i
7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2021 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2022
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6735);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4769);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5423) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
229, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6267);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6676) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 14, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6762);
11. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang
Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 168);
12. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 203) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2021
tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 68
Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
106);
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012
tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1191) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
178/PMK.05/2018 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata
Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
ii
Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1736);
14. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 tentang
Pendidikan Keagamaan Islam (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 822);
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1745);
16. Peraturan Menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang
Bantuan Pemerintah pada Kementerian Agama (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1655)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Agama Nomor 21 Tahun 2019 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Agama Nomor 67
Tahun 2015 tentang Bantuan Pemerintah Pada Kementerian
Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 1131);
17. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1495);
18. Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian
Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 1117);
19. Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2020 tentang
Pejabat Perbendaharaan Negara Pada Kementerian Agama
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 172)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Agama
Nomor 32 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2020 tentang Pejabat
Perbendaharaan Negara Pada Kementerian Agama
(Berita Negara Republik Tahun 2021 Nomor 1383);
20. Peraturan Menteri Agama Nomor 31 Tahun 2020 tentang
Pendidikan Pesantren (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 1405);
21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.02/2021
tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2022
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 658).
iii
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 Desember 2021
DIREKTUR JENDERAL,
TTD
iv
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
NOMOR : 7204 TAHUN 2021
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS
BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH PADA PONDOK PESANTREN
TAHUN ANGGARAN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
pendidikan muadalah. Tujuan digulirkannya program BOS ini adalah
secara bertahap membantu peserta didik dari keluarga tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan biaya pendidikan dalam rangka Wajib Belajar 12
Tahun.
Mengingat bahwa pendidikan keagamaan yang diselenggarakan oleh
pesantren di seluruh Indonesia memiliki kekhasan dan memiliki peran
strategis dalam rangka Wajib Belajar 12 Tahun, dan Kementerian Agama
menetapkan kebijakan bahwa dana BOS diberikan kepada satuan
pendidikan diniyah formal, pendidikan muadalah, dan pendidikan
kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah sebagai penyelenggara wajib
belajar.
Pemberian BOS bagi satuan pendidikan diniyah formal, pendidikan
muadalah, serta pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah
yang diselenggarakan oleh pesantren, dilaksanakan dalam bentuk program
Bantuan Operasional Sekolah pada Pesantren. Untuk memberikan acuan
dalam Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah pada Pesantren tahun
anggaran 2022, dipandang pelu untuk menyusun Petunjuk Teknis Bantuan
Operasional Sekolah pada Pesantren Tahun Anggaran 2022.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi: Pendahuluan, Pelaksanaan
BOS Pesantren, Pemanfaatan Dana BOS Pesantren, Pengendalian,
Pengawasan dan Layanan Pengaduan Masyarakat, serta Penutup.
D. Pengertian Umum
1. Bantuan Operasional Sekolah Pada Pesantren, yang selanjutnya disebut
BOS Pesantren adalah program pemerintah untuk penyediaan
pendanaan biaya operasional non personalia bagi satuan pendidikan
diniyah formal, pendidikan muadalah, serta pendidikan kesetaraan yang
diselenggarakan oleh pondok pesantren.
2. Biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai, dan biaya tidak langsung berupa daya, air, jasa,
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain-lain sebagaimana
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti
oleh Warga Negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan
pemerintah daerah.
2
4. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi.
5. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
6. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan
formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang
diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu
kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang
berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah atau
bentuk lain yang sederajat. Pendidikan Menengah adalah jenjang
pendidikan pada jalur pendidikan formal yang merupakan lanjutan
pendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah,
Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan atau
bentuk lain yang sederajat.
7. Pendidikan Menengah Universal yang selanjutnya disebut PMU adalah
program pendidikan yang memberikan layanan seluas-luasnya kepada
seluruh warga negara Republik Indonesia untuk mengikuti pendidikan
menengah yang bermutu.
8. Pondok Pesantren, Dayah, Surau, Meunasah, atau sebutan lain, yang
selanjutnya disebut Pesantren adalah lembaga yang berbasis
masyarakat dan didirikan oleh perseorangan, yayasan, organisasi
masyarakat Islam, dan/atau masyarakat yang menanamkan keimanan
dan ketakwaan kepada Allah SWT, menyemaikan akhlak mulia serta
memegang teguh ajaran Islam rahmatan lil‘alamin yang tercermin dari
sikap rendah hati, toleran, keseimbangan, moderat, dan nilai luhur
bangsa Indonesia lainnya melalui pendidikan, dakwah Islam,
keteladanan, dan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
9. Pendidikan Pesantren adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pesantren dan berada di lingkungan Pesantren dengan mengembangkan
kurikulum sesuai dengan kekhasan Pesantren dengan berbasis kitab
kuning atau dirasah islamiyah dengan pola pendidikan muallimin.
10. Pendidikan Muadalah adalah Pendidikan Pesantren yang
diselenggarakan pada jalur pendidikan formal dengan mengembangkan
kurikulum sesuai dengan kekhasan Pesantren dengan berbasis Kitab
Kuning atau Dirasah Islamiah dengan Pola Pendidikan muallimin secara
berjenjang dan terstruktur.
11. Pendidikan Diniyah Formal adalah Pendidikan Pesantren yang
diselenggarakan pada jalur pendidikan formal sesuai dengan kekhasan
Pesantren yang berbasis Kitab Kuning secara berjenjang dan terstruktur.
12. Pendidikan Kesetaraan pada Pondok Pesantren Salafiyah adalah
merupakan pendidikan non formal bagi santri pondok pesantren
salafiyah yang tidak memiliki kesempatan mengenyam pendidikan
formal melalui program kesetaraan setara SD/MI/Paket A yang disebut
Ula, setara SMP/MTs/Paket B disebut wustha dan setara
SMA/MA/SMK/MAK/Paket C disebut Ulya.
3
13. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA
adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang digunakan sebagai acuan
Pengguna Anggaran dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan
sebagai pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN).
Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah unit organisasi
yang melaksanakan kegiatan Kementerian Agama yang memiliki
kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran.
14. Pemberi Bantuan BOS Pesantren, yang selanjutnya disebut Pemberi
Bantuan adalah Satker yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab
penggunaan anggaran BOS Pesantren.
15. Bank penyalur adalah bank sebagai mitra kerja tempat dibukanya
rekening atas nama Pemberi Bantuan untuk menampung dana belanja
bantuan yang akan disalurkan kepada penerima bantuan.
16. Rekening Penyaluran Dana Bantuan adalah Rekening Lainnya dalam
bentuk giro pemerintah yang dibuka oleh satuan kerja lingkup
Kementerian Negara/Lembaga untuk menyalurkan dana bantuan
kepada penerima bantuan melalui bank penyalur.
17. Pengguna Anggaran Kementerian Agama yang selanjutnya disebut PA
adalah Menteri Agama sebagai pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran pada Kementerian Agama.
18. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah
pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian
dari kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada
Kementerian Agama.
19. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah
pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
belanja negara.
20. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar yang selanjutnya
disebut PP-SPM adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh KPA untuk
melakukan pengujian atas Surat Permintaan Pembayaran dan
menerbitkan Surat Perintah Membayar.
21. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan di
bidang agama.
22. Direktorat Jenderal adalah unsur pelaksana pada kementerian yang
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pendidikan Islam.
23. Direktorat adalah unsur pelaksana pada Direktorat Jenderal yang
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pendidikan diniyah dan pondok pesantren.
24. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi yang selanjutnya disebut
Kantor Wilayah adalah instansi vertikal pada Kementerian Agama di
tingkat Provinsi.
25. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut
Kantor Kementerian Agama adalah instansi vertikal pada Kementerian
Agama di tingkat Kabupaten/Kota.
4
BAB II
A. Asas Bantuan
ASAS pelaksanaan Bantuan yaitu kepastian bentuk, kepastian identitas
penerima, kejelasan tujuan, kejelasan penanggung jawab, dan ketersediaan
anggaran.
C. Pemberi Bantuan
Pemberi Bantuan Operasional Sekolah pada Pesantren adalah Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam melalui Satuan Kerja Direktorat Pendidikan
Diniyah dan Pondok Pesantren.
5
h. merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi;
i. memonitor perkembangan penyelesaian penanganan pengaduan
yang dilakukan oleh pengelola BOS Pesantren dari unsur daerah; dan
j. melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada instansi terkait.
5. Tugas tim pengelola dari unsur daerah:
a. melakukan pendampingan dan sosialisasi kepada satuan Pendidikan
Pesantren penerima dana BOS;
b. melakukan pendataan satuan Pendidikan Pesantren penerima dana
BOS;
c. Mengarsipkan dokumen persyaratan pencairan dari satuan
Pendidikan Pesantren penerima dana BOS;
d. merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi;
g. memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;
h. bertanggungjawab terhadap penanganan kasus penyimpangan
penggunaan dana BOS Pesantren di tingkat wilayah; dan
i. melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada instansi terkait.
6. Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Pengelola BOS Pesantren dari
unsur pusat berkoordinasi dengan Tim Pengelola BOS Pesantren dari
unsur daerah.
7. Pengelolaan BOS Pesantren pada masing-masing Pesantren
dilaksanakan oleh tim yang dibentuk oleh satuan pendidikan yang
bertugas untuk:
a. menyampaikan dokumen persyaratan pencairan dana BOS dalam
bentuk hard copy kepada pengelola BOS Pesantren dari unsur
daerah dan soft copy kepada pengelola BOS Pesantren dari unsur
pusat;
b. mengidentifikasi santri miskin yang akan dibebaskan dari segala
jenis iuran;
c. mengelola dana BOS Pesantren secara transparan dan
bertanggungjawab;
d. mengumumkan rencana penggunaan dana BOS Pesantren menurut
komponen dan besar dananya;
e. mengumumkan besar dana BOS Pesantren yang digunakan;
f. membuat laporan pertanggungjawaban dana BOS Pesantren secara
lengkap;
g. memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;
dan
h. menatausahakan bukti-bukti pengeluaran asli dengan baik.
6
b. terdaftar dalam Sistem Informasi dan Manajemen Pendidikan
(EMIS/Education Management Information System) Pendidikan Islam
dan memiliki Nomor Statistik Pondok Pesantren (NSPP);
c. memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN);
d. santri sebagai dasar penetapan BOS Pesantren telah terdaftar dalam
Sistem Informasi dan Manajemen Pendidikan (EMIS/Education
Management Information System) Pendidikan Islam.
7
7. Pelaksanaan anggaran dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
8
3) PPK dapat bekerjasama dengan Inspektorat Jenderal Kementerian
Agama untuk verifikasi dan validasi calon penerima bantuan
melalui kunjungan ke lokasi calon penerima bantuan.
d. Hasil Verifikasi dan Validasi berupa:
1) Dokumen Instrumen Verifikasi dan Validasi yang berisi keterangan
tentang kesesuaian dengan persyaratan dan kelayakan sebagai
penerima bantuan apabila verifikasi dilakukan melalui perjalanan
dinas verifikasi calon penerima bantuan.
2) Dokumen lain yang mendukung pemohon bantuan untuk
diajukan calon penerima bantuan (foto-foto dan dokumen lainnya).
e. PPK melakukan seleksi penerima bantuan berdasarkan
kriteria/persyaratan yang telah ditetapkan di dalam petunjuk teknis.
3. Penetapan dan Pengesahan Penerima Bantuan.
a. PPK memastikan calon penerima dana BOS pada Pesantren Tahun
Anggaran 2022 telah memenuhi persyaratan dan kriteria sebagai
penerima bantuan.
b. Penetapan Keputusan Penetapan Penerima BOS Pesantren Tahun
Anggaran 2022 dapat dilakukan dalam 1 (satu) keputusan atau dalam
beberapa keputusan.
c. Berdasarkan hasil seleksi calon penerima bantuan, PPK menetapkan
Surat Keputusan Penetapan Penerima Dana BOS pada Pesantren
Tahun Anggaran 2022 dan disahkan oleh KPA, paling sedikit memuat:
1) Identitas penerima Bantuan.
2) Nilai uang Bantuan, dan
3) Nomor rekening, nama rekening dan nama Bank penerima
bantuan.
d. Dalam hal penerima dana bantuan tidak memiliki nomor rekening
sebagaimana dimaksud pada huruf c nomor (3), nomor rekening yang
dicantumkan dalam Surat Keputusan Penetapan Penerima Dana BOS
adalah nomor rekening Bank penyalur.
4. Pemberitahuan dan Penyampaian SK Penerima Bantuan
a. PPK menginformasikan kepada penerima dana BOS Pesantren
mengenai penetapan sebagai penerima bantuan pemerintah,
persyaratan pencairan dana bantuan pemerintah, serta ketentuan dan
format Laporan Pertanggungjawaban Penerima Bantuan.
b. Surat Keputusan Penetapan Penerima Dana BOS Pesantren Tahun
Anggaran 2022 yang telah disahkan oleh KPA disampaikan kepada
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan diteruskan kepada
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
c. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota mensosialisasikan Surat
Keputusan Penetapan Penerima Dana BOS pada Pesantren Tahun
Anggaran 2022 kepada seluruh lembaga penerima bantuan.
5. Penyaluran dana BOS Pesantren untuk periode Januari s.d Juni Tahun
2022 didasarkan pada jumlah santri semester pertama tahun pelajaran
2021/2022 M atau 1442/1443 H.
9
6. Penyaluran dana BOS Pesantren untuk periode Juli s.d Desember Tahun
2022 didasarkan pada jumlah santri semester kedua tahun pelajaran
2021/2022 M atau 1442/1443 H.
10
Operasional Sekolah pada Pesantren ke rekening Kuasa Pengguna
Anggaran Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
8. Pemindahbukuan ke rekening penerima bantuan dari rekening bank
Penyalur dilakukan setelah dokumen persyaratan penyaluran dari
Lembaga dikirim ke pengelola BOS Pusat melalui softcopy ke alamat
email yang telah ditentukan.
9. Tata cara pencairan dana bantuan yang mencakup penerbitan SPP, SPM
dan SP2D berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai tata cara pembayaran dalam rangka pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Komponen Item
No Penjelasan
Pembiayaan Pembiayaan
11
Komponen Item
No Penjelasan
Pembiayaan Pembiayaan
12
Komponen Item
No Penjelasan
Pembiayaan Pembiayaan
13
Komponen Item
No Penjelasan
Pembiayaan Pembiayaan
14
Komponen Item
No Penjelasan
Pembiayaan Pembiayaan
15
1) membuat rencana kerja; dan
2) memilih satu atau lebih pekerja untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut dengan standar upah yang berlaku di masyarakat.
4. Prioritas utama penggunaan dana BOS Pesantren adalah untuk kegiatan
operasional pada satuan pendidikan diniyah formal, pendidikan
muadalah, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah.
5. Penggunaan dana BOS Pesantren untuk honor asatidz/pendidik honorer
dan honor-honor kegiatan yang lebih besar dari 50% dari total dana BOS
yang diterima diperkenankan atas dasar persetujuan tertulis dari PPK
berdasarkan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Bunga
Bank/Jasa Giro akibat adanya dana di rekening yang berasal dari dana
BOS Pesantren menjadi milik penerima bantuan untuk digunakan
sebagaimana ketentuan dalam Petunjuk Teknis ini.
K. Ketentuan Perpajakan
Kewajiban pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penghasilan 21 (PPh 21) yang merupakan penghasilan gaji, upah,
honorarium atas penggunaan dana BOS Pesantren menjadi tanggung jawab
penerima bantuan sesuai ketentuan Peraturan dan Undang-Undang terkait
Perpajakan.
L. Panduan Penatausahaan
1. Penerima dana BOS Pesantren menatausahakan pemanfaatan dana BOS
dalam bentuk pembukuan dari dana yang diperoleh, inventarisir bukti
pengeluaran, penyusunan daftar realisasi penggunaan dana BOS, dan
pertanggungjawaban dalam rangka memastikan transparansi dan
akuntabilitas pemanfaatan dana BOS untuk kalangan internal dan
eksternal.
a. Pembukuan sekurangnya dilakukan menggunakan alat bantu buku
sebagai berikut: Buku Kas Umum
1) Pembukuan dalam Buku Kas Umum meliputi semua transaksi
eksternal, yaitu yang berhubungan dengan pihak ketiga yang
meliputi:
a) Kolom Penerimaan: dari penyalur dana (BOS atau sumber dana
lain), penerimaan dari pemungutan pajak, dan penerimaan jasa
giro dari bank.
b) Kolom Pengeluaran: pembelian barang dan jasa, biaya
administrasi bank, pajak atas hasil dari jasa giro dan setoran
pajak.
2) Buku Kas Umum ini harus diisi pada tiap transaksi, segera setelah
transaksi tersebut terjadi.
3) Setiap transaksi diketahui oleh kepala satuan pendidikan diniyah
formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok
pesantren salafiyah.
b. Buku Pembantu Pajak
Buku Pembantu Pajak mempunyai fungsi untuk mencatat semua
transaksi yang harus dipungut pajak serta memonitor atas pungutan
dan penyetoran pajak yang dipungut.
16
c. Terkait dengan pembukuan dari dana yang diperoleh Pondok
Pesantren untuk program BOS, maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut: Pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan
pengeluaran dapat dilakukan dengan tulis tangan atau menggunakan
komputer, dan tidak meng-gunakan alat tulis pinsil.
1) Dalam hal pembukuan dilakukan dengan komputer, Buku Kas
Umum dan Buku Pembantu Pajak dicetak sekurang-kurangnya
sekali dalam satu bulan dan menatausahakan hasil cetakan Buku
Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak bulanan yang telah
ditandatangani oleh kepala satuan pendidikan diniyah
formal/pendidikan muadalah, atau pendidikan kesetaraan pada
pondok pesantren salafiyah.
2) Semua transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dalam Buku
Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak yang relevan sesuai dengan
urutan tanggal kejadiannya.
3) Setiap akhir bulan, Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak
ditutup oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/pendidikan
muadalah, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah;
4) Uang tunai yang ada di Kas Tunai tidak lebih dari Rp.
50,000,000.00 (lima puluh juta rupiah). Apabila ada kesalahan atas
penulisan angka/huruf, maka kesalahan dimaksud dicoret dengan
dua garis rapih, sehingga tulisan yang semula salah masih dapat
dibaca dan kemudian diparaf.
5) Apabila dalam satu bulan berjalan tidak/belum terjadi transaksi
pengeluaran/penerimaan, maka tetap ada pembukuan dalam
bulan tersebut dengan uraian NIHIL yang ditandatangani oleh
kepala satuan pendidikan diniyah formal/pendidikan
muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah.
6) Apabila kepala satuan pendidikan diniyah formal/pendidikan
muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah meninggalkan tempat kedudukannya atau berhenti dari
jabatannya, Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak serta
bukti-bukti pengeluaran diserahterimakan kepada pejabat yang
baru dengan Berita Acara Serah Terima.
2. Bukti Pengeluaran
a. Setiap transaksi pengeluaran didukung dengan bukti kuitansi yang
sah.
b. Bukti pengeluaran uang di atas Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah)
dikenai bea materai dengan tarif sebesar Rp. 10.000,00
c. Uraian pembayaran dalam kuitansi dicantumkan dengan jelas dan
terinci sesuai dengan peruntukanya.
d. Uraian tentang jenis barang/jasa yang dibayar dapat dipisah dalam
bentuk faktur sebagai lampiran kuitansi.
e. Setiap bukti pembayaran disetujui oleh kepala satuan pendidikan
diniyah formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada
pondok pesantren salafiyah dan telah lunas dibayar.
f. Segala jenis bukti pengeluaran asli disimpan sebagai bahan bukti dan
bahan pelaporan.
17
3. Realisasi Penggunaan Dana BOS Pesantren
a. Realisasi penggunaan dana BOS Pesantren disusun berdasarkan Buku
Kas Umum dari semua sumber dana yang dikelola penerima dana BOS
Pesantren. Realisasi penggunaan dana BOS Pesantren dibuat per
semester ditandatangani oleh kepala satuan pendidikan diniyah
formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok
pesantren salafiyah.
b. Realisasi penggunaan dana BOS Pesantren dilengkapi dengan
pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa dana yang
diterima telah digunakan untuk pembiayaan sebagaimana ketentuan
terkait Komponen Pembiayaan.
18
membutuhkan - Faktur pajak dan SSP
kepanitiaan
5. Dalam hal terdapat sisa dana, penerima dana BOS Pesantren harus
menyampaikan bukti surat setoran sisa dana ke rekening Kas Negara
kepada PPK sesuai dengan Perjanjian/Kontrak penerima bantuan
dengan PPK sebagai dokumen tambahan Laporan Pertanggungjawaban
Penerima dana BOS Pesantren. Laporan Pertanggungjawaban Penerima
BOS Pesantren merupakan dokumen yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan menurut hukum.
6. Penerima dana BOS Pesantren menyimpan sekurangnya 1 (satu) rangkap
salinan Laporan Pertanggungjawaban Penerima dana bantuan sebagai
dokumen untuk kelengkapan administrasi dan keperluan pemeriksaan
aparat pengawas fungsional.
7. Laporan Pelaksanaan Penyaluran Anggaran Dana BOS Pesantren adalah
bentuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta disusun dan
dilaporkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Laporan pelaksanaan penyaluran dana BOS Pesantren disampaikan
segera setelah dilakukan penyaluran sekurangnya berupa:
19
a. Salinan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang
Penetapan dan Daftar Penerima Dana BOS pada Pesantren;
b. Salinan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D); dan
c. Salinan pemindahbukuan dari rekening KPA ke rekening penerima
bantuan.
2. Sanksi
Segala bentuk pelanggaran atas pengelolaan dana BOS Pesantren
yang tidak sesuai dengan ketentuan akan diberikan sanksi menurut
peraturan perundang-undangan, khususnya tidak mendapatkan dana
bantuan yang serupa dan bantuan lainnya pada tahun berikutnya.
20
BAB III
21
Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan melalui akun media
sosial resmi Kementerian Agama:
22
BAB IV
PENUTUP
DIREKTUR JENDERAL
TTD
23
Lampiran-Lampiran
(Format dan Contoh Dokumen)
24
Format A: Rencana Penggunaan Dana BOS Pesantren
1. Rp.
2. Rp.
3. Rp.
4. Rp.
5. Rp.
6. Rp.
7. Rp.
8. Rp.
9. Rp.
TOTAL Rp.
............................................................ (5)
Kepala/Pimpinan/Penanggung Jawab
............................................................. (6)
............................................................. (7)
25
KETERANGAN PENGISIAN
RENCANA PENGGUNAAN BANTUAN PEMERINTAH
NO URAIAN ISI
(2) Rincian uraian rencana penggunaan dana BOS Pesantren ditulis selengkap-
lengkapnya dengan memperhatikan ketentuan Komponen Pembiayaan yang
dapat dibiayai dari dana BOS Pesantren
(3) Rencana waktu penggunaan dana BOS Pesantren sesuai dengan uraian.
Contoh : September 2021 atau Januari – Juni 2021
(4) Jumlah nominal penggunaan dana BOS Pesantren sesuai dengan uraian.
26
Format B: Kuitansi Bukti Penerimaan Uang
Untuk Pembayaran : BOS Pesantren Jenjang ......…. (3) Tahun Anggaran 2022
Materai Rp.10.000,-
27
KETERANGAN PENGISIAN
KUITANSI BUKTI PENERIMAAN UANG
NO URAIAN ISI
(2) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dana BOS Pesantren yang diterima
28
Format C: Perjanjian/Kontrak
PERJANJIAN
TENTANG
PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)
PADA PESANTREN TAHUN ANGGARAN 2022
Perjanjian ini berikut semua lampirannya yang selanjutnya disebut Perjanjian dibuat dan
ditandatangani di ............... (2) pada hari .............. (3) tanggal ....................... (4) bulan
................. (5) tahun dua ribu dua puluh satu antara:
Pasal 1
PENDAHULUAN
29
Pasal 2
LINGKUP PERJANJIAN
Lingkup Perjanjian meliputi hak dan kewajiban kedua belah pihak, jumlah bantuan yang
diberikan, tata cara dan syarat penyaluran, pernyataan kesanggupan penerima dana
BOS Pesantren untuk menggunakan sesuai rencana yang telah disepakati, pernyataan
kesanggupan penerima dana BOS Pesantren untuk menyetorkan sisa dana yang tidak
digunakan ke Kas Negara, sanksi, serta penyampaian laporan pertanggungjawaban
setelah pekerjaan selesai atau pada akhir tahun anggaran.
Pasal 3
PELAKSANAAN PERJANJIAN
30
(9) PIHAK KEDUA wajib menyusun laporan pertanggungjawaban setelah pekerjaan
selesai atau akhir tahun anggaran sesuai dengan ketentuan dalam Petunjuk Teknis.
Pasal 4
PEMBIAYAAN
Pasal 5
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 6
LAIN-LAIN
(1) Apabila terjadi hal-hal yang di luar kekuasaan kedua belah pihak atau force majeure,
yang secara keseluruhan ada hubungan langsung dengan Perjanjian, dapat
dipertimbangkan kemungkinan perubahan Perjanjian dan/atau pembatalan dengan
persetujuan PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA.
(2) Yang termasuk force majeure adalah:
a. bencana alam, termasuk didalamnya gempa bumi, tanah longsor dan banjir;
tindakan pemerintah di bidang fiskal dan moneter; dan/atau
b. keadaan keamanan yang tidak mengizinkan, termasuk di dalamnya kebakaran,
perang, huru-hara, pemogokan, pemberontakan, dan epidemi.
(3) Segala perubahan dan/atau pembatalan terhadap Perjanjian ini sebagai akibat dari
force majeure akan diatur bersama kemudian oleh PIHAK KESATU dan PIHAK
KEDUA.
Pasal 7
PENUTUP
(1) Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) masing-masing bermaterai cukup dan
mempunyai kekuatan hukum yang sama.
(2) Perjanjian ini mulai berlaku pada tanggal ditandatangani oleh PIHAK KESATU dan
PIHAK KEDUA.
(3) Hal-hal yang belum tercantum di dalam Perjanjian ini akan ditentukan kemudian.
31
KETERANGAN PENGISIAN
PERJANJIAN/KONTRAK
NO URAIAN ISI
(11) Nama, nomor, dan tanggal Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen tentang
Penetapan Penerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Pondok
Pesantren Tahun Anggaran 2020 pada Satker yang bersangkutan.
(12) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dana BOS Pesantren yang diterima
32
Format D: Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTJB)
Berdasarkan Surat Keputusan Nomor ……………………. (4) dan Perjanjian Kerja Sama
Nomor ………………….. (5) mendapatkan dana BOS Pesantren sebesar Rp.
………………… (…..dengan huruf……). (6)
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Sampai dengan bulan ………….. (7) telah menerima pencairan Tahap Kesatu dengan
nilai nominal sebesar Rp. ………………………… (…..dengan huruf……) (8), dengan
perincian sebagai berikut :
a. Jumlah total dana yang diterima : Rp. ………. (…..dengan huruf…..) (9)
b. Jumlah total dana yang dipergunakan : Rp. ………. (…..dengan huruf…..) (10)
c. Jumlah total sisa dana : Rp. ………. (…..dengan huruf…..) (11)
2. Persentase jumlah dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pesantren yang telah
digunakan adalah sebesar ………..% (12)
3. Bertanggung jawab penuh atas pengeluaran yang telah dibayar lunas kepada yang
berhak menerima;
4. Bersedia menyimpan dengan baik seluruh bukti pengeluaran belanja yang telah
dilaksanakan;
5. Bersedia untuk dilakukan pemeriksaannya terhadap bukti-bukti pengeluaran oleh
aparat pengawas fungsional pemerintah.
6. Apabila dikemudian hari, pernyataan yang saya buat ini mengakibatkan kerugian
Negara maka saya bersedia dituntut penggantian kerugian Negara dimaksud sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
..................................................... (13)
Penerima Bantuan,
..................................................... (14)
33
KETERANGAN PENGISIAN
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA
NO URAIAN ISI
(4) Nama, nomor, dan tanggal Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen tentang
Penetapan Penerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Pesantren
Tahun Anggaran 2022 pada Satker yang bersangkutan.
(6) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dana BOS Pesantren yang diterima
berdasarkan Surat Keputusan
(8) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dana BOS Pesantren yang diterima
(9) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dana BOS Pesantren yang diterima
(10) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dari dana BOS Pesantren yang telah
dipergunakan
(11) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dari dana BOS Pesantren yang belum
dipergunakan
34
Format E: Laporan Pertanggungjawaban Penerima BOS Pesantren
Berdasarkan hal tersebut di atas, saya dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya
bahwa:
a. Bukti-bukti pengeluaran penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah pada
Pesantren Tahun Anggaran 2022 sebesar ...........................................
(........................................) (10) telah kami simpan sesuai dengan ketentuan untuk
·kelengkapan administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat pengawas fungsional;
b. Telah menyetorkan sisa dana bantuan ke Kas Negara sebesar
.............................(...............................) (11) sebagaimana Bukti Penerimaan Negara
(BPN) terlampir;
c. Apabila di kemudian hari, atas penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2022 mengakibatkan kerugian Negara
maka penerima dana BOS Pesantren bersedia dituntut penggantian kerugian negara
dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
..................................................... (13)
Penerima Bantuan,
..................................................... (14)
35
KETERANGAN PENGISIAN
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENERIMA BOS PESANTREN
NO URAIAN ISI
(4) Nama, nomor, dan tanggal Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen tentang
Penetapan Penerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Pesantren
Tahun Anggaran 2022 pada Satker yang bersangkutan.
(6) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dari dana BOS Pesantren yang diterima
(8) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dari dana BOS Pesantren yang telah
dipergunakan
(9) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dari dana BOS Pesantren yang
belum/tidak dipergunakan
(10) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dari dana BOS Pesantren dengan bukti-
bukti pengeluaran penggunaan dana.
Apabila keseluruhan penggunaan dana BOS Pesantren memiliki bukti-bukti
pengeluaran penggunaan dana, diisi sama dengan nomor (8)
(11) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dari dana BOS Pesantren yang
belum/tidak dipergunakan dan telah disetor ke Kas Negara
(12) Apabila tidak ada dana dari dana BOS Pesantren yang belum/tidak
dipergunakan, penjelasan ini dapat dihapus/tidak disertakan
36
BUKU KAS UMUM
Nama PPS :
Desa/Kecamatan : FORMAT K-1
Penerimaan Pengeluaran
No. Tanggal No. Kode No. Bukti Uraian Saldo
(Debet) (Kredit)
1 2 3 4 5 6 7 8
Mengetahui …….,…………………..20……..
(……………..…..) (……………………….)
37
BUKU PEMBANTU PAJAK
No. Tanggal No. Kode No. Bukti Uraian PPN PPh 21 Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah Penerimaan
Mengetahui ……………..,………………….
…………………………………. ………………………………….
38