Anda di halaman 1dari 4

o
Peraturan Pemerintah
o Instruksi Presiden
o Peraturan Menteri
o Peraturan Gubernur
o Pedoman Umum

Angka Kematian Ibu di Jatim Menurun


Laporan Utama | 22 Dec 2014 01:19:53 PM

Provinsi Jawa Timur terus berupaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) pasca-melahirkan.
Kerjasama Dinas Kesehatan dengan Tim Penggerak PKK sejak beberapa tahun terakhir, membuahkan
hasil dan akan terus ditingkatkan. 
 
AKI melahirkan di Jawa Timur (Jatim) saat ini tercatat 97,39/100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih
rendah dari target perkiraan provinsi yaitu 102/100.000 kelahiran hidup. Berhubung jumlah penduduk
Jatim sangat besar, yaitu 38 juta jiwa, jadi nilai absolut kematian menjadi tergolong cukup tinggi,
meskipun secara angka lebih kecil dibanding provinsi lain. 
“Kembali lagi, ini karena jumlah ibu hamil cukup banyak, ini harus terus kita tekan,” ujar Kepala Dinas
Kesehatan (Kadinkes) Jatim, dr Harsono.
Menurut dia, jika pada 2012 jumlah AKI Jatim sebesar 97,43/100.000 kelahiran hidup, tahun lalu, jumlah
AKI menurun menjadi 97,39/100 ribu kelahiran hidup dan untuk kematian bayi 25,9/1000 kelahiran.
Sebelumnya, pada 2011 jumlah AKI di Jatim sebanyak 101,4/100.000 kelahiran hidup.  
“Ada tiga keterlambatan yang menjadi penyebab ibu hamil berisiko tidak tertolong, yaitu keluarga
terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat rujukan, dan terlambat mendapat
penanganan,” jelasnya.
            Daerah yang menyumbang angka  AKI terbanyak antara lain Surabaya, Kediri, Jombang, dan
Situbondo. “Karena kota besar dengan jumlah penduduk sangat padat, angka kematian ibu di Surabaya
tahun ini cukup banyak yaitu 40 orang. Kebanyakan karena terlambat membawa ke pusat rujukan,” kata
Harsono.
            Untuk menekan angka itu Pemprov Jatim bekerjasama dengan kabupaten/kota membentuk kader
pendamping ibu hamil risiko tinggi. “Kita menjadi satu-satunya provinsi yang membentuk pendamping.
Saat ini jumlah kader pendamping ibu hamil berisiko tinggi mencapai 740 orang. Akan terus kita tambah,”
ujarnya.

Pendampingan
           Ketua Tim penggerak PKK Provinsi Jatim, Nina Soekarwo, menekankan pentingnya
pendampingan ibu hamil risiko tinggi oleh kader PKK. Selama 10 bulan mulai dari kehamilan sampai
masa nifas, terbukti mampu mencegah kematian ibu melahirkan. 
            Menurut Nina, faktor penyebab kematian ibu itu sangat banyak. Mulai masalah sosial, budaya,
edukasi yang kurang, hingga persoalan ekonomi. Namun, penyebab paling banyak kematian ibu
melahirkan adalah preeklampsia (tekanan darah tinggi saat melahirkan).
"Kematian ibu yang paling banyak, salah satunya adalah pendarahan akibat kurang cepat dalam
penanganan," katanya.
           Nina menjelaskan, program dimulai pada tahun 2013 lalu dengan menerjunkan 400 kader PKK
untuk mendampingi 400 ibu hamil yang tersebar di delapan kabupaten/kota di Jatim yaitu Sampang,
Ngawi, Pamekasan, Trenggalek, Bondowoso, Situbondo, Jember, dan Kediri. Tiap kabupaten/kota
mendapat jatah pendampingan 50 ibu hamil.
            Dalam perkembangannya, kader PKK yang tergerak untuk ikut berpartisipasi dalam program ini
bertambah menjadi 740 orang. Rinciannya, di Ngawi 102 orang, Sampang 101 orang, Pamekasan 102
orang, Trenggalek 53 orang, Bondowoso 88 orang, Situbondo 76 orang, Jember 115 orang, dan di
Kabupaten Kediri 103 orang.
“Saya sangat bangga pada kader PKK, meski intensifnya kecil tetapi mereka dengan hati ikhlas tetap
siap 24 jam mendampingi ibu hamil,” katanya.
 
Pantau Posyandu     
Selain menerjunkan kader pendamping ibu hamil berisiko tinggi, menurut Nina, pihaknya telah
menerjunkan kader untuk memantau tingkat kematian ibu dan anak yang lahir di setiap posyandu.
”Itu salah satu bentuk upaya untuk menekan angka kematian ibu dan bayi. Karena penyebab kematian
bukan karena faktor kemiskinan melainkan pola hidup yang salah,” tuturnya.
Dengan upaya ini, PKK Jatim terus mengajak untuk hidup sehat. Risiko tinggi (risti) ini dilakukan
pendampingan di 38 Kabupaten dan Kota di Jawa Timur. “Jatim luar biasa. Masyarakatnya sangat
kooperatif untuk diajak hidup sehat. Bahkan di depan rumah itu ada keran air agar masuk rumah sudah
dalam kondisi bersih,” tambahnya.
Membiasakan cuci tangan pakai sabun merupakan upaya promotif preventif atau seperti vaksin yang
dapat dilakukan sendiri untuk mencegah beragam penyakit, terutama yang mengancam balita seperti
diare dan Insfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
Seperti dikatakan Dirjen Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan, dr Anung Sugiarto, MKes, Kemenkes
mengapresiasi inovasi upaya kesehatan yang telah dilakukan ketua Tim Penggerak PKK Jatim dan
jajaran kesehatan Jawa Timur. Seperti forum penurunan kematian ibu dan bayi (PENAKIB), gerakan
bersama amankan kehamilan (GEBRAK) dan pendampingan ibu hamil risiko tinggi.
Keterlibatan PKK atau kader masyarakat menjadi sangat penting dalam pendampingan dimana satu
kader mendampingi satu ibu hamil risiko tinggi sejak hamil hingga 40 hari setelah melahirkan. Ini
gebrakan luar biasa Jawa Timur. Kegiatan ini diintegrasikan dengan Posyandu dan Dasawisma. 
Selain itu, program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K), serta secara aktif
memberikan informasi terhadap orang tua agar mencegah pernikahan dini di kalangan remaja juga telah
dilakukan di provinsi ini.
Anung mengatakan, mengutip data hasil survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI
di Indonesia masih tinggi, yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Jika dihitung, ada 16.155 orang ibu
yang meninggal akibat kehamilan, persalinan dan nifas pada tahun 2012. Jumlah itu setara dengan
jumlah korban kecelakaan 40 pesawat boing 777 yang jatuh dan seluruh penumpangnya meninggal. Di
samping  AKI, AKB juga masih tinggi di Indonesia. Pada tahun 2012, angkanya 32 per 1000 kelahiran
hidup atau setara dengan 144.000 dan setara dengan penumpang 360 pesawat Boing 777.
Sebaga upaya agar penurunan AKI dan AKB di Indonesia bisa teratasi dengan baik maka pemerintah
menghapus semua hambatan finansial masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan melalui
sistem jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dijalankan oleh BPJS kesehatan yang berlaku sejak 1
Januari 2014 ini. (hjr)

Ksatria Bakti Husada Kartika

     Pembangunan bidang kesehatan di Jawa Timur dalam perkembangannya juga meraih apresiasi dari
pemerintah pusat. November lalu, Gubernur Soekarwo meraih Penghargaan Ksatria Bakti Husada
Kartika yang merupakan penghargaan tertinggi bidang kesehatan.
Penghargaan itu dianugerahkan kepada masyarakat atas prestasi yang sangat luar biasa dan berjasa
besar dalam mendukung keberhasilan pembangunan bidang kesehatan.
Pemerintah pusat menilai Jawa Timur telah berhasil melaksanakan berbagai program pembangunan
kesehatan di Jawa Timur. Di samping itu, ia juga dinilai berhasil menggandeng para stakeholder seperti
organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, BUMN, BUMD, dan organisasi profesi untuk turut serta
menyukseskan pembangunan kesehatan. Hasilnya, pembangunan kesehatan Jatim dari tahun ke tahun
secara konsisten terus mengalami kemajuan dan menunjukkan progress yang menggembirakan.
Gubernur Jawa Timur, Soekarwo menuturkan, penghargaan ini merupakan buah kerja keras pemerintah
menyukseskan program sosialisasi (promotif) cara hidup sehat dan program pencegahan (preventif)
penyakit di desa/kelurahan di Jatim. Contohnya program pembangunan akses kesehatan di
desa/kelurahan dengan meningkatkan Polindes menjadi Ponkesdes, program percontohan Desa Bebas
Jentik, serta program-program kesehatan lainnya.
Salah satu program pembangunan kesehatan yang menjadi andalan adalah 10.000 Taman Posyandu,
program ini bahkan berhasil melebihi target, kini ini sudah ada 12.000 Taman Posyandu yang tersebar di
seluruh Jatim. Kemudian program percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB).
Data yang tercatat untuk AKI melahirkan di Jatim pada 2012 sebanyak 97,43/100.000 kelahiran hidup,
saat ini jumlah tersebut menurun menjadi 97,39/100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut lebih rendah
dari target MDG’s 102/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB pada 2011 mencapai 29,94 /1.000
kelahiran hidup, saat ini jumlah tersebut menurun menjadi 25,95/1.000 kelahiran hidup. Sedikit diatas
target MDG’s yaitu 23/1.000 kelahiran hidup.
Tak hanya itu, Pakde Karwo juga dinilai sangat berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarga, khususnya melalui program Keluarga Berencana (KB). Data BPS Jatim menunjukkan,
pencapaian program KB yang dicapai Jatim terbukti mampu menekan laju pertumbuhan penduduk
hingga 0,52 persen. Sedangkan angka kelahiran total atau Total Fertility Rate (TFR) juga mampu ditekan
hingga menyentuh angka 1,92 persen, lebih rendah dari TFR nasional yang mencapai 2,1 persen. (hjr)

Anda mungkin juga menyukai