i
8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4769);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib
Belajar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4863);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4864);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5423) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2018 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun
2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 229, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6267);
12. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang
Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 168);
13. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 203);
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012
tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1191) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
178/PMK.05/2018 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata
Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1736);
15. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 tentang
Pendidikan Keagamaan Islam (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 822);
16. Peraturan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 2014 tentang
Satuan Pendidikan Muadalah pada Pondok Pesantren
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 972);
17. Peraturan Menteri Agama Nomor 45 Tahun 2014 tentang
Pejabat Perbendaharaan Negara Pada Kementerian Agama
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
ii
1740)sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Agama Nomor 63 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Agama Nomor 45 Tahun 2014 Tentang
Pejabat Perbendaharaan Negara Pada Kementerian Agama
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
2098);
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan
Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian
Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 1745);
19. Peraturan Menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang
Bantuan Pemerintah pada Kementerian Agama (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1655)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Agama Nomor 62 Tahun 2016 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 67
Tahun 2015 tentang Bantuan Pemerintah Pada
Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 2097);
20. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1495);
21. Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian
Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 1117);
22. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/ PMK.02/2020
tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2021
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 976);
MEMUTUSKAN:
iii
pada Diktum KESATU merupakan acuan dalam Pelaksanaan
Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun
Anggaran 2021.
KETIGA : Keputusan ini berlaku untuk Tahun Anggaran 2021.
DIREKTUR JENDERAL,
TTD
iv
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
NOMOR : 7034 TAHUN 2020
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS
BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH PADA PONDOK PESANTREN
TAHUN ANGGARAN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
1
juga kepada satuan pendidikan diniyah formal dan satuan pendidikan
muadalah. Tujuan digulirkannya program BOS ini adalah secara bertahap
membantu peserta didik miskin memenuhi kebutuhan biaya pendidikan
dalam rangka Wajib Belajar 12 Tahun.
Mengingat bahwa pendidikan keagamaan yang diselenggarakan oleh
pondok pesantren di seluruh Indonesia memiliki kekhasan dan memiliki
peran strategis dalam rangka Wajib Belajar 12 Tahun, dan Kementerian
Agama menetapkan kebijakan bahwa dana BOS diberikan kepada satuan
pendidikan diniyah formal, pendidikan muadalah, dan pendidikan
kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah sebagai penyelenggara wajib
belajar.
Pemberian BOS bagi satuan pendidikan diniyah formal, pendidikan
muadalah, serta pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah
yang diselenggarakan oleh pondok pesantren, dilaksanakan dalam bentuk
program Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren. Untuk
memberikan acuan dalam Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah
pada Pondok Pesantren tahun anggaran 2021, dipandang pelu untuk
menyusun Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok
Pesantren Tahun Anggaran 2021.
C. Asas
Asas yang digunakan sebagai acuan penggunaan Wewenang bagi Pejabat
Pemerintahan dalam mengeluarkan Keputusan dan/atau Tindakan dalam
penyelenggaraan administrasi pemerintahan sebagaimana dalam
UndangUndang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan, yaitu asas legalitas, asas perlindungan terhadap hak asasi
manusia, serta asas umum pemerintahan yang baik (AUPB) yang
mencakup asas kepastian hukum, asas kemanfaatan, asas
ketidakberpihakan, asas kecermatan, asas tidak menyalahgunakan
wewenang, asas keterbukaan, asas kepentingan umum, dan asas
pelayanan yang baik.
D. Ruang Lingkup
2
Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi: Pendahuluan, Pelaksanaan
BOS Pesantren, Pemanfaatan Dana BOS Pesantren, Pengendalian,
Pengawasan dan Layanan Pengaduan Masyarakat, serta Penutup.
E. Pengertian Umum
1. Bantuan Operasional Sekolah Pada Pondok Pondok Pesantren, yang
selanjutnya disebut BOS Pesantren adalah program pemerintah untuk
penyediaan pendanaan biaya operasional non personalia bagi satuan
pendidikan diniyah formal, pendidikan muadalah, serta pendidikan
kesetaraan yang diselenggarakan oleh pondok pesantren.
2. Biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai, dan biaya tidak langsung berupa daya, air,
jasa, telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain-lain
sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti
oleh Warga Negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan
pemerintah daerah.
4. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi.
5. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
6. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan
formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang
diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar
dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi
satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang
berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah atau
bentuk lain yang sederajat. Pendidikan Menengah adalah jenjang
pendidikan pada jalur pendidikan formal yang merupakan lanjutan
pendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas, Madrasah
Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan
atau bentuk lain yang sederajat.
7. Pendidikan Menengah Universal yang selanjutnya disebut PMU adalah
program pendidikan yang memberikan layanan seluas-luasnya kepada
seluruh warga negara Republik Indonesia untuk mengikuti pendidikan
menengah yang bermutu.
8. Pondok Pesantren, Dayah, Surau, Meunasah, atau sebutan lain, yang
selanjutnya disebut Pesantren adalah lembaga yang berbasis
masyarakat dan didirikan oleh perseorangan, yayasan, organisasi
masyarakat Islam, dan/atau masyarakat yang menanamkan keimanan
dan ketakwaan kepada Allah SWT, menyemaikan akhlak mulia serta
memegang teguh ajaran Islam rahmatan lil‘alamin yang tercermin dari
sikap rendah hati, toleran, keseimbangan, moderat, dan nilai luhur
bangsa Indonesia lainnya melalui pendidikan, dakwah Islam,
3
keteladanan, dan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
9. Pendidikan Pesantren adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pesantren dan berada di lingkungan Pesantren dengan
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kekhasan Pesantren
dengan berbasis kitab kuning atau dirasah islamiyah dengan pola
pendidikan muallimin.
10. Pendidikan Muadalah adalah Pendidikan Pesantren yang
diselenggarakan pada jalur pendidikan formal dengan mengembangkan
kurikulum sesuai dengan kekhasan Pesantren dengan berbasis Kitab
Kuning atau Dirasah Islamiah dengan Pola Pendidikan muallimin
secara berjenjang dan terstruktur.
11. Pendidikan Diniyah Formal adalah Pendidikan Pesantren yang
diselenggarakan pada jalur pendidikan formal sesuai dengan kekhasan
Pesantren yang berbasis Kitab Kuning secara berjenjang dan
terstruktur.
12. Pendidikan Kesetaraan pada Pondok Pesantren Salafiyah adalah
merupakan pendidikan non formal bagi santri pondok pesantren
salafiyah yang tidak memiliki kesempatan mengeyam pendidikan
formal melalui program kesetaraan setara SD/MI/Paket A yang disebut
Ula, setara SMP/MTs/Paket B disebut wustha dan setara
SMA/MA/SMK/MAK/Paket C disebut Ulya.
13. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA
adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang digunakan sebagai
acuan Pengguna Anggaran dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan sebagai pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara (APBN). Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah
unit organisasi yang melaksanakan kegiatan Kementerian Agama yang
memiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran.
14. Pemberi Bantuan BOS Pesantren, yang selanjutnya disebut Pemberi
Bantuan adalah Satker yang memiliki kewenangan dan tanggung
jawab penggunaan anggaran BOS Pesantren.
15. Bank penyalur adalah bank sebagai mitra kerja tempat dibukanya
rekening atas nama Pemberi Bantuan untuk menampung dana belanja
bantuan yang akan disalurkan kepada penerima bantuan.
16. Rekening Penyaluran Dana Bantuan adalah Rekening Lainnya dalam
bentuk giro pemerintah yang dibuka oleh satuan kerja lingkup
Kementerian Negara/Lembaga untuk menyalurkan dana bantuan
kepada penerima bantuan melalui bank penyalur.
17. Pengguna Anggaran Kementerian Agama yang selanjutnya disebut PA
adalah Menteri Agama sebagai pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran pada Kementerian Agama.
18. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah
pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian
dari kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada
Kementerian Agama.
19. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah
pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
belanja negara.
4
20. Direktorat Jenderal adalah unsur pelaksana pada kementerian yang
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pendidikan Islam.
21. Direktur Jenderal adalah pemimpin Direktorat Jenderal.
5
6
BAB II
B. Pemberi Bantuan
Pemberi Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren adalah
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam melalui Satuan Kerja Direktorat
Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren.
8
D. Sasaran dan Kriteria Penerima BOS Pesantren
1. Sasaran
Sasaran penerima BOS Pesantren adalah pendidikan pesantren dalam
bentuk satuan pendidikan diniyah formal, pendidikan muadalah, serta
pendidikan kesetaraan yang diselenggarakan oleh pondok pesantren.
2. Kriteria
Kriteria satuan pendidikan diniyah formal, pendidikan muadalah, serta
pendidikan kesetaraan yang diselenggarakan oleh pondok pesantren
penerima BOS Pesantren adalah:
a. memiliki dasar bertindak/ijin operasional melaksanakan pendidikan
berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang;
b. terdaftar dalam Sistem Informasi dan Manajemen Pendidikan
(EMIS/Education Management InformationSystem) Pendidikan Islam
dan memiliki Nomor Statistik Pondok Pesantren (NSPP);
c. memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN);
d. santri sebagai dasar penetapan BOS Pesantren telah terdaftar dalam
Sistem Informasi dan Manajemen Pendidikan (EMIS/Education
Management InformationSystem) Pendidikan Islam.
F. Alokasi Anggaran
1. Anggaran Dana BOS Pesantren Tahun Anggaran 2021 dialokasikan
dalam DIPA Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
2. Anggaran Dana BOS Pesantren Tahun Anggaran 2021 disalurkan
sebagai Bantuan Pemerintah jenis Bantuan Operasional yang
disalurkan dalam bentuk uang secara non tunai.
3. Anggaran Dana BOS Pesantren Tahun Anggaran 2021 dialokasikan
pada Kelompok Akun Belanja Barang Non Operasional.
4. Pemberi Bantuan BOS Pesantren Tahun Anggaran 2021 adalah Satker
yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran
BOS Pesantren.
9
5. Tim pengelola BOS Pesantren dari unsur daerah di tingkat
Kabupaten/Kota memastikan satuan pendidikan diniyah formal,
pendidikan muadalah, serta pendidikan kesetaraan yang
10
diselenggarakan oleh pondok pesantren memenuhi ketentuan sasaran
dan kriteria dalam Petunjuk Teknis.
6. Tim pengelola BOS Pesantren dari unsur daerah di tingkat
Kabupaten/Kota melakukan verifikasi dan validasi terhadap kebenaran
data jumlah santri aktif, jenjang santri (ula/wustha/ulya), serta
memastikan bahwa santri telah terdaftar Sistem Informasi dan
Manajemen Pendidikan (EMIS/Education ManagementInformation
System) Pendidikan Islam.
7. Pengajuan yang memenuhi ketentuan sasaran dan kriteria dan telah
terverifikasi dan tervalidasi dimasukkan dalam daftar nominasi calon
penerima dana BOS Pesantren Tahun Anggaran 2021.
8. Penyaluran dana BOS Pesantren untuk periode Januari-Juni 2021
didasarkan pada jumlah santri semester kedua tahun pelajaran
2020/2021 M atau 1441/1442 H.
9. Penyaluran dana BOS Pesantren untuk periode Juli-Desember 2021
didasarkan pada jumlah santri semester pertama tahun pelajaran
2021/2022 M atau 1442/1443 H.
10. Anggaran biaya operasional kegiatan yang meliputi biaya pengelolaan,
biaya pelaporan, biaya penyaluran dana manfaat, biaya koordinasi,
biaya sosialisasi, biaya monitoring evaluasi, dan pengawasan, biaya
pengendalian program, serta biaya pengadaan barang dan jasa,
dialokasikan berdasarkan kebutuhan dalam DIPA Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam serta dalam DIPA Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi dan/atau dalam DIPA Satker Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.
14.Pelaksanaan anggaran dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
11
c. Untuk mendapatkan data yang valid, daftar calon penerima bantuan
diverifikasi dengan cara:
1) PPK dapat memberikan tugas perjalanan dinas verifikasi dan
validasi calon penerima bantuan melalui kunjungan ke lokasi
calon penerima bantuan dengan mekanisme Perjalanan Dinas
Dalam Negeri, untuk melihat kebenaran data pengajuan dan
kelayakan lembaga sebagai penerima bantuan;
2) PPK berkoordinasi dengan tim pengelola BOS dari unsur daerah
untuk mendapat kebenaran data pengajuan dan kelayakan
sebagai penerima bantuan.
3) PPK dapat bekerjasama dengan Inspektorat Jenderal Kementerian
Agama untuk verifikasi dan validasi calon penerima bantuan
melalui kunjungan ke lokasi calon penerima bantuan.
d.Hasil Verifikasi dan Validasi berupa:
1) Dokumen Instrumen Verifikasi dan Validasi yang berisi
keterangan tentang kesesuaian dengan persyaratan dan
kelayakan sebagai penerima bantuan apabila verifikasi dilakukan
melalui perjalanan dinas verifikasi calon penerima bantuan.
2) Dokumen lain yang mendukung pemohon bantuan untuk
diajukan calon penerima bantuan (foto-foto dan dokumen
lainnya).
e.PPK melakukan seleksi penerima bantuan berdasarkan
kriteria/persyaratan yang telah ditetapkan di dalam petunjuk teknis .
2. Penetapan dan Pengesahan Penerima Bantuan.
a. PPK memastikan calon penerima dana BOS pada Pondok Pesantren
Tahun Anggaran 2021 telah memenuhi persyaratan dan kriteria
sebagai penerima bantuan.
b. Berdasarkan hasil seleksi calon penerima bantuan, PPK menetapkan
Surat Keputusan Penetapan Penerima Dana BOS pada Pondok
Pesantren Tahun Anggaran 2021 dan disahkan oleh KPA, paling
sedikit memuat:
1) Identitas penerima Bantuan.
2) Nilai uang Bantuan, dan
3) Nomor rekening, nama rekening dan nama Bank penerima
bantuan.
c. Dalam hal penerima dana bantuan tidak memiliki nomor rekening
sebagaimana dimaksud pada huruf b nomor (3), nomor rekening
yang dicantumkan dalam Surat Keputusan Penetapan Penerima
Dana BOS adalah nomor rekening Bank penyalur.
3. Pemberitahuan dan Penyampaian SK Penerima Bantuan
a. Surat Keputusan Penetapan Penerima Dana BOS pada Pondok
Pesantren Tahun Anggaran 2021 yang telah disahkan oleh KPA
disampaikan kepada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
dan diteruskan kepada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
b. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota mensosialisasikan
Surat Keputusan Penetapan Penerima Dana BOS pada Pondok
Pesantren Tahun Anggaran 2021 kepada seluruh lembaga penerima
bantuan.
12
4. Pencairan Dana Bantuan.
a.Pencairan dana BOS pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2021
dilakukan melalui pembayaran langsung (LS) dalam bentuk uang
secara non tunai kepada penerima bantuan melalui Bank penyalur.
Pencairan dana bantuan dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap:
1) Tahap I sebesar 50% (lima puluh persen) dari keseluruhan dana
bantuan, disalurkan ke rekening penerima paling lambat minggu
ke-empat bulan April.
2) Tahap II sebesar 50% (lima puluh persen) dari keseluruhan dana
bantuan, apabila jumlah dana BOS pada tahap I telah
dipergunakan sekurang-kurangnya sebesar 80%. Pencairan dana
BOS tahap II disalurkan ke rekening penerima dibayarkan paling
lambat minggu ke-empat bulan Oktober.
b. Dalam rangka pencairan dana BOS melalui Bank penyalur, Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
membuka rekening pada Bank penyalur.
c. PPK menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) setelah
verifikasi dan validasi telah sesuai dengan Petunjuk Teknis.
d. SPP disampaikan oleh PPK kepada PPSPM dilampiri dengan
kelengkapan sesuai ketentuan yang berlaku untuk dapat diterbitkan
Surat Perintah Membayar (SPM).
e. Setelah SPP dinyatakan lengkap dan benar sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, PPSPM menerbitkan SPM-LS untuk
diserahkan ke KPPN selaku kuasa Bendahara Umum Negara (BUN)
untuk dapat menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren ke rekening
Kuasa Pengguna Anggaran Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
f. Pemindahbukuan ke rekening penerima bantuan paling lama 30
(tiga puluh) hari kalender sejak dana BOS ditransfer dari Kas Negara
ke rekening Bank penyalur atas nama Kuasa Pengguna Anggaran.
g. Tata cara pencairan dana bantuan yang mencakup penerbitan SPP,
SPM dan SP2D berpedoman pada peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai tata cara pembayaran dalam rangka
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
13
5. Penetapan Keputusan Penetapan Penerima Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) Pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2021 dapat
dilakukan dalam 1 (satu) keputusan atau dalam beberapa keputusan.
6. PPK menginformasikan kepada penerima dana BOS Pesantren
mengenai penetapan sebagai penerima bantuan pemerintah,
persyaratan pencairan dana bantuan pemerintah, serta ketentuan dan
format Laporan Pertanggungjawaban Penerima Bantuan.
7. Persyaratan pencairan dana BOS Pesantren dengan mekanisme sebagai
berikut:
7.1.Penyaluran dana BOS pada tahap 1 (satu) melampirkan:
a. Perjanjian Kerja Sama/Kontrak penerima bantuan dengan PPK
yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan;
b. Rencana penggunaan dana BOS pesantren sesuai dana
bantuan yang diterima; dan
c. Kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani
oleh penerima bantuan.
7.2.Penyaluran dana BOS pada tahap 2 (dua) melampirkan:
a. Rencana penggunaan dana BOS pesantren sesuai dana
bantuan yang diterima;
b. Kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani
oleh penerima bantuan; dan
c. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB)
8. Penerima dana BOS Pesantren harus menyampaikan Laporan
Pertanggungjawaban Bantuan kepada PPK sesuai dengan Perjanjian
Kerja Sama/Kontrak setelah pekerjaan selesai atau pada akhir tahun
anggaran meliputi:
a. Laporan jumlah dana BOS yang diterima, dipergunakan dan sisa
dana;
b. Pernyataan bahwa pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan
buktibukti pengeluaran telah disimpan.
9. Ketentuan dan format Perjanjian/Kontrak, Kuitansi Bukti Penerimaan
Uang, serta ketentuan dan format Laporan Pertanggungjawaban
Penerima Bantuan disusun oleh PPK dengan mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan.
10. PPK melakukan pengujian permohonan pencairan dengan melakukan
pemeriksaan kelengkapan Persyaratan pencairan dana BOS Pesantren.
11. PPK menandatangani Perjanjian/Kontrak dan mengesahkan Kuitansi
Bukti Penerimaan Uang, serta menerbitkan SPP setelah pengujian telah
sesuai dengan Petunjuk Teknis ini.
12. Dalam hal verifikasi tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis, PPK
menyampaikan informasi kepada tim pengelola BOS dari unsur daerah
agar lembaga penerima bantuan untuk melengkapi dan/atau
memperbaiki persyaratan pencairan.
13. Laporan penyaluran dana BOS pada Pondok Pesantren disampaikan
segera setelah dilakukan penyaluran sekurangnya berupa:
a. Salinan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang
Penetapan Penerima Dana BOS pada Pondok Pesantren;
b. Daftar penerima dana BOS pada Pondok Pesantren;
c. Salinan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D); dan
d. Salinan pemindahbukuan dari rekening KPA ke rekening penerima
bantuan.
14
I. Mekanisme Pengembalian Dana Bantuan
1. Bank penyalur menyampaikan laporan penyaluran dana bantuan
kepada PPK paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak
berakhirnya masa penyaluran ke rekening penerima bantuan.
2. Tim pengelola BOS dari unsur daerah melakukan pemantauan dan
verifikasi terhadap penyaluran dana BOS ke rekening penerima
bantuan agar tepat sasaran.
3. PPK melakukan penelitian terhadap laporan Bank penyalur paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterima surat laporan dari
pihak Bank penyalur.
4. PPK menyampaikan surat perintah pengembalian/penyetoran dana
BOS ke Kas Negara kepada pihak Bank penyalur paling lambat 5 (lima)
hari kalender sejak selesainya penelitian berdasarkan laporan bank
penyalur dan/atau tim pengelola PIP dari unsur daerah apabila
terdapat sisa dana yang ada di rekening Bank penyalur.
5. Adapun sisa/kelebihan dana BOS dari penggunaan dana bantuan oleh
lembaga, dikembalikan/disetor ke rekening Kas Negara melalui Sistem
Informasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Online (SIMPONI).
J. Laporan Pertanggungjawaban BOS Pesantren
1. Pertanggungjawaban BOS Pesantren dilaksanakan dengan tertib
administrasi, transparan, dan akuntabel.
2. Pertanggungjawaban BOS Pesantren terdiri dari Laporan
Pertanggungjawaban Penerima BOS Pesantren dan Laporan
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran.
3. Laporan Pertanggungjawaban Penerima BOS Pesantren disusun oleh
penerima dana BOS Pesantren untuk setiap tahap sesuai dengan
Perjanjian/Kontrak penerima bantuan dengan PPK dan disampaikan
kepada PPK secepatnya setelah pekerjaan selesai atau pada akhir tahun
anggaran, meliputi:
a. laporan jumlah dana yang diterima, dipergunakan, dan sisa dana;
dan
b. pernyataan bahwa pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan
buktibukti pengeluaran telah disimpan.
4. Dalam hal terdapat sisa dana, penerima dana BOS Pesantren harus
menyampaikan bukti surat setoran sisa dana ke rekening Kas Negara
kepada PPK sesuai dengan Perjanjian/Kontrak penerima bantuan
dengan PPK sebagai dokumen tambahan Laporan Pertanggungjawaban
Penerima dana BOS Pesantren. Laporan Pertanggungjawaban Penerima
BOS Pesantren merupakan dokumen yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan menurut hukum.
5. Penerima dana BOS Pesantren menyimpan sekurangnya 1 (satu)
rangkap salinan Laporan Pertanggungjawaban Penerima BOS Pesantren
sebagai dokumen untuk kelengkapan administrasi dan keperluan
pemeriksaan aparat pengawas fungsional.
6. Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran adalah bentuk
pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang berasal dari Anggaran
15
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta disusun dan dilaporkan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB III
B. Komponen Pembiayaan
1. Dana BOS Pesantren dapat digunakan untuk membiayai komponen
berikut:
Komponen Item
No Pembiayaan Pembiayaan Penjelasan
xPemeliharaan buku/koleksi
perpustakaan
xPengembangan database
perpustakaan
16
santri baru xPembuatan spanduk dalam Kementerian Keuangan
hal penerimaan santri baru
Komponen Item
No Pembiayaan Pembiayaan Penjelasan
18
Komponen Item
No Pembiayaan Pembiayaan Penjelasan
xPembiayaan penggunaan
listrik, air, telepon, internet
termasuk untuk
pemasangan baru
xPemeliharaan perabot
perpustakaan
19
pendidik dan seminar/pelatihan yang
tenaga xForum atau Pokja yang dilakukan oleh
kependidikan terkait dengan Pondok instansi/lembaga lain
Pesantren apabila tidak dibiayai oleh
20
12. Pembelian dan xDesktop/work station xPrinter 1 unit/tahun
perawatan
perangkat xMembeli xDesktop/workstation
komputer laptopxMembeli maksimum 3 unit untuk
proyektor setingkat Ula dan 5 unit
untuk setingkat Wustha dan
xPrinter Ulya
xScanner
xLaptop 1 unit dengan harga
maksimum Rp. 8 juta dan
dibeli di toko resmi
xPengadaan perangkat
CBT/jaringan komputer
sesuai kebutuhan terkait
UNBK
21
v. Terkait dengan biaya untuk rehabilitasi ringan/pemeliharaan
bangunan, kepala satuan pendidikan diniyah formal/pendidikan
muadalah, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah:
1) membuat rencana kerja; dan
2) memilih satu atau lebih pekerja untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut dengan standar upah yang berlaku di masyarakat.
3. Prioritas utama penggunaan dana BOS Pesantren adalah untuk kegiatan
operasional pada satuan pendidikan diniyah formal, pendidikan
muadalah, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah.
4. Penggunaan dana BOS Pesantren untuk honor asatidz/pendidik honorer
dan honor-honor kegiatan yang lebih besar dari 50% dari total dana
BOS yang diterima diperkenankan atas dasar persetujuan tertulis dari
PPK berdasarkan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Bunga
Bank/Jasa Giro akibat adanya dana di rekening yang berasal dari dana
BOS Pesantren menjadi milik penerima bantuan untuk digunakan
sebagaimana ketentuan dalam Petunjuk Teknis ini.
C. Ketentuan Perpajakan
Kewajiban pembayaran pajak atas penggunaan dana BOS Pesantren
menjadi tanggung jawab penerima bantuan sesuai ketentuan
perundangundangan.
D. Panduan Penatausahaan
1. Penerima dana BOS Pesantren menatausahakan pemanfaatan dana BOS
dalam bentuk pembukuan dari dana yang diperoleh, inventarisir bukti
pengeluaran, penyusunan daftar realisasi penggunaan dana BOS, dan
pertanggungjawaban dalam rangka memastikan transparansi dan
akuntabilitas pemanfaatan dana BOS untuk kalangan internal dan
eksternal.
a. Pembukuan sekurangnya dilakukan menggunakan alat bantu buku
sebagai berikut: Buku Kas Umum
1) Pembukuan dalam Buku Kas Umum meliputi semua transaksi
eksternal, yaitu yang berhubungan dengan pihak ketiga yang
meliputi:
a) Kolom Penerimaan: dari penyalur dana (BOS atau sumber dana
lain), penerimaan dari pemungutan pajak, dan penerimaan jasa
giro dari bank.
b) Kolom Pengeluaran: pembelian barang dan jasa, biaya
administrasi bank, pajak atas hasil dari jasa giro dan setoran
pajak.
2) Buku Kas Umum ini harus diisi pada tiap transaksi, segera
setelah transaksi tersebut terjadi.
3) Setiap transaksi diketahui oleh kepala satuan pendidikan diniyah
formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada
pondok pesantren salafiyah.
b. Buku Pembantu Pajak
22
Buku Pembantu Pajak mempunyai fungsi untuk mencatat semua
transaksi yang harus dipungut pajak serta memonitor atas pungutan
dan penyetoran pajak yang dipungut.
c. Terkait dengan pembukuan dari dana yang diperoleh Pondok
Pesantren untuk program BOS, maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut: Pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan
pengeluaran dapat dilakukan dengan tulis tangan atau menggunakan
komputer, dan tidak meng-gunakan alat tulis pinsil. 1)Dalam hal
pembukuan dilakukan dengan komputer, Buku Kas Umum dan
Buku Pembantu Pajak dicetak sekurang-kurangnya sekali dalam satu
bulan dan menatausahakan hasil cetakan Buku Kas Umum dan
Buku Pembantu Pajak bulanan yang telah ditandatangani oleh kepala
satuan pendidikan diniyah formal/pendidikan muadalah, atau
pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah.
2) Semua transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dalam
Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak yang relevan sesuai
dengan urutan tanggal kejadiannya.
3) Setiap akhir bulan, Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak
ditutup oleh kepala satuan pendidikan diniyah formal/pendidikan
muadalah, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah;
4) Uang tunai yang ada di Kas Tunai sebaiknya tidak lebih dari
Rp.50,000,000.00 (lima puluh juta rupiah). Apabila ada kesalahan
atas penulisan angka/huruf, maka kesalahan dimaksud dicoret
dengan dua garis rapih, sehingga tulisan yang semula salah masih
dapat dibaca dan kemudian diparaf.
5) Apabila dalam satu bulan berjalan tidak/belum terjadi transaksi
pengeluaran/penerimaan, maka tetap ada pembukuan dalam
bulan tersebut dengan uraian NIHIL yang ditandatangani oleh
kepala satuan pendidikan diniyah formal/pendidikan
muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah.
6) Apabila kepala satuan pendidikan diniyah formal/pendidikan
muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah meninggalkan tempat kedudukannya atau berhenti dari
jabatannya, Buku Kas Umum dan Buku Pembantu Pajak serta
bukti-bukti pengeluaran diserahterimakan kepada pejabat yang
baru dengan Berita Acara Serah Terima.
2. Bukti Pengeluaran
a. Setiap transaksi pengeluaran didukung dengan bukti kuitansi yang
sah.
b. Bukti pengeluaran uang dalam jumlah tertentu dibubuhi materai
yang cukup sesuai dengan ketentuan bea materai: Transaksi dengan
nilai sampai Rp.250,000.00 tidak dikenai bea meterai.
1) Transaksi dengan nilai nominal antara Rp. 250,000.00 sampai
dengan Rp. 1,000,000.00 dikenai bea meterai dengan tarif sebesar
Rp. 3,000.00.
2) Transaksi dengan nilai nominal lebih besar dari Rp. 1,000,000.00
dikenai bea meterai dengan tarif sebesar Rp.6,000.00.
c. Uraian pembayaran dalam kuitansi dicantumkan dengan jelas dan
terinci sesuai dengan peruntukanya.
23
d. Uraian tentang jenis barang/jasa yang dibayar dapat dipisah dalam
bentuk faktur sebagai lampiran kuitansi.
e. Setiap bukti pembayaran disetujui oleh kepala satuan pendidikan
diniyah formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada
pondok pesantren salafiyah dan telah lunas dibayar.
f. Segala jenis bukti pengeluaran asli disimpan sebagai bahan bukti dan
bahan pelaporan.
3. Realisasi Penggunaan Dana BOS Pesantren
a. Realisasi penggunaan dana BOS Pesantren disusun berdasarkan
Buku Kas Umum dari semua sumber dana yang dikelola penerima
dana BOS Pesantren. Realisasi penggunaan dana BOS Pesantren
dibuat per semester ditandatangani oleh kepala satuan pendidikan
diniyah formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada
pondok pesantren salafiyah.
24
b. Realisasi penggunaan dana BOS Pesantren dilengkapi dengan
pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa dana yang
diterima telah digunakan untuk pembiayaan sebagaimana ketentuan
terkait Komponen Pembiayaan.
4. Pertanggungjawaban
a. Pertanggungjawaban pemanfaatan dana BOS Pesantren dilakukan
dalam bentuk bukti-bukti fisik atas penggunaan dana dan laporan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan.
b. Bukti-bukti fisik penggunaan dana BOS tersebut meliputi:
Jenis
No Belanja Contoh Bukti Fisik
25
4. Belanja - Pembelian seragam, - Kuitansi
Bansos sepatu, alat tulis - Bukti pembayaran
untuk siswa miskin - Bukti pembelian
- Pemberian bantuan - SK Pimpinan Pondok tentang
transport untuk penetapan Siswa
siswa PIP Miskin
26
f. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk ustadz.
g. Membeli pakaian/seragam/sepatu bagi ustadz/santri untuk
kepentingan pribadi (bukan inventaris pesantren), kecuali untuk
santri miskin penerima PIP;
h. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat.
i. Membangun gedung/ruangan baru.
j. Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses
pembelajaran.
k. Investasi saham/reksadana.
l. Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah
pusat atau pemerintah daerah secara penuh.
m. Membiayai kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya dengan
operasional setiap satuan pendidikan diniyah formal/pendidikan
muadalah, atau pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah, misalnya iuran dalam rangka perayaan hari besar nasional
dan upacara keagamaan/acara keagamaan.
n. Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/sosialisasi/
pendampingan terkait program BOS/perpajakan program BOS yang
diselenggarakan lembaga di luar Kementerian Agama.
2. Sanksi
Segala bentuk pelanggaran atas pengelolaan dana BOS Pesantren
yang tidak sesuai dengan ketentuan akan diberikan sanksi menurut
peraturan perundang-undangan.
27
BAB IV
28
Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan melalui akun media sosial resmi
Kementerian Agama:
BAB V
29
PENUTUP
TTD
DIREKTUR JENDERAL
30
Lampiran-Lampiran
(Format dan Contoh Dokumen)
31
Format A: Contoh Pengajuan
bersama ini mengajukan permohonan sebagai penerima dana BOS Pesantren dan akan
bertanggungjawab secara mutlak atas kebenaran data dan penggunaan dana BOS Pesantren,
dengan data pengajuan sebagai berikut:
Kelas Jumlah
Santri
Jumlah
1 2 3 4 5 6 Keseluruha
Santri
n
Tingk
L Pr Lk Pr L Pr L Pr L Pr L Pr Lk Pr
at
k k k k k
Ula
(9 (10 (9) (1 (9) (1 (9) (1 (9) (1 (9) (1 (11 (12)
) ) 0) 0) 0) 0) 0) )
Kelas
Jumlah Santri
7 8 9 Keseluruhan
Jumlah Santri
Tingkat Wustha Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
Kelas
Jumlah Santri
Jumlah Santri 10 11 12 Keseluruhan
Tingkat Ulya
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
(17) (18) (17) (18) (17) (18) (19) (20)
32
Rencana Penggunaan Dana BOS Pesantren sebagaimana terlampir.Pengajuan ini dibuat sebagai
bagian dari persyaratan sebagai penerima dana BOS Pesantren Tahun Anggaran 2021.
............................................................ (24)
Kepala/Pimpinan/Penanggung Jawab
............................................................. (25)
............................................................. (26)
33
KETERANGAN PENGISIAN
PENGAJUAN DANA BOS PESANTREN TAHUN ANGGARAN 2021
NO URAIAN ISI
(1) Nama Lengkap Kepala/Pimpinan/Penanggungjawab pendidikan diniyah
formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah
(2) Nama jabatan Kepala/Pimpinan/Penanggungjawab pendidikan diniyah
formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah
Contoh : Direktur Tarbiyatul Mu'allimien Al-Islamiyah (TMI) Tsanawiyah AnNur
Darunnajah 8 Bogor
(3) Nama lembaga pendidikan diniyah formal/pendidikan
muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah Contoh
: PKPPS Al Mubaarok
(4) Alamat lengkap lembaga pendidikan diniyah formal/pendidikan
muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah
(9) Jumlah santri tingkat Ula kelas 1 s.d 6 jenis kelamin laki-laki
(10) Jumlah santri tingkat Ula kelas 1 s.d 6 jenis kelamin perempuan
(13) Jumlah santri tingkat Wustha kelas 7 s.d 9 jenis kelamin laki-laki
(14) Jumlah santri tingkat Wustha kelas 7 s.d 9 jenis kelamin perempuan
(17) Jumlah santri tingkat Ulya kelas 10 s.d 12 jenis kelamin laki-laki
(18) Jumlah santri tingkat Ulya kelas 10 s.d 12 jenis kelamin perempuan
NO URAIAN ISI
34
(21) Nama Bank penerbit rekening lembaga, ditulis lengkap dengan nama cabang
35
Format B: Rencana Penggunaan Dana BOS Pesantren
1. Rp.
2. Rp.
3. Rp.
4. Rp.
5. Rp.
6. Rp.
7. Rp.
8. Rp.
9. Rp.
TOTA L Rp.
............................................................ (5)
Kepala/Pimpinan/Penanggung Jawab
............................................................. (6)
............................................................. (7)
KETERANGAN PENGISIAN
RENCANA PENGGUNAAN BANTUAN PEMERINTAH
NO URAIAN ISI
36
(2) Rincian uraian rencana penggunaan dana BOS Pesantren ditulis selengkap-
lengkapnya dengan memperhatikan ketentuan Komponen Pembiayaan
yang dapat dibiayai dari dana BOS Pesantren
(3) Rencana waktu penggunaan dana BOS Pesantren sesuai dengan uraian.
Contoh : September 2021 atau Januari – Juni 2021
(4) Jumlah nominal penggunaan dana BOS Pesantren sesuai dengan uraian.
Untuk Pembayaran : BOS Pesantren Tingkat ......…. (3) Tahun Anggaran 2021
Bantuan
Materai Rp.6,000.
KETERANGAN PENGISIAN
37
NO URAIAN ISI
(2) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dana BOS Pesantren yang diterima
38
Format D: Perjanjian/Kontrak
Perjanjian ini berikut semua lampirannya yang selanjutnya disebut Perjanjian dibuat dan
ditandatangani di ............... (2) pada hari .............. (3) tanggal ....................... (4) bulan
................. (5) tahun dua ribu dua puluh satu antara:
1. .................................. (5), Pejabat Pembuat Komitmen pada ........................... (6), dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama ................................................... (7), selanjutnya disebut PIHAK
KESATU
bersepakat untuk mengadakan Perjanjian dalam rangka Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2020, yang diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1PENDAHULUAN
1. Bantuan Operasional Sekolah Pada Pondok Pondok Pesantren, yang selanjutnya disebut BOS
Pesantren adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya operasional non
personalia bagi satuan pendidikan diniyah formal, pendidikan muadalah, serta pendidikan
kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah yang diselenggarakan oleh pondok pesantren.
2. Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2021
yang selajutnya disebut Petunjuk Teknis merupakan acuan dalam Pelaksanaan Bantuan
Operasional Sekolah pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2021.
3. Yang dimaksud Perjanjian adalah dimana PIHAK KESATU mengikat PIHAK KEDUA, dan
PIHAK KEDUA telah sepakat untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian ini
dengan mengacu pada Petunjuk Teknis.
4. Perjanjian ini ditandatangani berdasarkan kesepakatan PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA
tanpa ada unsur paksaan.
Lingkup Perjanjian meliputi hak dan kewajiban kedua belah pihak, jumlah bantuan yang diberikan,
tata cara dan syarat penyaluran, pernyataan kesanggupan penerima dana BOS Pesantren untuk
menggunakan sesuai rencana yang telah disepakati, pernyataan kesanggupan penerima dana
BOS Pesantren untuk menyetorkan sisa dana yang tidak digunakan ke Kas Negara, sanksi, serta
penyampaian laporan pertanggungjawaban setelah pekerjaan selesai atau pada akhir tahun
anggaran.
39
Pasal 3PELAKSANAAN PERJANJIAN
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2021 dialokasikan
dalam DIPA ............................................................................ (13).
Apabila di kemudian hari dalam pelaksanaan Kesepahaman Bersama ini terjadi perselisihan,
maka PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menyelesaikan secara Musyawarah
untuk Mufakat.
Pasal 6
40
LAIN-LAIN
(1) Apabila terjadi hal-hal yang di luar kekuasaan kedua belah pihak atau force majeure, yang
secara keseluruhan ada hubungan langsung dengan Perjanjian, dapat dipertimbangkan
kemungkinan perubahan Perjanjian dan/atau pembatalan dengan persetujuan PIHAK
KESATU dan PIHAK KEDUA.
(2) Yang termasuk force majeure adalah:
a. bencana alam, termasuk didalamnya gempa bumi, tanah longsor dan banjir; tindakan
pemerintah di bidang fiskal dan moneter; dan/atau
b. keadaan keamanan yang tidak mengizinkan, termasuk di dalamnya kebakaran,
perang, huru-hara, pemogokan, pemberontakan, dan epidemi.
(3) Segala perubahan dan/atau pembatalan terhadap Perjanjian ini sebagai akibat dari force
majeure akan diatur bersama kemudian oleh PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA.
Pasal 7PENUTUP
(1) Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) masing-masing bermaterai cukup dan mempunyai
kekuatan hukum yang sama.
(2) Perjanjian ini mulai berlaku pada tanggal ditandatangani oleh PIHAK KESATU dan PIHAK
KEDUA.
(3) Hal-hal yang belum tercantum di dalam Perjanjian ini akan ditentukan kemudian.
Materai Rp.6,000.-
41
KETERANGAN PENGISIAN
PERJANJIAN/KONTRAK
NO URAIAN ISI
(12) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dana BOS Pesantren yang diterima
42
( KOP SURAT LEMBAGA )
Berdasarkan Surat Keputusan Nomor ……………………. (4) dan Perjanjian Kerja Sama Nomor
………………….. (5) mendapatkan dana BOS Pesantren sebesar Rp.
………………… (…..dengan huruf……). (6) Dengan ini
menyatakan bahwa :
1. Sampai dengan bulan ………….. (7) telah menerima pencairan Tahap Kesatu dengan nilai
nominal sebesar Rp. ………………………… (…..dengan huruf……) (8), dengan perincian
sebagai berikut :
a. Jumlah total dana yang diterima : Rp. ………. (…..dengan huruf…..) (9)
b. Jumlah total dana yang dipergunakan : Rp. ………. (…..dengan huruf…..) (10)
c. Jumlah total sisa dana : Rp. ………. (…..dengan huruf…..) (11)
2. Persentase jumlah dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pesantren yang telah digunakan
adalah sebesar ………..% (12)
3. Bertanggung jawab penuh atas pengeluaran yang telah dibayar lunas kepada yang berhak
menerima;
4. Bersedia menyimpan dengan baik seluruh bukti pengeluaran belanja yang telah dilaksanakan;
5. Bersedia untuk dilakukan pemeriksaannya terhadap bukti-bukti pengeluaran oleh aparat
pengawas fungsional pemerintah.
6. Apabila dikemudian hari, pernyataan yang saya buat ini mengakibatkan kerugian Negara maka
saya bersedia dituntut penggantian kerugian Negara dimaksud sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
..................................................... (13)
Penerima Bantuan,
..................................................... (14)
43
KETERANGAN PENGISIAN
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA
NO URAIAN ISI
(1) Nama Lembaga pendidikan diniyah formal/pendidikan muadalah/pendidikan
kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah
(2) Nama lengkap Kepala/Pimpinan/Penanggungjawab pendidikan diniyah
formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah
(3) Alamat lembaga pendidikan diniyah formal/pendidikan muadalah/pendidikan
kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah
(4) Nama, nomor, dan tanggal Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen tentang
Penetapan Penerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Pondok
Pesantren Tahun Anggaran 2021 pada Satker yang bersangkutan.
(5) Nomor Perjanjian/Kontrak Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) Pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2021 pada Satker yang
bersangkutan.
(6) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dana BOS Pesantren yang diterima
berdasarkan Surat Keputusan
(8) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dana BOS Pesantren yang diterima
(9) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dana BOS Pesantren yang diterima
(10) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dari dana BOS Pesantren yang telah
dipergunakan
(11) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dari dana BOS Pesantren yang belum
dipergunakan
44
( KOP SURAT LEMBAGA )
Berdasarkan hal tersebut di atas, saya dengan ini menyatakan dengan sebenarbenarnya bahwa:
a. Bukti-bukti pengeluaran penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah pada
Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2021 sebesar
........................................... (........................................) (10) telah kami simpan
sesuai dengan ketentuan untuk ·kelengkapan administrasi dan keperluan
pemeriksaan aparat pengawas fungsional;
b. Telah menyetorkan sisa dana bantuan ke Kas Negara sebesar
.............................(...............................) (11) sebagaimana Bukti
Penerimaan Negara (BPN) terlampir;
c. Apabila di kemudian hari, atas penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) Pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2021 mengakibatkan kerugian
Negara maka penerima dana BOS Pesantren bersedia dituntut penggantian
kerugian negara dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
..................................................... (13)
Penerima Bantuan,
..................................................... (14)
45
KETERANGAN PENGISIAN
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENERIMA BOS PESANTREN
NO URAIAN ISI
(1) Nama Lembaga pendidikan diniyah formal/pendidikan muadalah/pendidikan
kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah
(2) Nama lengkap Kepala/Pimpinan/Penanggungjawab pendidikan diniyah
formal/pendidikan muadalah/pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren
salafiyah
(3) Alamat lembaga pendidikan diniyah formal/pendidikan muadalah/pendidikan
kesetaraan pada pondok pesantren salafiyah
(4) Nama, nomor, dan tanggal Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen tentang
Penetapan Penerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Pondok
Pesantren Tahun Anggaran 2021 pada Satker yang bersangkutan.
(5) Nomor Perjanjian/Kontrak Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) Pada Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2021 pada Satker yang
bersangkutan.
(6) Diisi dengan jumlah angka dan huruf dari dana BOS Pesantren yang
diterima
46
Format F: Contoh Keputusan Penetapan Penerima Bantuan
TENTANG
.................................................................................................... (6)
Menimbang : a. bahwa satuan/program pendidikan pesantren sebagaimana dalam
lampiran keputusan ini telah memenuhi ketentuan untuk
ditetapkan sebagai penerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Pada
Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2021 untuk
Kategori .................
(7) Tahap .................. (8) di Lingkungan
........................................................ (9) Tahun Anggaran 2021;
b.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, perlu menetapkan Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen
............................................... (10), tentang Penetapan Penerima
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Pondok Pesantren
Kategori ...... (11) Tahap ......(12) di Lingkungan
........................................................ (13) Tahun Anggaran 2020;
Mengingat : 1.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4400);
4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 191, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6406);
6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2019 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2020 (Lembaran Negara Republik Indonesia
47
Tahun 2019 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6410);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 ten- tang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4769);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 90, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4863);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5423) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018
Nomor 229, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6267);
11. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
168);
12. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 203);
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/ PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1191)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
178/PMK.05/2018 tentang Perubahan Atas Pera- turan Menteri Keuangan
Nomor 190/PMK.05/ 2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1736);
14. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan
Keagamaan Islam (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
822);
15. Peraturan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 2014 tentang Satuan Pendidikan
Muadalah pada Pondok Pesantren (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 972);
16. Peraturan Menteri Agama Nomor 45 Tahun 2014 tentang Pejabat
Perbendaharaan Negara Pada Kementerian Agama (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1740) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Agama Nomor 63 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Agama Nomor 45 Tahun 2014 tentang Pejabat
Perbendaharaan Negara pada Kementerian Agama (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor
2098);
17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/ 2015 tentang Mekanisme
Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/
Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/
48
PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
168/PMK.05/
2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada
Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1745);
18. Peraturan Menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang Bantuan Pemerintah
pada Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1655) sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri
Agama Nomor 62 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang Bantuan Pemerintah pada
Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
2097);
19. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1495);
20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.02/ 2019 tentang Standar Biaya
Masukan Tahun Anggaran 2020 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019Nomor567);
21. Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2019 tentang tentang Organisasi
dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 1117);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KEPUTUSAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN ............... (15)
TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN OPERASIONAL
SEKOLAH PADA PONDOK PESANTREN KATEGORI ...... (16)
TAHAP ...... (17) DI LINGKUNGAN ................ (18) TAHUN
ANGGARAN 2020
KESATU :
Menetapkan satuan/program pendidikan Pesantren sebagai
penerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Pondok
Pesantren Tahun Anggaran 2020 untuk Kategori ...... (19) Tahap
...... (20) di Lingkungan ............................................ (21) Tahun
Anggaran 2020 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
Disahkan oleh:
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
KUASA PENGGUNA ANGGARAN
49
.................................................(27) ..................................................(26)
50
LAMPIRAN
KEPUTUSAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN ................ (28)
NOMOR ............................................................(29)
TENTANG
PENETAPAN PENERIMA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
(BOS) PADA PONDOK PESANTREN KATEGORI ............... (30)
TAHAP ................. (31)
DI LINGKUNGAN .......................................................... (32)
TAHUN ANGGARAN 2020
Rekening Bank
Nilai Nama
Nama Alamat
NO. Bantuan Nomor Pemegan
Lembaga Lembaga Bank
Rp. Rekening g
Rekening
(33) (34) (35) (36) (37) (38) (39)
1
4 … dst
Jumlah (40)
Disahkan oleh:
.................................................(41) ..................................................(42)
51
KETERANGAN PENGISIAN
KEPUTUSAN PENETAPAN PENERIMA BANTUAN
NO URAIAN ISI
(22) Diisi dengan nama DIPA Satker, atau sama dengan nomor (1)
(23) Diisi dengan mata anggaran dalam DIPA Satker yang berkesuaian
NO URAIAN ISI
52
(25) Tanggal penandatanganan penetapan keputusan
53
51