Anda di halaman 1dari 42

SALINAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM


NOMOR : 7204 TAHUN 2021
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
PADA PESANTREN
TAHUN ANGGARAN 2022

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,

Menimbang : a. bahwa untuk menjamin pelaksanaan Bantuan Operasional


Sekolah pada Pesantren yang tertib, efisien, ekonomis,
efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan, perlu
ditetapkan Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah
pada Pesantren Tahun Anggaran 2022;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Direktur
Jenderal Pendidikan Islam tentang Petunjuk Teknis Bantuan
Operasional Sekolah pada Pesantren Tahun Anggaran 2022;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
2. Undang-UndangNomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4400);
5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5601);
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
191, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6406);

i
7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2021 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2022
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6735);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4769);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5423) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
229, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6267);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6676) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 14, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6762);
11. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang
Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 168);
12. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 203) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2021
tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 68
Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
106);
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012
tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1191) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
178/PMK.05/2018 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata
Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran

ii
Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1736);
14. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 tentang
Pendidikan Keagamaan Islam (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 822);
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1745);
16. Peraturan Menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang
Bantuan Pemerintah pada Kementerian Agama (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1655)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Agama Nomor 21 Tahun 2019 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Agama Nomor 67
Tahun 2015 tentang Bantuan Pemerintah Pada Kementerian
Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 1131);
17. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1495);
18. Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian
Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 1117);
19. Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2020 tentang
Pejabat Perbendaharaan Negara Pada Kementerian Agama
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 172)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Agama
Nomor 32 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2020 tentang Pejabat
Perbendaharaan Negara Pada Kementerian Agama
(Berita Negara Republik Tahun 2021 Nomor 1383);
20. Peraturan Menteri Agama Nomor 31 Tahun 2020 tentang
Pendidikan Pesantren (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 1405);
21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.02/2021
tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2022
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 658).

iii
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM


TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL
SEKOLAH PADA PESANTREN TAHUN ANGGARAN 2022.
KESATU : Menetapkan Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah
pada Pesantren Tahun Anggaran 2022 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.
KEDUA : Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pesantren
Tahun Anggaran 2022 sebagaimana dimaksud pada Diktum
KESATU merupakan acuan dalam Pelaksanaan Bantuan
Operasional Sekolah pada Pesantren Tahun Anggaran 2022.
KETIGA : Keputusan ini berlaku untuk Tahun Anggaran 2022.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 Desember 2021

DIREKTUR JENDERAL,

TTD

MUHAMMAD ALI RAMDHANI

iv
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
NOMOR : 7204 TAHUN 2021
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS
BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH PADA PONDOK PESANTREN
TAHUN ANGGARAN 2022

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional mengamanatkan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu
menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dan peningkatan mutu serta
relevansi pendidikan untuk menghadapi tantangan perubahan kehidupan
lokal, nasional, dan global. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang
Pesantren mempertegas posisi pendidikan pesantren yang diselenggarakan
dalam bentuk Pendidikan Diniyah Formal, Pendidikan Muadalah, dan juga
pendidikan pesantren dalam bentuk pengajian kitab kuning sebagai bagian
dari penyelenggaraan pendidikan nasional, dan hal ini juga mempertegas
posisi pesantren sebagai bagian dari sasaran program yang berkaitan
dengan peningkatan mutu pendidikan.
Usaha untuk memenuhi amanat kedua Undang-Undang tersebut
dilakukan melalui program wajib belajar 9 tahun yang merupakan
kelanjutan dari program yang diinisiasi pada tahun 1994. Konsekuensi dari
keberhasilan program Wajib Belajar 9 Tahun tersebut adalah meningkatnya
jumlah lulusan pendidikan dasar yang harus ditampung oleh pendidikan
menengah. Pusat Data Statistik Pendidikan atau PDSP Kemdikbud tahun
2011 menyatakan bahwa dari 4,2 juta lulusan MTs/sederajat, hanya sekitar
3 juta yang melanjutkan ke pendidikan menengah dan sisanya sebesar 1,2
juta tidak melanjutkan. Sementara pada waktu yang bersamaan, sekitar
159.805 peserta didik pendidikan menengah mengalami putus sekolah yang
sebagian besar disebabkan karena alasan ketidakmampuan membayar
biaya pendidikan.
Atas dasar tersebut, Pemerintah mencanangkan program Wajib
Belajar 12 Tahun yang rintisannya dimulai pada tahun 2012 dengan
Pendidikan Menengah Universal. Salah satu dari tujuan program tersebut
adalah memberikan kesempatan kepada masyarakat terutama yang tidak
mampu secara ekonomi untuk mendapatkan layanan pendidikan menengah
yang terjangkau dan bermutu. Untuk mencapai tujuan Program Wajib
Belajar 12 Tahun tersebut, Pemerintah telah menyiapkan anggaran
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang akan disalurkan kepada seluruh
satuan pendidikan dasar dan menengah pada jalur pendidikan formal,
termasuk juga kepada satuan pendidikan diniyah formal dan satuan

1
pendidikan muadalah. Tujuan digulirkannya program BOS ini adalah
secara bertahap membantu peserta didik dari keluarga tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan biaya pendidikan dalam rangka Wajib Belajar 12
Tahun.
Mengingat bahwa pendidikan keagamaan yang diselenggarakan oleh
pesantren di seluruh Indonesia memiliki kekhasan dan memiliki peran
strategis dalam rangka Wajib Belajar 12 Tahun, dan Kementerian Agama
menetapkan kebijakan bahwa dana BOS diberikan kepada satuan
pendidikan diniyah formal, pendidikan muadalah, dan pendidikan
kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah sebagai penyelenggara wajib
belajar.
Pemberian BOS bagi satuan pendidikan diniyah formal, pendidikan
muadalah, serta pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah
yang diselenggarakan oleh pesantren, dilaksanakan dalam bentuk program
Bantuan Operasional Sekolah pada Pesantren. Untuk memberikan acuan
dalam Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pesantren tahun
anggaran 2022, dipandang pelu untuk menyusun Petunjuk Teknis Bantuan
Operasional Sekolah pada Pesantren Tahun Anggaran 2022.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Penyusunan Petunjuk Teknis ini dimaksudkan untuk memberikan acuan
dalam Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pesantren tahun
anggaran 2022.
2. Tujuan
Penyusunan Petunjuk Teknis ini bertujuan untuk mengatur mekanisme
pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pesantren Tahun
Anggaran 2022 agar tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi: Pendahuluan, Pelaksanaan
BOS Pesantren, Pemanfaatan Dana BOS Pesantren, Pengendalian,
Pengawasan dan Layanan Pengaduan Masyarakat, serta Penutup.

D. Pengertian Umum
1. Bantuan Operasional Sekolah Pada Pesantren, yang selanjutnya disebut
BOS Pesantren adalah program pemerintah untuk penyediaan
pendanaan biaya operasional non personalia bagi satuan pendidikan
diniyah formal, pendidikan muadalah, serta pendidikan kesetaraan yang
diselenggarakan oleh pondok pesantren.
2. Biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai, dan biaya tidak langsung berupa daya, air, jasa,
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain-lain sebagaimana
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti
oleh Warga Negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan
pemerintah daerah.

2
4. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi.
5. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
6. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan
formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang
diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu
kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang
berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah atau
bentuk lain yang sederajat. Pendidikan Menengah adalah jenjang
pendidikan pada jalur pendidikan formal yang merupakan lanjutan
pendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah,
Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan atau
bentuk lain yang sederajat.
7. Pendidikan Menengah Universal yang selanjutnya disebut PMU adalah
program pendidikan yang memberikan layanan seluas-luasnya kepada
seluruh warga negara Republik Indonesia untuk mengikuti pendidikan
menengah yang bermutu.
8. Pondok Pesantren, Dayah, Surau, Meunasah, atau sebutan lain, yang
selanjutnya disebut Pesantren adalah lembaga yang berbasis
masyarakat dan didirikan oleh perseorangan, yayasan, organisasi
masyarakat Islam, dan/atau masyarakat yang menanamkan keimanan
dan ketakwaan kepada Allah SWT, menyemaikan akhlak mulia serta
memegang teguh ajaran Islam rahmatan lil‘alamin yang tercermin dari
sikap rendah hati, toleran, keseimbangan, moderat, dan nilai luhur
bangsa Indonesia lainnya melalui pendidikan, dakwah Islam,
keteladanan, dan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
9. Pendidikan Pesantren adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pesantren dan berada di lingkungan Pesantren dengan mengembangkan
kurikulum sesuai dengan kekhasan Pesantren dengan berbasis kitab
kuning atau dirasah islamiyah dengan pola pendidikan muallimin.
10. Pendidikan Muadalah adalah Pendidikan Pesantren yang
diselenggarakan pada jalur pendidikan formal dengan mengembangkan
kurikulum sesuai dengan kekhasan Pesantren dengan berbasis Kitab
Kuning atau Dirasah Islamiah dengan Pola Pendidikan muallimin secara
berjenjang dan terstruktur.
11. Pendidikan Diniyah Formal adalah Pendidikan Pesantren yang
diselenggarakan pada jalur pendidikan formal sesuai dengan kekhasan
Pesantren yang berbasis Kitab Kuning secara berjenjang dan terstruktur.
12. Pendidikan Kesetaraan pada Pondok Pesantren Salafiyah adalah
merupakan pendidikan non formal bagi santri pondok pesantren
salafiyah yang tidak memiliki kesempatan mengenyam pendidikan
formal melalui program kesetaraan setara SD/MI/Paket A yang disebut
Ula, setara SMP/MTs/Paket B disebut wustha dan setara
SMA/MA/SMK/MAK/Paket C disebut Ulya.

3
13. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA
adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang digunakan sebagai acuan
Pengguna Anggaran dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan
sebagai pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN).
Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah unit organisasi
yang melaksanakan kegiatan Kementerian Agama yang memiliki
kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran.
14. Pemberi Bantuan BOS Pesantren, yang selanjutnya disebut Pemberi
Bantuan adalah Satker yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab
penggunaan anggaran BOS Pesantren.
15. Bank penyalur adalah bank sebagai mitra kerja tempat dibukanya
rekening atas nama Pemberi Bantuan untuk menampung dana belanja
bantuan yang akan disalurkan kepada penerima bantuan.
16. Rekening Penyaluran Dana Bantuan adalah Rekening Lainnya dalam
bentuk giro pemerintah yang dibuka oleh satuan kerja lingkup
Kementerian Negara/Lembaga untuk menyalurkan dana bantuan
kepada penerima bantuan melalui bank penyalur.
17. Pengguna Anggaran Kementerian Agama yang selanjutnya disebut PA
adalah Menteri Agama sebagai pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran pada Kementerian Agama.
18. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah
pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian
dari kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada
Kementerian Agama.
19. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah
pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
belanja negara.
20. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar yang selanjutnya
disebut PP-SPM adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh KPA untuk
melakukan pengujian atas Surat Permintaan Pembayaran dan
menerbitkan Surat Perintah Membayar.
21. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan di
bidang agama.
22. Direktorat Jenderal adalah unsur pelaksana pada kementerian yang
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pendidikan Islam.
23. Direktorat adalah unsur pelaksana pada Direktorat Jenderal yang
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pendidikan diniyah dan pondok pesantren.
24. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi yang selanjutnya disebut
Kantor Wilayah adalah instansi vertikal pada Kementerian Agama di
tingkat Provinsi.
25. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut
Kantor Kementerian Agama adalah instansi vertikal pada Kementerian
Agama di tingkat Kabupaten/Kota.

4
BAB II

PELAKSANAAN BOS PESANTREN

A. Asas Bantuan
ASAS pelaksanaan Bantuan yaitu kepastian bentuk, kepastian identitas
penerima, kejelasan tujuan, kejelasan penanggung jawab, dan ketersediaan
anggaran.

B. Tujuan BOS Pesantren


1. Meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam
rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu, menuju program wajib
belajar 12 tahun pada layanan Pendidikan Pesantren.
2. Membebaskan segala jenis biaya pendidikan bagi seluruh santri miskin
pada satuan pendidikan diniyah formal, pendidikan muadalah, serta
pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang
diselenggarakan oleh pondok pesantren.
3. Meringankan beban biaya operasional sekolah pada satuan pendidikan
diniyah formal, pendidikan muadalah, serta pendidikan kesetaraan pada
pondok pesantren salafiyah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren.
4. Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi santri
untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu.

C. Pemberi Bantuan
Pemberi Bantuan Operasional Sekolah pada Pesantren adalah Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam melalui Satuan Kerja Direktorat Pendidikan
Diniyah dan Pondok Pesantren.

D. Pengelolaan BOS Pesantren


1. Pengelolaan BOS pada Pesantren diselenggarakan oleh Tim Pengelola
yang terdiri dari unsur pusat dan unsur daerah.
2. Tim Pengelola BOS Pesantren berbentuk Tim Pelaksana Kegiatan yang
terdiri dari unsur pusat dan unsur daerah.
3. Tim Pengelola dari unsur daerah terdiri dari Aparatur Sipil Negara (ASN)
pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.
4. Tugas tim pengelola dari unsur pusat:
a. menyusun rancangan program;
b. menetapkan alokasi dana dan sasaran BOS tiap provinsi, kab/kota
dan lembaga;
c. menyusun petunjuk teknis BOS Pesantren;
d. menyelenggarakan sosialisasi petunjuk teknis BOS Pesantren;
e. menyalurkan dana BOS ke satuan Pendidikan Pesantren penerima
dana BOS Pesantren;
f. Menyampaikan laporan pelaksanaan BOS Pesantren sekurang-
kurangnya 4 (empat) bulan sekali atau sewaktu-waktu kepada
Menteri Agama, melalui Direktur Jenderal;
g. memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;

5
h. merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi;
i. memonitor perkembangan penyelesaian penanganan pengaduan
yang dilakukan oleh pengelola BOS Pesantren dari unsur daerah; dan
j. melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada instansi terkait.
5. Tugas tim pengelola dari unsur daerah:
a. melakukan pendampingan dan sosialisasi kepada satuan Pendidikan
Pesantren penerima dana BOS;
b. melakukan pendataan satuan Pendidikan Pesantren penerima dana
BOS;
c. Mengarsipkan dokumen persyaratan pencairan dari satuan
Pendidikan Pesantren penerima dana BOS;
d. merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi;
g. memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;
h. bertanggungjawab terhadap penanganan kasus penyimpangan
penggunaan dana BOS Pesantren di tingkat wilayah; dan
i. melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada instansi terkait.
6. Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Pengelola BOS Pesantren dari
unsur pusat berkoordinasi dengan Tim Pengelola BOS Pesantren dari
unsur daerah.
7. Pengelolaan BOS Pesantren pada masing-masing Pesantren
dilaksanakan oleh tim yang dibentuk oleh satuan pendidikan yang
bertugas untuk:
a. menyampaikan dokumen persyaratan pencairan dana BOS dalam
bentuk hard copy kepada pengelola BOS Pesantren dari unsur
daerah dan soft copy kepada pengelola BOS Pesantren dari unsur
pusat;
b. mengidentifikasi santri miskin yang akan dibebaskan dari segala
jenis iuran;
c. mengelola dana BOS Pesantren secara transparan dan
bertanggungjawab;
d. mengumumkan rencana penggunaan dana BOS Pesantren menurut
komponen dan besar dananya;
e. mengumumkan besar dana BOS Pesantren yang digunakan;
f. membuat laporan pertanggungjawaban dana BOS Pesantren secara
lengkap;
g. memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;
dan
h. menatausahakan bukti-bukti pengeluaran asli dengan baik.

E. Sasaran dan Kriteria Penerima BOS Pesantren


1. Sasaran
Sasaran penerima BOS Pesantren adalah pendidikan pesantren dalam
bentuk satuan pendidikan diniyah formal, pendidikan muadalah, serta
pendidikan kesetaraan yang diselenggarakan oleh pondok pesantren.
2. Kriteria
Kriteria satuan pendidikan diniyah formal, pendidikan muadalah, serta
pendidikan kesetaraan yang diselenggarakan oleh pondok pesantren
penerima BOS Pesantren adalah:
a. memiliki dasar bertindak/ijin operasional melaksanakan pendidikan
berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang;

6
b. terdaftar dalam Sistem Informasi dan Manajemen Pendidikan
(EMIS/Education Management Information System) Pendidikan Islam
dan memiliki Nomor Statistik Pondok Pesantren (NSPP);
c. memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN);
d. santri sebagai dasar penetapan BOS Pesantren telah terdaftar dalam
Sistem Informasi dan Manajemen Pendidikan (EMIS/Education
Management Information System) Pendidikan Islam.

F. Bentuk dan Besaran Dana BOS Pesantren


1. Anggaran Dana BOS Pesantren Tahun Anggaran 2022 sebagai Bantuan
Pemerintah yang disalurkan dalam bentuk uang secara non tunai.
2. Besaran dana BOS Pesantren ditentukan berdasarkan jumlah santri
pada kategori jenjang pendidikan yang diikuti, yang ditetapkan pada
setiap tahun anggaran, dan berlaku secara nasional;
3. Besaran Dana BOS Pesantren persantri pertahun untuk Tahun
Anggaran 2021 berdasar jenjang pendidikan ditetapkan sebagai berikut:
a. Satuan pendidikan diniyah formal, pendidikan muadalah dan
pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah tingkat ula
sebesar Rp. 900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah).
b. Satuan pendidikan diniyah formal, pendidikan muadalah dan
pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah tingkat
wustha sebesar Rp. 1.100.000,00 (satu juta seratus ribu rupiah).
c. Satuan pendidikan diniyah formal, pendidikan muadalah dan
pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah tingkat ulya
sebesar Rp. 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah).

G. Alokasi Anggaran Dana BOS Pesantren


1. Anggaran Dana BOS Pesantren Tahun Anggaran 2022 dialokasikan
dalam DIPA Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
2. Anggaran Dana BOS Pesantren Tahun Anggaran 2022 dialokasikan pada
Kelompok Akun Belanja Barang Pemberi Bantuan Operasional Dalam
Bentuk Uang.
3. Pelaksana program BOS Pesantren Tahun Anggaran 2022 adalah Satker
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren yang memiliki
kewenangan dan tanggung jawab penyaluran dana BOS Pesantren.
4. Tim pengelola BOS Pesantren dari unsur daerah di tingkat
Kabupaten/Kota memastikan satuan pendidikan diniyah formal,
pendidikan muadalah, serta pendidikan kesetaraan yang
diselenggarakan oleh pondok pesantren memenuhi ketentuan sasaran
dan kriteria dalam Petunjuk Teknis.
5. Tim pengelola BOS Pesantren dari unsur daerah di tingkat
Kabupaten/Kota melakukan verifikasi dan validasi terhadap data santri
aktif jenjang santri (ula/wustha/ulya), dan memastikan bahwa santri
telah terdaftar Sistem Informasi dan Manajemen Pendidikan
(EMIS/Education Management Information System) Pendidikan Islam.
6. Anggaran biaya operasional kegiatan yang meliputi biaya pengelolaan,
biaya koordinasi, biaya sosialisasi, biaya monitoring dan evaluasi, biaya
pendampingan pelaksanaan program, serta biaya pengadaan barang dan
jasa, dialokasikan berdasarkan kebutuhan dalam DIPA Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam.

7
7. Pelaksanaan anggaran dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

H. Prosedur Penyaluran Dana BOS Pesantren


1. Pengajuan Bantuan
a. Kantor Wilayah Kementerian Agama mengirim usulan Lembaga
Pesantren calon penerima dana BOS Pesantren yang telah dilegalisasi
oleh pejabat berwenang dengan menyampaikan data usulan yang
terdiri:
1) Nama lembaga;
2) Alamat Lembaga (desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten,
provinsi);
3) Nomor Statistik Pesantren (NSP);
4) Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN);
5) Jenis satuan Pendidikan (SPM/PDF/PKPPS);
6) Jenjang satuan Pendidikan (Ula/Wustha/Ulya); dan
7) Rekening Bank atas nama lembaga.
b. Pengajuan dana BOS disampaikan bentuk berkas digital (soft copy)
dan/atau hard copy melalui offline dan dikirim secara manual ke
alamat email yang ditentukan oleh pemberi bantuan;
c. Pengajuan usulan/proposal Bantuan dapat dilakukan sebelum tahun
anggaran berjalan.
2. Seleksi Calon Penerima Bantuan
a. Pengelola BOS Pesantren dari unsur Pusat merekapitulasi pengajuan
dana BOS pada Pesantren, yang antara lain memuat:
1) Identitas Lembaga (nama lembaga, alamat, desa/keluarahan,
kabupaten/kota dan provinsi);
2) Nomor Statistik Pondok Pesantren (NSPP) yang ditetapkan oleh
pengelola Sistem Informasi dan Manajemen Pendidikan (EMIS)
Pendidikan Islam;
3) Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) yang ditetapkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
4) Jenis Satuan Pendidikan (SPM/PDF/PKPPS);
5) Jenjang pada Satuan Pendidikan (Ula/Wustha/Ulya);
6) Jumlah santri aktif setiap kelas;
7) Rekening Bank atas nama lembaga.
b. Pengelola BOS Pesantren dari unsur Pusat melakukan verifikasi dan
validasi, mengoreksi dan menelaah daftar pengajuan untuk diajukan
menjadi calon penerima dana BOS Pesantren.
c. Untuk mendapatkan data yang valid, daftar calon penerima bantuan
diverifikasi dengan cara:
1) PPK dapat memberikan tugas perjalanan dinas verifikasi dan
validasi calon penerima bantuan melalui kunjungan ke lokasi
calon penerima bantuan dengan mekanisme Perjalanan Dinas
Dalam Negeri, untuk melihat kebenaran data pengajuan dan
kelayakan lembaga sebagai penerima bantuan;
2) PPK berkoordinasi dengan tim pengelola BOS dari unsur daerah
untuk mendapat kebenaran data pengajuan dan kelayakan
sebagai penerima bantuan.

8
3) PPK dapat bekerjasama dengan Inspektorat Jenderal Kementerian
Agama untuk verifikasi dan validasi calon penerima bantuan
melalui kunjungan ke lokasi calon penerima bantuan.
d. Hasil Verifikasi dan Validasi berupa:
1) Dokumen Instrumen Verifikasi dan Validasi yang berisi keterangan
tentang kesesuaian dengan persyaratan dan kelayakan sebagai
penerima bantuan apabila verifikasi dilakukan melalui perjalanan
dinas verifikasi calon penerima bantuan.
2) Dokumen lain yang mendukung pemohon bantuan untuk
diajukan calon penerima bantuan (foto-foto dan dokumen lainnya).
e. PPK melakukan seleksi penerima bantuan berdasarkan
kriteria/persyaratan yang telah ditetapkan di dalam petunjuk teknis.
3. Penetapan dan Pengesahan Penerima Bantuan.
a. PPK memastikan calon penerima dana BOS pada Pesantren Tahun
Anggaran 2022 telah memenuhi persyaratan dan kriteria sebagai
penerima bantuan.
b. Penetapan Keputusan Penetapan Penerima BOS Pesantren Tahun
Anggaran 2022 dapat dilakukan dalam 1 (satu) keputusan atau dalam
beberapa keputusan.
c. Berdasarkan hasil seleksi calon penerima bantuan, PPK menetapkan
Surat Keputusan Penetapan Penerima Dana BOS pada Pesantren
Tahun Anggaran 2022 dan disahkan oleh KPA, paling sedikit memuat:
1) Identitas penerima Bantuan.
2) Nilai uang Bantuan, dan
3) Nomor rekening, nama rekening dan nama Bank penerima
bantuan.
d. Dalam hal penerima dana bantuan tidak memiliki nomor rekening
sebagaimana dimaksud pada huruf c nomor (3), nomor rekening yang
dicantumkan dalam Surat Keputusan Penetapan Penerima Dana BOS
adalah nomor rekening Bank penyalur.
4. Pemberitahuan dan Penyampaian SK Penerima Bantuan
a. PPK menginformasikan kepada penerima dana BOS Pesantren
mengenai penetapan sebagai penerima bantuan pemerintah,
persyaratan pencairan dana bantuan pemerintah, serta ketentuan dan
format Laporan Pertanggungjawaban Penerima Bantuan.
b. Surat Keputusan Penetapan Penerima Dana BOS Pesantren Tahun
Anggaran 2022 yang telah disahkan oleh KPA disampaikan kepada
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan diteruskan kepada
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
c. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota mensosialisasikan Surat
Keputusan Penetapan Penerima Dana BOS pada Pesantren Tahun
Anggaran 2022 kepada seluruh lembaga penerima bantuan.
5. Penyaluran dana BOS Pesantren untuk periode Januari s.d Juni Tahun
2022 didasarkan pada jumlah santri semester pertama tahun pelajaran
2021/2022 M atau 1442/1443 H.

9
6. Penyaluran dana BOS Pesantren untuk periode Juli s.d Desember Tahun
2022 didasarkan pada jumlah santri semester kedua tahun pelajaran
2021/2022 M atau 1442/1443 H.

I. Tata Kelola Pencairan Dana BOS Pesantren


1. Pencairan dana BOS pada Pesantren Tahun Anggaran 2022 dilakukan
melalui pembayaran langsung (LS) dalam bentuk uang secara non tunai
kepada penerima bantuan melalui Bank penyalur. Pencairan dana
bantuan dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap:
a. Tahap I sebesar 50% (lima puluh persen) dari keseluruhan dana
bantuan, disalurkan ke rekening penerima paling lambat minggu ke-
empat bulan Maret.
b. Tahap II sebesar 50% (lima puluh persen) dari keseluruhan dana
bantuan, apabila jumlah dana BOS pada tahap I telah dipergunakan
sekurang-kurangnya sebesar 80%. Pencairan dana BOS tahap II
disalurkan ke rekening penerima dibayarkan paling lambat minggu
ke-empat bulan September.
2. Dokumen persyaratan pencairan dana BOS Pesantren dengan
mekanisme sebagai berikut:
2.1. Penyaluran dana BOS pada tahap 1 (satu) melampirkan:
a. Perjanjian Kerja Sama/Kontrak penerima bantuan dengan PPK
yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan;
b. Rencana penggunaan dana BOS pesantren sesuai dana bantuan
yang diterima; dan
c. Kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh
penerima bantuan.
2.2. Penyaluran dana BOS pada tahap 2 (dua) melampirkan:
a. Rencana penggunaan dana BOS pesantren sesuai dana bantuan
yang diterima;
b. Kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh
penerima bantuan; dan
c. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTJB)
3. PPK melalui tim pengelola BOS dari unsur Pusat melakukan pengujian
dokumen persyaratan pencairan dengan melakukan pemeriksaan
kelengkapan dokumen persyaratan pencairan dana BOS Pesantren.
4. Dalam hal verifikasi tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis, PPK melalui
tim pengelola BOS dari unsur Pusat menyampaikan informasi kepada
tim pengelola BOS dari unsur daerah agar lembaga penerima bantuan
untuk melengkapi dan/atau memperbaiki dokumen persyaratan
pencairan.
5. PPK menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) setelah verifikasi
dan validasi telah sesuai dengan Petunjuk Teknis.
6. SPP disampaikan oleh PPK kepada PPSPM dilampiri dengan kelengkapan
sesuai ketentuan yang berlaku untuk dapat diterbitkan Surat Perintah
Membayar (SPM).

7. Setelah SPP dinyatakan lengkap dan benar sesuai dengan peraturan


perundang-undangan, PPSPM menerbitkan SPM-LS untuk diserahkan
ke KPPN selaku kuasa Bendahara Umum Negara (BUN) untuk dapat
menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Bantuan

10
Operasional Sekolah pada Pesantren ke rekening Kuasa Pengguna
Anggaran Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
8. Pemindahbukuan ke rekening penerima bantuan dari rekening bank
Penyalur dilakukan setelah dokumen persyaratan penyaluran dari
Lembaga dikirim ke pengelola BOS Pusat melalui softcopy ke alamat
email yang telah ditentukan.
9. Tata cara pencairan dana bantuan yang mencakup penerbitan SPP, SPM
dan SP2D berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai tata cara pembayaran dalam rangka pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

J. Komponen Penggunaan Dana BOS Pesantren


1. Rencana Penggunaan Dana BOS Pesantren
a. Rencana Penggunaan Dana BOS Pesantren harus didasarkan pada
kesepakatan dan keputusan bersama antara kepala satuan
pendidikan diniyah formal/pendidikan muadalah, atau pendidikan
kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah dengan Dewan
Masyayikh.
b. Rencana Penggunaan Dana BOS Pesantren memuat rencana
penerimaan dan rencana penggunaan uang dari semua sumber dana
yang diterima.
c. Rencana Penggunaan Dana BOS Pesantren ditandatangani oleh
kepala satuan pendidikan diniyah formal/pendidikan muadalah, atau
pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah.
2. Komponen Pembiayaan
Dana BOS Pesantren dapat digunakan untuk membiayai komponen
berikut :

Komponen Item
No Penjelasan
Pembiayaan Pembiayaan

1 Pengembangan • Membeli atau • Dalam pembelian buku


Perpustakaan menggandakan buku teks pegangan guru maupun
pelajaran umum sebanyak buku teks pelajaran
jumlah siswa diutamakan dalam
• Mengganti buku teks yang menunjang kurikulum
rusak/ menambah Pondok Pesantren
kekurangan untuk penyelenggara wajib
memenuhi rasio satu siswa belajar. Apabila buku
satu buku tersebut sudah dibiayai
dari sumber dana yang
• Membeli buku referensi
lain, maka pembelian
• Membeli buku teks yang bersumber dari dana
pelajaran agama BOS bersifat melengkapi
• Membeli kitab kuning dari kekurangan yang
• Pembelian kitab suci ada.
Al-Qur’an • Untuk Pengembangan/
• Langganan publikasi Pengadaan Data Base
berkala Perpustakaan tidak
• Pemeliharaan buku/koleksi bersifat rutinitas
perpustakaan tahunan, kecuali
pemeliharaan
• Pengembangan database
(maintenance)
perpustakaan

11
Komponen Item
No Penjelasan
Pembiayaan Pembiayaan

2. Kegiatan dalam • Penggandaan formulir Standar pembiayaan


rangka pendaftaran mengacu kepada standar
penerimaan Biaya Masukan (SBM)
• Pembuatan spanduk dalam
santri baru Kementerian Keuangan
hal penerimaan santri baru
• Konsumsi dan honor panitia
• Transportasi untuk
berkoordinasi ke
instansi/lembaga lain
• kegiatan lainnya yang
menurut sifatnya terkait
dengan penerimaan santri
baru
3. Kegiatan • Pengembangan pendidikan Termasuk untuk:
pembelajaran karakter • Honor jam mengajar
dan ekstra
• Pembelajaran remedial tambahan di luar jam
kurikuler pelajaran dan/atau biaya
• Pembelajaran pengayaan
transportasinya
• Pemantapan persiapan
ujian
• Biaya transportasi dan
akomodasi santri/ustadz
• Pramuka dalam rangka mengikuti
• Olahraga, kesenian, karya lomba
ilmiah remaja, dan palang
• Biaya pendaftaran
merah remaja
mengikuti lomba
• Pendidikan lingkungan • Membeli alat olah raga,
hidup
alat kesenian dan
• Organisasi kesantrian perlengkapan ekstra
• UKS kurikuler lainnya
• Pembiayaan lomba-lomba • Konsumsi asatidz dalam
yang tidak dibiayai atau kegiatan pembelajaran di
sebagian dibiayai dari dana malam hari
pemerintah/pemerintah
daerah dan kegiatan ekstra
kurikuler lainnya
4. Kegiatan • Ulangan harian • Fotocopy/penggandaan
Ulangan dan
• Ulangan Tengah Semester soal dan lembar jawaban
Ujian
• Ulangan Akhir • Biaya koreksi untuk ujian
Semester/ulangan kenaikan sekolah/kepesantrenan
kelas • Biaya mengawas ujian
• Ujian Nasional Pendidikan sekolah/kepesantrenan
Kesetaraan (UNPK) atau ujian nasional selama
tidak
• Ujian Sekolah Berstandar
dibiayai/dianggarkan dari
Nasional (USBN) untuk
sumber dana yang lain
Pendidikan Kesetaraan.
(APBN/D)
• Ujian Akhir Satuan
Pendidikan Muadalah
• Biaya transportasi
pengawas ujian di luar
• Ujian Akhir PDF Berstandar pondok tempat mengajar
Nasional
yang tidak dibiayai oleh
(UNPDFBN)/Imtihan
pemerintah/pemerintah
Wathani
daerah
• Pembiayaan Berdasarkan
Standar Biaya Masukan
(SBM)

12
Komponen Item
No Penjelasan
Pembiayaan Pembiayaan

5. Pembelian • Buku tulis, kapur tulis, • Belanja barang berprinsip


bahan-bahan pensil, spidol, kertas, bahan kewajaran dan kepatuhan
habis pakai praktikum, buku induk
siswa, buku inventaris,
buku raport, administarsi
guru dan siswa, Alat Tulis
kantor (termasuk tinta
printer, CD dan flasdisk)
dan belanja bahan kegiatan
lainnya
• Air minum mineral sesuai
galon/kemasan
• Pengadaan suku cadang
alat kantor
• Alat-alat kebersihan Pondok
Pesantren
6. Langganan • Listrik, air, telepon, internet Penggunaan layanan
daya dan jasa (fixed/mobile modem), baik Internet dapat dilakukan
dengan cara berlangganan untuk maksimal sebesar
maupun prabayar Rp. 1.250.000,00 per bulan
• Pembiayaan penggunaan
listrik, air, telepon, internet
termasuk untuk
pemasangan baru
• Membeli genset atau jenis
lainnya yang lebih cocok di
daerah tertentu misalnya
panel surya, jika di pondok
tidak ada jaringan listrik
• Pembayaran iuran
kebersihan
7 Perawatan • Pengecatan, perbaikan atap • Kamar mandi dan WC
Pondok bocor, perbaikan pintu dan santri harus dijamin
Pesantren jendela berfungsi dengan baik
• Perbaikan mebeler, • Penggunaan dana BOS
perbaikan sanitasi pondok untuk perawatan Pondok
(kamar mandi dan WC), Pesantren tidak lebih dari
perbaikan lantai Rp. 10.000.000,00 untuk
ubin/keramik dan setiap item kegiatan
perawatan fasilitas pondok
lainnya
• Pemeliharaan perabot
perpustakaan
• Pemeliharaan dan peralatan
dan AC perpustakaan
8 Pembayaran • Guru/ustadz honorer -
honorarium Pegawai administrasi
bulanan • Pegawai perpustakaan
guru/ustadz • Tenaga Laboran
honorer dan • Penjaga/wali asrama
tenaga Pondok Pesantren
kependidikan • Satpam
honorer. • Pegawai kebersihan

13
Komponen Item
No Penjelasan
Pembiayaan Pembiayaan

• Tenaga operator data


Pondok Pesantren selama
tidak dibiayai dari sumber
dana lainnya (APBN/D)
9. Pengembangan • KKG/MGMP • Biaya pendaftaran,
profesi akomodasi dan
• FKPP/MKPPP/FKPKPS
pendidik dan transportasi
tenaga
• Forum atau Pokja yang seminar/pelatihan yang
terkait dengan Pondok
kependidikan dilakukan oleh
Pesantren
instansi/lembaga lain
• Menghadiri apabila tidak dibiayai oleh
seminar/pelatihan yang instansi/lembaga tersebut
terkait langsung dengan sebagai penyelenggara
peningkatan mutu pendidik
dan tenaga kependidikan
yang ditugaskan oleh
Pondok Pesantren
• Pondok Pesantren dapat
mengadakan pengembangan
profesi guru atau
peningkatan tenaga
kependidikan satu
kali/tahun selama tidak
dibiayai dari sumber dana
lainnya (APBN/D)
10. Membantu • Pemberian tambahan Tidak diperkenankan
santri miskin bantuan biaya transportasi adanya pembiayaan ganda
yang belum bagi santri miskin yang dari dana PIP atau sumber
menerima menghadapi masalah biaya dana lainnya.
bantuan transportasi dari dan ke
program lain Pondok Pesantren
seperti KIP
• Membeli alat transportasi
sederhana bagi santri
miskin yang akan menjadi
barang inventaris Pondok
Pesantren (misalnya sepeda,
perahu penyeberangan, dll)
• Membantu membeli
seragam, sepatu dan alat
tulis.
11. Pembiayaan • Penggandaan, surat-
pengelolaan menyurat, insentif bagi
BOS bendahara dalam rangka
penyusunan laporan BOS
dan biaya transportasi
dalam rangka mengambil
dana BOS
• Biaya transportasi rapat
koordinasi terkait program
BOS
• Penyusunan RKP/RKAP
berdasarkan evaluasi
Pondok Pesantren

14
Komponen Item
No Penjelasan
Pembiayaan Pembiayaan

12. Pembelian dan • Desktop/work station • Printer 1 unit/tahun


perawatan
• Membeli laptop • Desktop/workstation
perangkat
komputer
• Membeli proyektor maksimum 3 unit untuk
setingkat Ula dan 5 unit
• Printer
untuk setingkat Wustha
• Scanner dan Ulya
• Laptop 1 unit dengan
harga maksimum Rp. 8
juta dan dibeli di toko
resmi
• Proyektor maksimum 2
unit denga harga tiap unit
maksimum Rp. 6 juta dan
dibeli di toko resmi
• Peralatan tersebut harus
dicatat sebagai inventaris
Pondok Pesantren
13. Pembelian • Pembelian mukena,
peralatan sajadah, dan sarung untuk
ibadah disimpan di mesjid atau
mushola pesantren
14. Biaya lainnya • Alat peraga/media Penggunaan dana untuk
jika seluruh pembelajaran komponen ini harus
komponen 1 dilakukan melalui rapat
• Mesin ketik
s.d 13 telah dengan dewan Asatidz dan
terpenuhi
• Peralatan UKS Wali Santri
sesuai • Pembelian meja dan kursi
kebutuhan jika meja dan kursi yang
pendanaannya ada sudah rusak
dari dana BOS berat/tidak layak pakai
• Pengadaan perangkat
CBT/jaringan komputer
sesuai kebutuhan terkait
UNBK

3. Mekanisme Pembelian Barang/Jasa


Pembelian barang/jasa dilakukan dengan memperhatikan ketentuan
sebagai berikut:
a. Menggunakan prinsip keterbukaan dan ekonomis dalam
menentukan barang dan tempat pembeliannya sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku, dengan cara
membandingkan harga penawaran dari penyedia barang/jasa
dengan harga pasar dan melakukan negosiasi.
b. Memperhatikan kualitas barang/jasa, ketersediaan, dan
kewajaran harga.
c. Membuat laporan singkat tertulis tentang penetapan penyedia
barang/jasa.
d. Diketahui oleh Dewan Masyayikh.
e. Terkait dengan biaya untuk rehabilitasi ringan/pemeliharaan
bangunan, kepala satuan pendidikan diniyah formal/pendidikan
muadalah, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah:

15
1) membuat rencana kerja; dan
2) memilih satu atau lebih pekerja untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut dengan standar upah yang berlaku di masyarakat.
4. Prioritas utama penggunaan dana BOS Pesantren adalah untuk kegiatan
operasional pada satuan pendidikan diniyah formal, pendidikan
muadalah, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah.
5. Penggunaan dana BOS Pesantren untuk honor asatidz/pendidik honorer
dan honor-honor kegiatan yang lebih besar dari 50% dari total dana BOS
yang diterima diperkenankan atas dasar persetujuan tertulis dari PPK
berdasarkan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Bunga
Bank/Jasa Giro akibat adanya dana di rekening yang berasal dari dana
BOS Pesantren menjadi milik penerima bantuan untuk digunakan
sebagaimana ketentuan dalam Petunjuk Teknis ini.

K. Ketentuan Perpajakan
Kewajiban pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penghasilan 21 (PPh 21) yang merupakan penghasilan gaji, upah,
honorarium atas penggunaan dana BOS Pesantren menjadi tanggung jawab
penerima bantuan sesuai ketentuan Peraturan dan Undang-Undang terkait
Perpajakan.
L. Panduan Penatausahaan
1. Penerima dana BOS Pesantren menatausahakan pemanfaatan dana BOS
dalam bentuk pembukuan dari dana yang diperoleh, inventarisir bukti
pengeluaran, penyusunan daftar realisasi penggunaan dana BOS, dan
pertanggungjawaban dalam rangka memastikan transparansi dan
akuntabilitas pemanfaatan dana BOS untuk kalangan internal dan
eksternal.
a. Pembukuan sekurangnya dilakukan menggunakan alat bantu buku
sebagai berikut: Buku Kas Umum
1) Pembukuan dalam Buku Kas Umum meliputi semua transaksi
eksternal, yaitu yang berhubungan dengan pihak ketiga yang
meliputi:
a) Kolom Penerimaan: dari penyalur dana (BOS atau sumber dana
lain), penerimaan dari pemungutan pajak, dan penerimaan jasa
giro dari bank.
b) Kolom Pengeluaran: pembelian barang dan jasa, biaya
administrasi bank, pajak atas hasil dari jasa giro dan setoran
pajak.
2) Buku Kas Umum ini harus diisi pada tiap transaksi, segera setelah
transaksi tersebut terjadi.
3) Setiap transaksi diketahui oleh kepala satuan pendidikan diniyah
formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok
pesantren salafiyah.
b. Buku Pembantu Pajak
Buku Pembantu Pajak mempunyai fungsi untuk mencatat semua
transaksi yang harus dipungut pajak serta memonitor atas pungutan
dan penyetoran pajak yang dipungut.

16
c. Terkait dengan pembukuan dari dana yang diperoleh Pondok
Pesantren untuk program BOS, maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut: Pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan
pengeluaran dapat dilakukan dengan tulis tangan atau menggunakan
komputer, dan tidak meng-gunakan alat tulis pinsil.
1) Dalam hal pembukuan dilakukan dengan komputer, Buku Kas
Umum dan Buku Pembantu Pajak dicetak sekurang-kurangnya
sekali dalam satu bulan dan menatausahakan hasil cetakan Buku
Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak bulanan yang telah
ditandatangani oleh kepala satuan pendidikan diniyah
formal/pendidikan muadalah, atau pendidikan kesetaraan pada
pondok pesantren salafiyah.
2) Semua transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dalam Buku
Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak yang relevan sesuai dengan
urutan tanggal kejadiannya.
3) Setiap akhir bulan, Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak
ditutup oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/pendidikan
muadalah, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah;
4) Uang tunai yang ada di Kas Tunai tidak lebih dari Rp.
50,000,000.00 (lima puluh juta rupiah). Apabila ada kesalahan atas
penulisan angka/huruf, maka kesalahan dimaksud dicoret dengan
dua garis rapih, sehingga tulisan yang semula salah masih dapat
dibaca dan kemudian diparaf.
5) Apabila dalam satu bulan berjalan tidak/belum terjadi transaksi
pengeluaran/penerimaan, maka tetap ada pembukuan dalam
bulan tersebut dengan uraian NIHIL yang ditandatangani oleh
kepala satuan pendidikan diniyah formal/pendidikan
muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah.
6) Apabila kepala satuan pendidikan diniyah formal/pendidikan
muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah meninggalkan tempat kedudukannya atau berhenti dari
jabatannya, Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak serta
bukti-bukti pengeluaran diserahterimakan kepada pejabat yang
baru dengan Berita Acara Serah Terima.
2. Bukti Pengeluaran
a. Setiap transaksi pengeluaran didukung dengan bukti kuitansi yang
sah.
b. Bukti pengeluaran uang di atas Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah)
dikenai bea materai dengan tarif sebesar Rp. 10.000,00
c. Uraian pembayaran dalam kuitansi dicantumkan dengan jelas dan
terinci sesuai dengan peruntukanya.
d. Uraian tentang jenis barang/jasa yang dibayar dapat dipisah dalam
bentuk faktur sebagai lampiran kuitansi.
e. Setiap bukti pembayaran disetujui oleh kepala satuan pendidikan
diniyah formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada
pondok pesantren salafiyah dan telah lunas dibayar.
f. Segala jenis bukti pengeluaran asli disimpan sebagai bahan bukti dan
bahan pelaporan.

17
3. Realisasi Penggunaan Dana BOS Pesantren
a. Realisasi penggunaan dana BOS Pesantren disusun berdasarkan Buku
Kas Umum dari semua sumber dana yang dikelola penerima dana BOS
Pesantren. Realisasi penggunaan dana BOS Pesantren dibuat per
semester ditandatangani oleh kepala satuan pendidikan diniyah
formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok
pesantren salafiyah.
b. Realisasi penggunaan dana BOS Pesantren dilengkapi dengan
pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa dana yang
diterima telah digunakan untuk pembiayaan sebagaimana ketentuan
terkait Komponen Pembiayaan.

M. Laporan Pertanggungjawaban BOS Pesantren


1. Pertanggungjawaban BOS Pesantren dilaksanakan dengan tertib
administrasi, transparan, dan akuntabel.
2. Pertanggungjawaban BOS Pesantren terdiri dari Laporan
Pertanggungjawaban Penerima BOS Pesantren dan Laporan Pelaksanaan
penyaluran Anggaran.
3. Penerima dana BOS Pesantren harus menyampaikan Laporan
Pertanggungjawaban Bantuan kepada PPK sesuai dengan Perjanjian
Kerja Sama/Kontrak setelah pekerjaan selesai atau pada akhir tahun
anggaran meliputi:
a. Laporan jumlah dana BOS yang diterima, dipergunakan dan sisa
dana;
b. Pernyataan bahwa pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan
bukti-bukti pengeluaran telah disimpan.
4. Lembaga penerima dana BOS Pesantren harus menyimpan bukti-bukti
fisik atas penggunaan dana BOS yang meliputi:

No Jenis Belanja Contoh Bukti Fisik


1. Belanja Barang/ - ATK - Surat perjanjian/kontrak
Jasa - Buku - Kuitansi/bukti pembayaran/
- Perangkat bukti pembelian
komputer - Nota/bukti penerimaan
- Pembayaran listrik, barang/jasa
air, telpon, - Bukti lainnya (Foto fisik) untuk
internet rehab ringan atau perawatan
- Biaya lainnya yang - Faktur pajak dan SSP
bersifat pembelian
barang
2. Belanja Kegiatan - Kegiatan PPDB - Kuitansi/bukti pembayaran/
- Kegiatan ekstra bukti pembelian
kurikuler - Nota/bukti penerimaan
- Ulangan dan ujian barang/jasa dan bukti lainnya
- Pelatihan, (foto fisik)
workshop, bagi - Daftar hadir peserta
guru/tenaga - Biodata peserta, nara sumber,
kependidikan dll
- Perlombaan siswa - Bukti akomodasi, seperti
- Kegiatan lainnya kuitansi hotel, penginapan
yang - Bukti foto fisik kegiatan

18
membutuhkan - Faktur pajak dan SSP
kepanitiaan

3. Belanja Pegawai - Honor bulanan - SK honor guru/ustadz dan


guru dan tenaga tenaga kependidikan honorer
kependidikan beserta lampiran nama dan
-Honor besaran nominatifnya
panitia/petugas - SK honor panitia/petugas
kegiatan beserta lampiran nama dan
-Insentif bagi besaran nominatifnya
bendahara BOS -Daftar tanda terima pembayaran
honor panitia/ petugas
- Faktur pajak dan SSP
- SK penetapan bendahara BOS
- Daftar hadir guru
- Tanda terima honor
- Pembelian
seragam, sepatu, - Kuitansi
alat tulis untuk - Bukti pembayaran
4. Belanja Bansos siswa miskin - Bukti pembelian
- Pemberian bantuan - SK Pimpinan Pondok tentang
transportasi untuk penetapan Siswa Miskin
siswa PIP
- Transportasi
pengambilan dana
BOS - Biaya transportasi yang
- Transportasi dibuktikan dengan tiket, karcis,
kegiatan bukti pembayaran transportasi
Belanja Perjalanan ekstrakurikuler - Bukti akomodasi yang
5.
Dinas - Transportasi dibuktikan dengan kuitansi
kegiatan pelatihan, hotel atau penginapan
workshop,dll - Surat tugas dari pimpinan
- Transportasi pondok
kegiatan ulangan
dan ujian

5. Dalam hal terdapat sisa dana, penerima dana BOS Pesantren harus
menyampaikan bukti surat setoran sisa dana ke rekening Kas Negara
kepada PPK sesuai dengan Perjanjian/Kontrak penerima bantuan
dengan PPK sebagai dokumen tambahan Laporan Pertanggungjawaban
Penerima dana BOS Pesantren. Laporan Pertanggungjawaban Penerima
BOS Pesantren merupakan dokumen yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan menurut hukum.
6. Penerima dana BOS Pesantren menyimpan sekurangnya 1 (satu) rangkap
salinan Laporan Pertanggungjawaban Penerima dana bantuan sebagai
dokumen untuk kelengkapan administrasi dan keperluan pemeriksaan
aparat pengawas fungsional.
7. Laporan Pelaksanaan Penyaluran Anggaran Dana BOS Pesantren adalah
bentuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta disusun dan
dilaporkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Laporan pelaksanaan penyaluran dana BOS Pesantren disampaikan
segera setelah dilakukan penyaluran sekurangnya berupa:

19
a. Salinan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang
Penetapan dan Daftar Penerima Dana BOS pada Pesantren;
b. Salinan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D); dan
c. Salinan pemindahbukuan dari rekening KPA ke rekening penerima
bantuan.

N. Larangan dan Sanksi


1. Larangan
Dana BOS Pesantren dilarang untuk:
a. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan.
b. Dipinjamkan kepada pihak lain.
c. Membeli Lembar Kerja Peserta didik (LKS) dan bahan/peralatan yang
tidak mendukung proses pembelajaran;
d. Membeli software/perangkat lunak untuk pelaporan keuangan BOS.
e. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas pada satuan
pendidikan diniyah formal/pendidikan muadalah, atau pendidikan
kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah dan memerlukan biaya
besar, misalnya studi banding, studi tour (karya wisata) dan
sejenisnya.
f. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk ustadz.
g. Membeli pakaian/seragam/sepatu bagi ustadz/santri untuk
kepentingan pribadi (bukan inventaris pesantren), kecuali untuk
santri miskin penerima PIP;
h. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat.
i. Membangun gedung/ruangan baru.
j. Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses
pembelajaran.
k. Investasi saham/reksadana.
l. Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah
pusat atau pemerintah daerah secara penuh.
m. Membiayai kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya dengan
operasional setiap satuan pendidikan diniyah formal/pendidikan
muadalah, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah, misalnya iuran dalam rangka perayaan hari besar nasional
dan upacara keagamaan/acara keagamaan.
n. Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/sosialisasi/
pendampingan terkait program BOS/perpajakan program BOS yang
diselenggarakan lembaga di luar Kementerian Agama.

2. Sanksi
Segala bentuk pelanggaran atas pengelolaan dana BOS Pesantren
yang tidak sesuai dengan ketentuan akan diberikan sanksi menurut
peraturan perundang-undangan, khususnya tidak mendapatkan dana
bantuan yang serupa dan bantuan lainnya pada tahun berikutnya.

20
BAB III

PENGENDALIAN, PENGAWASAN DAN LAYANAN


PENGADUAN MASYARAKAT

A. Pengendalian dan Pengawasan


1. KPA menyelenggarakan pengendalian internal terhadap pelaksanaan
pengelolaan dana yang berada dalam penguasaannya;
2. KPA bertanggung jawab atas:
a. pencapaian target kinerja BOS Pesantren Tahun Anggaran 2022;
b. transparansi pelaksanaan BOS Pesantren Tahun Anggaran 2022; dan
c. akuntabilitas pelaksanaan BOS Pesantren Tahun Anggaran 2022.
3. Dalam rangka pencapaian target kinerja, transparansi, dan akuntabilitas
pelaksanaan, KPA melaksanakan monitoring dan evaluasi. PPK dapat
menugaskan pejabat/pegawai/non PNS untuk melakukan monitoring
dan evaluasi.
4. Monitoring dan evaluasi antara lain melakukan pengawasan terhadap:
a. kesesuaian antara pelaksanaan dengan pedoman umum dan petunjuk
teknis yang telah ditetapkan serta ketentuan peraturan terkait
lainnya;
b. kesesuaian antara target capaian dengan realisasi.
5. KPA mengambil langkah-langkah tindak lanjut berdasarkan hasil
monitoring dan evaluasi.
6. Dalam rangka pengawasan, KPA dapat melakukan koordinasi dengan
aparat pengawasan fungsional.

B. Layanan Pengaduan Masyarakat


1. Layanan pengaduan masyarakat bagi dimaksudkan untuk:
a. Membangun keterbukaan dan partisipasi publik dalam rangka
pelaksanaan public accountability dan mewujudkan good governance
di lingkungan Kementerian Agama;
b. Meningkatkan peran masyarakat sebagai bentuk pengawasan melekat
oleh masyarakat; serta mengetahui deteksi dini terhadap
penyimpangan dan mencari solusi terbaik.
2. Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan secara langsung,
menyampaikan secara tertulis, menyampaikan melalui portal pengaduan
pada website Kementerian Agama dan/atau menyampaikan melalui akun
media sosial resmi Kementerian Agama sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Mekanisme pengaduan dilakukan dengan cara:
a. Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan secara langsung
ataupun tertulis ke:
Pengelola Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Pondok
Pesantren
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Gedung Kementerian Agama Lantai 8 Jalan Lapangan Banteng Barat
Nomor 3-4 Kota Jakarta Pusat 10710 - DKI Jakarta
Email : bospesantren@gmail.com

21
Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan melalui akun media
sosial resmi Kementerian Agama:

(1) Twitter : @Kemenag_RI


(2) Fan Page Facebook : Kementerian Agama RI

b. Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan melalui Layanan


Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR) pada portal:
www.lapor.go.id

4. Masyarakat pelapor harus dapat menunjukkan bukti-bukti pengaduan,


seperti foto, dokumen, atau bukti lain yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
5. Pengaduan masyarakat dilampirkan sebagai pelengkap/pendukung
laporan pelaksanaan BOS Pesantren.

22
BAB IV

PENUTUP

Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pesantren Tahun


Anggaran 2022 diharapkan dapat menjadi acuan bagi seluruh pihak terkait
dalam pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pesantren Tahun
Anggaran 2022.
Ketentuan lebih lanjut mengenai hal-hal yang perlu dijabarkan lebih dalam
secara khusus disusun berdasarkan ketentuan dalam Petunjuk Teknis ini.

DIREKTUR JENDERAL

TTD

MUHAMMAD ALI RAMDHANI

23
Lampiran-Lampiran
(Format dan Contoh Dokumen)

24
Format A: Rencana Penggunaan Dana BOS Pesantren

( KOP SURAT LEMBAGA )

RENCANA PENGGUNAAN DANA BOS PESANTREN

No. Uraian Waktu Penggunaan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

1. Rp.

2. Rp.

3. Rp.

4. Rp.

5. Rp.

6. Rp.

7. Rp.

8. Rp.

9. Rp.

10. … dst Rp.

TOTAL Rp.

............................................................ (5)

Kepala/Pimpinan/Penanggung Jawab
............................................................. (6)

tanda tangan dan stempel

............................................................. (7)

25
KETERANGAN PENGISIAN
RENCANA PENGGUNAAN BANTUAN PEMERINTAH

NO URAIAN ISI

(1) Nomor urut

(2) Rincian uraian rencana penggunaan dana BOS Pesantren ditulis selengkap-
lengkapnya dengan memperhatikan ketentuan Komponen Pembiayaan yang
dapat dibiayai dari dana BOS Pesantren

(3) Rencana waktu penggunaan dana BOS Pesantren sesuai dengan uraian.
Contoh : September 2021 atau Januari – Juni 2021

(4) Jumlah nominal penggunaan dana BOS Pesantren sesuai dengan uraian.

(5) Tempat dan tanggal penandatangan

(6) Nama jabatan Kepala/Pimpinan/Penanggungjawab pendidikan diniyah


formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah
Contoh : Direktur Tarbiyatul Mu'allimien Al-Islamiyah (TMI) Tsanawiyah
An-Nur Darunnajah 8 Bogor

(7) Nama Lengkap Kepala/Pimpinan/Penanggungjawab pendidikan diniyah


formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah

26
Format B: Kuitansi Bukti Penerimaan Uang

KUITANSI BUKTI PENERIMAAN UANG

Nomor : ................................................................................ (1)

Sudah Terima Dari : Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)


Direktorat Jenderal Pendidikan Islam

Banyaknya Uang : ................................................................................ (2)

Untuk Pembayaran : BOS Pesantren Jenjang ......…. (3) Tahun Anggaran 2022

Disahkan Oleh,
 .......................................... (4)

Pejabat Pembuat Komitmen Penerima Bantuan

tanda tangan tanda tangan

Materai Rp.10.000,-

.................................................. (5) ............................................... (6)

27
KETERANGAN PENGISIAN
KUITANSI BUKTI PENERIMAAN UANG

NO URAIAN ISI

(1) Nomor Kuitansi, sesuai ketentuan Tata Naskah Dinas

(2) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dana BOS Pesantren yang diterima

(3) Jenjang satuan pendidikan (Ula/Wustha/Ulya)

(4) Tempat dan tanggal penandatangan

(5) Nama Lengkap PPK, tanpa gelar

(6) Nama Lengkap Kepala/Pimpinan/Penanggungjawab pendidikan diniyah


formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah

28
Format C: Perjanjian/Kontrak

PERJANJIAN
TENTANG
PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)
PADA PESANTREN TAHUN ANGGARAN 2022

NOMOR ............................................................ (1)

Perjanjian ini berikut semua lampirannya yang selanjutnya disebut Perjanjian dibuat dan
ditandatangani di ............... (2) pada hari .............. (3) tanggal ....................... (4) bulan
................. (5) tahun dua ribu dua puluh satu antara:

1. .................................. (5), Pejabat Pembuat Komitmen pada ........................... (6),


dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama ................................................... (7),
selanjutnya disebut PIHAK KESATU

2. ................................................... (8), ................................................................ (9),


dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama sebagai penerima Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) Pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2022 yang ditetapkan
melalui .............................................................................. (11), selanjutnya disebut
PIHAK KEDUA

bersepakat untuk mengadakan Perjanjian dalam rangka Bantuan Operasional Sekolah


(BOS) Pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2022, yang diatur dengan ketentuan
sebagai berikut:

Pasal 1
PENDAHULUAN

1. Bantuan Operasional Sekolah Pada Pesantren, yang selanjutnya disebut BOS


Pesantren adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya
operasional non personalia bagi satuan pendidikan diniyah formal, pendidikan
muadalah, serta pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang
diselenggarakan oleh pondok pesantren.
2. Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun
Anggaran 2022 yang selajutnya disebut Petunjuk Teknis merupakan acuan dalam
Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran
2022.
3. Yang dimaksud Perjanjian adalah dimana PIHAK KESATU mengikat PIHAK KEDUA,
dan PIHAK KEDUA telah sepakat untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam
Perjanjian ini dengan mengacu pada Petunjuk Teknis.
4. Perjanjian ini ditandatangani berdasarkan kesepakatan PIHAK KESATU dan PIHAK
KEDUA tanpa ada unsur paksaan.

29
Pasal 2
LINGKUP PERJANJIAN

Lingkup Perjanjian meliputi hak dan kewajiban kedua belah pihak, jumlah bantuan yang
diberikan, tata cara dan syarat penyaluran, pernyataan kesanggupan penerima dana
BOS Pesantren untuk menggunakan sesuai rencana yang telah disepakati, pernyataan
kesanggupan penerima dana BOS Pesantren untuk menyetorkan sisa dana yang tidak
digunakan ke Kas Negara, sanksi, serta penyampaian laporan pertanggungjawaban
setelah pekerjaan selesai atau pada akhir tahun anggaran.

Pasal 3
PELAKSANAAN PERJANJIAN

(1) Hak dan Kewajiban PIHAK KESATU


a. melaksanakan penyaluran dan pencairan dana BOS Pesantren sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. melakukan pengawasan pemanfaatan dana BOS Pesantren; dan
c. meminta laporan pertanggungjawaban dari penerima dana BOS Pesantren.

(2) Hak dan Kewajiban PIHAK KEDUA:


a. menerima dana BOS Pesantren sejumlah Rp. .................................................
(.................................................) (12)
b. memanfaatkan dana BOS Pesantren sesuai ketentuan dalam Petunjuk Teknis;
dan
c. mempertanggungjawabkan secara mutlak penggunaan dana BOS Pesantren
yang diterima sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Jumlah dana BOS Pesantren yang diberikan termasuk di dalamnya biaya pajak
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Penyaluran dana BOS Pesantren dilakukan melalui pembayaran langsung (LS) dari
Rekening Kas Umum Negara ke rekening penerima dana BOS dengan mekanisme
sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) PIHAK KEDUA wajib menggunakan bantuan sesuai ketentuan dalam Petunjuk
Teknis, dan dilaksanakan dimulai sejak ditandatanganinya Perjanjian.
(6) PIHAK KEDUA wajib menyimpan bukti penerimaan bantuan, bukti penggunaan
bantuan, dan dokumen lain yang dianggap perlu sebagai untuk kelengkapan
administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat pengawas fungsional, serta
menjamin bukti-bukti penggunaan dana BOS Pesantren merupakan bukti yang sah
yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(7) PIHAK KEDUA wajib menyetorkan sisa dana yang tidak digunakan ke Kas Negara
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(8) Ketentuan Sanksi:
a. apabila di kemudian hari, atas penggunaan dana BOS Pesantren mengakibatkan
kerugian Negara maka PIHAK KEDUA bersedia dituntut penggantian kerugian
Negara dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. apabila dana BOS Pesantren dipergunakan tidak sesuai Perjanjian, dana tersebut
dianggap sebagai sisa dana bantuan dan wajib untuk disetorkan ke Kas Negara.;
dan
c. PIHAK KESATU dibebaskan atas segala kemungkinan tuntutan hukum dari
penggunaan dana BOS Pesantren oleh PIHAK KEDUA atas segala akibat yang
ditimbulkannya.

30
(9) PIHAK KEDUA wajib menyusun laporan pertanggungjawaban setelah pekerjaan
selesai atau akhir tahun anggaran sesuai dengan ketentuan dalam Petunjuk Teknis.

Pasal 4
PEMBIAYAAN

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Pesantren Tahun Anggaran 2022


dialokasikan dalam DIPA Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.

Pasal 5
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Apabila di kemudian hari dalam pelaksanaan Kesepahaman Bersama ini terjadi


perselisihan, maka PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menyelesaikan
secara Musyawarah untuk Mufakat.

Pasal 6
LAIN-LAIN

(1) Apabila terjadi hal-hal yang di luar kekuasaan kedua belah pihak atau force majeure,
yang secara keseluruhan ada hubungan langsung dengan Perjanjian, dapat
dipertimbangkan kemungkinan perubahan Perjanjian dan/atau pembatalan dengan
persetujuan PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA.
(2) Yang termasuk force majeure adalah:
a. bencana alam, termasuk didalamnya gempa bumi, tanah longsor dan banjir;
tindakan pemerintah di bidang fiskal dan moneter; dan/atau
b. keadaan keamanan yang tidak mengizinkan, termasuk di dalamnya kebakaran,
perang, huru-hara, pemogokan, pemberontakan, dan epidemi.
(3) Segala perubahan dan/atau pembatalan terhadap Perjanjian ini sebagai akibat dari
force majeure akan diatur bersama kemudian oleh PIHAK KESATU dan PIHAK
KEDUA.
Pasal 7
PENUTUP

(1) Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) masing-masing bermaterai cukup dan
mempunyai kekuatan hukum yang sama.
(2) Perjanjian ini mulai berlaku pada tanggal ditandatangani oleh PIHAK KESATU dan
PIHAK KEDUA.
(3) Hal-hal yang belum tercantum di dalam Perjanjian ini akan ditentukan kemudian.

PIHAK KEDUA, PIHAK KESATU,


Penerima Bantuan Pejabat Pembuat Komitmen

Materai Rp. 10.000,-


tanda tangan tanda tangan

......................................... (13) ........................................ (14)

31
KETERANGAN PENGISIAN
PERJANJIAN/KONTRAK

NO URAIAN ISI

(1) Nomor Perjanjian/Kontrak, sesuai ketentuan Tata Naskah Dinas

(2) Tempat penandatanganan Perjanjian/Kontrak.

(3) Hari penandatangan Perjanjian/Kontrak. Contoh: Senin

(4) Tanggal penandatangan Perjanjian/Kontrak. Contoh: Satu

(5) Bulan penandatangan Perjanjian/Kontrak. Contoh: Mei

(6) Nama lengkap Pejabat Pembuat Komitmen, tanpa gelar, pangkat,


golongan, dan Nomor Induk Pegawai

(7) Nama Satker pemberi dana BOS Pesantren

(8) Diisi sama dengan nomor (7)

(9) Nama Lengkap Kepala/Pimpinan/Penanggungjawab pendidikan diniyah


formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah

(10) Nama jabatan Kepala/Pimpinan/Penanggungjawab pendidikan diniyah


formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah
Contoh : Direktur Tarbiyatul Mu'allimien Al-Islamiyah (TMI) Tsanawiyah An-
Nur Darunnajah 8 Bogor

(11) Nama, nomor, dan tanggal Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen tentang
Penetapan Penerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Pondok
Pesantren Tahun Anggaran 2020 pada Satker yang bersangkutan.

(12) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dana BOS Pesantren yang diterima

(13) Diisi sama dengan nomor (7)

(14) Diisi sama dengan nomor (6)

32
Format D: Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTJB)

( KOP SURAT LEMBAGA )

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA

1. Nama Lembaga : .............................................................................. (1)


2. Nama Pimpinan : .............................................................................. (2)
3. Alamat Lembaga : .............................................................................. (3)
4. Nama Bantuan : Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Pondok Pesantren
Tahun Anggaran 2022

Berdasarkan Surat Keputusan Nomor ……………………. (4) dan Perjanjian Kerja Sama
Nomor ………………….. (5) mendapatkan dana BOS Pesantren sebesar Rp.
………………… (…..dengan huruf……). (6)
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Sampai dengan bulan ………….. (7) telah menerima pencairan Tahap Kesatu dengan
nilai nominal sebesar Rp. ………………………… (…..dengan huruf……) (8), dengan
perincian sebagai berikut :
a. Jumlah total dana yang diterima : Rp. ………. (…..dengan huruf…..) (9)
b. Jumlah total dana yang dipergunakan : Rp. ………. (…..dengan huruf…..) (10)
c. Jumlah total sisa dana : Rp. ………. (…..dengan huruf…..) (11)
2. Persentase jumlah dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pesantren yang telah
digunakan adalah sebesar ………..% (12)
3. Bertanggung jawab penuh atas pengeluaran yang telah dibayar lunas kepada yang
berhak menerima;
4. Bersedia menyimpan dengan baik seluruh bukti pengeluaran belanja yang telah
dilaksanakan;
5. Bersedia untuk dilakukan pemeriksaannya terhadap bukti-bukti pengeluaran oleh
aparat pengawas fungsional pemerintah.
6. Apabila dikemudian hari, pernyataan yang saya buat ini mengakibatkan kerugian
Negara maka saya bersedia dituntut penggantian kerugian Negara dimaksud sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya.

..................................................... (13)
Penerima Bantuan,

materai Rp. 10.000,-


tanda tangan

..................................................... (14)

33
KETERANGAN PENGISIAN
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA

NO URAIAN ISI

(1) Nama Lembaga pendidikan diniyah formal/pendidikan muadalah/pendidikan


kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah

(2) Nama lengkap Kepala/Pimpinan/Penanggungjawab pendidikan diniyah


formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah

(3) Alamat lembaga pendidikan diniyah formal/pendidikan muadalah/pendidikan


kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah

(4) Nama, nomor, dan tanggal Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen tentang
Penetapan Penerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Pesantren
Tahun Anggaran 2022 pada Satker yang bersangkutan.

(5) Nomor Perjanjian/Kontrak Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah


(BOS) Pada Pesantren Tahun Anggaran 2022 pada Satker yang
bersangkutan.

(6) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dana BOS Pesantren yang diterima
berdasarkan Surat Keputusan

(7) Diisi dengan bulan dan tahun

(8) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dana BOS Pesantren yang diterima

(9) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dana BOS Pesantren yang diterima

(10) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dari dana BOS Pesantren yang telah
dipergunakan

(11) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dari dana BOS Pesantren yang belum
dipergunakan

(12) Diisi dengan persentase dana BOS yang sudah dipergunakan

(13) Tempat dan tanggal penandatanganan

(14) Diisi sama dengan nomor (2)

34
Format E: Laporan Pertanggungjawaban Penerima BOS Pesantren

( KOP SURAT LEMBAGA )

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENERIMA BOS PESANTREN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


1. Nama Lembaga :.............................................................................. (1)
2. Nama Pimpinan :.............................................................................. (2)
3. Alamat Lembaga :.............................................................................. (3)
4. Nama Bantuan :Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Pesantren Tahun
Anggaran 2022
berdasarkan Surat Keputusan Nomor ........................................................ (4) dan
Perjanjian/Kontrak Nomor ........................................... (5) telah menerima Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) Pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2022, dengan nilai
nominal ................................ (.......................................) (6).
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini saya menyampaikan Laporan
Pertanggungjawaban Pemerintah sebagai berikut:
1. Laporan Penggunaan Jumlah Dana :

a. Jumlah Total Dana Yang Telah Diterima : ........................ (….......................) (7)
b. Jumlah Total Dana Yang Dipergunakan : ........................ (….......................) (8)
c. Jumlah Total Sisa Dana : ........................ (….......................) (9)
2. Telah menggunakan dana sesuai dengan penggunaan sebagaimana dilaporkan dalam
nomor 1 huruf b.

Berdasarkan hal tersebut di atas, saya dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya
bahwa:
a. Bukti-bukti pengeluaran penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah pada
Pesantren Tahun Anggaran 2022 sebesar ...........................................
(........................................) (10) telah kami simpan sesuai dengan ketentuan untuk
·kelengkapan administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat pengawas fungsional;
b. Telah menyetorkan sisa dana bantuan ke Kas Negara sebesar
.............................(...............................) (11) sebagaimana Bukti Penerimaan Negara
(BPN) terlampir;
c. Apabila di kemudian hari, atas penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2022 mengakibatkan kerugian Negara
maka penerima dana BOS Pesantren bersedia dituntut penggantian kerugian negara
dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

..................................................... (13)
Penerima Bantuan,

materai Rp. 10.000,-


tanda tangan

..................................................... (14)

35
KETERANGAN PENGISIAN
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENERIMA BOS PESANTREN

NO URAIAN ISI

(1) Nama Lembaga pendidikan diniyah formal/pendidikan muadalah/pendidikan


kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah

(2) Nama lengkap Kepala/Pimpinan/Penanggungjawab pendidikan diniyah


formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah

(3) Alamat lembaga pendidikan diniyah formal/pendidikan muadalah/pendidikan


kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah

(4) Nama, nomor, dan tanggal Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen tentang
Penetapan Penerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Pesantren
Tahun Anggaran 2022 pada Satker yang bersangkutan.

(5) Nomor Perjanjian/Kontrak Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)


Pada Pesantren Tahun Anggaran 2022 pada Satker yang bersangkutan.

(6) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dari dana BOS Pesantren yang diterima

(7) Diisi sama dengan nomor (6)

(8) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dari dana BOS Pesantren yang telah
dipergunakan

(9) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dari dana BOS Pesantren yang
belum/tidak dipergunakan

(10) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dari dana BOS Pesantren dengan bukti-
bukti pengeluaran penggunaan dana.
Apabila keseluruhan penggunaan dana BOS Pesantren memiliki bukti-bukti
pengeluaran penggunaan dana, diisi sama dengan nomor (8)

(11) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dari dana BOS Pesantren yang
belum/tidak dipergunakan dan telah disetor ke Kas Negara

(12) Apabila tidak ada dana dari dana BOS Pesantren yang belum/tidak
dipergunakan, penjelasan ini dapat dihapus/tidak disertakan

(13) Tempat dan tanggal penandatanganan

(14) Diisi sama dengan nomor (2)

36
BUKU KAS UMUM

Nama PPS :
Desa/Kecamatan : FORMAT K-1

Kabupaten : Diisi oleh Bendahara PPS

Propinsi : Disimpan di PPS

Penerimaan Pengeluaran
No. Tanggal No. Kode No. Bukti Uraian Saldo
(Debet) (Kredit)

1 2 3 4 5 6 7 8

Mengetahui …….,…………………..20……..

Kepala PPS Bendahara PPS

(……………..…..) (……………………….)

37
BUKU PEMBANTU PAJAK

Nama PPS : ……………………………

Desa/Kecamatan : …………………………… FORMAT K-2

Kabupaten : …………………………… Diisi oleh Bendahara PPS

Provinsi : …………………………… Disimpan di PPS

No. Tanggal No. Kode No. Bukti Uraian PPN PPh 21 Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8

Jumlah Penerimaan

Mengetahui ……………..,………………….

Kepala PPS Bendahara PPS

…………………………………. ………………………………….

38

Anda mungkin juga menyukai