Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN KETERGANTUNGAN PETANI-TOKE

DI DESA KOTO ENAU TAPAN

Mayoritas masyarakat Indonesia khususnya di daerah pedesaan

memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Umumnya, mereka berprofesi sebagai petani. Salah satunya di desa Koto Enau,

Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan.

Mayoritas petani menggarap lahan sawit milik sendiri. Hanya sebagian

kecil yang menjadi buruh tani dan menggarap lahan milik orang lain. Hal ini

sangat lumrah karena letak geografis desa ini diapit oleh dua sungai yang

sepanjang alirannya memiliki tanah gambut yang cocok untuk bertanam sawit.

Petani di desa ini dibedakan menjadi dua jenis, pertama, petani yang

memiliki lahan dan memiliki dana untuk membayar buruh tani mengolah kebun.

Kedua, petani yang memiliki lahan namun tidak ada modal untuk membiayai

pengolahan lahannya. Jenis kedua ini biasanya adalah kelompok petani miskin

yang menggarap lahan mereka bersama seluruh anggota keluarga selain orang tua

dan anak kecil. Kelompok ini sangat rentan terhadap permainan para toke sawit.

Mereka dengan senang hati memberikan bantuan ketika petani tidak memiliki

dana untuk mengolah lahan sehingga terpaksa meminjam kepada toke.

Dari keadaan ini, maka tidak heran kata miskin sering bersanding dengan

kata petani. Mereka terjebak pada lilitan hutang yang tak kunjung lepas. Selain

faktor ketiadaan modal, faktor naiknya harga-harga barang juga turut andil

penderitaan petani di Indonesia. Akhirnya mereka terjebak kemiskinan struktural

yang diwariskan secara terus-menerus terhadap generasi berikutnya.


Hubungan kekuasaan menimbulkan saling ketergantungan antara berbagai

pihak. Mulai dari pihak yang memegang kekuasaan dan pihak yang menjadi

obyek kekuasaan. Kekuasaan lahir dari kemiskinan dan keterbelakangan.

Kekuasaan identik dengan keuntungan sepihak baik untuk diri sendiri maupun

untuk kelompok yang direkrut. Penguasa memiliki kemampuan memainkan

peranan sosial yang penting dalam suatu masyarakat. Terutama pada kelimpahan

materi yang tidak merata di dalam suatu masyarakat misalnya antara kelompok

pemilik modal dan kelompok yang membutuhkan modal. Terjadinya pola

hubungan yang tidak seimbang yang mendatangkan sikap kepatuhan. 1

Kesalingketergantungan ini merupakan akibat dari adanya

ketidakseimbangan keadaan kelimpahan sumber-sumber. Misalnya pertengahan

antara masyarakat kelas bawah dan kelompok penguasa yang mempunyai

kelimpahan sumber-sumber tersebut. Oleh sebab itu, sumber-sumber baik yang

dimiliki secara materil atau sumber-sumber alam, pada akhirnya menjadi pola

ketergantungan yang seringkali tak menguntungkan kedua belah pihak.

Di dalam penelitian mengenai ketergantungan petani sawit terhadap toke

ini kerawanan yang terjadi akibat tidak adanya akses modal untuk memenuhi

kebutuhan para petani. Hal ini dimanfaatkan tengkulak keadaan kelimpahan

sumber-sumber berupa modal awal salam menggarap kebun sawit mereka.

Misalnya kebutuhan pra tanam, misalnya menyiapkan lahan dan bibit hingga

perawatan pra panen seperti pembersihan gulma, penyemprotan hama, hingga

sawit siap di panen. Selama itu, tengkulak atau toke siap sedia memberikan dana

untuk menjawab masalah tersebut tanpa jaminan apapun, selain menjual sawit
1
Roderick Martin. 1995. Sosiologi Kekuasaan, Jakarta : Rajawali Press, h. 98
dengan harga di bawah pasaran hingga hutang tersebut lunas. Hal ini

menimbulkan ketergantungan petani sawit terhadap toke sawit sulit di bantah.

Petani di desa ini mayoritas memiliki hutang di toke sawit tempat mereka

menjual hasil panennya. Secara tidak sadar, para petani telah hidup bergantung

pada para toke. Para toke bebas menentukan harga, sementara para petani tak bisa

protes mengingat hutang yang masih mengunung belum terbayarkan.

Kondisi ini, lambat laun menjadi amat memprihatinkan. Mantan Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono bahkan pernah menyebut bahwa 55% angka

kemiskinan di Indonesia itu adalah petani. Hal ini disebabkan oleh adanya

kesenjangan yang dialami oleh petani diberbagai daerah, misalnya desa Koto

Enau yang masih terjerat akan sistem permodalan oleh toke sawit. 2 Sehingga

masyarakat tersebut tidak mampu terlepas secara mudah dari tangan penguasa

toke sawit atau bisa disebabkan oleh tidak stabilnya harga sawit dari pabrik atau

modal lain yang menjadi gerbang dari ketergantungan dan kemiskinan petani.3

Masalah kemiskinan, pengangguran, dan keterbelakangan mempunyai

kaitan erat, sehingga menjadi satu permasalahan pokok yang bersumber dan

bermuara pada keterbelakangan. Seperti lingkaran setan, ketiga hal ini saling

berkaitan satu sama lain. 4

Dalam kamus ilmiah, keterbelakangan merupakan sejumlah kekurangan

yang saling berkaitan. Misalnya seperti pendapatan perkapita yang rendah,

2
Dr. Bustanul Arifin. 2005. Pembangunan Pertanian. Jakarta : Grasindo, h. 50
3
Tri Hadiyanto Sasongko. Potret Petani : Basis Pembaruan Agraria, Jakarta : Akatiga,
h.50
4
Prof.Sarbini Sumawinata. 2004. Politik Ekonomi Kerakyatan, Jakarta : Gramedia
Pustaka, h. 147
tingkat tabungan dan investasi yang rendah, namun tidak menutup kemungkinan

dalam faktor non-ekonomi. Banyak penduduk yang buta huruf, laju pertumbuhan

yang tinggi, kedua faktor ini merupakan sifat dari keterbelakangan.5

Keterbelakangan adalah konsep yang relatif, karena dapat dilihat sebagai hasil

perbandingan realitas dari berbagai sudut dan dari berbagai pertimbangan yakni

dalam konteks pendidikan, nasional, global, ekonomi, dan lain sebagainya.6

Menurut Denis Goulet situasi keterbelakangan yang kronis sesungguhnya

bukan semata-mata merupakan persoalan ekonomi atau sekedar soal pengukuran

tingkat pendapatan, masalah ketenagakerjaan, atau penaksiran tingkat

penghasilam secara kuantitatif melainkan kualitatif yakni timbulnya stratifikasi

yang tidak seimbang yang menyebabkan adanya ketimpangan kelas atas,

menengah, dan kelas bawah.7

Makna dari kemiskinan dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan mutlak

dan kemiskinan relatif. Kemiskinan mutlak merupakan kemeralatan fisik dan

materil yang nyata. Misalnya, seperti kematian dini karena kelaparan atau

kekurangan gizi yang menyebabkan pula kematian. Sedangkan kemiskinan relatif

yaitu kemiskinan yang merujuk pada ketidakmerataan dalam sratifikasi kelas di

dalam masyarakat. Perbedaan yang mencolok antara lapisan-lapisan atau

kelompok-kelompok masyarakat menyebabkan adanya kemiskinan relatif.

5
Johannes Muller, 2006. Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu, Jakarta : Gramedia, h.
4
6
Prof. Dr. Winarno Surakhmad, 2009. Pendidikan Nasional : Strategi dan Tragedi, Jakarta :
Kompas, h. 50
7
Drs. Haris Munandar, MA, 2006. Pembangunan Ekonomi. Jakarta : Erlangga, h. 156
Kemiskinan relatif belum tentu berakibat kemiskinan mutlak karena masih bisa

memenuhi kebutuhan pokok mereka.8

Sehingga dapat disimpulkan akibat dari kemiskinan dan keterbelakangan

adalah karena adanya eksploitasi dari pihak yang lebih kuat kepada kuat yang

lebih lemah secara ekonomi. Dalam hal ini merujuk kepada Toke sebagai pemilik

modal terhadap petani yang membutuhkan pinjaman modal. Salah satu cara untuk

menghapus kemiskinan itu adalah dengan memutus hubungan ketergantungan

kedua belah pihak karena hal itu merugikan bagi salah satu pihak. Pembangunan

di desa, khususnya desa Koto Enau harus dilakukan secara mandiri tanpa bantuan

orang asing. Dalam hal ini bisa dilakukan koperasi simpan pinjam sesama petani

sawit di desa Koto Enau sehingga petani dapat menggunakan dana koperasi untuk

mengurus lahan mereka masing-masing secara bergantian.

DAFTAR PUSTAKA
8
Johannes Muller, op.cit.,, h. 6
Arifin, Bustanul. 2005. Pembangunan Pertanian. Jakarta : Grasindo
Martin, Roderick. 1995. Sosiologi Kekuasaan, Jakarta : Rajawali Press
Muller, Johannes. 2006. Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu, Jakarta :
Gramedia
Munandar, Haris 2006. Pembangunan Ekonomi. Jakarta : Erlangga
Sasongko, Tri Hadiyanto. Potret Petani : Basis Pembaruan Agraria, Jakarta :
Akatiga
Sumawinata, Sarbini. 2004. Politik Ekonomi Kerakyatan, Jakarta : Gramedia
Pustaka
Surakhmad, Winarno. 2009. Pendidikan Nasional : Strategi dan Tragedi, Jakarta :
Kompas

ARTIKEL
Teori-Teori Ilmu Sosial
KETERGANTUNGAN PETANI-TOKE
DI DESA KOTO ENAU TAPAN

WETRI YANTI
1820712002

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ANDALAS
2018

Anda mungkin juga menyukai