Anda di halaman 1dari 25

SOCA

Eksaserbasi Asma

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis

Dosen Pembimbing : Sri Wulan, S.Kep., Ners., M.Kep

MARYNA OCTAVIA SANGGO


201FK04036

PROGAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2021
KASUS IV

Seorang anak laki-laki usia 14 bulan dirujuk dengan status asmatikus dan
respiratory failure untuk dirawat di Unit Perawatan Intensif (UPI) Bagian Anak
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Aloanamnesis dari ibu pasien
diketahui bahwa 5 hari sebelum dirawat di RSCM, pasien batuk dan pilek, tanpa
demam; saat itu ibu pasien jugasedang menderita batuk. Tidak ada keluhan buang
air besar maupun buang air kecil. Asupan oral masih baik. Pasien kemudian
dibawa berobat ke dokter Spesialis Anak dan mendapat pengobatan, namun tidak
ada perbaikan. Satu hari sebelum masuk rumah sakit batuk semakin sering,
sehingga asupan oral kurang. Batuk terutama pada malam hari sehingga pasien
sering terbangun. Sepuluh jam sebelum masuk rumah sakit, batuk makin sering
disertai dengan dahak yang bertambah banyak. Pasien kemudian dibawa ke
fisioterapis dan mendapat terapi inhalasi, namun batuk tidak berhenti dan pasien
bertambah rewel. Enam jam sebelum masuk rumah sakit pasien tampak sesak dan
napas berbunyi ngik-ngik. Pasien kemudian dibawa ke Rumah Sakit M dan diberi
cairan infus, steroid intravena, serta inhalasi dua kali. Saat itu hasil analisis gas
darah menunjukkan pH 7,281, pCO2 49,9 mmHg, pO2 71,9 mmHg, HCO3 - 23,1
meq/L, base excess -3,8 meq/L, saturasi O2 92,9%, sehingga pasien kemudian
dirujuk ke RS Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Pasien sering batuk, pilek, dan
sesak napas sejak usia 4 bulan. Keluhan ini timbul terutama jika di dalam rumah
ada yang menderita batuk dan pilek. Batuk berkurang apabila pasien mendapatkan
inhalasi.
Saat usia 7 bulan, keluhan sesak timbul kembali disertai batuk, pilek dan
demam. Saat itu pasien mendapat terapi inhalasi tujuh kali (berobat jalan). Sejak
usia 9 bulan serangan sesak napas timbul setiap bulan dan setelah mendapat terapi
inhalasi, keluhan membaik. Dijumpai riwayat atopi pada nenek (dari ibu) pasien
berupa asma, sedangkan ibu pasien menderita alergi terhadap makanan laut. Tidak
ada riwayat atopi dari pihak keluarga ayah dan tidak ada yang merokok di dalam
rumah. Kehamilan ibu normal. Selama hamil ibu kontrol teratur ke Spesialis
Kebidanan, tidak pernah menderita sakit, minum obat-obatan, jamu, alkohol
maupun merokok kecuali minum vitamin yang diberikan oleh dokter. Pasien
merupakan anak pertama, lahir dengan operasi kaisar atas indikasi lilitan tali pusat,
langsung menangis, cukup bulan, berat lahir 3720 gram dan panjang lahir 48,5 cm.
Pasien sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Pemeriksaan fisis saat masuk
RSCM didapatkan kesadaran pasien kompos mentis, tampak sesak, nafas cuping
hidung, tidak pucat maupun sianosis. Laju nadi 136 kali per menit, teratur, isi
cukup, laju napas 60 kali per menit, suhu (aksila) 37,8°C. Berat badan 11,5 kg
(P75 NCHS), panjang badan 80 cm (P50 NCHS), lingkar kepala 46 cm (normal).
Ditemukan sekret jernih pada hidung. Pada pemeriksaan toraks tampak expiratory
effort, retraksi suprasternal dan epigastrium. Suara napas vesikular, terdengar
ronki basah kasar dengan mengi. Bunyi jantung normal. Perut teraba lemas, turgor
kulit cukup, bising usus terdengar normal, hati dan limpa tidak teraba. Akral
hangat, perfusi perifer cukup, refleks fisiologis normal, tidak dijumpai refleks
patologis. Pemeriksaan darah tepi saat masuk RSCM didapatkan hemoglobin 11,9
g/dl, hematokrit 37 vol.%, leukosit 7.000/mL, trombosit 278.000/mL, hitung jenis
basofil 0%, eosinofil 0%, neutrofil batang 3%, neutrofil segmen 79%, limfosit
17%, monosit 1%. Analisis gas darah pH 7,263, pCO2 39 mmHg, pO2 85,3
mmHg (O2 4 liter/menit, sungkup), HCO3 - 17,9 meq/L, base excess -6,3 meq/L,
saturasi O2 94,9%. Foto toraks kesan hiperaerasi sesuai dengan asma bronkial,
tidak tampak atelektasis.
Terapi pasien oksigen 4 liter/menit melalui sungkup dan cairan intravena
(dekstrosa 5%: Nacl 0,9% 3:1) KaEn 1B® + KCl 10 meq/500 mL, 1200 ml
perhari. Terapi inhalasi salbutamol dan ipatropium bromida setiap 2 jam.
Aminofilin inisial 72 mg dalam larutan dekstrosa 5% 20 ml dalam waktu 20 menit,
kemudian dilanjutkan dengan dosis rumatan 12 mg/jam. Deksametason diberikan
3x2 mg intravena. Hasil analisis gas darah 10 jam kemudian menunjukkan pH
7,316, pCO2 37,9 mmHg, pO2 126,4 mmHg (O2 4 liter/menit, sungkup ), HCO3 -
25,5 meq/ L, base excess -2,5 meq/L, saturasi O2 98,1%. Pada perawatan hari
ke-2, sesak mulai berkurang dengan laju napas 48-54 kali per menit, suhu (aksila)
36,5-37,2°C, retraksi suprasternal dan epigastrium berkurang. Pasien dicoba untuk
minum peroral, toleransi baik; O2 diturunkan menjadi 2 liter/menit (nasal), dan
inhalasi setiap 4 jam.

PENGKAJIAN

Asuhan Keperawatan Kritis pada An. X (14 Bulan) Dengan Eksaserbasi


Asma di Ruang Neonatal Intensive Care Unit
No. Rekam Medis : Tidak ada dalam kasus
Diagnosa Medis : Eksaserbasi Asma
Nama : An. X
IDENTITAS

Jenis Kelamin : Tidak ada dalam kasus


Umur : 14 Bulan
Agama : Tidak ada dalam kasus
Status Perkawinan : -
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Sumber Informasi : Ibu klien
Alamat : Tidak ada dalam kasus
TRIAGE P1 P2
P3 P4 √
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan batuk, pilek, dan sesak napas sejak
usia 4 bulan. Pasien diketahui bahwa 5 hari sebelum dirawat di
RSCM, pasien batuk dan pilek, tanpa demam; saat itu ibu pasien
juga sedang menderita batuk.

Mekanisme Cedera :
Pasien diketahui bahwa 5 hari sebelum dirawat di RSCM, pasien
batuk dan pilek, tanpa demam; saat itu ibu pasien juga sedang
menderita batuk. Pasien kemudian dibawa berobat ke dokter
PRIMER SURVEY

Spesialis Anak dan mendapat pengobatan, namun tidak ada


perbaikan. Satu hari sebelum masuk rumah sakit batuk semakin
sering, sehingga asupan oral kurang. Sepuluh jam sebelum masuk
rumah sakit, batuk makin sering disertai dengan dahak yang
bertambah banyak. Enam jam sebelum masuk rumah sakit pasien
tampak sesak dan napas berbunyi ngik-ngik. Pasien sering batuk,
pilek, dan sesak napas sejak usia 4 bulan. Saat usia 7 bulan, keluhan
sesak timbul kembali disertai batuk, pilek dan demam. Saat itu
pasien mendapat terapi inhalasi tujuh kali (berobat jalan). Sejak usia
9 bulan serangan sesak napas timbul setiap bulan dan setelah
mendapat terapi inhalasi, keluhan membaik.

Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) :  Baik  Tidak


Baik, ... ... ...
Saat masuk RSCM didapatkan kesadaran pasien kompos mentis,
tampak sesak, nafas cuping hidung, tidak pucat maupun sianosis.
AIRWAY
Jalan Nafas :  Paten  Tidak Paten
Obstruksi :  Lidah  Cairan  Benda Asing  N/A
Suara Nafas : Snoring Gurgling  Stridor 
N/A
Keluhan Lain:
Ditemukan sekret jernih pada hidung. Sepuluh jam sebelum masuk
rumah sakit, batuk makin sering disertai dengan dahak yang
bertambah banyak.
BREATHING
Gerakan dada :  Simetris  Asimetris
Irama Nafas :  Cepat  Dangkal ) Normal
Pola Nafas :  Teratur  Tidak Teratur
Retraksi otot dada :  Ada  N/A
Sesak Nafas :  Ada  N/A  RR : 60 x/mnt

Keluhan Lain:
Pada pemeriksaan toraks tampak expiratory effort, retraksi
suprasternal dan epigastrium. Suara napas vesikular, terdengar ronki
basah kasar dengan mengi, tampak sesak, nafas cuping hidung, laju
napas 60 kali per menit. Foto toraks kesan hiperaerasi sesuai dengan
asma bronkial, tidak tampak atelektasis.
CIRCULATION
Nadi :  Teraba  Tidak teraba
Sianosis :  Ya  Tidak
CRT :  < 2 detik  > 2 detik
Pendarahan :  Ya  Tidak ada

Keluhan Lain:
Laju nadi 136 kali per menit, teratur, tidak pucat maupun sianosis,
dan akral hangat

DISABILITY
Respon : Alert  Verbal  Pain Unrespon
Kesadaran :  CM  Delirium  Somnolen
Koma
GCS : Eye Verbal: Motorik:
Pupil :  Isokor  Unisokor  Pinpoint 
Medriasis
Refleks Cahaya:  Ada  Tidak Ada

Keluhan Lain :
Kesadaran klien composmentis

EXPOSURE
Deformitas :  Ya  Tidak
Contusio :  Ya  Tidak
Abrasi :  Ya  Tidak
Penetrasi : Ya  Tidak
Laserasi : Ya  Tidak
Edema : Ya  Tidak

Keluhan Lain:
Tidak ada keluhan
ANAMNESA
SECONDARY SURVEY

Riwayat Penyakit Saat Ini :


Pasien mengalami sesak, batu, dan pilek, sesak bertambah saat
pasien mengalami batuk, saat batuk asupan nutrisi klien berkurang,
BAB dan BAK pasien normal, sesak di sertai nafas cuping hidung

Alergi : -

Medikasi :
 Terapi oksigen 4 liter/menit melalui sungkup
 Terapi cairan intravena (dekstrosa 5%: Nacl 0,9% 3:1) KaEn
1B® + KCl 10 meq/500 mL, 1200 ml perhari
 Terapi inhalasi salbutamol dan ipatropium bromida setiap 2 jam.
 Aminofilin inisial 72 mg dalam larutan dekstrosa 5% 20 ml
dalam waktu 20 menit
 Deksametason diberikan 3x2 mg intravena

Riwayat Penyakit Sebelumnya:


Pasien mengalami sesak dari usia 4 bulan, dan selalu kambuh
sebulan sekali dan membaik setelah mendapat inhalasi

Makan Minum Terakhir : Tidak ada dalam kasus

Event/Peristiwa Penyebab:
Pasien mengalami sesak nafas disertai nafas cuping hidung dan
suara ronhi basah dan mengi, setelah di tinjau ternyata nenek pasien
juga penderita asma, serta riwayat ibu pasien juga alergi terhadap
makanan laut

Tanda Vital :
TD : - N: 136
x/ Menit
RR : 60 x/ Menit S : 37,8°C
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala dan Leher:
Inspeksi : Adanya lendir pada hidung
Palpasi : -

Dada:
Inspeksi: Tampak expiratory effort, retraksi suprasternal dan
epigastrium, laju napas 60 kali per menit
Palpasi : -
Perkusi : -
Auskultasi : Suara napas vesikular, terdengar ronki basah kasar
dengan mengi

Abdomen:
Inspeksi : -
Palpasi : Perut teraba lemas, turgor kulit cukup, hati dan limpa tidak
teraba
Perkusi : -
Auskultasi : Bising usus terdengar normal,

Pelvis:
Tidak ada keluhan buang air kecil

Ektremitas Atas/Bawah:
Inspeksi : Tidak terdapat sianosis
Palpasi : Akral teraba hangat

Punggung :
Inspeksi: -
Palpasi : -

Neurologis : Refleks fisiologis normal, tidak dijumpai refleks


patologis
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 RONTGEN  CT-SCAN  USG  EKG
 ENDOSKOPI  Lain-lain, ... ...
Foto toraks kesan hiperaerasi sesuai dengan asma bronkial, tidak
tampak atelektasis.
Pada pemeriksaan lab didapatkan :

Pemeriksaan Hasil

Hemagblobin 11,9 g/dl

Hematokrit 37 vol.%

Leukosit 7.000/mL

Trombosit 278.000/mL

Neutrofil Batang 3%

Neutrofil Segmen 79 %

Limfosit 17 %

Monosit 1%

Analisis Gas Ph 7,263


Darah Pco2 39 Mmhg
Po2 85,3 Mmhg
Hco3 - 17,9
Meq/L
Base Excess -6,3
Meq/L
Saturasi O2
94,9%
Tanggal Pengkajian : 16 Februari 2021
Jam : 09:00 WIT
Keterangan : Ns. Maryna

ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS : Faktor turunan Pola Nafas Tidak Efektif
 Ibu pasien mengatakan ↓ D.0005
pasien menderita sesak Adanya retraksi
semenjak umur 4 bulan supraternal
 Ibu pasien mengatakan ↓
sesak di sertai batuk Tampak expiratory effort
 Ibu pasien mengatakan ↓
nenek klien Hambatan upaya nafas
mempunyai asma juga ↓
Laju pernafasan 60
DO: x/menit
 Laju pernafasan ↓
60x/menit Pernafasan cuping hidung
 Adanya nafas cuping ↓
hidung Terdengar mengi
 Tampak expiratory ↓
effort pada foto thorax Pola nafas tidak efektif
 Retraksi supraternal
 Epigastrium
 Ronkhi basah dengan
mengi
DS : Adanya spasme pada Bersihan Jalan Nafas
 Ibu pasien mengatakan jalan nafas Tidak Efektif
10 jam sebelum masuk ↓ D.0001
rumah sakit, pasien Batuk
batuk makin sering ↓
disertai dengan dahak Pengeluaran dahak
yang bertambah banyak
banyak. ↓
Bersihan jalan nafas tidak
DO : efektif
 Tampak expiratory
effort pada foto thorax
 Foto toraks kesan
hiperaerasi sesuai
dengan asma bronkial
 Tidak tampak
atelektasis
 Adanya sekret jernih
pada hidung pasien

DIAGNOSA

1. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Hambatan Upaya Bernafas


2. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Obstruksi Jalan
Nafas

INTERVENSI

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan  Pantau  Mengindentifikasi
Efektif tindakan frekuensi, adanya perubahan
Berhubungan keperawatan irama, pola nafas
Dengan selama 3x24 jam kedalaman dan  Mengindentifkasi
Hambatan Upaya pola nafas pasien upaya nafas sumbatan apa
Bernafas membaik dengan  Auskultasi pada jalan nafas
kriteria hasil : bunyi nafas  Mengontrol kadar
 Ibu pasien  Pantau saturasi oksigen dalam
mengatakan oksigen darah
sesak dan batuk  Pertahankan  Mencegah adanya
pasien mulai kepatenan jalan hambatan jalan
berkurang nafas nafas
 Laju pernafasan  Posisikan  Membantu
< dari semi-fowler ventilasi lebih
60x/menit  Berikan oksigen baik
 Tidak adanya  Monitor AGD  Membantu
nafas cuping  Moniter hasil memenuhi
hidung foto rontgen kebutuhan
 Tidak retraksi  Kolaborasi oksigen pasien
supraternal dan Terapi inhalasi  Mengetahu ada
epigastrium salbutamol dan tidaknya
ipatropium keracunan
bromida setiap oksigen dalam
2 jam. tubuh
 Mengindentifikasi
ada tidaknya
masalah pada
toraks
 Membantu
mereda sesak
nafas pasien
Bersihan Jalan Setelah dilakukan  Pantau  Mengindentifikasi
Nafas Tidak tindakan kemampuan bisa tidaknya
Efektif keperawatan batuk efektif pemberian
Berhubungan selama 3x24 jam  Pantau adanya intervensi batuk
Dengan Obstruksi jalan nafas pasien produksi efektif
Jalan Nafas membaik dengan sputum  Mengindentifikasi
kriteria hasil :  Berikan hambatan jalan
 Sputum bisa minuman nafas
keluar hangat  Mengencerkan
 Batuk mulai  Lakukan dahak
berkurang fisioterapi  Membantu
 Tidak terdengar  Lakukan mengencerkan
ronkhi basah suction kurang dahak
dari 15 detik  Menyedot dahak
 Kolaborasi yang menjadi
pemberian penghambatan
ekpetoran jalan nafas
 Membantu dalam
mengencerkan
dahak daalm jalan
nafas pasien
ANALISA JURNAL

Judul Peneliti Desain Responden Prosedur Hasil


Treatment With Felipe González Studi Anak laki-laki Awalnya di ukur dulu Penelitian ini melibatkan total 536
High-Flow Martínez, María Restropective sebanyak 536 skor paru, setelah itu pasien dengan AE, 40(7,5%) diantaranya
Oxygen Therapy Isabel González sampel dengan diberikan terapi membutuhkan HFNC. Usia rata-rata
In Asthma Sánchez, Blanca rentang umur 4-1 oksigen dengan adalah 5 tahun. HR,RR, PS menurun
Exacerbations In Toledo del tahun high-flow oxygen 15 secara signifikan pada 3-6 jam setelah
a Pediatric Castillo, Jimena lpm setelah 3-6 jam di memulai HFNC di grup 1. Dalam analisis
Hospital Ward: Pérez Moreno, ukur kebali skor paru. multivariate, pasien dengan nilai skor
Experience From María Medina paru tinggi dan jumlah penerimaan
2012 To 2016 Munoz, Cristina sebelumnya lebih besar diperlukan HFNC
Rodríguez lebih sering. Pasien dirawat dengan aliran
Jiménez, Rosa awal 15 Lpm lebih jarang ke PICU
Rodríguez dibandingkan dengan aliran awal kurang
Fernández dari 15 Lpm (13% vs 47%, P= 0,05) .
Perbedaan Herdyani Putri Penelitian ini Terdiri dari 20 Subjek yang Berdasarkan hasil Independent t- test
Postural dan Slamet menerapkan pasien Asma memenuhi kriteria lalu dari data didapatkan nilai p=0,726
Drainage Dan Soemarno metode pre-post Bronchiale yang menjalani terapi uap (p>0,05). Berdasarkan hal tersebut dapat
Latihan Batuk test control design dikelompokkan dengan menggunakan disimpulkan bahwa tidak terdapat
Efektif Pada menjadi dua yaitu nebulizer dengan cara perbedaan efek pada kelompok perlakuan
Intervensi Kelompok pasien duduk tegak dan yang diberi intervensi nebulizer dan
Nabulizer Perlakuan terdiri rilex, nafas tenang dan postural drainage dengan kelompok
Terhadap dari 10 orang pelan dengan tarik kontrol yang diberi intervensi nebulizer
Penurunan (n=10) dan nafas melalui mulut, dan batuk efektif terhadap pengurangan
Frekuensi Batuk Kelompok tahan nafas, lalu frekuensi batuk pada asma bronchiale
Pada Asma Kontrol terdiri keluarkan melalui
Bronchiale Anak dari 10 orang hidung.
Usia 3-5 Tahun (n=10) Masker digunakan
untuk anak kecil yang
belum kooperatif.
Waktu kurang lebih
15-20 menit. Jika ada
broncial obstruksi
pertama-tama dapat
diberikan terlebih
dahulu bronchodilator
(pre treatment
inhalasi). Sekret jangan
ditelan / terteguk
pasien, gunakan tempat
sputum dengan tissue.
Perhatikan tanda-tanda
tak biasa seperti
pertusis, cyanosis, dll.
Kemudian
dilakukan postural
drainage yaitu suatu
bentuk pengaturan
posisi pasien untuk
membantu pengaliran
mucus sehingga mucus
akan berpindah dari
segmen kecil ke
segmen besar dengan
bantuan gravitasi dan
akan memudahkan
mucus di
ekspectorasikan
dengan bantuan batuk.
Untuk menyiapkan
paru-paru dan saluran
nafas sebelum
melaksanakan tehnik
batuk, keluarkan
semua udara dari
dalam paru dan saluran
nafas.
Tehnik
pelaksanaan batuk
effektif adalah :
(1) Mulai dengan
bernafas pelan.
Ambil nafas secara
perlahan, akhiri
dengan
mengeluarkan
nafas secara
perlahan selama
3-4 detik.
(2) Tarik nafas secara
diafragma, lakukan
secara pelan dan
nyaman, jangan
sampai
overventilasi
paru-paru.
(3) Setelah menarik
nafas secara
perlahan, tahan
nafas selama 3
detik, Ini untuk
mengontrol nafas
dan
mempersiapkan
melakukan batuk
secara efektif.
(4) Angkat dagu agak
keatas, dan
gunakan otot perut
untuk melakukan
pengeluaran nafas
cepat sebanyak 3
kali dengan saluran
nafas dan mulut
terbuka, keluarkan
dengan bunyi
Ha,ha,ha atau huff,
huff, huff.
Tindakan ini
membantu
epligotis terbuka
dan mempermudah
pengeluaran
mucus.
(5) Kontrol nafas,
kemudian ambil
nafas pelan 2 kali.
Ulangi tehnik
batuk diatas
sampai mucus ke
belakang
tenggorokkan,
setelah itu
batukkan dan
keluarkan
mucus/dahak.
Pengaruh Teknik Marlin Sutrisna, Jenis penelitian Ini melibatkan 14 Penelitian dilakukan Berdasarkan hasil penelitian dapat
Pernapasan Emmy H quasi pasien asma yang di Poli Paru Rumah dirumuskan simpulan secara umum hasil
Buteyko Pranggono, dan eksperimental dipilih dari Poli Sakit Hasan Sadikin penelitian ini menemukan ada pengaruh
Terhadap Act Titis Kurniawan dengan Paru RSUP Dr. Bandungdari tanggal latihan teknik pernapasan buteyko
(Asthma Control pendekatan Hasan Sadikin 20 Juni sampai 24 Juli terhadap ACT (asthma control test)
Test) pretest and Bandung umur 2017. Instrumen ACT dengan rincian :
posttest one group 19- 65 tahun (Asthma Control Test) Skor ACT setelah diberikan teknik
design di lakukan secara time pernapasan buteyko lebih tinggi daripada
series artinya diukur sebelum diberikan teknik pernapasan
pada saat pretest, buteyko. Perbedaan yang signifikan
minggu pertama, antara skor ACT setelah diberikan teknik
kedua, ketiga, dan pernapasan buteyko dengan skor ACT
keempat. pada minggu III, minggu II, minggu I,
Penelitian dengan dan pretest (p=0,00). Post hoc analisis
desain time-series ini menemukan skor post test minggu ke
memberikan intervensi empat signifikan lebih tinggi (p=0,00)
sebanyak minimal dua daripada posttest minggu III, minggu II,
kali dalam seminggu minggu I, dan pretest.
selama empat minggu.
Pemeriksaan ACT
dilakukan sebanyak
lima kali yaitu, pretest
(awal) kemudian
dilanjutkan
pemeriksaan pada
minggu I, minggu II,
Minggu III, dan post
test pada minggu ke
IV.
Pengaruh Fadilah Mutaqin, Penelitian ini Subjek dibagi Sampel 28 orang Pada pasien diuji kadar IgE, IL-6 dan
Pemberian Wisnu Barlianto, berjenis menjadi 4 di bagi dalam 4 skor ACT sebelum dan sesudah perlakuan
Nigella Sativa Sanarto Santoso eksperimental, kelompok yaitu kelompok dimana yang diberikan perlakuan selama 8
Terhadap Kadar clinical trial, kelompok A semua anak perempuan minggu. Data dianalisis secara statistik
Ige, Il-6 Plasma pre-post control (asma ringan, dan laki-laki yang dengan aplikasi SPSS ver 18. Didapatkan
Serta Skor study mendapat terapi usianya rentang 7-9 kadar IgE pada kelompok asma sedang
Asthma Control short acting beta tahun. (B, D) lebih tinggi dibandingkan dengan
Test Pada Anak agonis, asma ringan (A, C) dan didapatkan
Asma Ringan kortikosteroid penurunan rerata kadar IgE total pada
Dan Sedang inhalasi dosis semua kelompok meskipun nilainya tidak
rendah dan N. berbeda bermakna (A: p = 0,482, B: p =
sativa) dan 0,277; C: p = 0,18; D: p = 0,655).
kelompok B Didapatkan penurunan rerata kadar
(asma sedang, IL-6 pada semua kelompok meskipun
mendapat terapi nilainya tidak berbeda bermakna (A: p =
long acting beta 0,123; B: p = 0,338; C: p = 0,848; D: p =
agonis, 0,564). Terdapat perbedaan bermakna
kortikosteroid skor ACT pada kelompok A (p = 0,016)
inhalasi dosis maupun kelompok C (kontrol) (p = 003)
rendah dan N. dibandingkan dengan sebelum perlakuan.
sativa), kelompok Tidak didapatkan hubungan antara
C (kontrol) (asma kadar IgE dengan skor ACT maupun IL-6
ringan, hanya dengan skor ACT setelah diberikan N.
mendapat terapi sativa (p > 0,05). N. sativa dapat
short acting beta menurunkan kadar IL-6 dan IgE plasma
agonis, pada anak dengan asma ringan dan
kortikosteroid sedang serta perbaikan skor ACT pada
inhalasi dosis anak dengan asma sedang meskipun
rendah) dan nilainya tidak berbeda bermakna, tetapi
kelompok D sangat bermakna pada asma ringan. Tidak
(asma sedang, terdapat hubungan antara penurunan IgE
hanya mendapat dan IL-6 plasma dengan peningkatan skor
terapi long acting ACT setelah pemberian N. sativa pada
beta agonis, anak asma ringan dan sedang
kortikosteroid
inhalasi dosis
rendah).
Program Pertiwi Permata Literature review Dengan Dengan menganalisa 8 Program olahraga renang sebagai
Olahraga Putri, Khairun mengambil 8 sampel jurnal terapi non farmakologi asma pada anak
Renang: Nisa, Riyan jurnal intersional menunjukkan perbaikan yang signifikan
Intervensi Wahyudo internasional pada PEFR, dimana PEFR sebagai
Non-Farmakolog sebagai parameter terkontrol tidaknya asma.
is yang Efektif sampelnya Selain itu renang juga memberikan
pada Asma Anak dampak lain, seperti berkurangnya
frekuensi serangan, berkurangnya jumlah
hari dengan keluhan wheezing,
berkurangnya ketergantungan akan obat
serta kunjungan rumah sakit, dan
menurunnya angka absensi sekolah.

Anda mungkin juga menyukai