Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 15

NILAI DAN PENGALAMAN ESTETIKA, PILIHAN NILAI-NILAI

DALAM FILM “LUCUNYA NEGERI INI”

OLEH

JENNYFER PUJI LESTARI WOI

NIM 19174040

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
1. Fakta dan nilai yang terjadi di dalam film Lucunya Negeri Ini.
Fakta yang terjadi di dalam cerita alangkah lucunya negeri ini adalah
generasi-generasi muda yang seharusnya belajar dan mencari ilmu setinggi-
tingginya, justru dituntut dan di ajarkan untuk melakukan sesuatu yang tidak
halal, yaitu mencopet. Mereka jadi terbiasa dan menjadikan pekerjaan yang tidak
halal tersebut menjadi sesuatu yang menyenangkan dan baik bagi mereka.
Sedangkan nilai yang dapat diambil di dalam cerita ini untuk kehidupan
bermasyarakat adalah meskipun hati Muluk, Syamsul, Pipit dilanda kebimbangan
dan merasa bersalah karena telah memakan uang haram dan selalu mendampingi
anak-anak pencopet. Namun, diakhir cerita mereka sadar dan menyesali semua
perbuatannya. Bahwa sesuatu yang sudah ditetapkan di hukum agama, sifatnya
adalah mutlak. Tidak ada pembenaran sama sekali yang bisa dilakukan manusia.
Dan hukum Allah adalah jelas, Halal ya halal. Haram ya haram. Tidak ada alasan
untuk hal itu dan tidak ada batas abu-abu untuk hal ini.

2. Bagaimana nilai itu dibenarkan dalam film Lucunya Negeri Ini ?


Film “Alangkah Lucunya Negeri ini” seolah menjadi sindiran kecil bagi
penegakan hukum di Indonesia serta hak dan kewajiban warga Negara dan
pemerintah. Banyak adegan-adegan dalam film tersebut yang menggambarkan
social realita yang ada di masyarakat Indonesia secara jelas. Sentilan kecil dari
film ini lebih ditujukan bagi pemerintah serta para koruptor yang mendapatkan
perlakuan hukum yang tidak sebagaimana mestinya. Nilai nilai yang dibenarkan
pada film ini ironis memang ketika kita mendapati salah satu pasal UUD 1954
yaang menyatakan “bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara” sementara kenyataan yang terjadi pada negara ini sebenarnya
menunjukkan kebalikannya. Menilik dari sistem komunikasi Indonesia yang
ditonjolkan pada film ini menunjukkan bahwa sampai kapanpun persepsi orang
tentang pencopet tidak akan berubah sekalipun mereka telah mendapatkan
pendidikan akademik maupun agama.
Persepsi seperti inilah yang menyebabkan susahnya masyarakat negeri ini
untuk bergerak maju dan mendapatkan perubahan yang signifikan. Masyarakat
Indonesia sudah terlalu terpaku ada suatu hal yang mereka nilai dari luarnya
sehingga terkadang lupa oleh apa yang sebenarnya terjadi. Perbandingan yang
ditonjolkan pada film ini sebenarnya sangat klasik, koruptor dan pencopet.

3. Nilai dan pengalaman estetika dalam film Lucunya Negeri Ini.


Jika dihubungkan film ini dengan pengalaman yang terjadi sesungguhnya,
Dalam film ini pendidikan digambarkan sesuai dengan kenyataan saat tahun 2010
yang lalu, dimana mereka yang terdidik belum tentu bisa mendapatkan pekerjaan
yang layak. Ternyata memiliki gelar sarjana sekalipun tidak menjamin kesuksesan
hidup seseorang. Sarjana-sarjana pengangguran ada dimana-mana. Ini sekaligus
masih menjadi potret nyata keadaan negeri kita saat ini meskipun sembilan tahun
telah berlalu, namun realita keadaan negeri ini masih sama, meningkatnya indeks
sarjana yang pengangguran masih bisa kita saksikan dilingkungan sekitar.
Mencari pekerjaan masih sulit artinya lapangan pekerjaan kurang terbuka luas
sehingga kita dituntut untuk lebih kreatif.

4. Pilihan nilai-nilai yang dipegang oleh para tokoh dalam film Lucunya Negeri Ini.
a. Nilai pendidikan, dimana pendidikan bukanlah merupakan syarat utama untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan title yang telah diraih.
b. Nilai agama, dimana waktu adegan ketika pipit menanyakan agama anak-anak
pencopet namun mereka tidak tahu agamanya dan betapa pentingnya agama
buat mereka.
c. Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terdapat dalam Film Alangkah Lucunya
Negeri Ini Karya Deddy Mizwar meliputi: Nilai Pendidikan Keimanan (Iman
kepada Allah SWT, Iman kepada hari Akhir), nilai pendidikan Keislaman
(shalat, thaharah), nilai pendidikan akhlak (akhlak kepada Allah SWT, Akhlak
kepada diri sendiri, Akhlak kepada orang lain), nilai pendidikan akhlak
kepada Allah SWT (bertawakal kepada Allah SWT, berdo’a kepada Allah
SWT, bersyukur, berdzikir, memohon ampun atau taubat), nilai pendidikan
akhlak terhadap diri sendiri (jujur, sabar, sikap optimis, introspeksi diri,
syaja’ah atau pemberani, menuntut ilmu), nilai pendidikan akhlak kepada
orang lain (patuh kepada orang tua, tolong menolong, menghargai orang lain,
ramah tamah).
d. Nilai moral, keinginan menurunkan jumlah copet anak. Tujuan Muluk selain
mendapatkan pekerjaannya adalah mengubah pekerjaan mereka dari pencopet
menjadi pengasong. Suatu pekerjaan yang menghasilkan uang lebih halal dan
memberikan masadepan kepada anak anak pencopet. Intinya, Muluk ingin
memberikan sesuatu yang berharga untuk masa depan anak anak pencopet
dengan mengembangkan sumberdaya mereka sehingga jumlah pencopet di
negeri ini menurun.
e. Nilai sosial, peduli masyarakat kepedulian Muluk pada Komet yang mencopet
di pasar, itulah sebabnya ia mengikuti Komet dan berusaha menegurnya.
Kedua, kepedulian terhadap sesame yang dalam film ini digambarkan pihak
pemerintah setempat membagikan sembako gratis kepada penduduk setempat.
Sebagai bukti bahwa rasa sosial terhadap sesama sangat dibutuhkan bagi
orang-orang pinggiran. 

Anda mungkin juga menyukai