sistem imun, kanker, ulkus peptik, masalah pada kehamilan dan sebagainya. Akhir-akhir
ini juga sering disebutkan bahwa merokok merupakan suatu faktor risiko terjadinya
diabetes. Perokok mempunyai resiko 30-40% lebih besar untuk menderita diabetes.
Penderita diabetes yang merokok lebih beresiko mengalami komplikasi seperti penyakit
ginjal, retinopati, dan masalah-masalah sirkulasi darah yang dapat berujung dengan
amputasi. Kejadian komplikasi tersebut diketahui berbanding lurus dengan jumlah
rokok yang dikonsumsi. Seperti yang diketahui, merokok tembakau berefek buruk bagi
kesehatan.
Hubungan merokok dengan peningkatan kadar glukosa darah dan kejadian diabetes ini
kemungkinan diperantarai oleh stres oksidatif yang menyebabkan peningkatan kadar
epinefrin dan norepinefrin (Vu et al., 2014). Peningkatan kadar epinefrin dan
norepinefrin akan mengaktivasi sistem saraf simpatis. Epinefrin secara khusus berguna
untuk meningkatkan kadar glukosa darah dalam plasma selama waktu stres. Kerja
epinefrin sedikit berbeda dari hormon-hormon lain, karena pada saat yang sama
epinefrin juga meningkatkan konsentrasi asam lemak dalam plasma. Epinefrin
mempuyai efek yang sangat kuat dalam menimbulkan glikogenolisis di hati sehingga
akan melepaskan sejumlah besar glukosa ke dalam darah dalam waktu beberapa menit.
Epinefrin juga mempunyai efek lipolitik secara langsung terhadap sel-sel lemak karena
epinefrin dapat mengaktifkan hormon jaringan lemak yang peka lipase, sehingga terjadi
peningkatkan konsentrasi asam lemak dalam darah (Guyton and Hall, 2010)