Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KEGIATAN LANSIA PUSKESMAS TARAM

ERA NEW NORMAL

I. Pendahuluan
Menurut sensus tahun 2010 jumlah lansia adalah 18,1 juta jiwa. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar tahun 2007, lansia dengan kondisi sehat di Indonesia tidak sampai 2
persen dari total populasi lansia. Kebanyakan lansia menderita penyakit sendi, hipertensi,
katarak, stroke, jantung, gangguan mental emosional, dan diabetes. Dari 7 miliar penduduk
dunia, 1 miliar diantaranya adalah penduduk lanjut usia (lansia). Indonesia sendiri
memiliki 24 juta jiwa lansia, yang paling banyak tersebar di 5 provinsi yaitu Yogyakarta,
Jawa timur, Jawa tengah, Bali, dan Jawa barat.(Data Badan Pusat Statistik ),
Dari 4667 jiwa jumlah penduduk maesan, 14.231 diantaranya adalah penduduk lanjut
usia, yang terdiri dari 8779 pra lansia dan 5432 lansia. Dengan banyaknya lansia di maesan
maka perlu peningkatan kualitas pelayanan posyandu lansia. Pembinaan kesehatan lansia
merupakan salah satu kegiatan yang harus terus digalakkan untuk mewujudkan lansia
sejahtera, bahagia dan berdaya guna bagi kehidupan keluarga dan masyarakat sekitarnya.
Hal ini merupakan suatu upaya menghadapi peningkatan status dan derajat kesehatan
rakyat Indonesia yang memberikan dampak pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa.
Terutama di masa pandemi COVID-19, peningkatan penjagaan terhadap kesehatan lansia
perlu ditingkatkan. Bahasan mengenai kelompok masyarakat lanjut usia (lansia) pada masa
pandemi COVID-19 agaknya menjadi sangat penting dan krusial mengingat dalam banyak
laporan, korban meninggal dunia akibat COVID-19 adalah kelompok ini. Berdasarkan data
dari Lembaga kesehatan masyarakat nasional Amerika Serikat, yakni pusat pengendalian
dan pencegahan penyakit (central of disease control / CDC) menjelaskan bahwa kematian
terbesar akibat COVID-19 adalah kelompok umur 65 tahun keatas dan lebih dari 60 persen
per 20 Mei 2020. Untuk Indonesia, berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan
COVID-19, kelompok umur yang meninggal dunia tinggi di kelompok umur lebih dari 60
tahun (lansia), yaitu 44 persen, sedangkan kelompok umur 46-59 tahun sebanyak 40
persen, dan pada umur 31-45 tahun sebanyak 11,6 persen.

II. Latar Belakang


Lansia merupakan seorang dewasa sehat yang mengalami proses perubahan menjadi
seorang yang lemah dan rentan yang diakibatkan karena berkurangnya sebagian besar
cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan
kematian (Setiati et al, 2009). Menurut data dari Biro Pusat Statistik (2012), di Indonesia
jumlah penduduk 60 tahun ke atas (lanjut usia) menurut kabupaten/kota dan Keadaan
Kesehatan sebesar 15.454.360 dengan keadaan kesehatan baik 39%, keadaan keadaan
kesehatan cukup sebesar 43% dan dengan keadaan kesehatan kurang sebesar 18%.
Keberadaan lansia seringkali dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai beban
keluarga dan masyarakat sekitarnya serta dianggap sebagai individu yang tidak mandiri.
Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua identik
dengan semakin banyaknya masalah yang dialami oleh lansia. Lansia cenderung dipandang
masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang ketergantungan dengan orang-orang
yang ada disekitarnya (Huda, 2004). Kemandirian pada lansia dinilai dari kemampuannya
untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Maryam, 2008).
Menurut penelitian yang dilakukan 2 Suardana dan Ariesta pada tahun 2012 tentang
karakteristik lansia dengan kemandirian aktivitas sehari-hari didapatkan bahwa
kemandirian aktivitas sehari-hari dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, status
perkawinan, serta kondisi kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, faktor yang masih dapat
dimodifikasi atau dikontrol adalah kondisi kesehatan. Secara umum, semakin menua
seseorang, kondisi kesehatan juga akan mengalami penurunan. Berdasarkan hasil
Riskesdas (2013) diketahui bahwa prevalensi penyakit yang sering diderita lansia adalah
hipertensi, penyakit radang sendi, PPOK, kanker, dan diabetes melitus. Di posyandu lansia
Puskesmas Taram penyakit paling banyak yang diderita lansia adalah hipertensi yaitu
sebesar 54%. Berdasarkan Riskesdas (2013) terdapat sebesar 26,5% penduduk Indonesia
yang mengalami penyakit hipertensi sedangkan pada kelompok umur ≥60 terdapat sebesar
57,6% penduduk yang berusia lebih dari 60 mengalami hipertensi. Kondisi kesehatan
seorang lansia selain dipengaruhi oleh penyakit juga secara tidak langsung dipengaruhi
oleh hal lain seperti status gizi.
Masalah gizi pada lansia perlu menjadi perhatian khusus karena mempengaruhi status
kesehatan dan mortalitas. Gizi kurang maupun gizi lebih pada masa dewasa akan
memperburuk kondisi fungsional dan kesehatan fisik (McNaughton, 2012). Status gizi
buruk atau kurang akan menyebabkan lansia sulit dalam melakukan aktivitas sehari-hari
(Setiani, 2011). Apalagi di dalam masa pandemi virus corona, dimana kasus terbanyak
positif yaitu kelompok lansia, hal disebabkan berbagai faktor salah satunya kondisi
kesehatan lansia yang sudah menurun, dan juga karena komplikasi penyakit yang diderita
oleh lansia itu sendiri, seperti diabetes, hipertensi, jantung, dan penyakit lain, khusunya
asma diharapkan lansia menjaga diri, dibantu oleh keluarga. Lansia harus menjaga diri
bahkan dari anggota keluarga di rumah mengingat belum tentu anggota keluarga di rumah
juga aman dari terpapar virus corona jenis baru (COVID-19). Hal ini dikarenakan data dari
organisasi kesehatan dunia (WHO), ia menunjukkan angka kematian paling tinggi terjadi
pada penderita COVID-19 yang berusia 80 tahun ke atas dengan persentase mencapai lebih
dari 22 persen. Dan masuk awal Juli 2020, pemerintah Indonesia menerapkan era new
normal, dimana setiap sektor sudah bisa beraktifitas kembali dengan syarat harus tetap
menjalankan protokolo kesehatan. Termasuk bagi lansia.

III.Tujuan
1. Tujuan umum
Meningkatkan status kesehatan dan kualitas kehidupan lansia pada era new normal,
agar lansia dapat menikmati masa tua yang sejahtera, bahagia dan berdaya guna bagi
diri, kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan lingkungannya, serta merasa
aman dalam menjalani kehidupan sehari – hari, tanpa khawatir terinfeksi COVID-19.
2. Tujuan khusus
a. Menjaga dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran lansia baik secara psikis
maupun fisik, di pada era new normal
b. Menjaga kestabilan psikologi dan psikososial para lansia di masa new normal
c. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk keluarganya
dalam menjaga lansia agar tidak terpapar COVID-19, di masa new normal

IV. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


Dimasa new normal lansia tetap perlu menjaga diri lebih baik dari biasanya,
dikarenakan lansia termasuk kelompok rentan terinfeksi COVID-19. Dan di era new
normal ini COVID-19 belum sepenuhnya habis. Pelayanan kesehatan di kelompok usia
lanjut meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional. Dalam masa new
normal lansia yang memiliki riwayat penyakit bawaan masih harus tetap meingkatkan
kewaspadaan. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada usia lanjut dari
puskesmas selama masa new normal ialah :
1. Menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan, petugas
menggunakan masker, menjaga jarak, mengukur suhu, dan memisahkan alur
pelayanan pasien ISPA, dan Lansia dianjurkan untuk tidak pergi berobat ke
Puskesmas atau ke Rumah Sakit, kecuali mengalami tanda-tanda kegawatdaruratan.
2. Memberikan edukasi kepada lansia dan keluarga terkait protokol kesehatan yang
harus dipatuhi selama dimasa new normal.

Kegiatan yang dilakukan untuk menjaga kesehatan lansia diantaranya yaitu :


1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (Activity of daily living) meliputi kegiatan
dasar dalam kehidupan,seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya. Para lansia atau mereka yang
telah berusia lanjut tetap harus berolahraga di rumah demi menjaga kesehatannya
termasuk mencegah terinfeksi virus corona.
2. Pemeriksaan status mental.
Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional, dengan menggunakan
metode 2 menit pada KMS usia lanjut. Pemeriksaan kondisi psikologi lansia perlu
dilakukan agar kondisi kesehatan lansia lebih stabil selama masa new normal.
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dapat dicatat pada grafik Indeks Massa Tubuh (IMT). Memastikan gizi
lansia dimasa new normal terpenuhi sesuai yang dianjurkan, agar kekebalan tubuh
lansia tetap baik, dan tidak mudah sakit.
4. Pengukuran tekanan darah dan penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota Kelompok Usia Lanjut
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (Public
Health Nursing). Kunjungan rumah dilakukan untuk memastikan bahwa lansia
mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat antara lain :
1. Penyuluhan mengenai contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan
dan gizi usia lanjut serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah
tersebut.
2. Kegiatan olah raga seperti senam usia lanjut untuk meningkatkan kebugaran. Namun,
dilakukan di rumah masing – masing lansia. Olahraga juga dapat berupa melakukan
pekerjaan rumah yang ringan ringan bagi lansia.

V. Cara Melaksanakan Kegiatan


Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut selama masa
new normal adalah : dengan melakukan promotif dan preventif, diantaranya promosi dan
pencegahan di masyarakat dan pelayanan kesehatan, dengan cara :
Langkah-langkah pencegahan yang paling efektif di masyarakat meliputi:
a. menjauhi kerumunan atau keramaian;
b. menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir dan atau menggunakan hand sanitizer;
c. menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut;
d. menerapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut dengan
lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu membuang tisu ke tempat sampah
tertutup;
e. memakai masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan melakukan
kebersihan tangan setelah membuang masker, memakai masker kain untuk yang
tidak memiliki gejala apapun;
f. menjaga jarak (minimal 1 meter) dari orang yang mengalami gejala gangguan
pernapasan.

Pengaturan pelayanan kesehatan dalam pencegahan penularan Covid-19 bagi lansia di


fasilitas kesehatan (Puskesmas) adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Triase pasien:
a. Dapat memanfaatkan fasilitas teleregristrasi bagi semua pengunjung
Puskesmas, sehingga dapat diketahui adanya pasien lansia sebelum tiba di
Puskesmas dan menyampaikan pesan pesan antara lain:
1) sejak dari rumah pakai masker;
2) menjaga jarak fisik;
3) etika batuk & bersin;
4) meminimalkan yang berkunjung ke Puskesmas; serta
5) memperhatikan jadwal pelayanan khusus lansia dan jam kehadiran;
6) bagi pasien lansia dianjurkan untuk menunda datang ke fasilitas kesehatan
kecuali mengalami kondisi kegawat daruratan.
b. Jika tidak tersedia teleregristrasi, maka triase dilakukan kepada semua pasien
pasien rawat jalan dengan cara skrining terlebih dahulu gejala batuk, pilek,
demam, sesak napas, riwayat kontak dengan penderita tersangka Covid-19
atau terkonfirmasi positif Covid-19 untuk mengidentifikasi pasien dengan
atau tanpa faktor resiko dan atau gejala terkait Covid-19.
2. Pengaturan alur pelayanan: Tersedia jalur khusus prioritas untuk pasien lansia
sehingga tidak terlalu lama berada di fasilitas kesehatan (bila tidak ada registrasi/
poli/ lab/apotik khusus lansia maka pasien lansia didahulukan didalam antrian).
3. Bagi petugas kesehatan yang melayani lansia harus dalam keadaan sehat.

VI. Sasaran
1. Kegiatan kegiatan pelayanan program sesuai dengan kebutuhan dan harapan
masyarakat, selama new normal
2. Kegiatan-kegiatan program dapat menyelesaikan permasalahan yang ada di
masyarakat, selama new normal

VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

WAKTU
KEGIATA
JA FE MA AP ME JU JU AG SE OK NO DE
N
N B R R I N L S P T V S
Pembinaan
X
lansia
Senam Pada new normal senam bisa dilaksanakan
lansia dengan syarat mematuhi protokol kesehatan
Pembinaan
posyandu X X X X X
lansia
Pemantauan
X X X X X
lansia resti

VIII. Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan Program Lansia dilakukan setiap akhir tahapan
kegiatan disertai dengan pelaporannya.

IX. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan Penutup


Dilakukan pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan program lansia. Pelaporan hasil
kegiatan program lansia disampaikan kepada KaSatPel UKM dan kepada Kepala
Puskesmas.

Taram, Juli 2020


Mengetahui, Pelaksana Kegiatan
Kepala UPTD Puskesmas Taram Koordinator Lansia

Suriani Wahyuni Saragih, SKM Fenni Gusrini, Amd. Keb


NIP. 19780609 200604 2011 NIP. 19770813 200604 2 009

Anda mungkin juga menyukai