Anda di halaman 1dari 20

9

BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

A. Landasan Teori

1. Nilai-nilai Dasar ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika


Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi)
Berdasarkan pada nilai-nilai dasar ANEKA yaitu Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi yang
harus diterapkan dan ditanamkan pada Aparatur Sipil Negara (ASN)
dalam tugas di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum
Daerah H. Badaruddin Kasim, maka perlu diketahui indikator-indikator
dari kelima dasar tersebut, yaitu:
a. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggung jawaban yang
harus dicapai. Akuntabilitas merujuk kepada kewajiban setiap
individu, kelompok, atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab
yang menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah menjamin
terwujudnya nilai-nilai publik.
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada
beberapa indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus
diperhatikan, yaitu:
1) Kepemimpinan: lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke
bawah di mana pimpinan memainkan peranan yang penting
dalam menciptakan lingkungannya;
2) Transparansi: keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/ instansi;
3) Integritas: konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan;
4) Tanggung Jawab: kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.
10

5) Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan


kesadaran akan kewajiban;
6) Keadilan: kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang;
7) Kepercayaan: rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan
akuntabilitas;
8) Keseimbangan: untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan
kerja, maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas;
9) Kejelasan: pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab harus
memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan
dan hasil yang diharapkan;
10)konsistensi: sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
b. Nasionalisme
Nasionalisme adalah pandangan kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila, sehingga senantiasa menempatkan persatuan
dan kesatuan serta kepentingan dan keselamatan bangsa di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
PNS yang memiliki Nasionalisme yang kuat adalah PNS
yang memahami dan memiliki kesadaran mengaktualisasikan
wawasan kebangsaan dan jiwa nasionalisme dalam menjalankan
profesinya sebagai pelayan publik yang berintegritas. Adapun nilai
dasar Nasionalisme yaitu:
1) Implementasi nilai-nilai Pancasila
Sila 1: Ketuhanan Yang Maha Esa
a) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan YME;
11

b) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan


YME, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab;
c) Mengembankan sikap hormat menghormati dan bekerja
sama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan
yang berbeda-beda terhadap Tuhan YME;
d) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama
dan kepercayaan terhadap Tuhan YME;
e) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia
dengan Tuhan YME;
f) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing;
g) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan YME kepada orang lain.
Sila 2: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
a) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan YME;
b) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit, dan sebagainya;
c) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia;
d) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira;
e) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain;
f) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan;
g) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan;
h) Berani membela kebenaran dan keadilan;
12

i) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari


seluruh umat manusia;
j) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja
sama dengan bangsa lain.
Sila 3: Persatuan Indonesia
a) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan;
b) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan Negara dan
bangsa apabila diperlukan;
c) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa;
d) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia;
e) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kepada
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial;
f) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika;
g) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa.
Sila 4: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
a) Sebagai warga Negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama;
b) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain;
c) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama;
d) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan;
13

e) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang


dicapai sebagai hasil musyawarah;
f) Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah;
g) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan;
h) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat sesuai hati nurani
yang luhur;
i) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung
jawabkan secara moral kepada Tuhan YME, menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran
dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama;
j) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melakukan permusyawaratan.
Sila 5: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan;
b) Mengembangkan sikap adil terhadap sesame;
c) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban;
d) Menghormati hak orang lain;
e) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri;
f) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain;
g) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah;
h) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum,
i) Suka bekerja keras;
14

j) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat


bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama;
k) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
2) Aparatur sipil negara sebagai pelaksana kebijakan publik
a) Berintegritas tinggi;
b) Menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak
korupsi, transparan, akuntabel, dan memuaskan publik;
c) Mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas;
d) Mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada
kepentingan publik.
3) Aparatur sipil negara sebagai pelayan publik
a) Profesional;
b) Melayani Publik;
c) Berdasarkan SPP;
d) Memenuhi Hak-hak Pelanggan (Pasal 18 UU No. 25 Tahun
2009);
e) Berintegritas Tinggi.
4) Aparatur sipil negara sebagai perekat dan pemersatu bangsa
a) Pemersatu Bangsa (Dilandasi Nilai-nilai Semangat Sumpah
Pemuda dan Bhinneka Tunggal Ika);
b) Menjaga Kondisi Damai.
c. Etika Publik
Etika publik merupakan refleksi tentang standar atau norma
yang menentukan baik-buruk, benar-salah perilaku, tindakan dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Kode etik profesi
dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok
khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis
yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok
profesional tertentu. Adapun nilai-nilai dasar etika publik antara lain:
15

1) Memegang teguh ideologi Pancasila;


2) Setia dan mempertahankan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
3) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
4) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
5) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
6) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif;
7) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
8) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik;
9) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah;
10)Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
11)Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
12)Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
13)Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai;
14)Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan;
15)Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan.
d. Komitmen Mutu
Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik
yang berorientasi pada kualitas hasil yang mengedepankan
komitmen terhadap kepuasan dan memberikan layanan yang
menyentuh hati. Beberapa cara yang dilakukan untuk senantiasa
memperbaiki mutu layanan dari pegawai ASN kepada publik,
misalnya memahami fungsi, tugas pokok dan peran masing-
masing; kompeten pada bidang pekerjaannya; memiliki target mutu
layanan, memahami karakter masyarakat yang membutuhkan
layanan, memberikan layanan prima dan bersedia menerima kritik
untuk perbaikan ke depan.
16

Bidang apa pun yang menjadi tanggung jawab pegawai


negeri sipil, semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberi kepuasan kepada stakeholders. Aspek utama yang
menjadi target stakeholders adalah layanan yang komitmen pada
mutu, melalui penyelenggaraan tugas secara efektif, efisien, dan
inovatif.
Adapun nilai-nilai komitmen mutu di antaranya
mengedepankan komitmen terhadap kepuasan klien dan
menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi, tanpa cacat,
tanpa kesalahan, dan tidak ada pemborosan. Komitmen Mutu
memiliki nilai-nilai dasar yaitu:
1) Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil
sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan
tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektivitas
organisasi tidak hanya diukur dari performansi untuk mencapai
target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi
sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan
terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2) Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas
dan mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan
efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan
sumber daya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga
dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan
mekanisme yang ke luar alur.
3) Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru
yang konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu
17

untuk membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan


dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari
sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan
tugas rutin.
4) Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau
bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai
keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan
sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan
melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar
yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu
menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan
keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
e. Anti Korupsi
Anti korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan
untuk memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang
melawan norma-norma dengan tujuan memperoleh keuntungan
pribadi, merugikan negara, masyarakat baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Tindak pidana korupsi yang terdiri dari
kerugian keuangan negara, suap-menyuap, pemerasan, perbuatan
curang, penggelapan dalam jabatan, benturan kepentingan dalam
pengadaan atau gratifikasi.
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi
yang harus diperhatikan, yaitu:
1) Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan
utama bagi penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya
kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi pribadi yang
berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan
transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri
18

maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri terhadap


godaan untuk berbuat curang.
2) Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan
seseorang memiliki sifat kasih sayang. Individu yang memiliki
jiwa sosial tinggi akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya
di mana masih terdapat banyak orang yang tidak mampu,
menderita, dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan
jiwa sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri
dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk
menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu
sesama.
3) Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri
seseorang menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang
lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki seseorang
memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna
bekerja secara efektif. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin
hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab
demi mencapai keuntungan sesaat.
4) Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang.
Ketekunan dan konsistensi untuk terus mengembangkan
potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu
memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan
pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama
dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat
terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam
kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara yang
mudah.
19

5) Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan
menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah
untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama
manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukannya
akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan
kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir
dalam perbuatan tercela dan nista.
6) Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya
meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya
kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan
daya pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan
berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau
memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.
7) Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang
menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi
kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia
tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan.
Kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya adalah
ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta tidak akan
pernah ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan
selalu memacu untuk mencari harta sebanyak-banyaknya.
8) Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki
keberanian untuk menyatakan kebenaran dan menolak
kebatilan. Ia tidak akan menoleransi adanya penyimpangan dan
berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga berani
berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua kolega dan
20

teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang


menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi
dan tidak memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak
kepada hal-hal yang menyimpang.
9) Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari
bahwa apa yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia
tidak akan menuntut untuk mendapatkan lebih dari apa yang ia
sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan
memberi kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai
dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan
kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.
2. Peran dan Kedudukan PNS dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia
PNS wajib mengetahui peran dan kedudukannya dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) agar dapat memahami peran dan
kedudukan PNS dalam NKRI.
a. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Berikut beberapa konsep yang ada
dalam UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
1) Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
a) PNS, pegawai berstatus tetap dan memiliki Nomor Induk
Pegawai (NIP)
b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK),
pegawai dengan perjanjian kerja sesuai kebutuhan instansi
dalam jangka waktu tertentu.
2) Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur Negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi
21

pemerintah dan serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi


semua golongan dan politik.
3) Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri.
Namun demikian merupakan satu kesatuan.
4) Fungsi pegawai ASN adalah:
a) Pelaksana Kebijakan Publik;
b) Pelayan Publik;
c) Perekat dan Pemersatu Bangsa.
5) Pegawai ASN bertugas:
a) Melaksanakan kebijakan dari Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas;
c) Mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.
b. Whole of Government
Whole of Governement (WoG) adalah sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan
publik. WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu
pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait
dengan urusan-urusan yang relevan. Praktik WoG dalam
Pelayanan Publik, yaitu:
1) Berdasarkan Jenis
a) Pelayanan yang bersifat administratif;
b) Pelayanan jasa;
c) Pelayanan barang;
d) Pelayanan regulatif.
22

2) Berdasarkan Pola
a) Pelayanan Teknis Fungsional;
b) Pelayanan Satu Atap;
c) Pelayanan Satu Pintu;
d) Pelayanan Terpusat;
e) Pelayanan Elektronik.
3) Prasyarat Best Practice dan Penerapan WoG
a) Budaya dan filosofi;
b) Cara Kerja yang Baru;
c) Akuntabilitas dan insentif;
d) Cara baru pengembangan kebijakan, mendesain program
dan pelayanan collegate approach.
c. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
penyelenggara pelayanan publik. Unsur penting pelayanan adalah:
1) Unsur pertama, adalah organisasi penyelenggara pelayanan.
2) Unsur kedua, adalah penerima layanan (pelanggan) yaitu orang
atau masyarakat atau organisasi yang berkepentingan.
3) Unsur ketiga, adalah kepuasan yang diterima oleh penerima
layanan (pelanggan).
Menurut Purwanto, dkk., (2016), terdapat 12 unsur
pelayanan publik, yaitu: 1). Kepentingan umum; 2). Kepastian
hukum; 3). Kesamaan hak; 4). Keseimbangan hak dan kewajiban;
5). Keprofesionalan; 6). Parsitipatif; 7). Persamaan perlakuan atau
tidak diskriminatif; 8). Keterbukaan; 9). Akuntabilitas; 10). Fasilitas
dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; 11). Ketepatan waktu;
12). Kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan. Dimensi
pelayanan publik yaitu: 1). Ketepatan waktu; 2). Akurasi; 3).
23

Kesopanan dan keramahan; 3). Tanggung jawab; 4). Kelengkapan;


5). Kemudahan; 6). Variasi model; 7). Pelayanan pribadi; 8).
Kenyamanan.
3. Pelayanan Gawat Darurat
Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari
pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu
segera (imediately) untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving).
Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat
disebut dengan nama Instalasi Gawat Darurat. Tergantung dari
kemampuan yang dimiliki, keberadaan IGD tersebut dapat beraneka
macam, namun yang lazim ditemukan adalah yang tergabung dalam
rumah sakit (hospital based emergency unit). Hanya saja betapapun
telah majunya sistem rumah sakit yang dianut oleh suatu negara,
bukan berarti tiap rumah sakit memiliki kemampuan mengelola IGD
sendiri, untuk mengelola kegiatan IGD memang tidak mudah penyebab
utamanya adalah karena IGD adalah salah satu dari unit kesehatan
yang padat modal, padat karya dan padat teknologi.
Kegiatan yang menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat Darurat
(IGD) banyak macamnya, secara umum dapat dibedakan atas tiga
macam :
a. Menyelenggarakan Pelayanan Gawat Darurat
Kegiatan pertama yang menjadi tanggung jawab Instalasi
Gawat Darurat adalah menyelenggarakan pelayanan gawat
darurat. Pelayanan gawat darurat sebenarnya bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan penderita (life saving) sering
dimanfaatkan hanya untuk memperoleh pelayanan pertolongan
pertama (first aid) dan bahkan pelayanan rawat jalan (ambulatory
care). Pengertian gawat darurat yang dianut oleh anggota
masyarakat memang berbeda dengan petugas kesehatan. Oleh
anggota masyarakat setiap gangguan kesehatan yang dialaminya
dapat saja di artikan sebagai keadaan darurat (emergency) dan
24

karena itu mendatangi IGD untuk meminta pertolongan. Tidak


mengherankan jika jumlah penderita rawat jalan yang mengunjungi
Instalasi Gawat Darurat (IGD) dari tahun ke tahun tampak semakin
meningkat.
b. Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus
yang membutuhkan pelayanan rawat inap intensif.
Kegiatan kedua yang menjadi tangung jawab IGD adalah
menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus
yang membutuhkan pelayanan intensif. Pada dasarnya kegiatan ini
merupakan lanjutan dari pelayanan gawat darurat yakni dengan
merujuk kasus-kasus gawat darurat yang dinilai berat untuk
memperoleh pelayanan rawat inap yang intensif. Seperti misalnya
Unit Perawatan Intensif (intensive care unit), untuk kasus-kasus
penyakit umum, serta Unit Perawatan Jantung Intensif (intensive
cardiac care unit) untuk kasus-kasus penyakit jantung, dan unit
perawatan intensif lainnya.
c. Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.
Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab Instalasi
Gawat Darurat (IGD) adalah menyelenggarakan informasi medis
darurat dalam bentuk menampung serta menjawab semua
pertanyaan anggota masyarakat yang ada hubungannya dengan
keadaan medis darurat (emergency medical questions).
Pelaksanaan pelayanan gawat drurat adalah Menyelenggarakan
pelayanan gawat darurat, menyelenggarakan pelayanan
penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan
rawat inap intensif serta menyelenggarakan pelayanan informasi
medis darurat.
25

B. Rancangan Aktualisasi
Rancangan aktualisasi ini mengidentifikasi isu yang muncul pada
instansi kerja penulis, yaitu RSUD H. Badaruddin Kasim Kabupaten Hulu
Sungai Tengah. Isu yang penulis pilih adalah belum optimalnya pelayanan
pasien dengan probable Covid 19 di Instalasi Gawat Darurat Di Rumah
Sakit Umum Daerah H. Badaruddin Kasim.
Penulis merancang gagasan pemecahan isu dalam bentuk kegiatan
yaitu:
1. Mensosialisasikan cara cuci tangan yang benar.
2. Mensosialisasikan cara penggunaan APD (alat pelindung diri) yang
benar.
3. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fiisik dan pemeriksaan
penunjang secara efektif dan simultan.
4. Menuliskan rekam medis dengan lengkap dan sistematis.
5. Melakukan KIE (komunikasi informasi dan edukasi) pasien dan
keluarga pasien.
6. Mengkonsultasikan kepada dr spesialis.
7. Pemeriksaan ulang sebelum pasien di masukkan ke ruangan.
26
RANCANGAN AKTUALISASI

Unit Kerja : RSUD H. Badaruddin Kasim


Isu yang Diangkat : “Belum optimalnya pelayanan pasien dengan probable Covid 19 di Instalasi Gawat
Darurat Di Rumah Sakit Umum Daerah H. Badaruddin Kasim”
Gagasan Pemecahan isu : 1. Menyiapkan media sosialisasi
2. Melakukan sosialisasi cara cuci tangan yang benar
3. Melakukan sosialisasi cara penggunaan APD (alat pelindung diri) yang benar
4. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fiisik dan pemeriksaan penunjang secara
efektif dan simultan
5. Menuliskan rekam medis dengan lengkap dan sistematis
6. Melakukan KIE (komunikasi informasi dan edukasi) pasien dan keluarga pasien
7. Mengkonsultasikan kepada dr spesialis
8. Pemeriksaan ulang sebelum pasien di masukkan ke ruangan

Anda mungkin juga menyukai