN PROSES
1. Perhitungan Emergency Vent & Pressure Vacuum Vent
(Nomor Dokumen 001/IGI/PRO/CAL-PSHOP/VI/2021)

a. Data
1) Tangki
Desain Tekanan : Atmosferis
Kapasitas : 3.000 L
Bentuk : Persegi panjang
Jenis : Aboveground Tank
Dimensi Tangki Luar :
Panjang : 1.880 mm ≈ 6,2 ft
Lebar : 1.400 mm ≈ 4,6 ft
Tinggi : 1.800 mm ≈ 5,9 ft
Standar/Acuan : UL 142 + terisolasi

2) Emergency Vent
Ukuran : 6 inci
Fungsi : Sebagai tempat pembuangan ketika
terjadi tekanan berlebih yang diakibatkan
paparan api akibat kebakaran pada tangki.

SPBU Mikro 3 kl memiliki 2 (dua) emergency vent, di


antaranya:
a) Emergency Vent primer berukuran 6 (enam) inci.
Emergency Vent primer ini berfungsi untuk
menjaga tekanan yang ada di dalam tangki.
Sehingga apabila terjadi kebakaran, dapat secara
simultan mengeluarkan tekanan yang ada di
dalam tangki agar tangki tidak meledak.
b) Emergency Vent sekunder berukuran 6 (enam) inci.
Emergency Vent sekunder ini berfungsi untuk
menjaga tekanan yang ada di dalam tangki namun

jdih.pu.go.id
- 169 -

diperuntukkan untuk mengatur tekanan yang ada


di antara ruang dinding inner dan outer 169angka.

3) Pressure Vacuum Vent


Ukuran : 2 inci
Fungsi : Sebagai tempat pembuangan ketika
terjadi tekanan berlebih dan kondisi vakum pada tangki
Tipe : Flame Arrester

b. Perhitungan
1) Emergency Vent
a) Menghitung Luas Tangki
Pada tangki persegi panjang, perhitungan luas
tidak disertakan atap tangki tersebut. Maka
perhitungan luas tangki yaitu:
A = (L x P) + 2(P x T) + 2(L x T)
Keterangan:
L = Lebar (ft)
P = Panjang (ft) T = Tinggi (ft)
A = (4,6 x 6,2) + 2(6,2 x 5,9) + 2(4,6 x 5,9)
A = 155,96 ft2

b) Menghitung Area Basah (Wetted Area)


Area basah untuk aboveground tank dengan
bentuk persegi panjang yaitu 75% dari luas
permukaan tangki.

Area Basah = 75% dari luas permukaan tangki


= 0,75 x 155,95 ft2
= 116,97 ft2

Untuk mencari Kapasitas Vent, dapat dilihat pada


UL 142 Tabel IV yaitu “Venting Capacity Tabel”.
Tabel IV ini menerangkan plot wetted area
terhadap venting capacity dengan kondisi operasi
tank pada tekanan atmosferis (14,7 psia) dan 60°F.

jdih.pu.go.id
- 170 -

Nilai area basah yang dihasilkan 116,97 ft2. Pada


Tabel VI, nilai ini berada di antara area basah yaitu
100 ft2 dan 120 ft2. Untuk mendapatkan kapasitas
venting, dilakukan dengan cara interpolasi. Berikut
tabel kapasitas venting yang disajikan dalam Tabel
62.

Tabel 62. Kapasitas Venting


Area Basah Kapasitas Venting Ukuran Pipa
(ft2) (ft3/jam) Emergency (inci)
100 105.000 4
120 126.000 5

𝑊𝑒𝑡𝑡𝑒𝑑 𝐴𝑟𝑒𝑎 (𝑐𝑎𝑙𝑐𝑢𝑙𝑎𝑡𝑒𝑑) − 𝑊𝑒𝑡𝑡𝑒𝑑 𝐴𝑟𝑒𝑎 (𝑚𝑖𝑛) 𝑃𝑖𝑝𝑒 𝑆𝑖𝑧𝑒 (𝑟𝑒𝑞𝑢𝑖𝑟𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡) − 𝑃𝑖𝑝𝑒 𝑆𝑖𝑧𝑒 (𝑚𝑖𝑛)
=
𝑊𝑒𝑡𝑡𝑒𝑑 𝐴𝑟𝑒𝑎 (𝑚𝑎𝑥) − 𝑊𝑒𝑡𝑡𝑒𝑑 𝐴𝑟𝑒𝑎 (𝑚𝑖𝑛) 𝑃𝑖𝑝𝑒 𝑆𝑖𝑧𝑒 (𝑚𝑎𝑥) − 𝑃𝑖𝑝𝑒 𝑆𝑖𝑧𝑒 (𝑚𝑖𝑛)

116,97 − 100 𝑥 − 105.000


=
120 − 100 126.000 − 105.000
16,97 𝑥 − 105.000
=
20 21.000
356.370 = 20𝑥 − 2.100.000
2.456.370 = 20𝑥
𝑥 = 122.818,5 ft 3 /jam
𝑉𝑒𝑛𝑡 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦 = 122.818,5 ft 3 /jam

c) Menentukan Ukuran Pipa


Penentuan ukuran pipa di interpolasi pada Tabel
62.

𝑊𝑒𝑡𝑡𝑒𝑑 𝐴𝑟𝑒𝑎 (𝑐𝑎𝑙𝑐𝑢𝑙𝑎𝑡𝑒𝑑) − 𝑊𝑒𝑡𝑡𝑒𝑑 𝐴𝑟𝑒𝑎 (𝑚𝑖𝑛) 𝑃𝑖𝑝𝑒 𝑆𝑖𝑧𝑒 (𝑟𝑒𝑞𝑢𝑖𝑟𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡) − 𝑃𝑖𝑝𝑒 𝑆𝑖𝑧𝑒 (𝑚𝑖𝑛)
=
𝑊𝑒𝑡𝑡𝑒𝑑 𝐴𝑟𝑒𝑎 (𝑚𝑎𝑥) − 𝑊𝑒𝑡𝑡𝑒𝑑 𝐴𝑟𝑒𝑎 (𝑚𝑖𝑛) 𝑃𝑖𝑝𝑒 𝑆𝑖𝑧𝑒 (𝑚𝑎𝑥) − 𝑃𝑖𝑝𝑒 𝑆𝑖𝑧𝑒 (𝑚𝑖𝑛)

116,97 − 100 𝑥 − 4
=
120 − 100 5 − 4
16,97 𝑥 − 4
=
20 1
16,97 = 20𝑥 − 80
96,96 = 20𝑥
𝑥 = 4,8 inci
𝑃𝑖𝑝𝑒 𝑆𝑖𝑧𝑒 = 4,8 inci ≈ 5 inci

jdih.pu.go.id
- 171 -

2) Pressure Vacuum Vent


Perhitungan pressure vacuum vent, melibatkan UL-142
di Tabel 8.2 yaitu “Size of Opening for Normal Venting”.
Tabel 8.2 menerangkan minimum diameter terhadap
kapasitas tangki. Kapasitas tangki yang digunakan
SPBU Mikro 3 kl yaitu 3.000 L atau 792,52 Galon.

Pada Tabel 8.2 (UL-142) menjelaskan bahwa dengan


kapasitas 792,52 Galon (under 2500 Galon) dapat
memilih minimum ukuran sebesar ¼ inci.

c. Kesimpulan
1) Area basah yang dihasilkan dari kalkulasi yaitu 116,97
ft2.
2) Kapasitas Venting yang dibutuhkan dari hasil kalkulasi
yaitu 122.818,5 ft3/jam yang telah disesuaikan dengan
kondisi operasi tangki, dimensi tangki, dan volume
tangki.
3) Hasil kalkulasi Pressure Vacuum Vent jenis Flame
Arrester dibutuhkan minimum ukuran normal venting
sebesar ¼ inci.

d. Rekomendasi
Pada hasil kalkulasi, ukuran pipa untuk Emergency Vent
yang direkomendasikan yaitu 5 inci dan pada Pressure
Vacuum Vent yaitu ¼ inci. Hal ini telah disesuaikan dengan
standar/acuan UL 142 dengan Emergency vent berdasarkan
area basah dan kapasitas venting, sedangkan pada Pressure
Vacuum Vent berdasarkan minimum ukuran terhadap
kapasitas tangki.

C. PERHITUNGAN ELEKTRIKAL
1. Perhitungan Pembumian
(Nomor Dokumen 001/IGI/ELE/CAL-PSHOP/VI/2021)
Sebelum memasang elektroda tembaga untuk sistem
pembumian, harus ditentukan terlebih dahulu desain dan

jdih.pu.go.id
- 172 -

spesifikasi sesuai dengan kriteria. Rumus untuk menghitung


estimasi tahanan pembumian yaitu sebagai berikut:

Keterangan:
ρ = Ketahanan tanah (Ω-meter)
L = Panjang batang elektroda tembaga (meter)
a = Lingkar batang elektroda tembaga (cm)
R = Resistansi elektroda ke tanah (Ω)

Dari kondisi tanah yang ada, kita bisa menentukan:


ρ = 60 Ω-meter
L = 4 meter

Diameter elektroda 5/8 inci, sehingga a = 0,79375 cm


R = 60 / 2 x 3,14 x 4 [ Ln (2 x 4 / 0,79375) - 1]
R = 2,38 [Ln (10,07) - 1] = 3,13 Ω

Kesimpulan:
Untuk sistem pembumian pada SPBU Mikro 3 kl, akan
menggunakan batang elektroda tembaga dengan diameter 5/8
inci dan panjang 4 meter.

D. PERHITUNGAN SIPIL
1. Analisis Struktur pada Kondisi Operasi
(Nomor Dokumen 001/IGI/STRU-PTS/PTPR/VIII/2021
a. Umum
1) Latar Belakang
Latar belakang diadakan SPBU Mikro 3 kl sebagai
berikut:
a) Mewujudkan “One Village One Outlet” sebagai
solusi ketahanan energi masyarakat;
b) Memenuhi ketersediaan energi ke seluruh pelosok
negeri;
c) Mendekatkan unit bisnis ke masyarakat yang
berada di pelosok; dan

jdih.pu.go.id
- 173 -

d) Meratakan persebaran BBM pada masyarakat di


daerah yang tidak ada SPBU.

2) Tujuan
Dokumen ini mencakup pemodelan dan analisis modul
SPBU Mikro 3 kl pada kondisi operasi.

3) Referensi
Berikut merupakan daftar referensi untuk desain SPBU
Mikro 3 kl:

Tabel 63. Referensi


No. Nomor Dokumen Nama Dokumen
1. 001/IGI/DB- Basis Desain Proyek SPBU
PSHOP/VI/2021 Mikro 3 kl
2. 001/IGI/MEC/MDS- Detail Spesifikasi Teknis
PSHOP/VI/2021 Tangki Penyimpanan (UL-
142)

4) Standar/Acuan
Standar/acuan yang digunakan pada perencanaan
SPBU Mikro 3 kl antara lain:
Tabel 64. Standar/Acuan
Nomor
No. Nama Dokumen
Dokumen
1. SNI 1726 Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung
2. SNI 1727 Beban Minimum untuk
Perancangan Bangunan Gedung
dan Struktur Lain
3. SNI 1729 Spesifikasi untuk Bangunan
Gedung Baja Struktural

5) Kualitas Material
Struktur Baja:
a) ASTM A36 / JIS G 3101 grade SS 400 / setara
untuk Wide Flange, Angle, Channel, Plate dan Tee.
b) ASTM A53 Grade B / JIS G3444 STK 400 / setara
untuk pipa baja struktural.

jdih.pu.go.id
- 174 -

c) ASTM A501 atau setara untuk persegi panjang


tabung baja.

b. Metodologi
Kombinasi beban menggunakan metode ultimit. Ada dua
jenis kombinasi beban, kombinasi beban keadaan batas
ultimit dan servis. Kombinasi beban keadaan batas ultimit
harus digunakan untuk stabilitas dan desain kekuatan
struktur baja dan kombinasi beban keadaan batas servis
harus digunakan untuk memeriksa deformasi struktur baja.

c. Sistem Satuan
Sistem unit berikut harus diadopsi dalam dokumen analisis
SACS dan dokumen desain:
1) Panjang (besar) : meter (panjang profil, joint co-
ordinates)
2) Panjang (kecil) : mm (dimensi balok/kolom,
defleksi, dan lain-lain.)
3) Gaya : kg
4) Momen : kg.m
5) Massa : kg
6) Tegangan : kg/m2

d. Parameter Stabilitas
Parameter stabilitas struktur baja yaitu:

Tabel 65. Parameter Stabilitas


Permanen Sementara
Kebutuhan Terhadap Kapasitas 1,00 1,00
Profil Baja

e. Model dan Analisis


1) Dimensi
Berikut merupakan gambar desain dari modular SPBU
Mikro 3 kl:

jdih.pu.go.id
- 175 -

Gambar 49. Model SPBU Mikro 3 kl

2) Program Komputer
Program komputer yang digunakan untuk pemodelan
dan perancangan struktur yaitu SACS atau sejenisnya.

3) Kombinasi Pembebanan
Kombinasi beban menggunakan metode ultimit. Ada
dua jenis kombinasi beban, kombinasi beban keadaan
batas ultimit dan servis. Kombinasi beban keadaan
batas ultimit harus digunakan untuk stabilitas dan
desain kekuatan struktur baja dan kombinasi beban
keadaan batas servis harus digunakan untuk
memeriksa deformasi struktur baja.

4) Kombinasi Beban Batas Ultimit


U1 : 1,2DL + 1,2LL1 + 1,2 NGL
U2 : 1,2DL + 1,6LL + 1,2 NGL
U3 : 1,2DL + 1,6LL2 + 1,2 NGL
U4 : 1,2DL + 1,0LL2 + 1,2 NGL + 0,5 ANG1
U5 : 1,2DL + 1,0LL2 + 1,2 NGL + 0,5 ANG2
U6 : 1,2DL + 1,0LL2 + 1,2 NGL + 1,0 ANG1
U7 : 1,2DL + 1,0LL2 + 1,2 NGL + 1,0 ANG2
U8 : 1,2DL + 1,0LL2 + 1,2 NGL + 1,0 ANG3

jdih.pu.go.id
- 176 -

U9 : 1,2DL + 1,0LL2 + 1,2 NGL + 1,0 ANG4


U10 : 1,2DL + 1,0LL2 + 1,2 NGL + 1,0 GEM1
U11 : 1,2DL + 1,0LL2 + 1,2 NGL + 1,0 GEM2
U12 : 1,2DL + 1,0LL2 + 1,2 NGL + 1,0 GEM3
U13 : 1,2DL + 1,0LL2 + 1,2 NGL + 1,0 GEM4

Keterangan:
DL : Beban Mati
NGL : Beban Non-generated
EQP : Berat peralatan pada saat dilakukan pengujian
EQP1 : Berat peralatan pada saat kosong
EQP2 : Berat peralatan pada saat operasi
ANG1: Beban Angin arah (+) X
ANG2: Beban Angin arah (+) Y
ANG3: Beban Angin arah (-) X
ANG4: Beban Angin arah (-) Y
GEM1: Beban Gempa arah (+) X
GEM2: Beban Gempa arah (+) Y
GEM3: Beban Gempa arah (-) X
GEM4: Beban Gempa arah (-) Y

5) Beban Rencana
a) Beban Mati Struktur (DL & SIDL)
Beban mati berarti berat struktur itu sendiri, dan
semua material yang melekat secara permanen di
sana atau ditopang olehnya. Beban mati struktur
terdiri dari beban sendiri rangka baja dan beban
mati yang ditumpangkan.

b) Beban sendiri struktur


Dihitung otomatis oleh program SACS atau
sejenisnya, diasumsikan beban baut dan pelat
sambungan yaitu 10% dari total beban struktur,
sehingga menjadi 1,1.

c) Beban Tangki
Beban kosong tangki : 3.044,57 kg

jdih.pu.go.id
- 177 -

Gambar 50.Tangki

Asumsi beban dibagi ke 3 balok H100x100 sama


rata : 1.514,86 kg
Panjang Penyaluran beban : 1,450 m
Asumsi beban yang diterima per balok : 1.044,73
kg/m

d) Beban Dispenser
Beban dispenser : 245 kg
Beban merata dengan luasan (0,63 m x 0,7 m) :
555,56 kg/m2
Beban Pelat Kotak-Kotak tebal 3,2 mm : 25,12
kg/m2

Beban Pelat Dinding


Diasumsikan yang menahan pelat yaitu kolom
struktur dengan tinggi 2 m.
- Pelat dinding samping 1 dengan t = 2 mm :
4,47 kg/m
- Pelat dinding samping 2 dengan t = 2 mm :
11,38 kg/m
- Pelat dinding depan/tengah/belakang dengan
t = 2 mm : 13,66 kg/m

jdih.pu.go.id
- 178 -

e) Pembebanan di SACS
- Beban mati struktur : 498,64 kg
- Beban Kosong Tangki : 3.044,57 kg
- Beban saat pengujian : 6.043 kg
- Beban Tangki Terisi : 5.239,0361 kg
- Dispenser : 245,00 kg

f) Pelat Dinding
- Pelat dinding samping 1 dengan t = 2 mm : 35
kg
- Pelat dinding samping 2 dengan t = 2 mm :
91,060 kg
- Pelat dinding depan, tengah dan belakang
dengan t = 2 mm : 178,980 kg

6) Pemodelan
Sehingga, pemodelan pada perangkat lunak seperti
pada gambar di bawah ini:

jdih.pu.go.id
- 179 -

7) Material Properti

C1 Hollow 100x100x4 C2 Hollow 50x50x3

H1 Hollow 50x50x3 H2 Hollow 50x50x6

HB1 H 100X100 HB2 H 100X100

jdih.pu.go.id
- 180 -

UN1 UNP 50X38

8) Kasus Beban
a) Beban Mati (D)

Beban Mati EQP

EQP1 EQP2

NGL

jdih.pu.go.id
- 181 -

b) Beban Angin (D)

Arah Angin X-Positif Arah Angin Y-Positif

Arah Angin X-Negatif Arah Angin Y-Negatif

c) Beban Gempa (E)

Arah Gempa X-Positif Arah Gempa Y-Positif

Arah Gempa X-Negatif Arah Gempa Y-Negatif

jdih.pu.go.id
- 182 -

9) Kasus Beban
BEBAN GAYA
BEBAN BEBAN FX FY FZ MX MY MZ
DESKRIPSI MATI APUNG
KASUS LABEL (KN) (KN) (KN) (KN-M) (KN-M) (KN-M) (KN) (KN)
1 101 ANGIN X+ 2,42 0 0 0 2,8 -2,3 0 0
2 102 ANGIN Y+ 0 2,8 0 -3,2 0 3,1 0 0
3 103 ANGIN X- -2,42 0 0 0 -2,8 2,3 0 0
4 104 ANGIN Y- 0 -2,8 0 3,2 0 -3,1 0 0
5 201 GEMPA X+ 20,93 0 0 0 46 -19,9 0 0
6 202 GEMPA Y+ 0 20,93 0 -46 0 23 0 0
7 203 GEMPA X- -20,93 0 0 0 -46 19,9 0 0
8 204 GEMPA Y- 0 -20,93 0 46 0 -23 0 0
9 DLD SELFWEIGHT 0 0 -5,76 -5,4 5,2 0 5,76 0
10 NGL NON-GENERATED LOAD 0 0 -4,96 -4,7 4,6 0 0 0
TANGKI (TES) & -
11 EQP 0 0 -58 86,8 0 0 0
DISPENSER 61,66
TANGKI (KOSONG) & -
12 EQP1 0 0 -30 44,1 0 0 0
DISPENSER 32,25
TANGKI (PENUH) & -
13 EQP2 0 0 -50,5 75,3 0 0 0
DISPENSER 53,78

10) Kombinasi Pembebanan

Tabel 66. Kombinasi Beban (KOMBINASI)

Kombinasi
Deskripsi DL EQP EQP1 EQP2 NGL 101 102 103 104 201 202 203 204
Beban
1000 Peralatan 1,2 - 1,2 - 1,2 - - - - - - - -
2000 Kosong
Peralatan saat 1,2 1,2 - - 1,2 - - - - - - - -
3000 Pengujian Isi
Peralatan 1,2 - - 1,6 1,2 - - - - - - - -
4000 Beban Angin 1,2 - - 1,2 1,2 0,5 - - - - - - -
5000 (+) X Direction
Beban Angin 1,2 - - 1,2 1,2 - 0,5 - - - - - -
6000 (+) Y Direction
Beban Angin 1,2 - - 1,0 1,2 1,0 - - - - - - -
7000 (+) X Direction
Beban Angin 1,2 - - 1,0 1,2 - 1,0 - - - - - -
8000 (+) Y Direction
Beban Angin (- 1,2 - - 1,0 1,2 - - 1,0 - - - - -
9000 ) X Direction
Beban Angin (- 1,2 - - 1,0 1,2 - - - 1,0 - - - -
E100 ) Y Direction
Gempa (+) X 1,2 - 1,0 - 1,3 - - - - 1,0 - - -
E200 Direction(+) Y
Gempa 1,2 - 1,0 - 1,3 - - - - - 1,0 - -
E300 Direction(-) X
Gempa 1,2 - 1,0 - 1,3 - - - - - - 1,0 -
E400 Direction(-) Y
Gempa 1,2 - 1,0 - 1,3 - - - - - - - 1,0
Direction

jdih.pu.go.id
- 183 -

11) Hasil Analisis


a) Hasil Rasio
Berikut merupakan hasil akhir analisis SPBU
Mikro 3 kl dalam kondisi operasi

Gambar 51. Hasil Rasio

Berikut dalam tabel yaitu hasil rasio dari


kombinasi pembebanan yang telah dilakukan

Tabel 67. Hasil Rasio Kombinasi Pembebanan


Rasio
No. Elemen Grup Kombinasi Rasio Hasil
Izin
1003-2003 C1 Hollow 100x100x4 E200 1,000 0,87 OKE !!
2003-1022 C2 Hollow 50x50x3 E200 1,000 0,72 OKE !!
2004-2005 H1 Hollow 50x50x3 E300 1,000 0,97 OKE !!
1057-2003 H2 Hollow 50x50x6 E100 1,000 0,55 OKE !!
1017-1014 HB1 H 100X100 3000 1,000 0,42 OKE !!
1016-1017 HB2 H 100X100 3000 1,000 0,69 OKE !!
1018-1007 UN1 UNP 50X38 3000 1,000 0,23 OKE !!

b) Defleksi
Berikut merupakan tabel yang berisi besaran
lendutan yang diizinkan:

jdih.pu.go.id
- 184 -

Tabel 68. Lendutan yang Diizinkan


Kondisi dmax d2
Balok lantai (kedalaman < 400 mm) 1/200 1/300
Balok lantai (kedalaman > 400 mm) 1/360 S/400
Peralatan pendukung 1/500
Peralatan pendukung rotasi 1/1000
Balok travel 1/500
Pelat dak (ketebalan=t) t

Dimana:
dmax = d1+d2 – d0
d0 = ruang belit dari suatu balok atau elemen
tanpa beban
d1 = nilai defleksi dari beban permanen
d2 = nilai defleksi dari beban variasi

Untuk hasil perhitungan defleksi dapat dilihat


pada tabel di bawah ini:

Tabel 69. Hasil Perhitungan Defleksi


Penurunan
yang
Titik Titik Kombinasi Bentang Retatif
diizinkan d
Utama Referensi Beban
≤ L/200
(m) dZ (cm)
1016 1012 3000 1,5 0,12 0,75
1014 1014 3000 1,5 0,24 0,75
1013 1013 3000 1,5 0,12 0,75

Defleksi yang terjadi yaitu sebesar 0,24 cm dengan


defleksi yang diizinkan yaitu sebesar 0,75 cm maka
struktur dinyatakan AMAN.

f. Kesimpulan
Rasio harus kurang dari 1,0 menurut metode ultimit dan
berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua
profil baja dengan rasio < 1,0 --> AMAN, MEMENUHI
PERSYARATAN.

jdih.pu.go.id
- 185 -

Defleksi yang dihasilkan yaitu kurang dari defleksi yang


diizinkan maka struktur dinyatakan AMAN, MEMENUHI
PERSYARATAN.

g. Perhitungan Sambungan Las-Lasan


1) Perhitungan Las-Lasan Sudut ke Sudut

Gambar 52. Perhitungan Las-Lasan Sudut ke Sudut


(Potongan A-A)

Gaya komponen maksimum


Diambil dari hasil SACS untuk komponen 2004-2005
Tabel 70. Gaya Komponen Maksimum
Kondisi Fx Mx Fy My Fz Mz
beban kg kg,cm kg kg,cm kg kg,cm
Operasi 129,86 240,57 2,45 8.240,57 224,74 99,89
7 1 7 1 0 8

Properti komponen
Tabel 71. Properti Komponen
D B WT
Profil
( cm ) ( cm ) ( cm )
Hollow 50 x 50 x 3 5,00 5,00 0,30

Properti Las
Tabel 72. Properti Las
Fu Fu F izin tweld (calc,) tweld (nom,)
No Las Tipe Electroda
( ksi ) ( kg/cm2 ) ( kg/cm2 ) ( cm ) ( cm )
1 Tepi E70XX 70,0 4921,3 1476,401 0,300 0,300
2 Tepi E70XX 70,0 4921,3 1476,401 0,300 0,300

jdih.pu.go.id
- 186 -

Luas proyeksi las

Gambar 53. Luas proyeksi las

Tabel 73. Luas proyeksi las sumbu y


Item Lebar Tebal Luas Sumbu Ax Ax Iy
y Lev cog2
(cm) (cm) (cm2) (cm) (cm3) (cm4) (cm4)
Las 5,00 0,30 1,50 0,00 0,00 0,00 0,01
1
Las 5,00 0,30 1,50 -2,50 -3,75 9,38 3,13
2
Las 5,00 0,30 1,50 0,00 0,00 0,00 0,01
3
Las 5,00 0,30 1,50 2,50 3,75 9,38 3,13
4
Total 6,00 0,00 18,75 6,27
cog : 0,00 Iy total 25,02
Jarak max y 2,50 Sy total 10,01

Tabel 74. Luas proyeksi las sumbu z


Item Lebar Tebal Luas Sumbu A x Lev A x cog2 Iz
z
(cm) (cm) (cm2) (cm) (cm3) (cm4) (cm4)
Las 1 5,00 0,30 1,50 2,50 3,75 9,38 3,13
Las 2 5,00 0,30 1,50 0,00 0,00 0,00 0,01
Las 3 5,00 0,30 1,50 -2,50 -3,75 9,38 3,13
Las 4 5,00 0,30 1,50 0,00 0,00 0,00 0,01
Total 6,00 0,00 18,75 6,27
cog : 0,00 Iz total 25,02
Jarak max z 2,50 Sz total 10,01

Cek kapasitas tegangan


Tegangan aksial: fa = Fx / Aeff
Tegangan geser: fv-y = Fy / Aeff
fv-z = Fz / Aeff
fv = ( fv-y2 + fv-z 2)1/2
Tegangan lentur: fb-y = My / Sy

jdih.pu.go.id
- 187 -

fb-z = Mz / Sz
Tegangan total: ftotal = (( fa + fb-y + fb-z )2 + fv 2)1/2

Tabel 75. Kapasitas Tegangan


fa fv-z fv-y fb-z fb-y fv ftotal Fijin Sat
Kondisi Hasil
(kg/cm2) (kg/cm 2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm 2) Cek
Operasi 21,64 37,46 0,41 9,98 823,32 37,46 855,76 1476,40 0,58 OKE

2) Perhitungan las (saluran ke saluran)

Gambar 54. Potongan A-A

Gaya komponen maksimum


Diambil dari hasil SACS untuk komponen 1003 – 2003

Tabel 76. Gaya komponen maksimum


Fx Mx Fy My Fz Mz
Kond beban
kg kg,cm kg kg,cm kg kg,cm
Operasi 222,864 1.389,399 131,427 30.944,95 191,641 18.896,02

Properti komponen
Tabel 77. Properti komponen
D B WT
Profil
( cm ) ( cm ) ( cm )
Hollow 100 x 100 x 4 10,00 10,00 0,40

Properti las
Tabel 78. Properti las
No. Fu Fu F izin tweld (calc,) tweld (nom,)
Tipe Electroda
Las ( ksi ) ( kg/cm2 ) ( kg/cm2 ) ( cm ) ( cm )
1 Fillet E70XX 70,0 4.921,3 1.476,401 0,40 0,40
2 Fillet E70XX 70,0 4.921,3 1.476,401 0,40 0,40
3 Fillet E70XX 70,0 4.921,3 1.476,401 0,40 0,40

jdih.pu.go.id
- 188 -

Luas proyeksi las

Gambar 55. Luas proyeksi las

Tabel 79. Luas proyeksi las sumbu y


Item Lebar Tebal Luas Sumb A x Lev A x cog2 Iy
uy
(cm) (cm) (cm2) (cm) (cm3) (cm4) (cm4)
Las 1 10,00 0,40 4,00 0,00 0,00 0,00 0,05
Las 2 10,00 0,40 4,00 -5,00 -20,00 100,00 33,33
Las 3 10,00 0,40 4,00 0,00 0,00 0,00 0,05
Las 4 10,00 0,40 4,00 5,00 20,00 100,00 33,33
Total 16,0 0,00 200,00 66,77
0
cog : 0,00 Iz total 266,77
Jarak max y 5,00 Sz total 53,35

Tabel 80. Luas proyeksi las sumbu z


Item Lebar Tebal Luas Sumbu A x Lev A x cog2 Iz
z
(cm) (cm) (cm2) (cm) (cm3) (cm4) (cm4)
Las 1 10,00 0,40 4,00 5,00 20,00 100,00 33,33
Las 2 10,00 0,40 4,00 0,00 0,00 0,00 0,05
Las 3 10,00 0,40 4,00 -5,00 -20,00 100,00 33,33
Las 4 10,00 0,40 4,00 0,00 0,00 0,00 0,05
Total 16,00 0,00 200,00 66,77
cog : 0,00 Iy total 266,77
Jarak max z 5,00 Sy total 53,35

Cek kapasitas tegangan


Tegangan aksial: fa = Fx / Aeff
Tegangan geser: fv-y = Fy / Aeff
fv-z = Fz / Aeff
fv = ( fv-y2 + fv-z 2)1/2
Tegangan lentur: fb-y = My / Sy
fb-z = Mz / Sz

jdih.pu.go.id
- 189 -

Tegangan total: ftotal = (( fa + fb-y + fb-z )2 + fv 2)1/2

Tabel 81. Kapasitas tegangan


fa fv-z fv-y fb-z fb-y fv ftotal Fijin Sat
Kondisi Hasil
(kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) Cek
Operasi 13,93 11,98 8,21 354,16 579,99 14,52 948,18 1476,40 0,64 OKE

2. Analisis Peletakan Fondasi dan Struktur Atas


(Nomor Dokumen 002/IGI/STRU-PTS/PTPR/VIII/2021)
a. Umum
1) Latar Belakang
Latar belakang diadakan SPBU Mikro 3 kl sebagai
berikut:
a) Mewujudkan “One Village One Outlet” sebagai
solusi ketahanan energi masyarakat;
b) Memenuhi ketersediaan energi ke seluruh pelosok
negeri;
c) Mendekatkan unit bisnis ke masyarakat yang
berada di pelosok; dan
d) Meratakan persebaran BBM pada masyarakat di
daerah yang tidak ada SPBU.

2) Tujuan
Dokumen ini mencakup analisis modul SPBU Mikro 3
kl pada saat diletakkan di atas fondasi.

3) Referensi
Berikut merupakan daftar referensi untuk desain SPBU
Mikro 3 kl:

Tabel 82. Referensi


No. Nomor Dokumen Nama Dokumen
1. 001/IGI/DB- Basis Desain Proyek SPBU
PSHOP/VI/2021 Mikro 3 kl
2. 001/IGI/MEC/MDS- Spesifikasi Tangki
PSHOP/VI/2021 Penyimpanan (UL-142) SPBU
Mikro 3 kl
4. 001/IGI/STRU- Analisis Struktur pada
PTS/PTPR/VIII/2021 Kondisi Operasi SPBU Mikro
3 kl

jdih.pu.go.id
- 190 -

4) Standar/Acuan
Standar/acuan yang digunakan pada pendesainan
SPBU Mikro 3 kl antara lain:

Tabel 83. Standar/Acuan


No. Nomor Dokumen Nama Dokumen
1. SNI 1726 Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung
2. SNI 1727 Beban Minimum untuk
Perancangan Bangunan Gedung
dan Struktur Lain
3. SNI 1729 Spesifikasi untuk Bangunan
Gedung Baja Struktural

b. Metodologi
Metode yang digunakan yaitu perhitungan sederhana
dengan menghitung total gaya eksternal berupa gaya geser
yang disebabkan oleh gempa dan angin kemudian
dibandingkan dengan total gaya gesek statis pada saat
kondisi tangki kosong dan terisi. Spesifikasi ini sesuai
dengan subbab II. Project Design Basis (Nomor Dokumen
001/IGI/DB- PSHOP/VI/2021).

c. Sistem Satuan
Sistem unit berikut harus diadopsi dalam file analisis SACS
dan dokumen desain:
1) Panjang (besar) : meter (panjang profil, joint co-
ordinates )
2) Panjang (kecil) : mm (dimensi balok/kolom,
defleksi, dan lain-lain.)
3) Gaya : kg
4) Momen : kg.m
5) Massa : kg
6) Tegangan : kg/m2

d. Parameter Stabilitas
Parameter stabilitas struktur baja yaitu:

jdih.pu.go.id
- 191 -

Tabel 84. Parameter Stabilitas


Tangki Kosong Tangki Terisi
Rasio Total Gaya Eksternal < Total Gaya Eksternal <
Total Gaya Gesek Statis Total Gaya Gesek Statis

e. Model
1) Dimensi
Berikut merupakan gambar desain dari modular SPBU
Mikro 3 kl:

Struktur Atas

Fondasi

Gambar 56. Gambar desain modul SPBU Mikro 3kl

2) Program Komputer
Perhitungan menggunakan in-house spreadsheet
dengan program Microsoft Excel atau sejenisnya.

3) Parameter yang Digunakan


Parameter yang digunakan untuk menghitung kondisi
peletakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 85. Parameter


Parameter Nilai Unit
Gaya Geser Gempa = 20,93 kN
Gaya Geser Angin = 2,80 kN
Berat Sendiri = 5,76 kN
Beban Non-Generated = 4,96 kN
Berat Tangki (Kosong) &
= 32,25 kN
Dispenser

jdih.pu.go.id
- 192 -

Parameter Nilai Unit


Berat Tangki (Penuh) &
= 53,78 kN
Dispenser
Koefisien Gesek = 0,74

f. Analisis
1) Analisis Gaya Gesek
a) Perhitungan Total Gaya Eksternal
Perhitungan ini didapat dari hasil pemodelan dan
analisis modul SPBU Mikro 3 kl pada kondisi
operasi, Maka didapat total gaya eksternal dengan
formula seperti di bawah ini:

Total Gaya Eksternal = Gaya Geser Gempa +


Gaya Geser Angin = 20,93 + 2,80 kN = 23,73 kN

Maka, total gaya eksternal yang terjadi yaitu


sebesar 23,73 kN

b) Perhitungan Gaya Gesek tangki kosong dan terisi


Gaya gesek yang terjadi pada peletakan tangki saat
kosong dan terisi dapat dijabarkan pada
perhitungan berikut ini:
Gaya Gesek = Koefisien Gaya Gesek x Berat Total

f =pxN

Dimana:
p : Koefisien Gaya Gesek : 0,74 merupakan gaya
gesek baja dengan fondasi beton
N : Berat Tangki Kosong/Terisi
Sehingga total gaya yang dihasilkan pada modul
SPBU Mikro 3 kl dengan kapasitas 3 kl yaitu
sebagaimana berikut ini:

(1) Total Gaya Gesek Statis (Tangki Kosong)


f = pxN
= Koefisien Gesek x (Berat Sendiri + NGL +
Berat Tangki (Kosong) & Dispenser)

jdih.pu.go.id
- 193 -

= 0,74 x (5,76 + 4,76 + 32,25)


= 31,80 kN
Maka didapatlah total gaya gesek statis untuk
tangki kosong yaitu sebesar 31,80 kN

(2) Total Gaya Gesek Statis (Tangki Terisi)


f =pxN
= Koefisien Gesek x (Berat Sendiri + NGL +
Berat Tangki (Terisi & Dispenser)
= 0,74 x ( 5,76 + 4,76 + 53,78 )
= 47,73 kN
Maka didapatlah total gaya gesek statis untuk
tangki terisi yaitu sebesar 47,73 kN

c) Menentukan Rasio
Perbandingan yang dihasilkan antara total gaya
eksternal dan total gaya gesek statis untuk 2 (dua)
kondisi operasi dapat dilihat pada penjabaran
berikut ini:
(1) Total Gaya Eksternal < Total Gaya Gesek
Statis (Tangki Kosong)
23,731 kN < 31,80 kN
(2) Total gaya Eksternal < Total Gaya Gesek
Statis (Tangki Terisi)
23,731 kN < 47,73 kN

2) Analisis Gaya Gesek


a) Cek Stabilitas terhadap Momen Guling
Diilustrasikan modul SPBU Mikro 3 kl
sebagaimana gambar berikut ini:

jdih.pu.go.id
- 194 -

Gambar 57. Iluastrasi modul SPBU Mikro 3 kl

Tabel 86. Analisis Gaya Gesek


Parameter Desain Simbol Nilai Unit
Berat Tangki kosong 29,85135 kN
Berat Tangki Isi 51,3774 kN
Berat Dispenser 2,40268 kN
Pendukung struktural
Beban mati + Non W 10,72 kN
generated
Beban Inersia (0,1019
I 4,379 kN
x Berat Total)
Beban Angin Wi 2,8 kN
Total Beban lateral
(Beban Inersia + P 7,179 kN
Beban Angin)
Jarak vertikal dari slip
h 1,32 m
ke gigi struktur
Jarak horizontal dari
L 1,26 m
slip ke gigi struktur
Perhitungan
Momen guling (P x h) OM 9,476 kN.m
Momen Pulih (W x L) RM 54,14 kN.m
Faktor keamanan (RM
SF 5,71
/ OM > 1,5)

b) Cek Stabilitas terhadap Momen Guling (Gempa)


Diilustrasikan modul SPBU Mikro 3 kl
sebagaimana gambar berikut ini:

jdih.pu.go.id
- 195 -

Gambar 58. Iluastrasi modul SPBU Mikro 3 kl

Tabel 87. Stabilitas terhadap Momen Guling


(Gempa)
Parameter Desain Simbol Nilai Unit
Berat Tangki kosong 29,85135 kN
Berat Tangki Isi 51,3774 kN
Berat Dispenser 2,40268 kN
Pendukung struktural
Beban mati + Non W 10,72 kN
generated
Beban Angin Wi 2,8 kN
Beban Gempa (dari
Ei 20,93 kN
SACS)
Total Beban lateral
(Beban Angin + Beban P 23,73 kN
Gempa)
Jarak vertikal dari slip
h 1,32 m
ke gigi struktur
Jarak horizontal dari
L 1,26 m
slip ke gigi struktur
Perhitungan
Momen guling (P x h) OM 31,32 kN,m
Momen Pulih (W x L) RM 54,147 kN,m
Faktor keamanan (RM / 1,72
SF
OM > 1,25)

c) Cek Stabilitas terhadap Geser


Diilustrasikan modul SPBU Mikro 3 kl
sebagaimana gambar berikut ini:

jdih.pu.go.id
- 196 -

Gambar 59. Iluastrasi modul SPBU Mikro 3 kl

Tabel 88. Stabilitas terhadap Geser


Parameter Desain Simbol Nilai Unit
Berat Tangki kosong 29,85135 kN
Berat Tangki Isi 51,3774 kN
Berat Dispenser 2,40268 kN
Pendukung struktural
Beban mati + Non W 10,72 kN
generated
Beban Inersia (0,1019
I 4,379 kN
x Total Berat)
Beban Angin (dari
Wi 2,8 kN
SACS)
Total Beban lateral
(Beban Inersia + P 7,179 kN
Beban Angin)
Perhitungan
Gaya Gesek (W x µ) FR 31,8 kN
Faktor keamanan (FR 4,29
SF
/ P > 1,5)

d) Cek Stabilitas terhadap Geser (Gempa)


Diilustrasikan modul SPBU Mikro 3 kl
sebagaimana gambar berikut ini:

jdih.pu.go.id
- 197 -

Gambar 60. Iluastrasi modul SPBU Mikro 3 kl

Tabel 89. Stabilitas terhadap Geser (Gempa)


Parameter Desain Simbol Nilai Unit
Berat Tangki kosong 29,85135 kN
Berat Tangki Isi 51,3774 kN
Berat Dispenser 2,40268 kN
Pendukung Struktural
Beban mati + Non W 10,72 kN
generated
Beban Angin I 2,8 kN
Beban Gempa (dari
Ei 20,93 kN
SACS)
Total Beban Lateral
(Beban Gempa + Beban P 23,73 kN
Angin)
Koefisien Gesek Statis µ 0,74
Perhitungan
Gaya Gesek (W x µ) FR 31,800 kN,m
Faktor keamanan (FR / 1,340
SF
P > 1,25)

g. Kesimpulan
1) Total gaya eksternal yang dihasilkan masih lebih kecil
dari besarnya Total gaya gesek statis untuk tangki
kosong maka dinyatakan modul SPBU Mikro 3 kl
dinyatakan AMAN, dan tidak memerlukan adanya baut
angkur.
2) Total gaya eksternal yang dihasilkan masih lebih kecil
dari besarnya Total gaya gesek statis untuk tangki terisi
maka dinyatakan modul SPBU Mikro 3 kl dinyatakan

jdih.pu.go.id
- 198 -

AMAN, dan tidak memerlukan adanya baut angkur.


3) Faktor keamanan yang didapat dari hasil pengecekan
stabilitas terhadap momen guling dan geser adalah
lebih besar dari 1,5 untuk kondisi normal dan 1,25
untuk kondisi gempa maka struktur SPBU Mikro 3 kl
dinyatakan aman.

3. Perhitungan Struktur
(Nomor Dokumen 001/IGI/CIV/CAL-PSHOP/VI/2021)
a. Umum
1) Latar Belakang
Latar belakang diadakan SPBU Mikro 3 kl sebagai
berikut:
a) Mewujudkan “One Village One Outlet” sebagai
solusi ketahanan energi masyarakat;
b) Memenuhi ketersediaan energi ke seluruh pelosok
negeri;
c) Mendekatkan unit bisnis Pertamina ke masyarakat
yang berada di pelosok; dan
d) Meratakan persebaran BBM berkualitas kepada
masyarakat yang berada di daerah yang tidak ada
SPBU Pertamina.

2) Tujuan
Dokumen ini mencakup, tetapi tidak terbatas pada,
persyaratan untuk desain, manufaktur, perakitan,
pengujian, inspeksi, pengawetan, pengemasan, dan
penyediaan barang, jasa, dan dokumentasi untuk
paket.

b. Referensi
1) Standar dan Acuan
a) ASCE 7-16 Minimum Design Loads for Buildings
and other structures.
b) SNI 1726 Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan

jdih.pu.go.id
- 199 -

Non Gedung.
c) SNI 1727 Beban Minimum untuk Perancangan
Bangunan Gedung dan Struktur Lain.
d) SNI 8460 Persyaratan Perancangan Geoteknik.
e) SNI 1729 Spesifikasi untuk Bangunan Gedung
Baja Struktural.
f) SNI 7860 Ketentuan Seismik untuk Bangunan
Gedung Baja Struktural.

2) Spesifikasi Proyek
a) 001/IGI/PROJ/DB-PSHOP/VI/2021 Basis
Desain Proyek SPBU Mikro 3kl.
b) 001/IGI/MEC/MDS-PSHOP/VI/2021 Spesifikasi
Tangki Penyimpanan (UL-142) SPBU Mikro 3 kl.

c. Properti material
1) Satuan
Semua satuan dalam sistem metrik.

2) Kualitas Material
Struktur Baja
a) ASTM A36 / JIS G 3101 grade SS 400 / setara
untuk Wide Flange, Angle, Channel, Plate dan Tee.
b) ASTM A53 Gr. B / JIS G3444 STK 400 / setara
untuk structural steel pipe.
c) ASTM A501 atau setara untuk square atau
rectangular steel tubing.

Baut
a) Angkur kolom mengikuti ASTM A307.
b) Baut koneksi mengikuti ASTM A325.

jdih.pu.go.id
- 200 -

3) Berat Isi
Tabel 90. Berat Isi Material Konstruksi Utama
Material Berat Isi
Baja 7.850 kg/m3 / 76,98 kN/m3
Beton bertulang 2.400 kg/m3 / 23,53 kN/m3
Beton polos 2.250 kg/m3 / 22,04 kN/m3
Tanah 1.700 kg/m3 / 16,67 kN/m3
Pasir (kering) 1.650 kg/m3 / 16,18 kN/m3
Kerikil berpasir (basah) 1.950 kg/m3 / 19,12 kN/m3
Batu pecah 1.550 kg/m3 / 15,20 kN/m3
Dinding bata (tebal 10 cm) 1.000 kg/m3 / 9,80 kN/m3

d. Parameter Stabilitas

Tabel 91. Parameter untuk Stabilitas Struktur Baja


Permanen Sementara
Rasio kebutuhan Terhadap 1,00 1,00
Kapasitas

e. Kombinasi Beban
Kombinasi beban menggunakan metode LRFD. Ada dua
jenis kombinasi beban, kombinasi beban keadaan batas
ultimit dan servis. Kombinasi beban keadaan batas ultimit
harus digunakan untuk stabilitas dan desain kekuatan
struktur baja dan kombinasi beban keadaan batas servis
harus digunakan untuk memeriksa deformasi struktur baja.

1) Kombinasi Beban Batas Ultimit


U1. : 1,4DL
U2. : 1,2DL + 1,6LL

2) Kombinasi Beban Batas Servis


Khusus perhitungan ini, tidak disediakan.
Catatan:
DL : Beban mati
LL : Beban hidup

f. Beban Rencana
1) Beban Mati Struktur (DL & SIDL)
Beban mati berarti berat struktur itu sendiri, dan
semua material yang melekat secara permanen di sana

jdih.pu.go.id
- 201 -

atau ditopang olehnya. Beban mati struktur terdiri dari


beban sendiri rangka baja dan beban mati yang
ditumpangkan.

a) Beban sendiri struktur


Dihitung otomatis oleh program STAAD Pro atau
sejenisnya, diasumsikan beban baut dan pelat
sambungan yaitu 10% dari total beban struktur,
sehingga menjadi 1,1.

b) Beban tangki
Beban kosong tangki = 3.044,57 kg
Asumsi beban dibagi ke 3 balok H.100x100 sama
rata = 1.514,86 kg.
Panjang penyaluran beban = 1,450 m
Asumsi beban yang diterima per balok H.100x100
= 1.044,73 kg/m’.

Gambar 61. Pehitungan Beban Tangki

jdih.pu.go.id
- 202 -

Gambar 62. Perhitungan Beban Tangki

c) Beban Dispenser
Beban dispenser = 245,00 kg
Beban merata dengan luasan (0,63m x 0,7m) =
555,56 kg/m2.

Gambar 63. Perhitungan Beban Dispenser

jdih.pu.go.id
- 203 -

d) Beban chequered plate tebal 3,2mm = 25,12 kg/m2.

e) Beban pelat dinding


Diasumsikan yang menahan pelat yaitu kolom
struktur dengan tinggi 2 m.

Pelat dinding samping 1 dengan t = 2 mm


0,57 m x 0,002 m x 7.850 kg/m3 = 8,949 kg/m' /
2 = 4,47 kg/m'

Pelat dinding samping 2 dengan t = 2mm


1,45 m x 0,002 m x 7.850 kg/m3 = 22,765 kg/m' /
2 = 11,38 kg/m'

Pelat dinding depan/tengah/belakang dengan


t=2mm
1,74 m x 0,002 m x 7.850 kg/m3 = 27,318 kg/m' /
2 = 13,66 kg/m'

f) Beban lisplang tidak diperhitungkan, tidak


diangkat bersamaan dengan struktur utama SPBU
Mikro 3 kl jika menggunakan sling.

2) Beban Hidup (LL)


Beban gerak akibat pengangkatan struktur,
ditempatkan di posisi lifting lug.

Tabel 92. Judul Tabel


No. Uraian Nilai
(1) Beban mati struktur = 498,64 kg
(2) Beban kosong tangki = 3.044,57 kg
(3) Dispenser = 245,00 kg
(4) Chequered plate, dengan area
= 15,55 kg
(1,9 m x 0,85 m)
(5) Pelat dinding
Pelat dinding samping 1 dengan t
= 2 mm 2 x 2 m x 0,57 m x = 35,796 kg
0,002m x 7850 kg/m3
Pelat dinding samping 2 dengan t
= 2 mm = 91,060 kg
2 x 2 m x 1,45 m x 0,002 m x

jdih.pu.go.id
- 204 -

No. Uraian Nilai


7850 kg/m3
Pelat dinding depan, tengah, &
belakang dengan t = 2mm
= 178,980 kg
3 x 2 m x 1,9 m x 0,002 m x
7850 kg/m3
Total pelat dinding = 4.109,60 kg

Arah sejajar pengangkatan --> 20%


= 821,92 kg
dari total beban mati
Dibagi ke 4 titik lifting lug = 205,48 kg
Arah tegak lurus pengangkatan --> 410,96 kg
=
10% dari total beban mati
Dibagi ke 4 titik lifting lug = 102,74 kg

3) Pembebanan di Program

g. Pemodelan Struktur
1) Program Komputer
Program komputer yang digunakan untuk pemodelan
dan perancangan struktur yaitu STAAD Pro atau
program lain sejenisnya.

Pengangkatan Struktur SPBU Mikro 3 kl dianalisis


dengan menggunakan STAAD Pro (Tr.). Analisis ini
terdiri dari pemodelan beban struktur dan desain, cek
profil baja dengan standar.

2) Sistem Satuan
Sistem unit berikut harus diadopsi dalam dokumen
analisis STAAD Pro dan dokumen desain:
a) Panjang (besar) : meter (panjang profil, joint co-
ordinates)
b) Panjang (kecil) : mm (dimensi balok/kolom,
defleksi, dll.)
c) Gaya : kg
d) Momen : kg.m

jdih.pu.go.id
- 205 -

e) Massa : kg
f) Tegangan : kg/m2
g) Sudut : derajat

3) Pemodelan Struktur
SLING

Gambar 64.Pemodelan Struktur (1)

Gambar 65.Pemodelan Struktur (2)

jdih.pu.go.id
- 206 -

4) Sistem Sumbu
a) Sistem Sumbu Global
Node dari model struktur dijelaskan dalam sistem
sumbu global yang didefinisikan sebagai berikut:
1) Y yaitu vertikal dari Chart Datum
2) Z yaitu horizontal sejajar dengan struktur
selatan
3) X yaitu horizontal sejajar dengan struktur
timur

b) Sistem Sumbu Lokal


Setiap profil model struktural memiliki sistem
sumbu lokalnya sendiri di mana gaya internal dan
momen yang dihitung disajikan. Hal ini juga dapat
digunakan untuk memperkenalkan beban pada
profil.

5) Metode Analisis
Analisis struktur yang akan dilakukan yaitu analisis
struktur rangka model komputer dengan tiga dimensi.

6) Pemodelan Struktur Bangunan


a) Properti komponen

Gambar 66. Kolom Hollow 100x100x4

jdih.pu.go.id
- 207 -

Gambar 67. Kolom Hollow 50x50x3

Gambar 68. Balok WF.150x75

jdih.pu.go.id
- 208 -

Gambar 69. Balok CNP.200x75x20x4

Gambar 70. Balok H.100x100

jdih.pu.go.id
- 209 -

Gambar 71. Balok UNP.50x38

Gambar 72. Balok Hollow 50x50x3

jdih.pu.go.id
- 210 -

Gambar 73. Balok Hollow 50x50x6

b) Penomoran profil dan titik simpul

Gambar 74. Nomor Profil

jdih.pu.go.id
- 211 -

Gambar 75. Titik simpul

c) Pembebanan Struktur

Gambar 76. Beban mati (DL) dan beban mati super impose (SIDL)

jdih.pu.go.id
- 212 -

Gambar 77. Beban Hidup, akibat Pergerakan Struktur (beban gerak)

h. Desain Struktur Baja dan Cek Standar


Cek Kapasitas Profil Baja (Rasio kebutuhan Terhadap
Kapasitas).

Gambar 78. Kapasitas profil baja

Tabel 93. Kapasitas profil baja


No, Rasio Rasio
Jenis Profil Kode Kombinasi Beban Keterangan
Profil Aktual Izin
16 CNP.50X38X5 0,060 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
10 CNP.50X38X5 0,086 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
53 CNP.200X75X20 0,097 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
55 SHS50X50X3 0,107 1,000 Eq. H3-1 4 1,2DL + 1,6LL OKE !

jdih.pu.go.id
- 213 -

No, Rasio Rasio


Jenis Profil Kode Kombinasi Beban Keterangan
Profil Aktual Izin
9 CNP.50X38X5 0,109 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
17 CNP.50X38X5 0,122 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
18 H100X100X6 0,123 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
51 H100X100X6 0,133 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
25 H150X75X5 0,134 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
11 H100X100X6 0,135 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
91 SHS100X100X4 0,138 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
1 H150X75X5 0,142 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
26 H150X75X5 0,143 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
28 H150X75X5 0,143 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
56 SHS50X50X3 0,143 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
27 H150X75X5 0,173 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
87 SHS50X50X3 0,179 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
29 H150X75X5 0,194 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
2 H150X75X5 0,196 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
89 SHS50X50X3 0,202 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
54 CNP.200X75X20 0,222 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
21 H150X75X5 0,226 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
38 H150X75X5 0,236 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
20 H150X75X5 0,250 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
50 H150X75X5 0,252 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
14 CNP.200X75X20 0,253 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
73 SHS100X100X4 0,277 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
45 H150X75X5 0,285 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
31 H150X75X5 0,299 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
37 H150X75X5 0,302 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
88 SHS50X50X3 0,310 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
6 CNP.200X75X20 0,313 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
7 CNP.200X75X20 0,319 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
49 H150X75X5 0,344 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
33 H150X75X5 0,351 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
48 H150X75X5 0,367 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
22 H150X75X5 0,368 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
57 SHS50X50X3 0,368 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
90 SHS100X100X4 0,373 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
77 SHS50X50X3 0,377 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
47 H150X75X5 0,378 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
36 H150X75X5 0,391 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
46 H150X75X5 0,404 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
5 H150X75X5 0,408 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
24 H150X75X5 0,410 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
35 H150X75X5 0,414 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
32 H150X75X5 0,419 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
74 SHS50X50X3 0,419 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
76 SHS100X100X4 0,429 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
34 H150X75X5 0,433 1,000 Eq. H1-1b 3 1,4DL OKE !
75 SHS100X100X4 0,580 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
92 SHS50X50X3 0,603 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
61 SHS50X50X3 0,712 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
60 SHS50x50x6 0,731 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
62 SHS50X50X3 0,754 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
78 SHS100X100X4 0,765 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
59 SHS50X50X3 0,803 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
63 SHS50X50X3 0,807 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
58 SHS50x50x6 0,832 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
3 H150X75X5 0,837 1,000 Eq. H1-1b 4 1,2DL + 1,6LL OKE !
* rasio harus kurang dari 1,0 menurut SNI 1729

jdih.pu.go.id
- 214 -

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua


profil baja dengan rasio < 1,0 --> AMAN, MEMENUHI
PERSYARATAN.

4. Perhitungan Fondasi
(Nomor Dokumen 002/IGI/CIV/CAL-PSHOP/VI/2021)

a. Umum
1) Latar Belakang
Latar belakang diadakan SPBU Mikro 3 kl sebagai
berikut:
a) Mewujudkan “One Village One Outlet” sebagai
solusi ketahanan energi masyarakat
b) Memenuhi ketersediaan energi ke seluruh pelosok
negeri
c) Meratakan persebaran BBM berkualitas kepada
masyarakat yang berada di daerah yang tidak ada
SPBU dengan kapasitas yang lebih besar.

2) Lingkup
Dokumen ini menyajikan perhitungan Detail
Engineering Design untuk Fondasi SPBU Mikro 3 kl.

b. Standar, Peraturan, & Referensi


1) Spesifikasi Proyek
a) 001/IGI/DB-PSHOP/VI/2021 Basis Desain Proyek
SPBU Mikro 3 kl
b) 001/IGI/CIV/CAL-PSHOP/VI/2021 Perhitungan
Struktural
c) 001/IGI/MEC/CAL-PSHOP/VI/2021 Perhitungan
Tangki Penyimpanan

2) Standar Internasional
a) ASCE 7-16 : Minimum Design Loads for Buildings
and other structures
b) UBC 97 : Uniform Building Code

jdih.pu.go.id
- 215 -

c) JIS G3101 SS400 : Rolled steel for general


structure
d) ASTM : Standard Specification for Testing Material

3) Standar Indonesia
a) SNI 1726 Tata cara perencanaan ketahanan gempa
untuk struktur bangunan gedung dan non gedung
b) SNI 1727 Beban minimum untuk perencanaan
bangunan gedung dan struktur lain

4) Satuan
Semua satuan dalam satuan SI, kecuali dinyatakan
lain.

5) Persyaratan Umum
a) Spesifikasi Material
(1) Beton:
Mutu Beton untuk Fondasi, f'c = 21,0 MPa
Mutu Beton untuk beton kurus, f'c = 12,5 MPa
Semen untuk Fondasi = Tipe I

(2) Baja Tulangan:


Baja tulangan ulir mengikuti SNI 2052; BjTS
420B atau setara
Kuat leleh tulangan utama, fy = 420 MPa

Baja tulangan polos mengikuti SNI 2052; BjTP


280 atau setara
Kuat leleh tulangan sekunder, fy = 280 MPa

b) Berat Isi dari Material


Tabel 94. Berat Isi dari Material
No. Nama Simbol Nilai Satuan
1 Beton Struktural ɣc 23,54 kN/m3
2 Beton Dasar (Rabat ɣpc 21,57 kN/m3
Beton)
3 Baja ɣs 76,98 kN/m3
4 Tanah ɣso 16,00 kN/m3
5 Air ɣL 9,81 kN/m3

jdih.pu.go.id
- 216 -

6 Sirtu ɣg 18,14 kN/m3

c) Daya Dukung Tanah


Data dukung izin tanah dihitung dengan asumsi
menggunakan data tanah lunak atau buruk.

Tabel 95. Daya Dukung Tanah


No. Nama Simbol Nilai Satuan Keterangan
1 Kondisi Permanen qall-perm 63,93 kPa
2 Kondisi Sementara qall-temp 85,03 kPa 1,33 x qall-temp
3 Penurunan Izin δs 25,00 mm asumsi

d) Metode Desain
1) Kombinasi pembebanan tak terfaktor
digunakan untuk memeriksa daya dukung
tanah, ketahanan terhadap guling, dan
ketahanan geser fondasi.
2) Kombinasi pembebanan terfaktor selanjutnya
digunakan untuk desain beton bertulang.
3) Desain beton menggunakan Metode Desain
Batas Ultimit.

Tabel 96. Metode Desain


No. Deskripsi Keterangan
1 Beban Gempa SNI 1726
Kategori Risiko Gempa III (berdasar pada
SNI 1726)
Faktor Reduksi Gempa, R 3 (berdasar pada
SNI 1726)
Tipe Profil Tanah Soft Soil (SE)
2 Beban Angin ASCE 7-16
Kecepatan Angin 33 m/s
3 Beban Struktur &
Mekanikal
Beban Kosong = E (E) 4.555 kg
Beban Operasi = E (O) 6.750 kg
Beban Tes = E (T) 7.555 kg
4 Tipe Fondasi Fondasi Dangkal
5 Analisis Statis

e) Parameter Stabilitas
Setiap bangunan, struktur dan pondasi harus
dirancang sedemikian rupa sehingga faktor

jdih.pu.go.id
- 217 -

keamanannya tidak boleh kurang dari nilai-nilai


yang disebutkan di bawah ini dalam keadaan
apapun. (Sesuai SNI 8460)

Tabel 97. Parameter Stabilitas


Ketahanan
Kondisi Beban
Guling Geser Angkat
Beban Permanen 2 1,5 1,5
Beban Sementara 2 1,1 1,5

Gaya gesekan antara tanah dan beton harus


diambil sebagai gaya penahan terhadap geser.
Koefisien gesekan antara tanah dan beton diambil
sebesar 0,35.

f) Singkatan
No. Simbol Deskripsi
1 A Luas
2 Ae Luas tarik efektif pada beton dekat
perletakan tulangan
3 Af Luas proyeksi
4 As Luas penampang tulangan yang
dibutuhkan
5 B Lebar fondasi
6 bo Potongan pseudocritical
7 BP Lebar pedestal
8 c Selimut beton
9 Ca Koefisien seismik
10 Cv Koefisien seismik
11 Cf Koefisien gaya
12 Cp Koefisien tekanan
13 db Diameter baut
14 ds Jarak serat tarik terluar ke pusat
tulangan
15 DL Beban mati
16 e Eksentrisitas
17 Es Modulus elastis
18 E Beban peralatan
19 E(E) Berat permesinan (termasuk
perlengkapan dan sebagai berat kosong)
20 E(O) Beban operasi
21 E(T) Beban pengujian
22 V Beban gempa
23 F Gaya
24 fc' Kuat tekan beton
25 fs Tegangan tulangan terhitung pada
beban layan
26 Ft Kuat Tarik baut
27 Fv Kuat geser baut
28 Fy Kuat leleh

jdih.pu.go.id
- 218 -

No. Simbol Deskripsi


29 G Faktor efek hembusan (gust effect)
30 h Tinggi struktur dari elevasi tanah
31 HP Tinggi pedestal
32 HF Tinggi fondasi
33 HG Tinggi tanah
34 Hs Beban gelincir horizontal
35 Hr Tahanan gelincir
36 I Faktor keutamaan
37 ID Diameter dalam
38 Kd Faktor angin secara langsung (wind
directionally)
39 Kz Koefisien paparan tekanan kecepatan
(Tekanan kecepatan exposure)
40 Kzt Faktor topografis
41 M Gaya momen
42 Mo Momen guling
43 Mr Momen tahanan
44 Mu Momen ultimit
45 n Jumlah baut
46 nr Jumlah tulangan per lebar 1 m’
47 P Beban terpusat
48 qz Tekanan kecepatan
49 Q Berat peralatan
50 R Faktor reduksi
51 R Faktor koefisien numerik
52 s Jarak tulangan
53 SFH Faktor keamanan gelincir
54 SFM Faktor keamanan guling
55 t Ketebalan
56 T Gaya tarik
57 V Gaya geser
58 VC Kapasitas geser akibat lebar beton
59 Vs Geser dasar (base)
60 Vu Beban geser ultimit
61 w Lebar retak
62 W Beban angin
63 Wt Beban peralatan/struktur
64 уE Kondisi kosong (у E )
65 уo Kondisi beroperasi (у o )
66 z Faktor zona gempa
67 Z Modulus penampang
50 b Faktor tinggi (1.2 untuk balok; 1.35
untuk pelat)
51 β1 Faktor beton
52 δ Defleksi/penurunan
53 γ Unit berat material
54 μ Koefisien friksi
55 σ Tekanan tanah
56 σmax Kapasitas daya dukung tanah
maksimum
57 σmin Kapasitas daya dukung tanah minimum
58 Ø Faktor reduksi terpakai untuk desain
beton
59 Ρ Rasio penulangan
60 Ørebar Diameter tulangan terdesain

jdih.pu.go.id
- 219 -

No. Simbol Deskripsi


61 qult Kapasitas daya dukung tanah ultimit
62 qall Kapasitas daya dukung tanah izin

c. Gambar Sketsa Denah dan Potongan

Gambar 79. Denah Fondasi SPBU Mikro 3 kl

Gambar 80. Potongan A-A dari Fondasi

Gambar 81. Potongan B-B dari Fondasi

d. Beban Rencana
Beban dan gaya berikut dipertimbangkan dalam desain
Fondasi (untuk detail beban, lihat subbab VI.D.4.f. Kalkulasi
Beban Rencana):

1) Beban Mati (DL)


Beban mati termasuk berat sendiri dari fondasi SPBU
Mikro 3 kl.

jdih.pu.go.id
- 220 -

2) Beban Peralatan/Equipment (E)


Beban peralatan termasuk beban tangki kondisi
kosong, operasi, dan tes.
3) Beban Angin (WL)
Beban angin dihitung sesuai dengan kecepatan dasar
angin 33,33m/detik.

4) Beban Gempa (EQ)


Beban gempa dihitung sesuai dengan SNI 1726.

5) Kombinasi Beban
a) Kombinasi Beban Terfaktor
Kombinasi beban terfaktor berikut digunakan
untuk desain beton bertulang dengan metode
Desain Batas Ultimit (lihat SNI 1726).

Tabel 98. Kombinasi Beban Terfaktor


Kondisi Kombinasi Beban Keterangan
Kosong 1,2[D+E(E)] Permanen
Operasi 1,2[D+E(O)] Permanen
Operasi 1,4[D+E(O)] Permanen
Tes 1,2[D+E(T)] Sementara
Operasi 1,2[D+E(O)]+0,5Wx Sementara
Operasi 1,2[D+E(O)]+0,5Wz Sementara
Operasi 0,9[D+E(E)]+1,0[Wx] Sementara
Operasi 0,9[D+E(E)]+1,0[Wz] Sementara
Operasi 0,9[D+E(O)]+1,0[Wx] Sementara
Operasi 0,9[D+E(O)]+1,0[Wz] Sementara
Tes 1,2[D+E(T)]+1,0Wx Sementara
Tes 1,2[D+E(T)]+1,0Wz Sementara
Operasi (1,2+0,2Sds)[D+E(O)]+1,0[Vx+0,3Vz] Sementara
Operasi (1,2+0,2Sds)[D+E(O)]+1,0[Vz+0,3Vx] Sementara

b) Kombinasi Beban Tak Terfaktor


Kombinasi pembebanan tak terfaktor berikut ini
merupakan reaksi tumpuan untuk desain Fondasi
seperti daya dukung tanah, stabilitas momen
guling, stabilitas geser, dan penurunan fondasi.

jdih.pu.go.id
- 221 -

Tabel 99. Kombinasi Beban Tak Terfaktor


Peningkatan
Kondisi Kombinasi Beban Tegangan yang Keterangan
Diperbolehkan
Kosong 1,0[D] 0% Permanen
Kosong 1,0[D+E(E)] 0% Permanen
Operasi 1,0[D+E(O)] 0% Permanen
Tes 1,0[D+E(T)] 33% Sementara
Operasi 1,0[D]+0,75[0,6Wx] 33% Sementara
Operasi 1,0[D]+0,75[0,6Wz] 33% Sementara
Kosong 0,6[D+E(E)]+0,6Wx 33% Sementara
Kosong 0,6[D+E(E)]+0,6Wz 33% Sementara
Operasi 1,0[D+E(O)]+0,6Wx 33% Sementara
Operasi 1,0[D+E(O)]+0,6Wz 33% Sementara
Operasi 1,0[D+E(O)]+0,75[0,6Wx] 33% Sementara
Operasi 1,0[D+E(O)]+0,75[0,6Wz] 33% Sementara
Tes 1,0[D+E(T)]+0,75[0,6Wx] 33% Sementara
Tes 1,0[D+E(T)]+0,75[0,6Wz] 33% Sementara
Operasi (1,0+0,14Sds)[D+E(O)]+0,7(Vx+0,3Vz) 33% Sementara
Operasi (1,0+0,14Sds)[D+E(O)]+0,7(Vz+0,3Vx) 33% Sementara

Beban dan gaya berikut dipertimbangkan dalam


desain fondasi SPBU Mikro 3kl:

Tabel 100. Beban dan Gaya dalam Desain Fondasi


No. Nama Simbol
1 Beban Mati D
2 Beban Kosong Peralatan E(E)
3 Beban Operasi Peralatan E(O)
4 Beban Tes Peralatan E(T)
5 Beban Angin arah X Wx
6 Beban Angin arah Z Wz
7 Beban Gempa arah +X V(x+)
8 Beban Gempa arah -X V(x-)
9 Beban Gempa arah +Z V(z+)
10 Beban Gempa arah -Z V(z-)

e. Data Beban
1) Resume Fondasi Dangkal

Tabel 101. Resume Fondasi Dangkal


Item Cek Hasil Persyaratan Keterangan
Tegangan Tanah Tegangan Maksimum Tidak boleh melebihi daya
untuk Beban untuk Beban Permanen = dukung tanah yang OKE
Permanen 17,10 kN/m2 diizinkan = 63,93 kN/m2
Tegangan Tanah Tegangan Maksimum Tidak boleh melebihi daya
untuk Beban untuk Beban Sementara dukung tanah yang OKE
Sementara = 35,86 kN/m2 diizinkan = 85,0 kN/m 2

Stabilitas terhadap Sesuai Faktor Keamanan OKE

jdih.pu.go.id
- 222 -

Item Cek Hasil Persyaratan Keterangan


Geser Untuk Tidak Ada Beban Minimum = 1,5
Beban Permanen
Stabilitas terhadap
Sesuai Faktor Keamanan
Geser Untuk OKE
Faktor Keamanan = 2,41 Minimum = 1,1
Beban Sementara
Stabilitas terhadap
Sesuai Faktor Keamanan
Guling Untuk OKE
Tidak Ada Beban Minimum = 2,0
Beban Permanen
Stabilitas terhadap
Sesuai Faktor Keamanan
Guling Untuk
Faktor Keamanan = 11,0 Minimum = 2,0 OKE
Beban Sementara
Tidak boleh melebihi
Penurunan yang terjadi =
penurunan maksimum = OKE
Cek Penurunan 11,5 mm
25 mm
Penulangan D13 - 200 mm layer atas As tersedia > As
Fondasi (dalam D13 - 200 mm layer dibutuhkan OKE
arah z) bawah 663,7 mm2 > 560 mm2
Penulangan D13 - 200 mm layer atas As tersedia > As
Fondasi D13 - 200 mm layer dibutuhkan OKE
(dalam arah x) bawah 663,7 mm2 > 560 mm2

2) Gambar Sketsa

Gambar 82. Gambar Sketsa Fondasi (1)

Gambar 83. Gambar Sketsa Fondasi (2)

3) Dimensi dan Beban


Dimensi SPBU Mikro 3 kl
Lebar Be = 1,900 m

jdih.pu.go.id
- 223 -

Panjang Le = 2,200 m
Tinggi He = 2,200 m
Titik pusat gravitasi h1 = 1,100 m (asumsi)

Beban struktur = 1265,54 kg (termasuk berat


chequered plate, pelat dinding, listplang, & plafon)
Beban dispenser = 245,00 kg
Beban tanki:
E(E) = 3.044, 00 kg
E(O) = 5.239,00 kg
E(T) = 6.044,00 kg

Total Beban Struktur + Beban Tanki


E(E) = 4.554,54 kg = 44,68 kN
E(O) = 6.749,54 kg = 66,21 kN
E(T) = 7.554,54 kg = 74,11 kN

f. Kalkulasi Beban Rencana


1) Desain pembebanan
Beban dan gaya berikut ini didasarkan pada
perencanaan fondasi SPBU Mikro 3 kl:

Beban mati (DL)


Beban ini yaitu berat fondasi.

jdih.pu.go.id
- 224 -

Gambar 84. Denah Fondasi

Gambar 85. Potongan A - A

Tabel 102. Footing Size


Simbol Deskripsi Nilai Unit
Bf Lebar fondasi 2,30 m
Lf Panjang fondasi 2,60 m
hf Tebal fondasi 0,20 m
hf1 Tinggi fondasi di atas tanah 0,10 m
hf2 Tinggi fondasi di bawah tanah 0,10 m

Beban peralatan (E)


Beban ini terkait beban SPBU Mikro 3 kl termasuk
berat selip.

jdih.pu.go.id
- 225 -

Gambar 86. Sketsa SPBU Mikro 3 kl

Keterangan:
Be = Lebar SPBU Mikro 3 kl
Le = Panjang SPBU Mikro 3 kl
He = Tinggi SPBU Mikro 3 kl
E(E) = Beban peralatan saat kosong
E(O) = Beban peralatan saat operasi
E(T) = Beban peralatan saat pengujian

Dimensi peralatan
Be = 1,90 m
Le = 2,20 m
He = 2,20 m
h1 (c.o.g) = 1,10 m

Beban peralatan
E(E) = 44,7 kN
E(O) = 66,2 kN
E(T) = 74,1 kN

Beban angin (W)

Gambar 87. Tinggi peralatan untuk penentuan


koefisien beban angin

jdih.pu.go.id
- 226 -

Kondisi lapangan akibat beban angin


(1) Paparan = C
(2) Kondisi = Kondisi 1 & 2
(3) Kategori struktur = III
(4) Wilayah angin = "Wilayah bukan rawan badai
pasir dengan V=85-100 mph dan Alaska".
(5) Bentuk peralatan: Cerobong, tangki dan
struktur identik dengan bentuk persegi.
(6) Tinggi struktur/peralatan di atas tanah (z)
hb + z = 2500 mm
hb tinggi dasar BP di atas tanah = 300
mm
zb Tinggi struktur/peralatan di atas selip
= 2.200 mm
Tekanan kecepatan, qz
qz Tekanan kecepatan pada tinggi z
qz = 0,61 Kz Kzt Kd V2 I = 599,09 N/m2
Dimana,
Kz Koefisien Tekanan kecepatan paparan = 0,85
Kzt Faktor topografis = 1,00
Kd Faktor angin secara langsung = 0,90
V Kecepatan angin dasar = 33,33 m/s
I Faktor keutamaan = 1,15

Gaya angin

Gambar 88. Skema pusat gravitasi peralatan


dalam kondisi beban angin

jdih.pu.go.id
- 227 -

Perhitungan (pada arah X dan Y)


Kondisi:
P > Pmin
qz x G x Cf > 0.77 kN/m2
599,09 x 0,85 x 1,2 > 0,77 kN/m2
0,6111 < 0,77 kN/m2 Use P min
Wx Gaya angin pada arah X (Fw = W)
W = qz x G x Cf x Afx = 0,77 x 5,02 = 3,86 kN
Wy Gaya angin pada arah Y
W = qz x G x Cf x Afy = 0,77 x 5,81 = 4,47 kN

Gaya angin (pada arah X dan Y)


Wx, Gaya angin pada arah X = 3,86 kN
Wy, Gaya angin pada arah Y = 4,47 kN
Mwx, Momen akibat Beban angin pada arah X =
6,40 kN.m
Mwy, Momen akibat Beban angin pada arah Y =
7,41 kN.m
Dimana,
qz, Tekanan kecepatan pada ketinggian z = 599,09
N/m2
G, Faktor hempasan = 0,85
Cf, Koefisien gaya = 1,20
Afx, Luas bidang angin terproyeksi pada arah X
Afx = B * hw = 1,2 x 1,9 x 2,2 = 5,02 m2
Afy Luas bidang angin terproyeksi pada arah Y
Afy = L * hw = 1,2 x 2,2 x 2,2 = 5,81 m2
L, Panjang peralatan = 2,20 m
B, Lebar peralatan = 1,90 m
Hw, Tinggi bidang angin terproyeksi = 2,20 m
z, Tinggi peralatan di atas tanah = 2,86 m
hb Tinggi dasar BP di atas tanah = 0,30 m
zw, zw = z - hb - hw /2 + tf = 1,66 m

Beban gempa
Desain gaya geser dasar (Vs) dihitung manual

jdih.pu.go.id
- 228 -

sesuai SNI 1726.

Tipe profil tanah = SE 5


Kategori risiko gempa = III
Faktor Reduksi Gempa, R = 3,00

Desain PGA
PGA = 0,507431

Percepatan respons spektra pada periode pendek,


0,2 s
SS = 1,150539 g

Percepatan respons spektra pada periode 1, 1,0 s


S1 = 0,498785 g

Koefisien situs berdasarkan percepatan, 0,2 s


Fa = 0,979569

Koefisien situs berdasarkan kecepatan, 1,0 s


Fv = 2,202430

Faktor skala dari MCE ke percepatan spektra


desain, setara 2/3 dari ASCE.
Q = 0,67

Parameter percepatan respons spektra, 0,2 s


SDS = Q x Fa x Ss = 0,751355

Parameter percepatan respons spektra, 1,0 s


SD1 = Q x Fv x S1 = 0,732359
Ts = SD1 / SDS = 0,974718
To = 0,2 SD1 / SDS = 0,194944

Gaya geser dasar gempa, V pada arah yang


ditentukan menurut persamaan berikut: Dimana,

jdih.pu.go.id
- 229 -

Cs = Koefisien respons spektra


W = Berat peralatan/struktur
SDS = Parameter percepatan untuk desain
struktur respons pada periode pendek
I = Faktor kegempaan menurut Tabel2 = 1,25
Cs = SDS / (R/I) = 0,313

Cek Cs
𝑆𝐷
(1) 𝐶𝑠 = 𝑅 = 0,313
𝑇[ ]
𝐼𝑐

(2) 𝐶𝑠 = 0,044 𝑆𝐷𝑆 𝐼 ≥ 0,01


𝐶𝑠 = 0,041 ≥ 0,01 → OKE
(3) S1>0,6g
0,5 𝑆1
𝐶𝑠 = = 0,104
𝑅
[𝐼]

Cs tidak kurang dari Cs2 & Cs3 ===> OKE


Cs tidak lebih dari Cs1 ===> Pakai Cs

Berdasarkan perhitungan di atas, jumlah gaya


geser dasar diambil:
Vs = 0,313 x ΣWt
Dimana :
Vs = Gaya geser dasar
Wt = Berat peralatan/struktur

Perhitungan yaitu sebagai berikut:


Gaya geser dasar :
E(E) = 44,68 kN
E(O) = 66,21 kN
Voperasi = 0,314 x E(O)
= 0,314 x 66,22 = 20,73 kN
Momen :
Kondisi saat operasi:
MEQ(O) = Voperasi x (h1 + hf)
= 20,73 x (0.1 + 2.2)

jdih.pu.go.id
- 230 -

= 47,68 kN.m

Ringkasan beban gempa:


Kondisi saat operasi :
V = 20,73 kN
MEQ(O) = 47,68 kN.m

g. Kalkulasi Desain Fondasi


1) Gaya desain
Tabel 103. Gaya Desain
Beban V Hx Hz Mx Mz
( kN ) ( kN ) ( kN ) (kN.m) (kN.m)
D 28,1
E(E) 44,7
E(O) 66,2
E(T) 74,1
W-X 3,862 7,406
W-Z 4,47 6,396
V(O)-X 20,729 47,679
V(O)-Z 20,729 47,679

Tabel 104. Kombinasi beban tak terfaktor


Komb. Kombinasi beban Aksial Hx Hz Mx Mz
beban ( kN ) ( kN ) ( kN ) (kN.m) (kN.m)
100 1,0[D] 28,15 0,00 0,00 0,00 0,00
101 1,0[D+E(E)] 72,83 0,00 0,00 0,00 0,00
102 1,0[D+E(O)] 94,36 0,00 0,00 0,00 0,00
103 1,0[D+E(T)] 102,26 0,00 0,00 0,00 0,00
104 1,0[D]+0,75[0,6Wx] 28,15 1,74 0,00 0,00 3,33
105 1,0[D]+0,75[0,6Wz] 28,15 0,00 2,01 2,88 0,00
106 0,6[D+E(E)]+0,6Wx 43,70 2,32 0,00 0,00 4,44
107 0,6[D+E(E)]+0,6Wz 43,70 0,00 2,68 3,84 0,00
108 1,0[D+E(O)]+0,6Wx 94,36 2,32 0,00 0,00 4,44
109 1,0[D+E(O)]+0,6Wz 94,36 0,00 2,68 3,84 0,00
110 1,0[D+E(O)]+0,75[0,6Wx] 94,36 1,74 0,00 0,00 3,33
111 1,0[D+E(O)]+0,75[0,6Wz] 94,36 0,00 2,01 2,88 0,00
112 1,0[D+E(T)]+0,75[0,6Wx] 102,26 1,74 0,00 0,00 3,33
113 1,0[D+E(T)]+0,75[0,6Wz] 102,26 0,00 2,01 2,88 0,00
114 (1,0+0,14Sds)[D+E(O)]+0,7(Vx+0,3Vz) 104,29 14,51 4,35 10,01 33,38
115 (1,0+0,14Sds)[D+E(O)]+0,7(Vz+0,3Vx) 104,29 4,35 14,51 33,38 10,01

Tabel 105. Kombinasi beban terfaktor


Load Kombinasi beban Aksial Hx Hz Mx Mz
Comb (kN) (kN) (kN) (kN.m) (kN.m)
Kosong 1,2[D+E(E)] 87,4 0,0 0,0 0,0 0,0
Operasi 1,2[D+E(O)] 113,2 0,0 0,0 0,0 0,0
Operasi 1,4[D+E(O)] 132,1 0,0 0,0 0,0 0,0
Tes 1,2[D+E(T)] 122,7 0,0 0,0 0,0 0,0
Operasi 1,2[D+E(O)]+0,5Wx 113,2 1,9 0,0 0,0 3,7
Operasi 1,2[D+E(O)]+0,5Wz 113,2 0,0 2,2 3,2 0,0
Operasi 0,9[D+E(E)]+1,0[Wx] 65,5 3,9 0,0 0,0 7,4

jdih.pu.go.id
- 231 -

Operasi 0,9[D+E(E)]+1,0[Wz] 65,5 0,0 4,5 6,4 0,0


Operasi 0,9[D+E(O)]+1,0[Wx] 84,9 3,9 0,0 0,0 7,4
Operasi 0,9[D+E(O)]+1,0[Wz] 84,9 0,0 4,5 6,4 0,0
Tes 1,2[D+E(T)]+1,0Wx 122,7 3,9 0,0 0,0 7,4
Tes 1,2[D+E(T)]+1,0Wz 122,7 0,0 4,5 6,4 0,0
Operasi (1,2+0,2Sds)[D+E(O)]+1,0[Vx+0,3Vz] 127,4 20,7 6,2 14,3 47,7
Operasi (1,2+0,2Sds)[D+E(O)]+1,0[Vz+0,3Vx] 127,4 6,2 20,7 47,7 14,3

2) Desain fondasi
Cek kapasitas daya dukung
AF = Luas rencana fondasi = Bf x Lf = 2,3 x 2,6 =
5,98 m2
S = Modulus penampang rencana fondasi
Sy = 1/6 B x L2
= 1/6 x 2.3 x (2.6)^2
= 2,59 m3

Sx = 1/6 L x B2
= 1/6 x 2.6 x (2.3)^2
= 2,29 m3

Daya dukung tanah


Kondisi permanen
Fv maks (tekan)
𝐴𝑥𝑖𝑎𝑙 𝑀𝑥 𝑀𝑦
𝜎𝑚𝑎𝑥 = + + < 63,93 𝑘𝑃𝑎
𝐴𝑓 𝑆𝑥 𝑆𝑦
Fy min (tarik)
𝐴𝑥𝑖𝑎𝑙 𝑀𝑥 𝑀𝑦
𝜎𝑚𝑖𝑛 = − − < 63,93 𝑘𝑃𝑎
𝐴𝑓 𝑆𝑥 𝑆𝑦

Kondisi sementara
Fv maks (tekan)
𝐴𝑥𝑖𝑎𝑙 𝑀𝑥 𝑀𝑦
𝜎𝑚𝑎𝑥 = + + < 85,03 𝑘𝑃𝑎
𝐴𝑓 𝑆𝑥 𝑆𝑦
Fy min (tarik)
𝐴𝑥𝑖𝑎𝑙 𝑀𝑥 𝑀𝑦
𝜎𝑚𝑖𝑛 = − − < 85,03 𝑘𝑃𝑎
𝐴𝑓 𝑆𝑥 𝑆𝑦

P = Gaya aksial dari Kombinasi beban


M = Gaya momen dari Kombinasi beban

jdih.pu.go.id
- 232 -

Asumsi tanah tidak memiliki tahanan tarik,


berikut dua kondisi dengan kondisi pembebanan
yang diaplikasikan:

Kondisi 1
Jika momen/aksial < 1/6 B
𝐴𝑥𝑖𝑎𝑙 𝑀𝑥 𝑀𝑦
𝜎𝑚𝑎𝑥 = Tekanan tanah maks = + +
𝐴𝑓 𝑆𝑥 𝑆𝑦
𝐴𝑥𝑖𝑎𝑙 𝑀𝑥 𝑀𝑦
𝜎𝑚𝑖𝑛 = Tekanan tanah min = − −
𝐴𝑓 𝑆𝑥 𝑆𝑦

Kondisi 2
Jika momen/aksial < 1/6 B
𝜎𝑚𝑎𝑥 = Tekanan tanah maks = 2 𝐴𝑥𝑖𝑎𝑙/(𝐵. 𝑥)
𝑥 = lebar efektif = 3(𝐵⁄2 − 𝑒)
e = Momen/Aksial
σmax sebaiknya < Kapasitas daya dukung tanah izin
(σs). σmin sebaiknya < Kapasitas daya dukung tanah
izin (σs)

Tabel 106. Cek eksentrisitas untuk menentukan distribusi tegangan kondisi


arah X
Kombinasi beban Aksial Mz ey 1/6 L Kond
( kN ) (kN.m) (m) (m) (kN)
1,0[D] 28,1 0,00 0,00 0,43 1
1,0[D+E(E)] 72,8 0,00 0,00 0,43 1
1,0[D+E(O)] 94,4 0,00 0,00 0,43 1
1,0[D+E(T)] 102,3 0,00 0,00 0,43 1
1,0[D]+0,75[0,6Wx] 28,1 3,33 0,12 0,43 1
1,0[D]+0,75[0,6Wz] 28,1 0,00 0,00 0,43 1
0,6[D+E(E)]+0,6Wx 43,7 4,44 0,10 0,43 1
0,6[D+E(E)]+0,6Wz 43,7 0,00 0,00 0,43 1
1,0[D+E(O)]+0,6Wx 94,4 4,44 0,05 0,43 1
1,0[D+E(O)]+0,6Wz 94,4 0,00 0,00 0,43 1
1,0[D+E(O)]+0,75[0,6Wx] 94,4 3,33 0,04 0,43 1
1,0[D+E(O)]+0,75[0,6Wz] 94,4 0,00 0,00 0,43 1
1,0[D+E(T)]+0,75[0,6Wx] 102,3 3,33 0,03 0,43 1
1,0[D+E(T)]+0,75[0,6Wz] 102,3 0,00 0,00 0,43 1
(1,0+0,14Sds)[D+E(O)]+0,7(Vx+0,3Vz) 104,3 33,38 0,32 0,43 1
(1,0+0,14Sds)[D+E(O)]+0,7(Vz+0,3Vx) 104,3 10,01 0,10 0,43 1

jdih.pu.go.id
- 233 -

Tabel 107. Cek eksentrisitas untuk menentukan distribusi tegangan kondisi


arah Y
Kombinasi beban Aksial Mx ex 1/6 B Kond
( kN ) (kN,m) (m) (m) (kN)
1,0[D] 28,1 0,00 0,00 0,38 1
1,0[D+E(E)] 72,8 0,00 0,00 0,38 1
1,0[D+E(O)] 94,4 0,00 0,00 0,38 1
1,0[D+E(T)] 102,3 0,00 0,00 0,38 1
1,0[D]+0,75[0,6Wx] 28,1 0,00 0,00 0,38 1
1,0[D]+0,75[0,6Wz] 28,1 2,88 0,10 0,38 1
0,6[D+E(E)]+0,6Wx 43,7 0,00 0,00 0,38 1
0,6[D+E(E)]+0,6Wz 43,7 3,84 0,09 0,38 1
1,0[D+E(O)]+0,6Wx 94,4 0,00 0,00 0,38 1
1,0[D+E(O)]+0,6Wz 94,4 3,84 0,04 0,38 1
1,0[D+E(O)]+0,75[0,6Wx] 94,4 0,00 0,00 0,38 1
1,0[D+E(O)]+0,75[0,6Wz] 94,4 2,88 0,03 0,38 1
1,0[D+E(T)]+0,75[0,6Wx] 102,3 0,00 0,00 0,38 1
1,0[D+E(T)]+0,75[0,6Wz] 102,3 2,88 0,03 0,38 1
(1,0+0,14Sds)[D+E(O)]+0,7(Vx+0,3Vz) 104,3 10,01 0,10 0,38 1
(1,0+0,14Sds)[D+E(O)]+0,7(Vz+0,3Vx) 104,3 33,38 0,32 0,38 1

Tabel 108. Cek apasitas daya dukung tanah


Kombinasi beban σmax σmin σs σmax < σs or
kN/m2 kN/m2 kN/m2 σmin < σs
1,0[D] 4,7 4,7 63,9 OKE
1,0[D+E(E)] 12,2 12,2 63,9 OKE
1,0[D+E(O)] 15,8 15,8 63,9 OKE
1,0[D+E(T)] 17,1 17,1 85,0 OKE
1,0[D]+0,75[0,6Wx] 6,0 3,4 85,0 OKE
1,0[D]+0,75[0,6Wz] 6,0 3,5 85,0 OKE
0,6[D+E(E)]+0,6Wx 9,0 5,6 85,0 OKE
0,6[D+E(E)]+0,6Wz 9,0 5,6 85,0 OKE
1,0[D+E(O)]+0,6Wx 17,5 14,1 85,0 OKE
1,0[D+E(O)]+0,6Wz 17,5 14,1 85,0 OKE
1,0[D+E(O)]+0,75[0,6Wx] 17,1 14,5 85,0 OKE
1,0[D+E(O)]+0,75[0,6Wz] 17,0 14,5 85,0 OKE
1,0[D+E(T)]+0,75[0,6Wx] 18,4 15,8 85,0 OKE
1,0[D+E(T)]+0,75[0,6Wz] 18,4 15,8 85,0 OKE
(1,0+0,14Sds)[D+E(O)]+0,7(Vx+0,3Vz) 34,7 0,2 85,0 OKE
(1,0+0,14Sds)[D+E(O)]+0,7(Vz+0,3Vx) 35,9 -1,0 85,0 OKE

Stabilitas momen guling

Gambar 89. Pusat fondasi

Mo = Momen guling = Beban momen

jdih.pu.go.id
- 234 -

MrX = Tahanan momen pada sumbu X = Gaya


aksial x B/2
MrY = Tahanan momen pada sumbu Y = Gaya
aksial x L/2
SFM = Faktor keamanan momen guling =
MrX/MoX + MrY/MoY
SFM sebaiknya > 2,0 untuk kondisi beban
permanen dan > 2,0 untuk kondisi beban
sementara.

Tabel 109. Stabilitas momen guling


Mox Moz MrY MrX SFM
Aksial
Kombinasi beban (kN, (kN, (kN, (kN, MrX/ MrY/M SFM Cek
(kN)
m) m) m) m) Mox oy
1,0[D] 28,1 0,0 0,0 36,6 32,4 0,0 0,0 0,0 N/A
1,0[D+E(E)] 72,8 0,0 0,0 94,7 83,8 0,0 0,0 0,0 N/A
1,0[D+E(O)] 94,4 0,0 0,0 122,7 108,5 0,0 0,0 0,0 N/A
1,0[D+E(T)] 102,3 0,0 0,0 132,9 117,6 0,0 0,0 0,0 N/A
1,0[D]+0,75[0,6Wx] 28,1 0,0 3,3 36,6 32,4 0,0 11,0 11,0 OKE
1,0[D]+0,75[0,6Wz] 28,1 2,9 0,0 36,6 32,4 11,2 0,0 11,2 OKE
0,6[D+E(E)]+0,6Wx 43,7 0,0 4,4 56,8 50,3 0,0 12,8 12,8 OKE
0,6[D+E(E)]+0,6Wz 43,7 3,8 0,0 56,8 50,3 13,1 0,0 13,1 OKE
1,0[D+E(O)]+0,6Wx 94,4 0,0 4,4 122,7 108,5 0,0 27,6 27,6 OKE
1,0[D+E(O)]+0,6Wz 94,4 3,8 0,0 122,7 108,5 28,3 0,0 28,3 OKE
1,0[D+E(O)]+0,75[0,6Wx] 94,4 0,0 3,3 122,7 108,5 0,0 36,8 36,8 OKE
1,0[D+E(O)]+0,75[0,6Wz] 94,4 2,9 0,0 122,7 108,5 37,7 0,0 37,7 OKE
1,0[D+E(T)]+0,75[0,6Wx] 102,3 0,0 3,3 132,9 117,6 0,0 39,9 39,9 OKE
1,0[D+E(T)]+0,75[0,6Wz] 102,3 2,9 0,0 132,9 117,6 40,9 0,0 40,9 OKE
(1,0+0,14Sds)[D+E(O)]+ 104,3 10,0 33,4 135,6 119,9 12,0 4,1 16,0 OKE
0,7(Vx+0,3Vz)
(1,0+0,14Sds)[D+E(O)]+ 104,3 33,4 10,0 135,6 119,9 3,6 13,5 17,1 OKE
0,7(Vz+0,3Vx)
N/A - Not Available

Stabilitas gelincir
Hs = Beban gelincir horizontal = Resultan beban
horizontal
Hr = Tahanan gelincir = Aksial x μ
μ = Koefisien friksi = 0,35
SFH = Faktor keamanan gelincir = Hr/Hs
SFH sebaiknya > 1,5 untuk kondisi beban tetap
dan > 1.1 untuk kondisi beban sementara.

jdih.pu.go.id
- 235 -

Tabel 110. Stabilitas gelincir


Aksial Hx Hz Hs Hr SFH
Kombinasi beban Cek
( kN ) (kN) (kN) (kN) (kN) (Hr/Hs)
1,0[D] 28,1 0,0 0,0 0,0 9,9 N/A N/A
1,0[D+E(E)] 72,8 0,0 0,0 0,0 25,5 N/A N/A
1,0[D+E(O)] 94,4 0,0 0,0 0,0 33,0 N/A N/A
1,0[D+E(T)] 102,3 0,0 0,0 0,0 35,8 N/A N/A
1,0[D]+0,75[0,6Wx] 28,1 1,7 0,0 1,7 9,9 5,67 OKE
1,0[D]+0,75[0,6Wz] 28,1 0,0 2,0 2,0 9,9 4,90 OKE
0,6[D+E(E)]+0,6Wx 43,7 2,3 0,0 2,3 15,3 6,60 OKE
0,6[D+E(E)]+0,6Wz 43,7 0,0 2,7 2,7 15,3 5,70 OKE
1,0[D+E(O)]+0,6Wx 94,4 2,3 0,0 2,3 33,0 14,25 OKE
1,0[D+E(O)]+0,6Wz 94,4 0,0 2,7 2,7 33,0 12,31 OKE
1,0[D+E(O)]+0,75[0,6Wx] 94,4 1,7 0,0 1,7 33,0 19,00 OKE
1,0[D+E(O)]+0,75[0,6Wz] 94,4 0,0 2,0 2,0 33,0 16,41 OKE
1,0[D+E(T)]+0,75[0,6Wx] 102,3 1,7 0,0 1,7 35,8 20,59 OKE
1,0[D+E(T)]+0,75[0,6Wz] 102,3 0,0 2,0 2,0 35,8 17,78 OKE
(1,0+0,14Sds)[D+E(O)]+0,7(Vx+0,3Vz) 104,3 14,5 4,4 15,1 36,5 2,41 OKE
(1,0+0,14Sds)[D+E(O)]+0,7(Vz+0,3Vx) 104,3 4,4 14,5 15,1 36,5 2,41 OKE
N/A - Not Available

Penurunan
1) Penurunan segera
Lf Panjang fondasi = 2,60 m
Bf Lebar fondasi = 2,30 m
Vp gaya aksial tetap = 102,26 kN
tak terfaktor LC 102
Vt gaya aksial sementara = 104,29
kN tak terfaktor LC 114
Af Luas fondasi = Bf x Lf = 5,98 m2

𝑆𝑒 = Δσ𝐵 𝐸

Se : penurunan segera
Δσ : Tekanan neto terpakai
B : Dia. fondasi lingkaran
μs : Rasio Poisson
Es : Modulus elastisitas tanah
Iρ : Faktor pengaruh tak berdimensi

Faktor pengaruh, Iρ, ditentukan menurut


tabel berikut.

jdih.pu.go.id
- 236 -

Tabel 111. Faktor pengaruh tak berdimensi


Lp
Bentuk mi Lentur Kaku
Pusat Tepi
Lingkaran - 1,00 0,64 0,79
Persegi 1,00 1,12 0,56 0,88
1,50 1,36 0,68 1,07
2,00 1,53 0,77 1,21
3,00 1,78 0,89 1,42
5,00 2,10 1,05 1,70
10,00 2,54 1,27 2,10
20,00 2,99 1,49 2,46
50,00 3,57 1,80 3,00
100.00 4.01 2.00 3.43

Cek penurunan elastis pada kondisi


sementara dan tetap
Bf Lebar fondasi = 2,30 m
μs Rasio Poisson = 0,35
Es Modulus elastisitas tanah = 17.150
kN/m2
Iρ Faktor pengaruh tak berdimensi = 1,21

Penurunan elastis pada kondisi tetap


Δσ Tekanan neto terpakai = V/Af =
17,10 kN/m2
Se Immediate penurunan = 2,43 mm

Penurunan elastis pada kondisi sementara


Δσ Se Tekanan neto terpakai = V/Af =
17.44 kN/m2
Penurunan segera= 2,48 mm (terpakai)

jdih.pu.go.id
- 237 -

2) Penurunan konsolidasi

Gambar 90. Penurunan Konsolidasi

Penurunan konsolidasi (Sc) dihitung dengan


rumus:

Lempung terkonsolidasi normal (NC)


Sc = (Cc Hc)/(1+e0) log (po+Dp)/po

Lempung terkonsolidasi berlebih dengan


po+∆p<pc (OC1)
Sc = (Cs Hc)/(1+e0) log (po+Dp)/po

Lempung terkonsolidasi berlebih dengan


po<pc<po+Dp (OC2)
Sc = (Cs Hc)/(1+e0) log (pc/po) + (Cc Hc/1+e0) log
(po+Dp)/pc

Tabel 112. Perhitungan konsolidasi


Pc' γ p0 Agp Δp Sc
Kedalaman Cc Cs e0 Kondisi
kPa kN/m3 kN/m2 m2 kPa mm
0-3 0,560 0,056 1,66 245,2 16,0 24,00 15,6 6,56 OC1 6,63
3-7 0,867 0,087 3,22 49,0 13,4 26,80 55,5 1,84 OC1 2,37
Total = 9,00

Catatan:
Cs = 0.1 * Cc (asumsi)

jdih.pu.go.id
- 238 -

Total Penurunan < 25 mm (asumsi)


Total Penurunan, δtotal = δe + δc = 11,49 mm
OKE < 25 mm

3) Desain penulangan fondasi


Gaya momen fondasi

Tabel 113. Cek eksentrisitas untuk menentukan distribusi tegangan pada arah
Sumbu X
Komb. Aksial Mz 1/6 Lf Kond.
Kombinasi beban e (m)
beban ( kN ) (kNm) (m) (kN)
Kosong 1,2[D+E(E)] 87,4 0,0 0,00 0,43 1
Operasi 1,2[D+E(O)] 113,2 0,0 0,00 0,43 1
Operasi 1,4[D+E(O)] 132,1 0,0 0,00 0,43 1
Tes 1,2[D+E(T)] 122,7 0,0 0,00 0,43 1
Operasi 1,2[D+E(O)]+0,5Wx 113,2 3,7 0,03 0,43 1
Operasi 1,2[D+E(O)]+0,5Wz 113,2 0,0 0,00 0,43 1
Operasi 0,9[D+E(E)]+1,0[Wx] 65,5 7,4 0,11 0,43 1
Operasi 0,9[D+E(E)]+1,0[Wz] 65,5 0,0 0,00 0,43 1
Operasi 0,9[D+E(O)]+1,0[Wx] 84,9 7,4 0,09 0,43 1
Operasi 0,9[D+E(O)]+1,0[Wz] 84,9 0,0 0,00 0,43 1
Tes 1,2[D+E(T)]+1,0Wx 122,7 7,4 0,06 0,43 1
Tes 1,2[D+E(T)]+1,0Wz 122,7 0,0 0,00 0,43 1
Operasi (1,2+0,2Sds)[D+E(O)]+1,0[Vx+0,3Vz] 127,4 47,7 0,37 0,43 1
Operasi (1,2+0,2Sds)[D+E(O)]+1,0[Vz+0,3Vx] 127,4 14,3 0,11 0,43 1

Tabel 114. Cek eksentrisitas untuk menentukan distribusi tegangan pada arah
Sumbu Y
Komb. Aksial Mx e (m) 1/6 Bf Kond.
Kombinasi beban
beban ( kN ) (kNm) (m) (kN)
Kosong 1,2[D+E(E)] 87,4 0,0 0,00 0,38 1
Operasi 1,2[D+E(O)] 113,2 0,0 0,00 0,38 1
Operasi 1,4[D+E(O)] 132,1 0,0 0,00 0,38 1
Tes 1,2[D+E(T)] 122,7 0,0 0,00 0,38 1
Operasi 1,2[D+E(O)]+0,5Wx 113,2 0,0 0,00 0,38 1
Operasi 1,2[D+E(O)]+0,5Wz 113,2 3,2 0,03 0,38 1
Operasi 0,9[D+E(E)]+1,0[Wx] 65,5 0,0 0,00 0,38 1
Operasi 0,9[D+E(E)]+1,0[Wz] 65,5 6,4 0,10 0,38 1
Operasi 0,9[D+E(O)]+1,0[Wx] 84,9 0,0 0,00 0,38 1
Operasi 0,9[D+E(O)]+1,0[Wz] 84,9 6,4 0,08 0,38 1
Tes 1,2[D+E(T)]+1,0Wx 122,7 0,0 0,00 0,38 1
Tes 1,2[D+E(T)]+1,0Wz 122,7 6,4 0,05 0,38 1
Operasi (1,2+0,2Sds)[D+E(O)]+1,0[Vx+0,3Vz] 127,4 14,3 0,11 0,38 1
Operasi (1,2+0,2Sds)[D+E(O)]+1,0[Vz+0,3Vx] 127,4 47,7 0,37 0,38 1

Tabel 115. Tegangan fondasi untuk desain


tulangan lentur
Komb. σmax σmin
Kombinasi beban
beban kPa kPa
200 1,2[D+E(E)] 14,6 14,6
201 1,2[D+E(O)] 18,9 18,9

jdih.pu.go.id
- 239 -

Komb. σmax σmin


Kombinasi beban
beban kPa kPa
202 1,4[D+E(O)] 22,1 22,1
203 1,2[D+E(T)] 20,5 20,5
204 1,2[D+E(O)]+0,5Wx 20,4 17,5
205 1,2[D+E(O)]+0,5Wz 20,3 17,5
206 0,9[D+E(E)]+1,0[Wx] 13,8 8,1
207 0,9[D+E(E)]+1,0[Wz] 13,8 8,2
208 0,9[D+E(O)]+1,0[Wx] 17,1 11,3
209 0,9[D+E(O)]+1,0[Wz] 17,0 11,4
210 1,2[D+E(T)]+1,0Wx 23,4 17,7
211 1,2[D+E(T)]+1,0Wz 23,3 17,7
212 (1,2+0,2Sds)[D+E(O)]+1,0[Vx+0,3Vz] 45,9 0,0
213 (1,2+0,2Sds)[D+E(O)]+1,0[Vz+0,3Vx] 47,6 0,0

Momen per m’ lebar pelat:


Momen pada pusat fondasi (Mu) = (1/2*σmid* (B/2)2
+ 1/3 *(σmax - σmid) * (B/2)2)

Tabel 116. Momen per m’ lebar pelat


Komb. Kombinasi beban σmax σmin kPa σmid kPa Mu
beban kPa (kN,m)
200 1,2[D+E(E)] 14,6 14,61 14,61 9,66
201 1,2[D+E(O)] 18,9 18,94 18,94 12,52
202 1,4[D+E(O)] 22,1 22,09 22,09 14,61
203 1,2[D+E(T)] 20,5 20,52 20,52 13,57
204 1,2[D+E(O)]+0,5Wx 20,4 17,51 18,94 13,15
205 1,2[D+E(O)]+0,5Wz 20,3 17,54 18,94 13,14
206 0,9[D+E(E)]+1,0[Wx] 13,8 8,10 10,96 8,51
207 0,9[D+E(E)]+1,0[Wz] 13,8 8,17 10,96 8,48
208 0,9[D+E(O)]+1,0[Wx] 17,1 11,34 14,20 10,65
209 0,9[D+E(O)]+1,0[Wz] 17,0 11,41 14,20 10,62
210 1,2[D+E(T)]+1,0Wx 23,4 17,66 20,52 14,83
211 1,2[D+E(T)]+1,0Wz 23,3 17,73 20,52 14,80
212 (1,2+0,2Sds)[D+E(O)]+1,0[Vx+0,3Vz 45,9 0,00 22,97 25,32
213 (1,2+0,2Sds)[D+E(O)]+1,0[Vz+0,3Vx 47,6 0,00 23,81 26,24

Mu max = 26,24 kN.m

Gaya geser fondasi


Gaya geser per m lebar pelat: Gaya geser pada
pusat fondasi (Vu) = (1/2 x (σmax + σmid) x BF/2)
Ac = d x 1 m
d = 130,50 mm

Tabel 117. Gaya geser fondasi


Komb. Vu Ac Vu/Ac
Kombinasi beban σmax kPa σmid kPa
beban kN m2 MPa
200 1,2[D+E(E)] 14,61 14,61 16,81 0,13 0,129
201 1,2[D+E(O)] 18,94 18,94 21,78 0,13 0,167
202 1,4[D+E(O)] 22,09 22,09 25,41 0,13 0,195

jdih.pu.go.id
- 240 -

Komb. Vu Ac Vu/Ac
Kombinasi beban σmax kPa σmid kPa
beban kN m2 MPa
203 1,2[D+E(T)] 20,52 20,52 23,60 0,13 0,181
204 1,2[D+E(O)]+0,5Wx 20,36 18,94 22,60 0,13 0,173
205 1,2[D+E(O)]+0,5Wz 20,33 18,94 22,58 0,13 0,173
206 0,9[D+E(E)]+1,0[Wx] 13,82 10,96 14,25 0,13 0,109
207 0,9[D+E(E)]+1,0[Wz] 13,75 10,96 14,21 0,13 0,109
208 0,9[D+E(O)]+1,0[Wx] 17,06 14,20 17,98 0,13 0,138
209 0,9[D+E(O)]+1,0[Wz] 16,99 14,20 17,94 0,13 0,137
210 1,2[D+E(T)]+1,0Wx 23,38 20,52 25,24 0,13 0,193
211 1,2[D+E(T)]+1,0Wz 23,31 20,52 25,20 0,13 0,193
212 (1,2+0,2Sds)[D+E(O)]+1,0[Vx+0,3Vz] 45,95 22,97 39,63 0,13 0,304
213 (1,2+0,2Sds)[D+E(O)]+1,0[Vz+0,3Vx] 47,63 23,81 41,08 0,13 0,315

Vu/Ac max = 0,315 MPa

Desain penulangan fondasi


(1) Penulangan lentur fondasi (tulangan atas dan
bawah)
Beton
fc' kuat tekan untuk beton struktur = 21,0
MPa
γc Berat jenis beton struktur = 23,5 kN/m3

Tulangan baja
SNI 2052, BJTS-420B atau setara
Fy kuat leleh tulangan ulir = 420 MPa
Fyv kuat leleh tulangan polos = 280 MPa

Momen terfaktor maks = Mu = 26,24 kN,m


(Komb. beban 213)

Selimut beton = 50 mm
Tebal efektif fondasi = hf-c-1,5*Фrebar =
0,13 m = 131 mm

Ru = Mu / (ø * lebar * d2) = 1,71 MPa


(lebar = 1,0 m)

m = fy / ( 0,85 * fc' ) = 23,5


ρdibutuhkan = (1/m)*(1-(1-2m Ru/fy)0,5) =
0,429%

jdih.pu.go.id
- 241 -

ρbalanced = β1 * 0,85 fc' * 600 = 2,13%


fy 600 + fy
ρmax = 0,75 ρbalanced = 1,59%
ρmin = 0,33% (1,4/fy if 1,33*ρrequired > 1,4/fy)
(0,18% if 1,33*ρrequired < 1,4/fy)
ρdibutuhkan = 0,429%
(ρdibutuhkan = ρdibutuhkan if ρdibutuhkan > 1,4/fy)
(ρdibutuhkan = ρdibutuhkan x 1,33 tapi tidak kurang
dari 1,4/fy jika ρdibutuhkan < 1,4/fy)

ρterpakai = 0,429% < 1,6% OKE


(ρterpakai = terbesar dari ρmin atau ρdibutuhkan)
As req = ρterpakai * b * d = 560,32 mm2
Diameter of tulangan = 13 mm
As = 132,73 mm2
Jumlah tulangan = As req / As = 5 ea
Spasi = lebar/ jumlah tulangan = 0,200 m =
200,00 mm
As req jumlah luas tulangan tersedia = As *nr =
663,66 mm2

Dipakai D13 – 200 mm untuk penulangan


untuk layer atas & bawah.

(2) Penulangan geser fondasi


Vu / Ac max = 0,315 MPa (Komb. beban 213)
Geser lentur izin untuk pelat tanpa
penulangan:
Vc = 2 √fc' b d/12
Diambil b x d = Ac maka:
ø Vc / Ac = 0,75 x √fc' x 2/12 (ø= 0.75)

Vu max / Ac =
= 0.75 x 21^0.5 x 2/12
0,31 MPa < = 0.57

jdih.pu.go.id
- 242 -

0,57 MPa (OKE) MPa


(Tidak dibutuhkan tulangan geser)

(3) Lebar retak maksimum pada daerah tarik


Lebar retak maksimum pada daerah tarik
sebaiknya dihitung berdasarkan SNI 2847
sebagai berikut:

w = 1 .11  10 −6
   fs 

Dimana :
w = lebar retak (mm)
β = factor tinggi (1,2 untuk balok, 1,35 untuk
pelat) = 1,35
fs = tegangan tulangan terhitung pada beban
layan (MPa), sebaiknya 0,6 Fy dari retak
maksimum = 252 MPa
c = tebal selimut beton (mm) = 50 mm
ds = selimut beton + 1,5 diameter tulangan=
69,5 mm
Ae = luas tarik efektif pada beton di
perletakan tulangan 2*ds*β = 187,650
mm2
s = spasi (mm) = 200
N = 1.000/s = 5
A = Ae/N = 37.530,0 mm2

Gambar 91. Penulangan Fondasi

Maka :
w = 1,11e-6 x 1,35 x 252 x (50 x 37.530)^(1/3)
= 0,046577 mm < 0,33 mm OKE

jdih.pu.go.id
- 243 -

h. Data Tanah & Kalkulasi Daya Dukung Tanah


1) Lokasi

Gambar 92. Lokasi Titik Penyelidikan Tanah Tangki


Bahan Bakar Minyak 10.000 kiloliter

Gambar 93. Foto Pengambilan Titik Penyelidikan


Tanah BH-1

jdih.pu.go.id
- 244 -

2) Sketsa Profil Tanah

Gambar 94. Sketsa Profil Tanah

3) Ringkasan Tes Laboratorium

Gambar 95. Ringkasan Tes Laboratorium

jdih.pu.go.id
- 245 -

4) Data Tes Konsolidasi

Pc' = 2.5kg/cm2

Gambar 96. Data Tes Konsolidasi

Pc' = 0.5kg/cm2

Gambar 97. Data Tes Konsolidasi (lanjutan)

5) Daya Dukung Tanah


Standar perhitungan: TERZAGHI

jdih.pu.go.id
- 246 -

Data masukan untuk fondasi


Lebar fondasi B = 2,3 meter
Jenis fondasi = menerus
Panjang fondasi L = 2,6 meter
Kedalaman tertanam fondasi Df = 0,1 meter
Tebal fondasi t = 0,2 meter
Berat jenis beton ɣc = 24 kN/m³

Parameter tanah/batuan
Jenis = Spill
Jenis tanah = Clay
N-SPT N =7
Kedalaman muka air tanah Dw = 7,3 meter
RQD =-%
Kohesi tanah c = 27,46 kN/m2
UCS = - Mpa
Sudut gesek tanah ɸ = 2,86 °
Berat jenis tanah ɣs = 16,00 kN/m³
Rasio Poisson µ = 0,35 kN/m³

Faktor Kapasitas daya dukung tanah


Faktor kohesi Nc = 6,6
Faktor beban Nq = 1,3
Faktor berat Nɣ = 0,2

Kapasitas daya dukung tanah

Persegi

Menerus
Lingkaran

Faktor keamanan SF = 3
Kapasitas daya dukung tanah izin Qall = 63,93
kN/m²
= 0,65 kg/cm²
= 6,52 ton/m²

jdih.pu.go.id
- 247 -

i. Kesimpulan
1) Berdasarkan kondisi yang diberikan dalam analisis
struktur dan desain beton fondasi SPBU Mikro 3 kl
dianggap cukup memenuhi kriteria desain.
2) Berdasarkan desain dan kalkulasi, faktor keamanan
fondasi SPBU Mikro 3 kl sebagai berikut:
a) Kondisi Permanen
Daya dukung tanah : σmaks = 17,10 < σs = 63,93
OKE
Momen guling : Tidak ada beban
Stabilitas geser : Tidak ada beban
b) Kondisi Sementara
Daya dukung tanah : σmaks = 35,86 < σs = 85,03
OKE
Momen guling : SFM = 10,98 > 2 OKE
Stabilitas geser : SFH = 2,4 > 1.1 OKE
3) Berdasarkan desain dan kalkulasi, penurunan fondasi
SPBU Mikro 3 kl sebagai berikut:
4) Fondasi pelat panjang 2.6m x lebar 2.3m x tebal 0.2m
dengan D13 - 200 mm untuk penulangan untuk layer
atas dan bawah.
5) Berdasarkan desain dan kalkulasi fondasi, tulangan
geser tidak diperlukan.

5. Tekanan Maksimum Terhadap Tipe Jalan Kelas III C (Bus)


(Nomor Dokumen 003/IGI/STRU-PTS/PTPR/VIII/2021)

a. Umum
1) Latar Belakang
Latar belakang diadakan SPBU Mikro 3 kl sebagai
berikut:
a) Mewujudkan “One Village One Outlet” sebagai
solusi ketahanan energi masyarakat;
b) Memenuhi ketersediaan energi ke seluruh pelosok
negeri;

jdih.pu.go.id
- 248 -

c) Mendekatkan unit bisnis ke masyarakat yang


berada di pelosok; dan
d) Meratakan persebaran BBM pada masyarakat di
daerah yang tidak ada SPBU.

2) Tujuan
Dokumen ini mencakup analisis modul SPBU Mikro 3
kl pada saat diletakkan di atas fondasi.

3) Referensi
Berikut merupakan daftar referensi untuk desain SPBU
Mikro 3 kl:

Tabel 118. Referensi


No. Nomor Dokumen Nama Dokumen
1. 001/IGI/DB- Basis Desain Proyek SPBU
PSHOP/VI/2021 Mikro 3 kl
2. 001/IGI/MEC/MDS- Spesifikasi Tangki
PSHOP/VI/2021 Penyimpanan (UL-142) SPBU
Mikro 3 kl
3. 002/IGI/CIV- Perhitungan Fondasi SPBU
CAL/PSHOP/VI/2021 Mikro 3 kl
4. Undang-Undang Nomor Undang-Undang Republik
22 Tahun 2009 Indonesia tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan
5. - Manual Klasifikasi Jalan
Indonesia
6. 01/MN/BM/83 Manual Bina Marga

4) Standar/Acuan
Standar/acuan yang digunakan pada pendesainan
SPBU Mikro 3 kl antara lain:
Tabel 119. Standar/Acuan
No. Nomor Dokumen Nama Dokumen
1. SNI 1726 Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung
2. SNI 1727 Beban Minimum untuk
Perancangan Bangunan Gedung
dan Struktur Lain
3. SNI 1729 Spesifikasi untuk Bangunan
Gedung Baja Struktural

jdih.pu.go.id
- 249 -

b. Metodologi
Metode yang digunakan yaitu perhitungan sederhana
dengan membandingkan tekanan maksimum yang terjadi
pada tanah dengan total tekanan permukaan desain dari
beban roda kendaraan.

c. Sistem Satuan
Sistem unit berikut harus diadopsi dalam dokumen desain:
1. Panjang (besar) : meter (panjang profil, joint co-
ordinates )
2. Panjang (kecil) : mm (dimensi balok/kolom,
defleksi, dan lain-lain)
3. Gaya : kg
4. Momen : kg.m
5. Massa : kg
6. Tegangan : kg/m2

d. Parameter Tekanan
Parameter pengecekan tekanan dari fondasi yang didesain
dan tekanan permukaan beban kendaraan kelas III yaitu:

Tabel 120. Parameter Tekanan


Pengecekan
Rasio Tekanan Maksimum yang terjadi pada tanah < tekanan
permukaan beban kendaraan

e. Model
1) Dimensi
Berikut merupakan gambar desain dari modular SPBU
Mikro 3 kl:

jdih.pu.go.id
- 250 -

Struktur Atas

Fondasi

Gambar 98. Gambar desain modul SPBU Mikro 3kl

2) Program Komputer
Perhitungan menggunakan in-house spreadsheet
dengan program Microsoft Excel atau sejenisnya.

3) Parameter yang Digunakan


Parameter yang digunakan untuk menghitung yaitu
tekanan maksimum yang terjadi pada tanah yang
didapat dari hasil perhitungan analisa fondasi yaitu
sebesar 35,9 kN/m2.
f. Analisis
1) Klasifikasi Jalan
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, jalan di area
SPBU Mikro 3 kl yaitu termasuk ke dalam klasifikasi
jalan kelas III. Klasifikasi jalan berdasar ruang lalu
lintas dikelompokkan sesuai dengan jalan kelas III,
yaitu jalan arteri, kolektor dan lingkungan yang dapat
dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter,
ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus)
milimeter dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.

jdih.pu.go.id
- 251 -

2) Penggolongan Kendaraan
Tabel 121. Penggolongan kendaraan menurut MKJI
No. Tipe Kendaraan Golongan
1 Sedan, jeep, st.wagon 2
2 Pick-up, combi 3
3 Truk 2 as (L), micro truck, mobil 4
hantaran
4 Bus kecil 5a
5 Bus besar 5b
6 Truk 2 as (H) 6
7 Truk 3 as 7a
8 Trailer 4 as, truk gandeng 7b
9 Truk s.trailer 7c

3) Konfigurasi Beban Sumbu


Sebagai ilustrasi untuk kontak ban dengan jalan dapat
dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 99. Ilustasi kontak ban dengan jalan


Sedangkan berdasarkan Manual Bina Marga Nomor
01/MN/BM/83, konfigurasi beban sumbu dapat dilihat
pada tabel berikut ini:

jdih.pu.go.id
- 252 -

Gambar 100. Konfigurasi Beban Sumbu

4) Perhitungan Tekanan Permukaan


Sesuai dengan arus kendaraan pada tipe jalan yang
dilalui di area SPBU Mikro 3 kl dapat dibuat untuk
perhitungan sebagai berikut:

a) Perhitungan Golongan Kelas III


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
kelas jalan III didesain untuk kendaraan
mempunyai muatan sumbu terberat 8 ton.

Berikut dalam tabel merupakan hasil perhitungan

jdih.pu.go.id
- 253 -

Tekanan Permukaan Desain terapan:


Parameter Desain Nilai Unit
Beban Muatan Sumbu 8 Ton
Maksimum
Beban per roda (P) 4 Ton
(Asumsi Roda Tunggal)
Beban per roda (P) 39,228 kN
Dimensi Kontak Roda
• Panjang 250 mm
• Lebar (Sumbu 750 mm
Tunggal)
Perhitungan
Area Kontak ban 0,188 m2
(Panjang x Lebar)
Tekanan Permukaan 209,216 kN/m2
Desain Terapan: P / A

Maka didapat Tekanan Permukaan Desain


Terapan adalah 209,216 kN/m2.

b) Tekanan pada Permukaan Tanah Dasar


Perhitungan pada tekanan dasar berdasarkan
asumsi sebagai berikut:

Gambar 101. Tekanan pada permukaan tanah dasar

Tebal perkerasan tanah diasumsikan sama dengan


tebal desain fondasi rencana.

Tabel 122. Tekanan pada permukaan tanah dasar


Parameter Desain Nilai Unit
Beban per roda (P) 39,228 kN
Tebal perkerasan (h) 250 mm
0,25 m
Panjang kontak tekanan pada 0,75 m

jdih.pu.go.id
- 254 -

tanah (dengan sudut 45°)


Panjang kontak roda + (2 x h)
Lebar kontak tekanan pada 1,25 m
tanah (dengan sudut 45°) lebar
kontak roda + (2 x h)
Luas kontak tekanan pada 0,9375 m2
tanah
Tekanan pada permukaan 41,4832 kN/m2
tanah untuk kelas IIIC
Tekanan maksimum SPBU 18,40 kN/m2
Mikro 3 kl pada tanah saat
operasional
Tekanan maksimum SPBU 35,90 kN/m2
Mikro 3 kl pada tanah saat
kejadian (Gempa)

c) Cek Rasio
Menentukan rasio perbandingan yang dihasilkan
antara tekanan maksimum desain SPBU Mikro 3
kl + Fondasi yang terjadi pada tanah harus lebih
kecil dari tekanan permukaan beban kendaraan
kelas III yaitu:
35,9 < 41,4832

g. Kesimpulan
1) Desain fondasi ini hanya berlaku dengan kondisi tanah
seperti dalam parameter analisa fondasi.
2) Apabila tidak dilakukan pengujian tanah untuk
mengetahui parameter tanah maka bisa menggunakan
perbaikan tanah seperti pada perbaikan tanah dasar
untuk jalan kelas III C.

VII. SPESIFIKASI DETAIL MATERIAL PERALATAN


A. PERALATAN MEKANIKAL
1. Spesifikasi Tangki Penyimpanan (UL-142)
(Nomor Dokumen 001/IGI/MEC/MDS-PSHOP/VI/2021)
Tabel 123. Data Sheet Tangki Penyimpanan 3 kl
No. Deskripsi Uraian
DESIGN KONDISIS
1 Desain standar UL 142
2 Layanan BBM
3 Tekanan desain Terisi air penuh barG
4 Temperatur desain 60 oC

jdih.pu.go.id
- 255 -

No. Deskripsi Uraian


5 Tingkat alir Inlet / Outlet TBA m3/h
6 Tekanan saat operasi ATM
7 Temperatur saat operasi 30 oC
8 Efisiensi sambungan Struktur shell: 0.85
9 Tebal lapis tambah untuk Struktur shell: 3 mm
pelindung korosi
10 Berat jenis cairan 0,77
11 Kapasitas jaringan 2,85 kl
12 Tingkat cairan TBA
13 Diameter sisi dalam TBA
14 Panjang, TL-TL TBA
15 Radiografi SPOT
16 Orientasi bejana Horizontal
17 Jenis pendukung NA
18 Jenis head NA
19 Tebal struktur shell 6/minimal (*) mm
20 Tebal Bawah/Atas 6/minimal (*) mm
(Nom/M
21 Standar desain angin ANSI / ASCE 7-10
22 Kecepatan angin desain 140 km/h
23 Faktor keutamaan 1,5
24 Standar desain gempa SNI 1726
25 Percepatan puncak TBA
batuan
26 Ss TBA
27 S₁ TBA
28 Faktor keutamaan 1,5
29 Blast Pressure - -
30 Beban transportasi Percepatan horiz.: -
31 Percepatan vert.: -
32 Code Stamp Tidak
33 Sertifikat MIGAS Tidak
34 MAWP Basis Tekanan desain
35 Layanan korosi Tidak
36 Uji vakum Tidak
37 Uji penetrasi As per standar
38 Uji impak As per standar
39 PWHT As per standar
40 Radiografi As per standar
41 Uji hidro Ya
42 Spesifikasi pengecatan Rujuk ke Spek No. (TBA)
43 Insulasi (lainnya) Ya, tebal:
Tidak
44 Pelindung api (lainnya) Ya, tebal: Castable C:11 (75 mm)
Tidak
Aksesoris
1 Earthing Lugs / Boss (Note 7)
2 Fireproofing Clips
3 Internal Ladder Clip
4 Lifting Lugs
5 External Ladder
6 Internal Ladder
7 Name Plate
Spesifikasi Material
1 Standar konstruksi ASME Sec. VIII Div.1 Latest
Edition

jdih.pu.go.id
- 256 -

No. Deskripsi Uraian


2 Struktur shell A-36
3 Bawah/Atas A-36
4 Nozel/ Manhole Neck Pipe: A 106 Gr.B
5 Plate: A-36
6 Manhole Neck A-36 or A 106 Gr.B
7 Flange A 105
8 Bantalan tulangan A-36
9 Pendukung NA
10 Cladding -
11 Pelat landas -
12 Bird Screen -
13 Gaskets Internal: -
External: Spiral Wound, I/OR
SS304, Flexible Graphite Filler
14 Baut Internal: -
External/Nut: A 193 Gr B7 / A
194 Gr2 H
15 Internal Removable: -
Non-Removable: SA 106 Gr.B
16 Lifting Lug A-36
17 Earting Lug SS 304
18 Fitting SA 234 WPB
19 Davit SA 106 B
20 Name Plate/Bracket SS 316 L / A-36
21 Baut angkur N/A
22 Media penyaring N/A
BERAT ESTIMASI
1 Berat saat ereksi 3.044 kg
2 Berat saat operasi 5.239 kg
3 Berat saat uji hidro 6.044 kg

Tabel 124. Connection Schedule


Tandar Jml Ukuran Rating / Sch Proj. Deskripsi
(In) Type (mm)
N1 1 6 150# WNRF 40 150 Emergency Vent
N2 1 2 150# WNRF 40 150 Spare/Manual Dip
N3 1 2 150# WNRF 40 150 Suction
N4 1 3 150# WNRF 40 150 Vapour Line
N5 1 3 150# WNRF 40 150 Fuel Fill
N6 1 2 150# WNRF 40 150 Manual Tank
Gauge
N7 1 2 150# WNRF 40 150 Flame Arrestor
N8 1 6 150# WNRF 40 150 Secondary E. Vent.
N9 3 2 150# WNRF 40 150 Leakage For Insl.
A/B/C
N10 1 2 150# WNRF 40 150 Leakage Detection

jdih.pu.go.id
- 257 -

Catatan:
1) Nozzle orientation & Projection shall be detail in DED
2) All Nozzle flanges shall be as per ASME B16.5
3) Vendor to calculate overal weight of the tank with all of tank
internals.
4) Vendor to calculate and specify final thikness, nozzle reinformcement,
stiffener details, lifting lusg, etc.
5) Tank painting procedure shall be refer to Client specification
6) Material shall be complete with certificate.
7) Vendor re calculate for thickness insulation required.

Gambar 102. Sketsa Tangki Penyimpanan

2. Spesifikasi Dispenser
(Nomor Dokumen 002/IGI/MEC/MDS-PSHOP/VI/2021)
Tabel 125. Data Sheet Dispenser
DATA DESAIN
Design Code : Standar Manufaktur
Service : BBM
Capacity Design : Max. 120 lpm untuk Cairan Kelas II, dan 150
lpm untuk Cairan Kelas III
KONDISI SITE
Desain Angin : 120 km/h
Desain Seismik : SNI 1726
Temperatur Ambient : 25 ~ 55 ◦ C
Kelembapan Relatif : 20 ~ 95 %
CONSTRUCTION
Desain Konstruksi : Standar Manufaktur
Konstruksi : Las
Rating Keselamatan : Tersertifikasi ATEX
Koneksi Inlet : Dispenser satu sisi, 1-2 produk bahan bakar
(bensin, solar, dll)
- Ukuran : 1 1/2 " (VTA)

jdih.pu.go.id
- 258 -

Ketebalan Casing : 0,8 ~ 1 mm


- Material : Aluminium / Stainless Steel
Pompa Dispenser : Tipe pompa gear anti ledakan / vane pump
(sebagai opsional)
- Model : Model isap / 1 pumping monoblock / 1 nozel.
Selang Dim. : 19 mm (VTA)
- Material : Stainless Steel (completed with magnetic
Interlock)
Kebisingan : < 70 dB
Dimensi (W x L x H ) : VTA mm
Warna : Sesuai sepsifikasi klien
AKSESORIS
Layar : Unti layar - backlist LCD
Input penjualan : Digital input & preset
Peralatan dispenser : Min.: Katup Solenoid, filter , nozel, dll
Lainnya : VTA
PENGUJIAN
Pengujian : Merujuk ke International Standard Code
sesuai desain
BERTA
Berat Kosong : VTA kg
Berat Operasi : VTA kg
Berat Pengujian : VTA kg
CATATAN
1. Umur desain untuk dispenser adalah 20 tahun.
2. Dispenser harus dilengkapi dengan alat pembatas.
3. Dispenser harus memenuhi persyaratan untuk mencegah
penyebaran gas yang mudah terbakar.
4. Area permukaan di sekitar dispenser harus dirancang agar
tumpahan atau kebocoran dapat mengalir ke drain box.
5. Untuk unit pompa harus dilengkapi dengan saringan penghisap
mesh 150 dan interchangeable.
6. Jenis pompa dan dispenser bahan bakar harus mengacu pada
standar acuan (O1ML) Standard R 118 : 2000 & OIML R 117 : 1995
7. Pompa harus tersertifikasi UL/ATEX
8. Motor harus anti ledakan.
9. Sistem perpipaan yang terhubung ke dispenser harus dilengkapi
dengan ESD.
10. Sumber listrik:
- Satu fase : Volt /Watt : 220V/1000 W dan 220 V /750 W
- Tiga fase : Volt /Watt : 380V/1000 W dan 380 V /750 W

B. PERALATAN PERPIPAAN
1. Spesifikasi Perpipaan
(Nomor Dokumen 001/IGI/PIP/MDS-PSHOP/VI/2021)
Tabel 126. Data Sheet Kelas Perpipaan
KELAS PERPIPAAN: 150A
LAYANAN: DIESEL, PERTALITE, PERTAMAX, PREMIUM KELAS ASME: ACUAN:
150 # RF ASME B31.3 LATEST
TEKANAN MAKSIMUM YANG DIIZINKAN
(BERDASARKAN TEMPERATUR).:
oF -20 s.d. 200 300 400
100
MATERIAL: PIPA: CARBON STEEL PSIG 230 195 175 160
AKSESORIS: CARBON STEEL CORROSION 3MM
ALLOWANCE:

jdih.pu.go.id
- 259 -

KATUP: CARBON STEEL RADIOGRAFI: 100% ALL


BUTTWELDS
KATUP 13, 18CR & HARDFACED MAG. 100% FILLET & O'LET
PEMBAGI: PARTICLE/DYE WELDS
PENETRANT:
TIPE FLANGED / 2" & LARGER POST WELD HEAT CODE
SAMBUNGAN: BW: TREATMENT:
THREADED: 1 1/2" AND SMALLER, NOTE 2 PERSYARATAN CODE
SOCKET PERKERASAN:
WELD: NONE

NOMINAL DIAMETER: INCI 1/2 3/4 1 1 1/2 2 3 4 6 8 10 12 14 16 18 20 24


TEBAL DINDING PIPA: ASME 80 80 80 80 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
SCH.
NO ELEMEN KET
1 PIPA 3 B36.19M, A53 GR.B, SMLS, B36.19M, A53 GR.B
BSPT
SMLS, BE
2 SAMBUNGAN B16.11, A105, 3000 LB, BSPT B16.9, A234
3 O'LETS A105, 3000 LB,BSPT A105, SCH TO MATCH PIPE
4 NIPPLES B36.10M, A53, SMLS, SCH 80
5 SWAGED NIPPLES B16.11, A105, 3000 LB
6 UNIONS B16.11, A105, 3000 LB, BSPT
7 CAPS B16.11, A105, 3000 LB, BSPT B16.9, A234, WALL TO MATCH PIPE
8 PLUGS (HEX. HEAD) B16.11, A105, 3000 LB, BSPT
9 FLANGES 5 B16.5, A105, 150 LB, SO RF, B16.5, A105, 150 LB, RF SO, BORE
TO MATCH PIPE
3000 LB, SW
10 BLIND FLANGES 5 B16.5, A105, 150 LB, RF B16.5, A105, 150 LB, RF
11 ORIFICE FLANGES 5 B16.36, A105, 300 LB, RF, A105, 300 LB, RF, WN, BORE TO
MATCH PIPE
3000 LB, SW
12 REDUCING FLANGES 1,5 B16.5, A105, 150 LB, RF,
3000 LB, SW
13 SPECTACLE BLINDS 5 A105, ASME B16.48
14 SPADE/SPACER RINGS 5 A516 GR. 70, ASME B16.48
16 STUD BOLTS A193 GR. B7M CLASS 2
17 NUTS (2 PER BOLT) A194 GR. 7M
18 GASKETS B16.20, ALL SIZES, SPIRAL WOUND, 316 SS, 3 MM THICK,
FLEXIBLE GRAPHITE FILL,
19 316 SS INNER & OUTER RINGS, 150 LB
20 BALL RB ASME B16.34, A216 BODY
21 NOTE 4 PTFE SEAL 2 #1000 PIECES
CTR
22 GATE ASME B16.34, A216 BODY
23 PTFE SEAL 2 #1000 PIECES
CTR
24 GLOBE
25 VAL VES
26 CHECK ASME B16.34, A216 BODY
27 SWING TYPE-2 #1000 PIECES
CTR
28 PLUG
29
30 BUTTERFLY
31 NOTE 4, 5
32 NEEDLE
33
CATATAN: 1. Untuk koneksi instrumentasi saja.
2. Perpipaan berdiameter kecil dalam layanan (yaitu pompa dan kompresor reciprocating)
harus dilas soket atau beri flens..
3. Perpipaan dalam layanan getar atau berdenyut harus dengan Sch. Min 40.
4. Ball valve dan butterfly valve dengan RPTFE seat untuk hingga 400F saja.
5. Kekasaran permukaan Gasket harus 125 s.d. 250 µ inch as per ASME B 16.5.

jdih.pu.go.id
- 260 -

C. PERALATAN ELEKTRIKAL
1. Spesifikasi Kebal NYFGBY 4 X 2,5 mm & Batang Pembumian
(Nomor Dokumen 001/IGI/ELE/MDS-PSHOP/VI/2021)

a. Data Sheet Kabel


Tabel 127. Data Sheet Kabel
Nom, Cross Section
1 : 2,5 mm2
Area
Data
Overall Diameter
Konstruksi 2 : 18,00 mm
(approx,)
3 Cable Weight (approx,) : 662 kg/km
Conductor
4 Nom, Cross Section : 2,5 mm2
DC Resistance at
5 : 7,41 (Ω/km)
20°C
6 AC Resistance at 20°C : 8,866 (Ω/km)
Data
7 Inductance : 0,315 (mH/km)
Elektrikal
Current – Carrying Capacity at 30°C *
8 In air : 31 A
9 In ground : 36 A
Short circuit current at
10 : 0,29 kA
1 sec

Gambar 103. Cable NYFGBY 4 x 2,5 mm

b. Data Sheet Batang Pembumian


Tabel 128. Data Sheet Batang Pembumian
1 Nilai Resistansi (Maks) : 4Ω
2 Material : Tembaga
3 Diameter : 5/8 inci
4 Panjang : 4 meter
4 Unit : 1
4 Tipe Konduktor : 3 fase 4 kawat

jdih.pu.go.id
- 261 -

Gambar 104. Grounding Rod

D. PERALATAN INSTRUMEN
(NOMOR DOKUMEN 001/IGI/INS/MDS-PSHOP/VI/2021)
Tabel 129. Data Sheet Instrumen
No Gambar Spesifikasi
EMERGENCY VENT
UL Listed reference to
Referensi :
UL 2085-2583
Ukuran : 6 inci
Diameter : 8,5 inci
Tekanan dalam
Kapasitas Venting / : 2,5 psi
1 SCFH
Pengaturan Tekanan : 8 atau 16 oz/in2
Tinggi : 3,4 inci
Celah Baut : 2,6 inci
Alumunium /
Badan / Penutup /
Alumunium / FKM /
Dudukan / Baut
Zinc Plated Steel
PRESSURE VACUUM VENT
Tipe : Flame Arrester
UL Listed reference to
Referensi :
UL 2085 - 2583
Ukuran : 2 inci
Dimensi : 6 x 4 x 4 inci
2
Berat : 2 lbs
Pengaturan Tekanan 2,5 s.d. 6,0 in.wc
:
Pengaturan Vakum 6,0 s.d. 10 in.wc
7000 SCFH pada
Laju Aliran Maks Tinggi :
penurunan tekanan 2

jdih.pu.go.id
- 262 -

No Gambar Spesifikasi
psi
Konstruksi Tahan
: Duratuff
Korosi
EMERGENCY PUSH BUTTON
Ukuran : 1½ inci
Lubang Pemasangan : 0,87 inci
Arus Rated : 10 A
3 Voltase Rated : 660 V
Berat : 100 gr
Terminal : 4
Ukuran Body : 1,83 x 2,95 x 0,51 inci
EMERGENCY SHUT OFF VALVE
Ukuran : 1½ inci
Aliran Rating : 0 s.d. 120 L/men
Tekanan : 0,2 MPa
: NPT = 1½ inci ; BSP =
4 Drat Inlet
1½ inci (Female)
: NPT = 1½ inci ; BSP =
Drat Outlet
1½ inci (Female, Male)
Berat : 2.500 gr
FOOT VALVE
Ukuran : 1½ inci
Tipe : Double Poppet Foot
Valve
Dimensi : 3 x 3 x 6 inci
Berat : 2.041 gr
5 Penyaringan : 20 mesh Stainless Steel
Kuningan (Body, Seat,
Konstruksi Material :
dan Poppets)
Kecepatan Penutupan
: 0,55
Katup
Temperatur Operasi : 3,8°F s.d. 131°F
BALL VALVE THREE PIECES
Ukuran : 1½ inci
Material : Stainless Steel,
Kuningan
6 Tekanan Kerja : 1000 psi (Air, Minyak,
Gas)
Temperatur Fluida : -20°F s.d. 410°F
Temperatur Body : -60°F s.d. 450°F
ANTI SYPHON
Ukuran : 1½ inci
Tekanan Rated : 50 psi
Temperatur rated : -20°F s.d. 125°F
Ketinggian Rated : 90°
7
Berat : 2.944 gr
Tutup / Pegas / : Stainless Steel
Plunger
Body : Ductile Iron

jdih.pu.go.id
- 263 -

No Gambar Spesifikasi
CAMLOCK COUPLING
Ukuran : 2 inci
: A (Male Adaptor x
Tipe
Female Thread)
Berat : 1.200 gr
Tekanan : 250 psi
8
Temperatur : -6,2°F s.d. 482°F
Material : Stainless Steel,
Kuningan
: Hose Shank / Threaded
Tipe Sambungan
(BSPT / NPT)
OVERFILL PREVENTION VALVE
Ukuran : 2 inci
Temperatur Operasi : -10°F s.d. 185°F
Tekanan Desain : 145 psi
9 Tekanan Kerja : 116 psi
Berat : 1.200 gr
: Brass Metal, Kuningan,
Material
Stainless Steel
CHECK VALVE
Ukuran : 2 inci
Tipe : Swing Check Valve
Tekanan (Maks) : 200 psi
10
Temperatur (Maks) : 4,8°F s.d. 302°F
Dimensi : 5,51 x 3,20 x 1,97 inci
Material : Stainless Steel

VIII. DAFTAR PERALATAN INSTALASI SPBU MIKRO 3 KL


Berikut merupakan daftar peralatan dalam rencana Pembangunan
Instalasi SPBU Mikro 3 kl terdiri atas:
Tabel 130. Daftar Peralatan pada SPBU Mikro 3 kl
No. Butir Ukuran Merek/Deskripsi Lokasi
1 Doube Wall Tank - SPBU Mikro 3 kl Tangki
2 Dispenser - Sanki SK10, Korea Tangki
EnE, Co, Ltd, Digicom-
C etc (ABL)
3 Emergency Vent 6” Primary 6” UL Listed – UL 2583 Tangki
4 Emergency Vent 6” Secondary 6” UL Listed – UL 2583 Tangki
Tank
5 PV Vent Flame Arrester 2” Lengkap dengan pipa Tangki
CS Sch,40 UL Listed
(koneksi ulir), OPW
623V Pressure Vacuum
Vent
6 Manual Tank Gauge 2” Loading Port Tangki
7 Insulation Concrete Fire - - Tangki
Protection C-11

jdih.pu.go.id
- 264 -

No. Butir Ukuran Merek/Deskripsi Lokasi


8 Camlock Female 2” Lengkap dengan cover Perpipaan
(Brass Material, Type Sistem
A/F & tipe DC)
9 Ball Valve 2” SS316 #1000 Threaded Sistem
BSP (Brand refer to API Perpipaan
6D)
10 Check Valve 2” Koneksi Ulir Sistem
Perpipaan
11 Overfill Prevention Valve 2” Morrison Bros, Co, Sistem
Perpipaan
12 Anti Syphon Valve 1½” 1½” ABL Outlet
13 Ball Valve 1½” 1½” SS316 #1000 Threaded Outlet
14 Ball Valve Three Pieces 1½” 1½” BSP (Brand refer to API Outlet
6D)
15 Emergency Shut Off Valve 1½” (Inlet: Female dan Outlet
Pieces 1½” Outlet: Male)
16 Foot Valve 1½” 1½” Brass Material (Steel Oil Outlet
Resistant)

IX. SISTEM PROTEKSI KESELAMATAN INSTALASI SPBU MIKRO 3 KL


Berikut adalah daftar peralatan keamanan yang digunakan dalam Instalasi
SPBU Mikro 3 kl terdiri atas:
Tabel 131. Daftar Peralatan Keselamatan
No. Butir Lokasi
1 Tombol Emergency Shut Down Dispenser
2 Emergency Shut-Off Valve Dispenser
3 Overfill Prevention Valve (OPV) Tangki
4 Emergency Vent Primary Tank Tangki
5 Emergency Vent Secondary Tank Tangki
6 Flame Arrester Tangki

X. PENGUJIAN MANUFAKTUR INSTALASI SPBU MIKRO 3 KL


A. PENGUJIAN TANGKI
1. Pengujian Lab Material
Pembangunan Instalasi SPBU Mikro 3 kl memiliki tangki dengan
standar UL 142 dengan standar pengujian dengan metode Small-
Scale Fire Test. Pengujian ini dilakukan dengan cara tangki di
tempatkan dalam pembakaran yang memenuhi persyaratan pada
UL 1709, "Standard for Rapid Rise Fire Tests of Protection
Materials for Structural Steel".

Hasil dari pengujian tangki SPBU Mikro 3 kl dengan 3 kl ini yaitu


memiliki Tingkat Ketahanan Api (TKA) yaitu -/90/90 yang

jdih.pu.go.id
- 265 -

merupakan perbandingan (stabilitas/integritas/insulasi)


a. Stabilitas : Parameter yang tidak dipersyaratkan untuk
komponen non-struktural.
b. Integritas : Tidak terjadinya retak tembus asap/api selama
90 menit.
c. Insulasi : Nilai ketahanan terhadap insulasi dari benda uji
adalah 90 menit.

Berikut dalam gambar merupakan hasil pengujian yang telah


dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

Gambar 105. Kondisi Benda Uji Ketika Pengujian Selesai (pada


menit ke 90:00)

2. Pengujian Firetest Simulation


Sedangkan untuk pengujian bakar telah dilakukan oleh PT.
Pindad Enjiniring Indonesia. Adapun persiapan dan Metode
Firetest Simulation antara lain:
a. Unit SPBU Mikro 3 kl dengan kapasitas tangki 3.000 L
dilengkapi dengan aksesoris tangki, dispenser, aksesoris
mekanikal dan elektrikal.
b. Bahan bakar sebanyak 2.000 Liter.
c. Burner berupa kayu bakar.
d. Termokopel tangki bagian dalam dan luar.

Berikut dalam gambar merupakan hasil pengujian yang telah


dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

jdih.pu.go.id
- 266 -

Gambar 106. Kondisi Benda Uji pada Simulasi Uji Bakar

3. Pengujian Kebocoran (Leakage Test)


a. Tangki Primer
Pengujian kebocoran dilakukan sebelum painting dengan
metode yang akan dijelaskan di bawah ini. Tidak harus ada
bukti kebocoran atau tanda deformasi permanen pada
pengujian ini. Jika mengalami tekanan uji kebocoran,
dinding tangki, head, atau atap dapat mengalami defleksi
tetapi harus kembali ke posisi dan bentuk aslinya saat
tekanan uji dilepaskan.
1) Melakukan tekanan udara internal dan menggunakan
busa sabun, atau bahan yang sejenis untuk mendeteksi
kebocoran. Untuk tangki horizontal atau rectangular,
uji tekanan tidak boleh kurang dari 3 psig (21 kPa) atau
tidak lebih dari 5 psig (35 kPa). Untuk tangki vertikal,
uji tekanan tidak boleh kurang dari 1,5 psig (10 kPa)
atau lebih dari 2,5 psig (17 kPa) atau tekanan di atas
1,5 psig yang menyebabkan terlihat perubahan bentuk
pada tangki. Tekanannya tidak berkurang selama
periode satu jam; atau
2) Isi penuh tangki dengan air, dengan menerapkan
tekanan yang ditentukan pada angka 1) di atas secara
hidrostatis, dan periksa kebocoran tangki.

jdih.pu.go.id
- 267 -

b. Secondary Containment
1) Setelah menyelesaikan pengujian pada tangki primer,
tangki sekunder ini diuji kebocorannya menggunakan
metode seperti yang telah dijelaskan pada huruf a.
2) Setelah menyelesaikan pengujian pada tangki primer
dan sekunder akan dilakukan tekanan lagi
menggunakan metode yang telah dijelaskan pada poin
a dan tunggu selama 1 (satu) jam untuk memeriksa
kebocorannya. Jika terdapat penurunan tekanan yang
terus menerus maka dianggap sebagai bukti kebocoran.
3) Sambil menjaga tekanan pada tangki primer, ruang
interstitial (annular) yang dibatasi oleh tangki primer
dan sekunder agar diuji tekanan sesuai dengan huruf a
dan periksa untuk kebocoran bagian luar dengan
menggunakan leak detection solution. Tidak harus ada
bukti kebocoran atau tanda deformasi permanen pada
pengujian ini. Dinding tangki, head, atau atap dapat
mengalami defleksi tetapi harus kembali ke posisi dan
bentuk aslinya saat tekanan uji dilepaskan.
4) Seperti pada pilihan pengujian kebocoran pada angka
2) dan 3) yang telah dijelaskan, ruang interstitial ruang
annular dapat diuji dengan melakukan vakum
setidaknya 13 inci merkuri (43,9 kPa) selama minimal
12 jam. Jika tangki tidak bisa menjaga vakum (plus
atau minus 2 inci merkuri) dengan waktu yang
ditentukan, tangki harus diuji ulang menggunakan
metode yang dijelaskan pada angka 2) dan 3).

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN


PERUMAHAN RAKYAT,

ttd

M. BASUKI HADIMULJONO

jdih.pu.go.id

Anda mungkin juga menyukai