Anda di halaman 1dari 10

Makalah Bahasa Inggris Akuntansi

Oleh :

Nama : Maria Stefani Leto Mau

NIM : 2023755719

Semester / Kelas : 2 / B

Jurusan : Akuntasi Sektor Publik

Mata Kuliah : Bahasa Inggris Akuntansi


Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perbankan Retail dan Retail Banking” dengan
tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas ujian tengah semester Bahasa Inggris Akuntasi. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Bank bagi pembaca dan juga penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rosdiana Mata, S.S.,M.Pd selaku dosen mata
kuliah Bahasa Inggris Akuntansi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis meyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ritel merupakan suatu unit usaha yang berada bagian paling akhir dari rantai pasokan dan
menjual barang langsung kepada konsumen. Di Indonesia, bisnis ritel memiliki pasar yang
cukup potensial. Menurut data Bank Dunia, pendapatan per kapita penduduk mencapai $
3,557.3 mulai mendekati kategori perekonomian menengah atas. Jumlah penduduk
Indonesia yang besar mencapai 246.864.191 jiwa juga menjadi faktor peluang yang patut
diperhitungkan dalam bisnis ritel. Pudjianto (2013) menyatakan bahwa, jumlah pelaku
bisnis ritel tradisional masih lebih banyak bila dibandingkan dengan ritel modern. Tiap
seratus toko ritel tradisional hanya terdapat satu toko ritel modern. Pelaku bisnis ritel
tradisional memang masih banyak, tetapi jika tidak dibenahi dan didukung, maka ritel
tradisional akan kalah bersaing dengan ritel modern. Melihat peluang yang cukup bagus
ini, peritel modern mulai banyak yang melakukan pembukaan cabang ritelnya. Di
Indonesia, ritel modern yang berorientasi makanan secara umum dibagi menjadi tiga
format bisnis ritel, yaitu hypermarket, supermarket, dan convenience store. Pembeda dari
ketiga format ritel tersebut adalah ukuran toko dan SKU yang dimiliki. Barang yang akan
dijual menjadi aset utama yang berharga dalam kelancaran usaha ritel tersebut. Barang
yang dimiliki oleh peritel merupakan pendapatan utama dari peritel yang didapat dari laba
antara harga beli dengan harga jual ke konsumennya. Adanya gangguan pada aset bisnis
yang akan dijual ini dapat mengganggu pendapatan dan hilangnya potensi penjualan
kepada pelanggan.

Bisnis ritel modern ini membutuhkan kinerja yang baik sehingga bisnis berjalan dengan
lancar dan tidak membawa perusahaan pada kebangkrutan. Levy Weitz (2009:186)
menyatakan bahwa, banyak faktor berkontribusi terhadap pengukuran kinerja peritel
secara keseluruhan. Setiap tingkatan organisasi memiliki tipe pengukuran yang dibagi
menjadi tiga aspek yaitu output, input, dan productivity. Tipe pengukuran input adalah
sumber daya atau uang yang dialokasikan peritel untuk mencapai output. Pengukuran
output menilai hasil dari keputusan investasi peritel. Pengukuran productivity menentukan
seberapa efektif peritel dalam menggunakan sumber dayanya dan apa yang peritel
dapatkan melalui investasi yang telah dilakukan. Kehilangan inventory peritel disebut juga
shrinkage bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu pencurian oleh karyawan (internal
theft/employee theft), kesalahan distributor, pencurian oleh konsumen (shoplifting), 3
kegagalan sistem atau kesalahan administrasi. Dari keempat faktor penyebab shrinkage
tersebut, yang perlu menjadi perhatian ialah internal theft dan shoplifting karena dapat
menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi peritel. Seiring berkembangnya zaman,
survei terkait shrinkage terus dilakukan dan memiliki hasil yang lebih mendalam sehingga
menarik untuk disimak. Hasil survei terbaru yang terpercaya dan menjadi referensi
dilakukan oleh Hayes International. Jack L. Hayes International, Inc. merupakan konsultan
di perlindungan dan keamanan aset yang terpercaya dan diakui oleh banyak pihak terkait
hasil survei sekuritas bisnis yang telah dilakukannya selama 47% 32% 15% 6% Sumber
Shrinkage Employee theft Shoplifting Administrative and paperwork error vendor 4
bertahun-tahun. Dalam laporan tahunan ke-25 survei pencurian ritel yang diterbitkan
bulan Juni 2013 menyatakan adanya kenaikan terhadap pencurian yang dilakukan oleh
shoplifter (pelaku shoplifting) dan employee theft. Dari 23 perusahaan ritel besar dan
memiliki total 18.900 toko serta penjualan mencapai angka $598 miliar selama tahun
2012, didapati ada 1.074.593 shoplifter dan 71.095 employee theft. Dan secara
keseluruhan ada peningkatan sebesar 7,3% dari survei tahunan ke-24 yang dilakukan oleh
Hayes International. Employee theft tetap menyebabkan kerugian meskipun jumlah
pelakunya jauh lebih sedikit daripada shoplifter. Hasil survei menunjukkan bahwa kasus
employee theft lebih sedikit daripada shoplifting namun kerugian rata-rata tiap kasus jauh
lebih tinggi employee theft daripada shoplifting. Untuk diingat bahwa angka pelaku
meningkat tiap tahun sehingga kerugian akan bertambah terus jika tidak ada langkah
antisipasi dari peritel. Sebagai contoh riil yang terjadi di Indonesia, Merdeka.com dalam
artikelnya yang dimuat dalam media online (http://www.merdeka.com/peristiwa/dalangi-
pencurian-karyawan-alfamidi- dibekuk-polisi.html diakses tanggal 17 Januari 2014) tanggal
25 Januari 2013 mengangkat sebuah kasus internal theft yang terjadi di Alfamidi Ciruas
Kabupaten Serang. Kasus internal theft yang terjadi menyebabkan toko ritel 5 tersebut
mengalami kerugian berupa empat unit komputer, uang tunai, sejumlah barang, dan uang
di dalam kotak amal. Setelah diselidiki oleh pihak yang berwenang ternyata pelakunya
merupakan salah seorang karyawan yang sedang bertugas pada hari itu. Peristiwa internal
theft tersebut merupakan sesuatu kejadian yang tidak diduga oleh karyawan lain yang
sedang bertugas pada saat itu karena pelaku merupakan rekan karyawan sehingga tidak
timbul saling curiga antar karyawan. Tonglet dan Bamfield, 1997; Bamfield, 2004; Hayes,
2005 dalam Alstete, 2006 menyatakan, pencurian karyawan, penyusutan, dan pencurian
karyawan adalah masalah yang menyebar di bisnis saat ini dan sumber utama kerugian
bagi pengecer. Meskipun jumlah pelaku employee theft lebih sedikit, namun besar rata-
rata nilai kasus sangat besar mencapai $715.24 per kasus. Melihat bisnis ritel merupakan
bisnis padat karya dimana melibatkan banyak pekerja yang memiliki pemikiran dan niat
yang tidak dapat dikontrol oleh peritel, maka mungkin saja employee theft akan
meningkat. Karyawan adalah pihak yang mengetahui sistem beserta kelemahan sistem
perusahaan karena berhubungan dengan sistem perusahaan setiap hari.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah:
1. Apa itu Bank Retail ?
2. Apa bentuk jasa yang diberikan Bank retail ?
3. Apa dampak Bank Retail terhadap ekonomi ?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN

Tujuan yang ingin didapat dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor penyebab internal theft.

2. Untuk mengetahui strategi mengendalikan internal theft.


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bank Retail

Bank retail adalah perbankan yang menyediakan layanan keuangan kepada konsumen
sebagai individu, bukan bisnis. Perbankan ritel adalah cara bagi konsumen individu untuk
mengelola uang mereka, memiliki akses ke kredit, dan menyetor uang mereka dengan cara yang
aman.

Layanan yang ditawarkan oleh bank ritel termasuk giro dan tabungan, hipotek, pinjaman
pribadi, kartu kredit, dan sertifikat deposito. Retail banking juga menjadi bank yang
mengkhususkan usahanya pada produk jasa bank yang ditawarkan, baik kepada nasabah
perseorangan maupun badan usaha/perusahaan berskala kecil.

Suatu bank dikatakan melakukan bank retail jika berhubungan dan bertransaksi langsung
dengan konsumen, dan bukan lewat institusi lain atau bank lain. Istilah ini dipakai untuk
membedakan layanan retail banking dengan layanan institusi lain seperti investment banking,
commercial banking, atau wholesale banking

Istilah layanan retail banking juga bisa digunakan untuk bank yang bertransaksi langsung
dengan pihak konsumen, yang bisa disebut juga sebagai layanan personal banking.

Beberapa prioritas bank-bank yang bergerak di bank retail lebih banyak fokus pada beberapa
hal, seperti membangun cabang-cabang supaya bisa menjangkau lebih banyak konsumen sambil
terus membenahi pelayanan di setiap cabang tersebut.

Setiap kantor cabang tersebut tak hanya berperan sebagai perpanjangan tangan, tetapi juga turut
berperan dalam setiap aktivitas yang berhubungan dengan pengalaman dan kepuasan pelanggan.

Mereka juga mengeksplor banyak opsi untuk dapat menciptakan pengalaman perbankan yang
personal dan nyaman kepada para pelanggan, mulai dari ATM, mobile banking, dan lain-lain
2.2 Jasa yang diberikan Bank Retail

Bank retail biasanya akan menyediakan tiga bentuk jasa yaitu kredit, deposit, dan manajemen
keuangan. Ketiga hal tersebut adalah komponen dari bank komersial. Selain itu, berikut jasa
lainnya:

1. Bank retail akan menawarkan kredit kepada pelanggan untuk membayar rumah, mobil, dan
berbagai furniture.

2. Bank retail akan menyediakan tempat yang aman untuk orang dalam mendepositkan uang.
Akun simpanan, sertifikat deposito, dan berbagai produk finansial lainnya menawarkan tingkat
pengembalian yang baik dibanding menyimpan uang mereka di tempat lain.

3. Bank retail mengizinkan pelanggan untuk mengatur uang mereka sendiri dengan mengecek
akun dan kartu debit. Itu berarti, bank retail tidak perlu untuk melakukan semua jenis transaksi
secara offline tetapi online, membuat bank terlihat lebih nyaman.

Dalam operasi bank ritel, jumlah pinjaman maksimal yang diberikan adalah sekitar
Rp20.000.000 meski angka tersebut tidak bersifat tetap. Adapun contoh bank retail yang ada di
Indonesia yakni Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri,
Bank Tabungan Negara (BTN) dan lain sebagainya.

2.3 Dampak bank retail terhadap ekonomi

Peranan Bank dalam Perekonomian suatu Negara

Pembangunan sektor keuangan, terutama perubahan susunan atau struktur perbankan di


Indonesia sangat diharapkan dapat membawa perubahan yang positif bagi perekonomian
nasional. Mengapa? Karena lembaga keuangan, khususnya perbankan memiliki peran yang
sangat penting terhadap pergerakan roda perekonomian Indonesia. Ketika negara sedang
melakukan proses pemulihan ekonomi, umumnya bank masih belum bisa optimal dalam
menjalankan fungsi utamanya sebagai lembaga intermediasi keuangan internasional yang
menggambarkan rasio perbandingan jumlah kredit yang diberikan pada pihak ketiga (LDR/
Loan to Deposit Ratio). Peranan intermediasi lembaga perbankan sangat berpengaruh pada
pertumbuhan perekonomian suatu negara. Ketika terjadi penurunan jumlah kredit yang
disalurkan akibat sikap kehati-hatian dari pihak bank, secara tidak langsung akan terjadi
perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara yang bersangkutan.

Nah, untuk lebih jelasnya tentang peranan lembaga perbankan, khususnya dalam hal
pertumbuhan ekonomi suatu negara, berikut akan dijabarkan secara singkat mengenai tugas dan
fungsi bank secara umum. Terdapat beberapa tugas pokok lembaga perbankan. Pertama, bank
bertugas menyalurkan kredit kepada lembaga usaha atau perseorangan yang membutuhkan.
Tujuan penyaluran kredit ini adalah untuk kegiatan yang bersifat produktif. Kredit sendiri
terbagi menjadi tiga jenis, yaitu kredit jangka panjang, kredit jangka menengah, dan kredit
jangka pendek. Kedua, perbankan memiliki tugas untuk menarik uang dari masyarakat. Artinya,
masyarakat boleh menyimpankan uang mereka dalam bentuk deposito berjangka, giro, atau
rekening koran, serta tabanas. Ketiga, menyalurkan jasa di bidang lalu lintas peredaran dan
pembayaran uang. Jasa-jasa ini termasuk jasa pengeluaran cek, menjual dan membeli wesel,
penukaran valas, dan masih banyak lainnya. Keempat, bank bertugas memberikan jaminan-
jaminan bank dan juga menyewakan tempat untuk penyimpanan barang-barang berharga.

Sementara itu, terdapat dua jenis peranan perbankan, yaitu peranan dalam negeri dan peranan
luar negeri. Peranan dalam negeri artinya adalah bank mempunyai peranan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan ekonomi dalam negeri seperti kegiatan administrasi keuangan,
penampungan uang, penggunaan uang, penukaran dan perdagangan uang, pengawasan uang,
perkreditan, dan pengiriman uang, sedang peranan perbankan untuk luar negeri meliputi hal-hal
yang berkaitan dengan lalu lintas devisa, hubungan perdagangan, dan hubungan moneter antar
negara.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bank retail adalah perbankan yang menyediakan layanan keuangan kepada konsumen sebagai
individu, bukan bisnis.Layanan yang ditawarkan oleh bank ritel termasuk giro dan tabungan,
hipotek, pinjaman pribadi, kartu kredit, dan sertifikat deposito. Jasa yang diberikan bank retail
yaitu menawarkan kredit, menyediakan tempat yang aman untuk orang mendepositkan uang,
dan mengizinkan uang mereka sendiri dengan mengecek akun dan kartu debit.
Daftar Pustaka

https://www.wartaekonomi.co.id

http://direkritraining.com

Anda mungkin juga menyukai