Anda di halaman 1dari 2

Tata Laksana Gizi Buruk

 18/03/2016  kesmas  0 Comments Balita Gizi Buruk, gizi buruk, pelayanan balita gizi


buruk, prosedur pelayanan gizi buruk di Puskesmas, tata laksana gizi buruk
Protap Pelayanan dan Tata Laksana Balita Gizi Buruk
Pelaksanaan upaya pencegahan gizi buruk dibagi dalam tiga tahap meliputi rencana jangka
pendek untuk tanggap darurat dengan menerapkan prosedur tatalaksana penanggulangan gizi
buruk dengan melaksanakan sistem kewaspadaan dini secara intensif melalui pelacakan kasus
dan penemuan kasus baru kemudian ditangani di puskesmas dan di rumah sakit. Kemudian
tahap pencegahan terhadap peningkatan status dengan koordinasi lintas program dan lintas
sektor, memberikan bantuan pangan, memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI).
Sedangakn tahap ketiga pengobatan penyakit, penyediaan air bersih, memberikan penyuluhan
gizi dan kesehatan terutama peningkatan ASI eksklusif sejak lahir sampai 6 bulan kemudian
diberikan makanan pendamping ASI setelah usia 6 bulan dengan meneruskan pemberian ASI
sampai usia dua tahun.

Kebijakan tatalaksana anak gizi buruk ini mengacu pada surat keputusan Menkes Nomor
1209/MENKES/X/1998 tentang monitoring dan penanggulangan krisis kesehatan (KLB gizi
buruk) dan Surat keputusan  Menkes Nomor 128/MENKES/SK/II/2004, tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas. Berdasarkan hal tersebut, Puskesmas berperan terhadap penanganan gizi
buruk sesuai pedoman tatalaksana penanggulangan anak gizi buruk dengan memberikan
pelayanan optimal terhadap balita gizi buruk.

Prosedur Kerja Tatalaksana Gizi Buruk


Prosedur kerja tatalaksana gizi buruk secara garis besar dibagi menjadi tiga kegiatan, meliputi
penentuan status gizi, intervensi, dan pelaporan.Penentuan Status gizi
Penentuan status gizi dilakukan dengan dua cara, yaitu secara klinis antropometri,
laboratorium, dan anamnese riwayat gizi. Secara klinis antara lain dengan mendeteksi
Hipotermia, Hipoglikemia, Dehidrasi, dan Infeksi. Mekanisme pelaksanaan dilakukan pada
setiap pasien baru dan dimonitor setiap hari. Secara Antropometri dilakukan dengan
pengukuran berat badan dan tinggi badan. Prosedur laboratorium dapat diambil sediaan
glukosa darah, haemoglobine,  urine, atau faeces. Sedangkan anamnese riwayat gizi dilakukan
dengan wawancara.

Intervensi
Intervensi gizi buruk dilakukan secara klinis maupun dengan diet. Secara klinis terutama untuk
mengatasi Hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi dan infeksi. Sedangkan mekanisme intervensi
diet dilakukan dengan Memberikan rujukan ke puskesmas, menerjemahkan prescript diet
kedalam jumlah dan jenis bahan makanan, Pemantauan konsumsi makanan, Pemantauan
Status gizi, Penyuluhan gizi, pemberian diet, Persiapan pulang, serta penyuluhan gizi utk di
rumah
Pelaporan
Mekanisme pelaporan meliputi jenis item perkembangan, pemeriksaan fisik, laboratorium,
antropometri, serta asupan makanan.

Anda mungkin juga menyukai