Anda di halaman 1dari 11

Nama Mahasiswa : Mangihut

NPM : 2140060008
Mata Kuliah : Filsafat Hukum
Dosen Pengampu : Prof. DR. H.R, Abdussalam,SIK.,S.H.,M.H

Soal Nomor 3

Sebutkan dan jelaskan persamaan perkembangan dan manfaat filsafat hukum positivism
analitis dan filsafat hukum positivism murni ?

Jawaban:

FILSAFAT HUKUM POSITIVISME

A. FILSAFAT HUKUM POSITIF ANALITIS.

Filsafat hukum Positifisme, memandang perlu memisahkan secara tegas antara hukum dan
moral antara hukum yang berlaku dan hukum yang seharusnya, antara das sein dan das sollen.
Dalam kaca mata positifis, tiada hukum lain kecuali perintah penguasa (law is a command of
the lawgives). Bahkan hukum positif yang dikenal dengan nama legisme, berpendapat lebih
tegas bahwa hukum itu identik dengan undang-undang. Filsafat hukum positivisme dapat
dibedakan dalam dua corak yaitu Filsafat Hukum positif analitis dan filsafat hukum positifis
murni.

John Austin, dalam buku berjudul : Province of Jurisprudence, antara lain menjelaskan bahwa
hukum haruslah dianggap sebagai perintah dari penguasa (soverign). Hukum positif adalah
suatu peraturan berbuat yang umum yang diberikan oleh golongan politis kedudukannya
lebih tinggi (political superior) kepada golongan yang politis lebih rendah (political inferior).
Pengertian perintah tersebut memerlukan adanya persoon tertentu untuk mengeluarkan
perintah tersebut, dan terkandung didalamnya suatu sanksi, bila perintah itu tidak ditaati.

Tujuannya adalah untuk memisahkan dengan tegas hukum positif dari peraturan-peraturan
sosial lain, misalnya kebiasaan dan kesusilaan (morality). Tujuan tersebut terlaksana, karena
peraturan-peraturan etiquette tidak diletakkan oleh persoon tertentu. Ilmu pengetahuan yang
umum mengenai hukum positif dalam arti yang tegas seperti yang dimaksud tersebut. Tetapi
jika hukum dari tiap-tiap negara di dasarkan pada perintah persoon persoon yang berdaulat
atau badan yang terdiri dari persoon persoon dalam negara tersebut, maka Filsafat Hukum
seharusnya didasarkan atas akal budi manusia. Filsafat Hukum Positif analisis membuktikan
bahwa tidak ada peraturan-peraturan hukum yang universal. Hampir tidak ada suatu peraturan
masa sekarang yang tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan zaman lampau pada saat
kita menemukan suatu asas yang menurut pendapat kita setidak-tidaknya merupakan suatu
unsur yang harus ada bagi semua hukum, maka salah dalam berpikirnya, yang menganggap
bahwa apa yang umum bagi suatu bangsa yang tertentu juga merupakan unsur yang universal
untuk semua sistem yang telah maju.

Timbulnya Soviet Rusia dengan sistem hukumnya yang didasarkan pada filsafat sosial yang
menentang kapitalisme, menghindarkan kita dari kesalahan berpikir yang menganggap bahwa
apa yang dipandang cocok untuk suatu perekonomian yang tertentu adalah peraturan yang
universal. Alat terpenting untuk filsafat hukum positif (jurisprudence) adalah analisis
pernyataannya tentang hukum sebagai perintah penguasa mengakibatkan pemusatan
perhatian pada sistem-sistem yang telah maju, karena teranglah bahwa suatu kekuasaan
(sovereign) dengan alat yang efektif untuk memaksakan hukum hanya dapat ada bila negara
tersebut telah mencapai tingkat perkembangan yang tinggi.

Tetapi sekarang makin diinsyafi bahwa biar bagaimanapun pentingnya analisis itu, tidaklah
cukup untuk dapat menjawab semua persoalan Filsafat Hukum Positivisme (jurisprudence).
Tetapi analisis mengenai metode judicial menunjukkan bahwa hukum bukanlah merupakan
badan yang statis, tetapi lebih merupakan badan organis dari asas asas yang di dalamnya
terkandung kekuatan untuk berkembang hukum sebagaimana adanya tak dapat dipisahkan
dengan tegas dari hukum yang seharusnya, hakim akan selalu menutupi peraturan peraturan
yang menurut anggapannya seharusnya ada dengan pakaian hukum positif. Persoalan-
persoalan hukum dapat dijawab dengan menganalisis peraturan-peraturan yang ada dan
dengan deduksi dan peraturan-peraturan tersebut.

Asas-asas Common Law tersebut tidak dapat dijabarkan dari hukum yang lengkap dan
berkembang penuh, positivism yang ekstrem merupakan kenyataan bahwa hukum tidak
hanya berkembang dengan logika, tetapi dengan mengambil nilai-nilai baru dari kehidupan
masyarakat dan dengan berangsur-angsur memperbaharui peraturan-peraturan itu sedemikian
rupa, hingga sesuai dengan keadaan pada dewasa Ketetapan dalam hukum itu merupakan
tanda yang baik dari sist hukum, karena bila saling berhubungan yang logis, maka le mudah
difahari, dilaksanakan dan diperluas, jika hanya merupak kumpulan peraturan-peraturan
tertentu yang bersimpang Adanya ketetapan hukum yang logis merupakan satu-satunya fuj
hukum. Hal tersebut tidak dinyatakan dengan panjang lebar, kare kesalahannya akan menjadi
terang, tetapi ketetapan yang logis merupakan anggapan dasar dari mashab analitis. Bahwa
adany hukum itu tidak demi ketetapan, karena banyak peraturan-peratura g theoritis
menyimpang, sebenarnya didasarkan atas pandangan yang t yang sehat mengenai
kebijaksanaan Negara "Law to Tort", di Inggr akan lebih kokok bila pertanggungjawaban tak
akan timbul tanp kesalahan, tetapi alasan-alasan keadilan yang kuat mengakibatka hukum
untuk menciptakan beberapa peraturan-peraturan tentan pertanggungjawaban yang keras.
Salah satu jasa yang besar dari a hukum Romawi bahwa ia tidak suka memaksakan suatu asas
ya berlaku bersifat logis apabila dengan demikian akan mengakibatka ketidakadilan, kritik
terhadap Filsafat hukum positivism analis mengahasilkan dua kenyataan yang sangat penting,
yaitu :
Sebuah. Hukum sebagaimana adanya tidak merupakan suatu orga peraturan-peraturan yang
tersusun dengan sempurna, yang merupakan dari beberapa sebagai pokok. tekanan-tekana
sosial pada masa akhirnya telah mengakibatkan diadakannya beberapa peraturan-peraturan
yang menyimpang dari pokok-pokok tersebut. Dengan demikian, maka setiap usaha untuk
menghubungkan peraturan-peraturan dengan dasar yang logistik, dengan mudah akan
menjadi suatu, tidak pad hukum sebagaimana adanya tetapi pada hukum sebagaimana
mestinya, bila kita menginginkan hubungan yang logistik, usaha untuk menjadikan peraturan-
peraturan selaras mungkin dengan logika tak dapat dikatakan sebagai usaha yang salah. Apa
yang perlu ditekankan disini bahwa mashab analitis dengan bangga mendengungan bahwa
mereka hanya menyadari kenyataan kenyataan, sebenarnya telah menciptakan suatu cita
hukum yang logistik dengan mana hukum yang dikembangkan.

b. Sangat sukar bagi setiap mashab untuk tidak mengadakan suatu cita yang dapat dijadikan
dasar bagi kritik yang konstruktif terhadap hukum mashab analitis yang menyombongkan
bahwa mereka hanya meneliti hukum yang benar-benar ada, tetapi sebagaimana citanya
dengan tidak disadarinya merupakan perkosaan yang nyata terhadap hasil pekerjaannya.

Hukum Positif mempunyai ciri empat unsur yakni: perintah, sanksi, kewajiban dan
kedaulatan. Suatu jenis perintah, apabila suatu perintah diungkapkan atau diketahui dengan
baik. Pihak yang satu mengharapkan bahwa pihak yang lain akan berbuat atau menahan diri
dan yang disebut belakangan merasa jengkel karena yang disebut duluan akan berbuat tidak
baik kalau harapannya tidak dianggap. Tiap sanksi yang disebut yang sebenarnya adalah
sesuatu yang buruk yang mungkin melekat pada perintah. Tiap kewajiban yang disebut
sebenarnya mengharuskan suatu perintah dengan mana hal tersebut diciptakan dan kewajiban
yang sebenarnya tidak menyukai keburukan-keburukan semacamnya. Ilmu pengetahuan
hukum berkenaan dengan undang-undang positif atau dengan undang-undang yang disebut
tepat, kalau dipertimbangkan tanpa memandang kebaikan dan keburukannya. Setiap hukum
positif dihasilkan dari pembentuk hukum yang ditentukan secara tegas sebagian yang
berdaulat.

Semua hukum positif atau tiap hukum yang disebut sederhana dan tepat, dibentuk oleh yang
berkuasa atau badan yang berwenang untuk anggota atau anggota-anggota masyarakat politik
yang bebas, dalam mana orang atau badan itu berwenang atau yang tertinggi. Kedaulatan
adalah kalua seorang yang berkuasa yang tidak biasa tunduk pada seorang berkuasa yang
sama, dipatuhi oleh sebagian besar dari masyarakat tertentu yang menetapkan bahwa yang
berkuasa adalah yang berdaulat pada masyarakat itu dan masyarakat termasuk yang berkuasa
merupakan masyarakat politik yang bebas. Kedaulatan adalah pengausa bisa individu atau
badan atau kumpulan individu-individu. Kedaulatan ukan dirinya sendiri yang terikat pada
setiap pembatasan hukum. Apakah batasan-batasan itu diadakan oleh prinsip-prinsip yang
lebih tinggi atau pembatasan diri adalah hanya penuntun-penuntun yang oleh yang berdaulat
dapat dibuang. Kedaulatan sebagai unsure hukum positif yang memasyarakatkan adanya
unsure pada hukum, yang tidak dapat disimpulkan, tetapi harus dianggap atau dibuktikan
sebagai fakta nyata, kebiasaan taatnya sebagian besar maysrakat tertetu.
VON Rudolf Ihering, adalah pakar ahli hukum Jerman, dalam bul "Law as a Means to an
End" (hukum sebagai alat untuk mencapa tujuan), antara lain menjelaskan bahwa hukum
tergantung da paksaan dan hak untuk memaksa adalah monopoli mutlak negan Kekuasaan
berpusat pada negara sebagai unsur pokok dari hukum Rasionalisasi hukum itu berlangsung
dua tahap, yaitu:

1. Usaha mengadakan penyederhanaan bahan hukum dari sud kuantitatif, karena


rasionalisasi hukum ini, kaidah-kaida hukum sedapat-dapatnya dikurangi jumlahnya,
caranya:

a. Analisis Yuridis, bahan hukum dipelajari isinya.

b. Konsentrasi logis, bahan hukum dipandang dalam lingku ide-ide umum tertentu.

c. Sistematik yuridis, bahan hukum diberikan suatu atura yang tepat.

d. Penentuan terminologi, dicari terminologi yang cocok bagi lmu hukum.

e. Ekonomi Yuridis, jumlah peraturan sedapat-dapatnya di kurangi, dapat ditambah


bahwa tujuan ekonomi tersebu menguasai seluruh proses ini yakni diusahakan
senantiasa untuk menghemat pikiran. Melalui penyederhanaan kuantitatif tersebut,
ide-ide gelap diterangkan, pertentangan antara kaidah-kaidah hukum dihilangkan dan
prinsip prinsip dasar ilmu hukum menjadi nampak. Oleh karena itu penyederhanaan
hukum tersebut menjadi unsur tetap dari bagian ilmu hukum mengenai tafsiran
hukum. Bagian ilmu hukum tersebut disebut Niedere Jurisprudence (keahlian hukum
yang rendah).

2. Usaha untuk mengadakan penyederhanaan bahan hukum dari sudut kualitatif. Dalam
Rasionalisasi yang kedua ini bahan hukum ditingkatkan menjadi ide-ide dan institusi-
institusi hukum caranya ialah :

₁. Mencari aturan intern tata hukum, sasaran suatu pengertian menyeluruh tentang
tatahukum tertentu.

b. Mempertimbangkan kualitas dan nilai bagian-bagian tata hukum untuk dapat


sampai pada suatu keseimbangan antara bagian-bagian itu.

c. Mengolah tatahukum secara menyeluruh sehingga menjadi kesatuan.

Dalam usaha tersebut diatas, metode ilmu hukum mencapai puncaknya, oleh sebab bahan
hukum dijadikan bersifat rasional saja yakni bersifat logis dan abstrak seluruh hukum
ditampung dalam suatu konstruksi logis yuridis. Karena konstruksi logis yuridis itu metode
disebut metode alamiah. Berarti bahwa met tersebut adalah khas bagi ilmu hukum sebagai
ilmu pengetahuan. Berkat metode alamiah tersebut ilmu hukum mempunyai suatu mutu
ilmiah yang tinggi. Bahkan ilmu hukum itu tidak hanya berdaya untuk menolak hukum yang
sudah ada (bersifat reproduktif), melainkan juga berdaya untuk menciptakan hukum baru
(bersifat produktif). Dengan mengkombinasikan bermacam-macam unsur bahan hukum ilmu
hukum dapat membentuk ide-ide yang baru dan hukum-hukum baru. Karena bagian ilmu
hukum tersebut sistem positivisme yuridis juga disebut keahlian hukum berdasarkan logika
(Begrifsjurisprudenz). Setelah menggali timbulnya hukum dan peranannya dalam kehidupan
negara secara lebih mendalam sampai pada keyakinan bahwa metode alamiah yang
ditemukannya dalam tahap kedua kegiatan ilmiahnya. Sebenarnya tidak merupakan metode
yang tepat bagi pengelolaan hukum, karena metode tersebut sebagai suatu cara berpikir yang
rational saja. Oleh karena itu metode tersebut tidak mencukupi untuk mengerti arti hukum
dan mengolah bahan hukum. Juga tidak dapat dibenarkan bahwa metode alamiah itu
melahirkan hukum baru. Ilmu Hukum adalah bersifat teoritis logis. Berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tersebut sampai pada kesimpulan bahwa bukanlah ide-ide
rational saja, melainkan kepentingan masyarakat bersifat menentukan dalam hal hukum.

Dengan demikian Von Ihering meninggalkan Begrifsjurisprude beralih ke Interessen


jurisprudenz (keahlian hukum berdasarka kepentingan masyarakat). Bahwa ide-ide dasar
hukum diselidik dalam suatu filsafat hukum tetap perlu. Akan tetapi dalam anali yang baru
atas ide-ide hukum tidak dapat dipandang lagi sebag tingkat yang lebih tinggi dalam ilmu
hukum. Apa yang merupak inti hukum menjadi lebih penting yakni kepentingan masyaraka
sebagai inti hukum dalam suatu studi berjudul: Der Zweck in rec (sasaran dalam hukum),
dijelaskan bahwa terdapat empat sasaran sosial, dua yang bersifat egoistis yakni pahala dan
paksaan dan dua yang bersifat moral, yakni rasa kewajiban dan cinta. Negar dan hukum
mendapat asalnya dari motif egoistis yakni paksaan Sebenarnya Negara adalah tidak lain dari
organisasi sosial kekuasaa yang memaksakan (die Soziale organisation der Zwanggewaalt
Terutama motif-motif ekonomis bersifat menentukan dalam kehidupan Negara, dan motif-
motif semacam ini adalah bersifa egoistis belaka. Hukum mengalir dari kekuasaan negara.
Bahkan Negara merupakan satu-satunya sumber hukum. Tetapi hukum yang ditentukan oleh
Negara, tidak mengikat negara sendiri. Karena itu yang berkuasa dalam negara tidak takluk
kepada hukum secara yuridis, tetapi Hans Kelsen hanya harus mentaatinya secara moral Jadi
kalau pembentuk hukum tidak memperhatikan keseimbangan antara jasa dan pahala, antara
pelanggaran dan hukuman, maka itulah sewajarnya dipandang sebagai suatu kesewenang-
wenangnya akan tetapi hukum itu tetap sah. Konstruksi ide-ide hukum menjadi titik tolak
bagi suatu aliran baru yakni ajaran hukumn umum, tetapi dalam aliran baru ini corak logis
disisihkan dari tekhnik hukum dan diganti dengan penelitian empiris. Sasaran sosial sebagai
sumber hukum menjadi inspirasi bagi aliran Interessenjurisprudenz.

B. FILSAFAT HUKUM POSITIVISM MURNI.

Lebih kurang satu abad lamanya yang memisahkan hasil penelitian Hans Kelsen dan Austin.
Bila Austin terpaksa mengadakan analitis hukum positif begitu tegar karena keruwetan-
keruwetan yang ditimbulkan oleh peneliti terdahulu. Peneliti terdahulu yang mendahuluinya,
maka Kelsen mengajukan suatu reaksi terhadap mashab-mashab modern yang telah
memperluas batas analitis hukum positif sedemikian jauhnya, sehingga tampaknya hampir
bersamaan dengan batas-batas lapangan pengetahuan sosial. Tetapi Austin tidak dengan sadar
merumuskan filsafat sampai detail detailnya, maka Hans Kelsen dengan jelas mendasarkan
pada doktrin Kant. Kebanyakan ahli-ahli filsafat menekankan bahwa jurisprudence harus
mempelajari hubungan antara hukum dan keadilan. Tetapi Hans Kelsen menginginkan untuk
membebaskan hukum dari kabut pikiran yang metafisis yang selama ini menyelesaikan
hukum itu dengan spekulasi-spekulasi keadilan atau dengan doktrin ius nature. Jadi Hans
Kelsen adalah seorang ahli filsafat hukum positif murni yang menentang kecenderungan-
kecenderungan yang dialami oleh banyak peneliti. Kecenderungan-kecenderungan mana
ditimbulkan oleh filsafat hukum positif Hans Kelsen menciptakan suatu ilmu pengetahuan
hukum yang murni, menghilangkan semua unsur-unsur yang tidak penting (irrelevant) dan
memisahkan ilmu hukum (jurisprudence) dari ilmu-ilmu pengetahuan sosial, sebagai yang
dilakukan oleh kaum analist dengan tegas. Seorang matematika tidak memperhatikan apakah
hasil pekerjaannya akan dipergunakan untuk membangun sebuah jembatan atau untuk
mencipta suatu sistem baru guna membangkrutkan Bank di Monte Carlo (yang dimaksud
disini sistem roulette), demikian pula halnya dengan seorang ahli hukum, jika ia ingin
dianggap berdasar ilmu pengetahuan, harus mempelajari peraturan-peraturan hukum yang
diabstrakseer dari semua keadaan-keadaan sosial. Hans Kelsen menolak untuk memberi
definisi hukum sebagai suatu perintah, karena itu mempergunakan pertimbangan-
pertimbangan subyektif dan politis. Sedangkan ia menghendaki ilmu pengetahuannya benar-
benar obyektif.

Pertama, Hans Kelsen ingin memisahkan lingkungan jurisprudence dari lingkungan ilmu
pengetahuan. Ilmu Pengetahuan alam mempelajari sebab dan akibat, misalnya : Newton
berusaha merumuskan suatu asas umum yang akan menerangkan apa sebenarnya akan terjadi
bila sebuah apel tangkainya terlepas dari pohonnya. Sebaliknya hukum tidak berusaha
menggambarkan apa yang terjadi. Tetapi lebih menitik beratkan untuk menentukan
peraturan-peraturan tertentu, meletakkan norma-norma bagi tindakan yang harus diikuti
orang. Bila si Suta misalnya melanggar hukum pidana, maka seharusnya ia dihukum. Satu-
satunya obyek penelitian ilmu hukum adalah sifat-sifat dari norma-norma yang dibentuk oleh
hukum. Suatu sistem hukum timbul untuk memaksakan kewajiban pada individu-individu
yang tertentu Untuk mengetahui apakah pada suatu kewajiban, kita harus mengajukan
pertanyaan apakah seseorang akan menderita suatu sanksi, bila ia tidak menaati suatu
peraturan. Tetapi Hans Kelsen tidak mengikuti jejak Austin dalam memberi definisi hukum
sebagai suatu perintah penguasa. Hukum dan negara itu sebenarnya adalah hal hal yang sama,
hanya ditinjau dari aspek yang berlainan. Suatu tertib hukum menjadi suatu negara, bila tertib
hukum itu telah mengadakan badan-badan (organ-organ) guna menciptakan yang
mengundangkan dan melaksanakan hukum. Dinamakan terti yang hukum, bila kita
meninjaunya dari sudut peraturan-peraturan yang abstrak, kita namakan Negara bila kita
meneliti badan-badan melaksanakan hukum. Tetapi ini hanyalah peninjauan hal sama, dari
dua sudut jika kita tak dapat menemukan suatu metode yang mudah untuk memberi definisi
hukum dalam hubungannya dengan Negara, dengan apakah kita dapat memperbedakan suatu
peraturan hukum ?

Peraturan-peraturan hukum tak dapat diuji menurut isinya, persoalan pokok yang
diperbincangkannya karena hukum meliputi semua persoalan. Kecenderungan yang terdapat
dalam zaman modern untuk mengatur sedemikian banyak persoalan mengenai warga
perseorangan menunjukkan bahwa lingkungan hukum kian bertambah luas. Demikian pula
kita tidak dapat memberi definisi hukum dalam hubungannya dengan keadilan, karena
banyak peraturan-peraturan yang mungkin tidak adil. Meskipun demikian peraturan-
peraturan itu tetap hukum. Keadilan adalah suatu cita yang irrational artinya keadilan itu idak
dapat diberi definisi berdasarkan akal yang jelas, dan karena u tidak merupakan konsepsi
yang memuaskan bagi suatu ilmu pengetahuan hukum murni.

Hans Kelsen menemukan kreteria dengan cara mana peraturan itu diciptaptakan. Seorang
hakim dalam sidang pengadilan yang kacau dapat menjatuhkan putusan yang sama dengan
hakim-hakim dari tu pengadilan yang teratur rapi. Tetapi putusan dari hakim yang terakhir
ini mempunyai kekuatan hukum, sebab syarat-syarat yang telah ditentukan oleh tertib hukum
telah dipenuhi. Setiap perbuatan hukum harus kita kembalikan pada suatu norma yang
memberi kekuatan hukum pada tindakan manusia yang tertentu.

Hukuman penjara terhadap si Amad dapat dibenarkan karena putusan pengadilan pidana.
Pengadilan mempunyai kekuasaan tersebut dibuat oleh badan legislatif yang berhak, yang
mendapat kekuasaan perundang-undangan dari konstitusi. Bagaimana kita dapat menerapkan
kekuatan hukum suatu konstitusi? Apakah dasar hukum kekuasaan Kepala Negara dalam
parlemen untuk mengubah Undang-undang? Konstitusi itu sendiri mempunyai asal yang
diluar hukum (extralegal origin). Sekalipun seluruh masyarakat menyetujui untuk menerima
suatu konstitusi yang tertentu, persetujuan itu tidak mempunyai kekuatan hukum, karena
sampai pada saat konstitusi diterima, cara dengan mana hukum ditentukan tidak ditentukan
suatu revolusi dapat menghancurkan suatu konstitusi yang lama dan menciptakan konstitusi
baru, akan tetapi peristiwa semacam itu terletak diluar lingkungan ilmu hukum
(jurisprudence), tanpa groundnorm mana jurisprudence tak dapat berlangsung. Sekali telah
diterima sebagai suatu dasar bahwa kehendak raja/ Kepala Negara di parlemen harus ditaati,
kita meneliti berlakunya sesuatu peraturan hukum yang tertentu. Tetapi untuk menentukan
apa yang seharusnya digunakan sebagai hipotesisi yang pertama-tama bagi suatu Negara
yang tertentu itu terletak diluar jurisprudence. Karena Jurisprudence hanya meneliti dunia
kenyataan dan menemukan sustu hipotesis yang sedikit banyak berhubungan dengan
kenyataan kenyataan. Tak ada gunanya untuk menyatakan bahwa hipotesis yang pertama
sama untuk Suviet Rusia bahwa kehendak Tzaar yang harus ditaati. Tetapi harus diperhatikan
bahwa hipotesis itu tidak perlu mutlak berhubungan dengan kenyataan-kenyataan.

Di Inggris kehendak Raja dalam parlemen harus ditaati, tetapi tak seorangpun akan
menganggap bahwa setiap anggota masyaraka benar menaati hukum setiap waktu. Sekali lagi
membuktikan pada kita bawa hukum tidak menyatakan apa yang benar-benar terjadi tetapi
menentukan apa yang seharusnya terjadi, maka jika tertit hukum itu hendak benar-benar
efektif, sedikit banyak hukum harus menjamin diterimanya oleh masyarakat. Jurisprudence
adal meneliti sifat hirarchi norma-norma, kekuatan berlaku s yang tergantung pada
diletakkannya dalam hubungannya deng nom norma yang lebih tinggi, hingga kita sampai
pada hipotesis ya mula-mula, yang hanya dapat diterima ilmu hukum (jurispruden dan yang
tak mungkin dapat dibuktikannya hipotesis yang mu mula sifatnya abstrak. Tetapi bila kita
turuni tangga urut-urut norma-norma itu menjadi lebih konkrit, hingga sampailah norma yang
terakhir yang memaksakan suatu kewajiban pad pa individu yang tertentu, misalnya baik
dengan putusan pengadila perintah seorang pejabat administratif ataupun pembuatan
perjanjian antara dua orang warga negara. Pada hakekatnya keti perbuatan tersebut hanyalah
pelaksanaan suatu norma yang leb tinggi dan meletakkan paksaan pada individu-individu,
Sangatla sukar bagi kita untuk menghargai pentingnya hasil pekerjaan Har Kelsen sebelum
penggunaan teori itu dapat dipahami, tetapi unt sementara kita hanya akan memperhatikan
peninjauan teoriny mengenai masalah batas-batas ilmu hukum (jurisprudence). Poko
persoalannya adalah norma hukum yang dikosongkan dari semu isinya yang praktis, semua
persoalan mengenai filsafat hukum ata filsafat sosial adalah diluar pengetahuan ahli hukum.
Hans Kelse telah menciptakan suatu ilmu pengetahuan yang tidak berat sebela dan universal
dapat dibenarkan. Dengan demikian apakah kita tida hanya diberi tulang-tulang hukum yang
telah kering yang tela dipisahkan dari darah dan daging yang memberinya penghidupan Nilai
besar hasil pekerjaannya terletak pada daya kritisnya. Karena ia dapat menunjukkan bahwa
banyak penulis telah menyelebung dengan keagungan asas-asas pertama ilmu hukum
(jurisprudence yang sebenarnya hanya merupakan purbasangka mereka belaka Bukan hanya
Hans Kelsen sendiri yang tidak menyukai "ilm politik, yang berkedok sebagai jurisprudence
terhadap mereka yang berkeberatan untuk mengatur keadaan-keadaan perburuhan. karena hal
ini akan merintangi perkembangan cita neo Hegel yang beranggapan bahwa hukum harus
memberi kebebasan yang lebih uas terhadap kehendak perseorangan. Dengan tepat Hans
Kelsen elah menunjukkan hukum merupakan suatu senjata digunakan suatu senjata
digunakan untuk mengejar berbagai tujuan. Memang sukar dimengerti bahwa sikapnya tidak
memihak dalam pertentangan sosial pada masa tersebut telah menyebabkan kaum konservatif
menamakan Hans Kelsen sebagai seorang radikal yang berbahaya. Sedangkan kaum
revolusioner mengecam dia sebagai seorang reaksioner. Hasil pekerjaan Hans Kelsen juga
sangat bernilai, karena pernyataannya bahwa dalam melaksanakan norma-norma hukum,
hakim mem punyai banyak kebebasan tidak mungkin bagi suatu peraturan umum untuk dapat
dipergunakan dalam semua peristiwa-peristiwa yang khusus dan peraturan-peraturan umum
itu harus dirumuskan dengantepat oleh mereka yang berkewajiban melaksanakannya.

Untuk dapat tetap mempertahankan sikap yang tidak memihak, maka Hans Kelsen
beranggapan bahwa semua persoalan Natural Law dan semua penelitian sumber-sumber dari
mana hakim memperoleh peraturan-peraturannya, bilamana dalam hal itu tidak ada autoriteit
adalah diluar lingkungan jurisprudence. Hal tersebut mengakibatkan pengetahuan hukum itu
menjadi sangat "murni", tetapi hal tersebut juga menghilangkan hubungan yang menarik
antara hukum dan kehidupan itu sendiri. Benar, apa yang kita peroleh dari metode tersebut,
bukan suatu teori perkembangan hukum melainkan hanyalah asas-asas formal pikiran
pendapat hukum. Dengan mengeluarkan seluruh sosiologi dan filsafat hukum (etika)
mengakibatkan jurisprudence semata-mata merupakan latihan otak mengenai pengertian-
pengertian abstrak. Keberatan terhadap ilmu pengetahuan hukum murni. Hans Kelsen bahwa
andasikata premise-premisenya diikuti secara membabibuta, hasilnya berlaku formal untuk
dapat digunakan dalam ilmu hukum (jurisprudence), selebihnya andaikata premise-
premisenya tidak dipergunakan, maka metodenya akan rusak. Hans Kelsen tidak menyetujui
tiap pendapat bahwa jurisprudence harus mengabdi pada kebutuhan kebutuhan hidup menurut
pandangannya. Tujuannya adalah agar kita dapat mengetahui sifat hukum dan negara. Tetapi
perlu dikemukakan disini bahwa metode Hans Kelsenpun tidak dapat memberi gambaran
hukum yang benar. Karena jurisprudence harus lebih dari hanya meneliti hirarchi formal
norma-norma untuk dapat mempelajari kekuatan-kekuatan sosial yang menciptakan hukum.

Dasar-dasar esessial dari Hans Kelsen, sebagai berikut :

a. Tujuan filsafat hukum seperti tiap ilmu pengetahuan adalah untuk mengurangi kekacauan
dan kemajemukan kesatuan.

b. Ilmu pengetahuan hukum yang berlaku bukan mengenai hu yang seharusnya.

c. Hukum adalah ilmu pengetahuan normatif, bukan ilmu alam

d. Teori hukum sebagai teori tentang norma-norma, tidak hubungannya dengan daya kerja
norma-norma hukum.

e. Teori Hukum adalah formal, suatu teori tentang cara menata, mengubah isi dengan cara
khusus.

f. Hubungan antara teori hukum dan sistem yang khas dari huk positif ialah hubungan apa
yang mungkin dengan hukum yang nyata

Dari dasar-dasar esensial tersebut termasuk mudah unt mengikuti hal-hal yang pokok dari
teori hukum murni H Kelsen. Dalam ketentuannya bahwa norma hukum berbeda d norma
moral. Kelsen sependapat dengan ajaran pokok dari mash analitis. Kebenaran norma hukum
berasal dari sumber ektem dan keharusan yang khas dari hukum, yang dibedakan dari nom
moral, adalah sanksinya. Ancaman sanksi yang harus dikenak kalau sesuatu dilakukan atau
tidak merupakan ciri khas hubung hukum. Sanksi semacam tersebut harus dilaksanakan oleh
ya berwenang sehingga merupakan persoalan munculnya sumb norma-norma hukum.
Menurut Austin, Hukum adalah perinta bagi Hans Kelsen, paksaan akan menempatkan unsur
psikolog yang asing bagi hukum. Norma hukum tidak mengenal perinta tetapi suatu
hubungan antara keadaan dan akibat. Kalau ora melakukan "A', maka harus terjadi "B, Hanya
dalam arti ini, huku adalah suatu yang seharusnya. Jadi yang ada adalah hubung subordinasi
dan tiap sistem hukum tertentu menyususn hirard norma-norma yang masing-masing dari
sumber yang lebih tingg Semua pengetahuan adalah usaha untuk menertibkan kekacaua
Dalam bidang ilmu alam ada juga ketentuan bahwa tidak bole ada pertentangan. Kalau "A"
sama dengan "B", yang bukan "A" tida dapat sama dengan yang bukan "B". Hal yang mana
berlaku bagi ilmu-ilmu normatif termasuk hukum. Norma-norma hukum tide dapat diambil
dari kekuasaan kekuasaan yang berselisih, misalny rustu putusan mendapatkan kekuatannya
dari perintah pengadila Perintah tersebut dari Undang-undang Parlemen. Undang-undam
parlemen dari konstitusi, antara sumber-sumber kekuasaan is terdapat hubungan subordinasi.
Akhirnya tiap norma hukum dala suatu tata hukum tertentu mendapat keabsahannya dari
norm dasar yang paling tinggi (Groundnorm). Norma dasar ini send tidak dapat dideduksi,
sehingga harus dianggap sebagai hipotes permulaan. Bahwa parlemen yang berdaulat di
Inggris adalah sua norma dasar, tidak lebih logis dari bahwa perintah Fuhree adal
kewenangan hukum tertinggi bagi Nazi Jerman atau bahwa suka suku pribumi tunduk pada
tukang sihir. Secara rational, huku adalah untuk menjelaskan hubungan-hubungan antara
norm norma dasar dan semua norma dibawahnya, tetapi tidak unt mengatakan apakah norma
dasar sendiri baik atau buruk. H tersebut merupakan tugas politik atau etika atau agama.

Hakekat hukum adalah kewajiban-kewajiban hukum, sebab hukum adalah suatu sistem yang
seharusnya, tetapi hak-hak huku hanya suatu yang kebetulan dan hukum dapat melepaskann
Apakah filsafat hukum murni dapat memperhatikan perubahan ya radikal yang meletakkan
groundnorm baru bertentangan deng yang terdahulu? Misalnya suatu perintah berdasarkan
huku masih dapat didasarkan atas konstitusi Tsar atau Konstitusi Weim Juga tidak pernah
dicabut melalui proses pengadilan, diturunk menjadi sesuatu kecuali norma dasar yang
bertentangan. Ha Kelsen terpaksa memasukkan suatu unsur yang tidak form dan tidak
normatif. Tidak ada norma dasar yang dapat diangg sedikitpun tidak mempunyai efektifitas
minimum yaitu yang tic mengharuskan kepatuhan sampai ketingkat tertentu. Efektif
keseluruhan tata hukum adalah syarat yang perlu untuk keabsal tiap normatatatertib. Hans
Kelsen tidak dapat berbuat demikian tanpa mendalami persoalan-persoalan kenyataan politik
dan sosiologi. Jika norma-norma hukum internasional menjadi mengikat terhadap negara-
negara, norma-norma tersebut hanya mengikat norma-norma yang diletakkan oleh tatanan
internasional yang tinggi terhadap kewenangan hukum dari negara-negara, mesk jika tatanan
Internasional tersebut tidak diorganisir dengan k Jadi pengakuan prinsip pacta sunt servanda
berarti pengal kekuasaan hukum yang membatasi kedaulatan negara. Ap negara yang
berdaulat terikat untuk membawakan (subordi tiap sistem hukum agar menjadi milik sendiri.
Selama di dunia kira-kira sembilan puluh negara yang berdaulat dan tata hu yang sederajat,
masing-masing menganggap dirinya lengkap tidak ada yang mengakui kekuasaan yang lebih
tinggi atau ba dengan toleransi de facto. Pengakuan negara yang sederajat sama lain dalam
hukum mengandung perlunya pengakuan adanya kekuasaan hukum yang lebih tinggi yang
dapat memberi kepada negara-negara itu atribut yang sama. Konsekwensi system hirarchi
formal, yaitu:

a. Penolakan tiap perbedaan hukum antara orang-orang se fisik dan yuridis, hukum adalah
suatu sistem hubun norma-norma dan menggunakan pengejawantahan seb alat tekhnis
untuk menyusun unifikasi norma-norma huk Perbedaan antara pribadi-pribadi alamiah dan
buatan ada tidak relevan, karena semua kepribadian hukum adalah bua dan kebenarannya
bersumber pada norma-norma yang la tinggi.

b. Hubungan norma-norma tersebut adalah kecaman Hans Ke terhadap perbedaan antara


hukum Public dan hukum pri Jauh lebih dekat dan lebih penting bagi sistem-sistem huk
kontinental dari Anglo Amerika, dimana hukum baru me berkembang sebagai
konsekwensi evolusi konstitusional sosial akhir-akhir ini. Hukum Publik mengatur hubung
hubungan antara negara dan kekuasaan publik di satu pi dan negara dipihak lain. Hukum
Privat mengatur hubung antara sesama warga, maka hukum Publik pada dasar adalah
hubungan antara atasan dan bawahan dan hanya deng proses pembatasan diri bahwa
negara tunduk pada semaca hubungan hukum antara dirinya dan warga negara, suatu
perkembangan yang menghasilkan hukum administratif dan sistem-sistem yang sesuai
dengan peradilan di negara-negara kontinental. Manfaat filsafat hukum positif murni Hans
Kelsen yang paling besar terletak dalam penguraian hubungan antara hipotesis permulaan
(yang mungkin dapat dilukiskan secara kurang abstrak sebagai dasar kepercayaan politik
masyarakat) dan keseluruhan hubungan hukum yang bersumber pada teori hukum murni
Hans Kelsen. Konsepsi hukum adalah proses yang dinamis dari konkretisasi adalah sangat
bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai