Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pluralisme (bahasa Inggris: pluralism), terdiri dari dua kata plural (beragam) dan
isme (paham) yang berarti paham atas keberagaman. Secara luas, pluralisme
merupakan paham yang menghargai adanya perbedaan dalam suatu masyarakat
dan memperbolehkan kelompok yang berbeda tersebut untuk tetap menjaga
keunikan budayanya masing-masing.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk (bersangkutan
dengan sistem sosial dan politiknya). Secara umum, pluralisme merupakan sebuah
paham yang menghargai adanya perbedaan di tengah kehidupan masyarakat dan
mengizinkan kelompok berbeda itu tetap menjaga budayanya sebagai ciri khas.
Pengertian pluralisme juga bisa diartikan sebagai kesediaan menerima
keberagaman untuk hidup toleran pada tatanan masyarakat yang berbeda suku,
golongan, agama, adat dan pandangan hidup.
Pluralisme mengimplikasikan tindakan yang fokus pada pengakuan kebebasan
beragama, kebebasan berpikir atau mencari informasi, sehingga seseorang atau
suatu kelompok butuh kematangan kepribadian mereka untuk mencapai
pluralisme.
keadaan seorang pluralis; memiliki lebih dari satu tentang keyakinan.Pluralisme
juga dapat berarti kesediaan untuk menerima keberagaman (pluralitas), artinya,
untuk hidup secara toleran pada tatanan masyarakat yang berbeda suku, gologan,
agama,adat, hingga pandangan hidup. Pluralisme mengimplikasikan pada tindakan
yang bermuara pada pengakuan kebebasan beragama, kebebasan berpikir, atau
kebebasan mencari informasi, sehingga untuk mencapai pluralisme diperlukan
adanya kematangan dari kepribadian seseorang dan/atau sekelompok orang
pluralisme sangat dekat dengan kehidupan kita, terutama dalam kehidupan sosial.

Perbedaan dalam masalah kepercayaan agama di dalam sebuah komunitas,


termasuk di Indonesia merupakan kenyataan historis yang tidak dapat dibantah
keberadaannya, sehingga tantangan ke depan agar eksis dan perkembangan agama
menjadi salah satu wacana umat beragama. Pada dataran inilah tantangan
bagaimana sosok manusia beragama (Homo Religious) mampu mendefinisikan ,
yaitu seringkali tumbuh perbedaan-perbedaan yang memunculkan potensi-potensi
ke arah konflik.

Anda mungkin juga menyukai