1. KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI WADUK KEULILING KECAMATAN
KUTA COT GLIE KABUPATEN ACEH BESAR Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12-17 Agustus 2012. Tujuan penelitian adalah (1) Untuk mengetahui kepadatan spesies plankton yang terdapat di waduk Keuliling KecamatanKuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar; (2) untuk mengetahui keanekaragaman spesies plankton yang terdapat di Waduk Keuliling Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar. Metode yang digunakan adalah metode purpovise sampling, pengambilan sampel dilakukan pada lima stasiun. Objek penelitian ini adalah semua spesies plankton yang terdapat di wilayah penelitian. Analisis data secara deskriptif dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 26 spesies plankton yang ditemukan, kepadatan plankton di Waduk Keuliling Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar adalah 15463,918 ind/l. Spesies yang mendominasi dari golongan Fitoplankton adalah spesies Gloetrichia echinulata 30% (1299,674 ind/L) sedangkan golongan zooplankton didominasi oleh spesies Branchionus sp 64 % (837,078 ind/L). Hasil analisis indeks keanekaragaman di perairan Waduk Keuliling Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar menunjukkan keanekaragaman sedang dengan indeks keanekaragaman 3,150
2. Identivikasi Mikroalga Laut Dari Tambrauw, Papua Barat
Tambrauw merupakan salah satu Kabupaten di Papua Barat, dikenal sebagai daerah megabiodiversitas, termasuk mikroalga laut yang memiliki peran penting dalam sistem rantai makanan di perairan. Namun di sisi lain keanekaragaman mikroalga laut di daerah ini masih belum banyak diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi mikroalga laut dari Tambrauw berdasarkan pendekatan morfologi dan molekular. Mikroalga laut diisolasi dari sumber alami di Tambrauw, dimurnikan dan dikultur di bawah kondisi standar. Empat belas kultur mikroalga laut dipilih berdasarkan pertumbuhan, keragaman morfologi dan homogenitas. Karakteristik morfologi diamati dalam kondisi kultur menggunakan mikroskop cahaya dan hubungan filogenetik dari masingmasing strain didefinisikan sesuai dengan analisis sekuen 18S rRNA pada kelompok mikroalga eukariot dan 16S rRNA pada kelompok mikroalga prokariot. Sekuen yang dihasilkan dibandingkan dengan database yang tersedia di situs web NCBI melalui alat bioinformatika BLAST. Hasil penelitian menunjukkan similaritas yang tinggi dengan identitas urutan nukleotida yang dikenal, sebagai Monoraphidium neglectum (99%), Chlorella sorokiniana (99%), Oocystis heteromucosa (99%), Ettlia texensis (99%), Dilabifilum arthopyreniae (98%), Auxenochlorella protothecoides (99%), Trichosarcina polymorpha (98%), Scenedesmus vacuolatus (99%), Chlorella kessleri (99%), Coelastrella oocystiformis (99%), dan Foliisarcina bertiogensis (99%). Studi ini menjadi informasi dasar dalam mengungkap pola keanekaragaman mikroalga, yang sangat penting untuk mendapatkan sumber daya baru genetik untuk kepentingan industri serta studi taksonomi. 3. Diversity and distribution of microalgae in coastal areas of East Java, Indonesia (Identivikasi Mikroalga Laut Dari Tambrauw, Papua Barat) Indonesia terkenal sebagai salah satu hotspot untuk keanekaragaman hayati, termasuk sumber daya laut. Namun, keanekaragaman hayati Indonesia telah menurun dengan cepat karena perubahan perairan kualitas lingkungan sebagai akibat dari aktivitas manusia. Hilangnya keanekaragaman hayati telah dipelajari dengan baik pada organisme yang lebih besar, namun, lebih sedikit dikenal untuk mikroorganisme, seperti mikroalga. Mikroalga telah menerima banyak perhatian baru-baru ini karena potensinya sebagai energi terbarukan sumber energi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keanekaragaman hayati dan sebaran mikroalga di wilayah pesisir Jawa Timur dan Madura, Indonesia. Enam situs, yaitu Trenggalek dan Sendangbiru mewakili pantai selatan, Banyuwangi dan Situbondo mewakili pantai utara. Jawa Timur, Pasongsongan dan Pamekasan masing-masing mewakili pantai utara dan selatan Madura, yang mewakili latar belakang yang berbeda dari perkembangan antropogenik di daerah ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi air laut di semua lokasi masih baik, dengan pH rata-rata 8,0 meskipun aktivitas manusia intens, seperti ekowisata, perikanan dan pelabuhan perahu, serta kawasan pemukiman yang memiliki berpotensi menghasilkan banyak sampah. Secara keseluruhan terdapat 35 genus dari semua lokasi dengan kelimpahan yang bervariasi di setiap lokasi dan indeks keanekaragaman berkisar antara 1,105-3,312. Meskipun sebagian besar genus milik Bacyllariophyta, indeks dominasi menunjukkan bahwa ada tidak ada dominasi spesifik tunggal di semua lokasi. Indeks Morisita menunjukkan bahwa sebagian besar distribusi memberikan nilai positif yang menunjukkan dispersi mengelompok mikroalga di semua lokasi. Indeks Shannon-Weaver yang lebih tinggi mencirikan pantai selatan Jawa Timur dan Madura dibandingkan dengan wilayah pantai utara Jawa Timur yang berkorespondensi dengan indeks dominasi yang lebih rendah.