Anda di halaman 1dari 31

SALINAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM


NOMOR 7202 TAHUN 2021
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS
BOP PENDIDIKAN KESETARAAN PPS
TAHUN ANGGARAN 2022

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan tata kelola kelembagaan


dan operasional pembelajaran pada pondok pesantren
penyelenggara pendidikan kesetaraan, perlu adanya
program BOP Pendidikan Kesetaraan;
b. bahwa dalam rangka akuntabilitas pelaksanaan BOP
pendidikan kesetaraan tahun anggaran 2022, perlu dibuat
petunjuk teknis BOP Pendidikan Kesetaraan PPS;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Petunjuk Teknis
BOP Pendidikan Kesetaraan PPS Tahun Anggaran 2022.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
2. Undang-UndangNomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4400);
5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5601);

i
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
191, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6406);
7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2021 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2022
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6735);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4769);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5423) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
229, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6267);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6676) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 14, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6762);
11. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang
Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 168);
12. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 203) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2021
tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 68
Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
106);

ii
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012
tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1191) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
178/PMK.05/2018 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata
Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1736);
14. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 tentang
Pendidikan Keagamaan Islam (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 822);
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1745);
16. Peraturan Menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang
Bantuan Pemerintah pada Kementerian Agama (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1655)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Agama Nomor 21 Tahun 2019 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Agama Nomor 67
Tahun 2015 tentang Bantuan Pemerintah Pada Kementerian
Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 1131);
17. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1495);
18. Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian
Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 1117);
19. Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2020 tentang
Pejabat Perbendaharaan Negara Pada Kementerian Agama
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 172)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Agama
Nomor 32 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2020 tentang Pejabat
Perbendaharaan Negara Pada Kementerian Agama (Berita
Negara Republik Tahun 2021 Nomor 1383);

iii
20. Peraturan Menteri Agama Nomor 31 Tahun 2020 tentang
Pendidikan Pesantren (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 1405);
21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.02/2021
tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2022
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 658).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM


TENTANG PETUNJUK TEKNIS BOP PENDIDIKAN KESETARAAN
PPS TAHUN ANGGARAN 2022.

KESATU : Menetapkan Petunjuk Teknis BOP Pendidikan Kesetaraan PPS


Tahun Anggaran 2022 sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEDUA : Petunjuk Teknis BOP Pendidikan Kesetaraan PPS Tahun


Anggaran 2022 sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU
merupakan acuan dalam Pelaksanaan BOP Pendidikan
Kesetaraan PPS Tahun Anggaran 2022.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 Desember 2021

DIREKTUR JENDERAL,

TTD

MUHAMMAD ALI RAMDHANI

iv
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
NOMOR : 7202 TAHUN 2021
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS BOP PENDIDIKAN KESETARAAN PPS
TAHUN ANGGARAN 2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengamanatkan bahwa sistem pendidikan nasional harus
mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dan peningkatan
mutu serta relevansi pendidikan untuk menghadapi tantangan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global. Pemerintah pusat dan pemerintah
daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang
pendidikan dasar pada satuan pendidikan, dan bahwa wajib belajar
merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut adalah pemerintah
pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi
seluruh peserta didik pada tingkat dasar maupun tingkat menengah.
Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam yang
menangani pendidikan Madrasah dan Pondok Pesantren memiliki
tanggungjawab dalam melaksanakan amanat UU tersebut.

Konsentrasi pemerintah disamping program Wajib Belajar Pendidikan


Dasar 9 Tahun tersebut adalah program Wajib Belajar 12 Tahun yang
rintisannya dimulai pada tahun 2012 dengan Program Menengah
Universal. Adapun untuk kelancaran operasional program wajib belajar
yang merupakan program mandatory pemerintah yang telah dituangkan ke
dalam kerangka pembangunan pendidikan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam menyiapkan anggaran Bantuan Operasional Pendidikan
untuk Pondok Pesantren Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan yang
akan disalurkan kepada Pondok Pesantren dengan harapan program
bantuan operasional pendidikan dimaksud dapat membantu kelancaran
operasional pembelajaran dilingkungan pondok pesantren.

1
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Penyusunan Petunjuk Teknis ini dimaksudkan untuk memberikan
acuan dalam Pelaksanaan Bantuan Operasional Pendidikan (BOP)
Pendidikan Kesetaraan PPS pada tahun anggaran 2022.
2. Tujuan
Penyusunan Petunjuk Teknis ini bertujuan untuk mengatur
mekanisme pengelolaan BOP Pendidikan Kesetaraan PPS Tahun
Anggaran 2022 agar tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis bantuan operasional pendidikan
penyelenggaraan ujian pada Pondok Pesantren ini meliputi: Pendahuluan,
Pelaksanaan, Laporan Pertanggungjawaban, Ketentuan Perpajakan,
Larangan dan Sanksi, Tugas dan Tanggungjawab Organisasi, Pengendalian
dan Pengawasan, Serta Penutup.

D. Pengertian Umum
1. Bantuan Operasional Pendidikan adalah program pemerintah untuk
penyediaan pendanaan biaya operasional dalam kegiatan
penyelenggaraan pembelajaran bagi satuan pendidikan.
2. Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti
oleh Warga Negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan
pemerintah daerah.
3. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi.
4. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
5. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan
formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang
diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu
kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang
berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah atau
bentuk lain yang sederajat. Pendidikan Menengah adalah jenjang
pendidikan pada jalur pendidikan formal yang merupakan lanjutan
pendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas, Madrasah
Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan
atau bentuk lain yang sederajat.
6. Pendidikan Menengah Universal yang selanjutnya disebut PMU adalah
program pendidikan yang memberikan layanan seluas-luasnya kepada
seluruh warga negara Republik Indonesia untuk mengikuti pendidikan
menengah yang bermutu.

2
7. Pondok Pesantren, Dayah, Surau, Meunasah, atau sebutan lain, yang
selanjutnya disebut Pesantren adalah lembaga yang berbasis
masyarakat dan didirikan oleh perseorangan, yayasan, organisasi
masyarakat Islam, dan/atau masyarakat yang menanamkan keimanan
dan ketakwaan kepada Allah SWT, menyemaikan akhlak mulia serta
memegang teguh ajaran Islam rahmatan lil‘alamin yang tercermin dari
sikap rendah hati, toleran, keseimbangan, moderat, dan nilai luhur
bangsa Indonesia lainnya melalui pendidikan, dakwah Islam,
keteladanan, dan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
8. Pendidikan Pesantren adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pesantren dan berada di lingkungan Pesantren dengan
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kekhasan Pesantren
dengan berbasis kitab kuning atau dirasah islamiyah dengan pola
pendidikan muallimin.
9. Pendidikan Kesetaraan pada Pondok Pesantren Salafiyah adalah
merupakan pendidikan non formal bagi santri pondok pesantren
salafiyah yang tidak memiliki kesempatan mengenyam pendidikan
formal melalui program kesetaraan setara SD/MI/Paket A yang disebut
Ula, setara SMP/MTs/Paket B disebut wustha dan setara
SMA/MA/SMK/MAK/Paket C disebut Ulya.
10. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA
adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang digunakan sebagai
acuan Pengguna Anggaran dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan sebagai pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara (APBN). Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah
unit organisasi yang melaksanakan kegiatan Kementerian Agama yang
memiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran.
11. Pemberi Bantuan BOP Pendidikan Kesetaraan PPS, yang selanjutnya
disebut Pemberi Bantuan adalah Satker yang memiliki kewenangan dan
tanggung jawab penggunaan anggaran BOP Pendidikan Kesetaraan.
12. Bank penyalur adalah bank sebagai mitra kerja tempat dibukanya
rekening atas nama Pemberi Bantuan untuk menampung dana belanja
bantuan yang akan disalurkan kepada penerima bantuan.
13. Rekening Penyaluran Dana Bantuan adalah Rekening Lainnya dalam
bentuk giro pemerintah yang dibuka oleh satuan kerja lingkup
Kementerian Negara/Lembaga untuk menyalurkan dana bantuan
kepada penerima bantuan melalui bank penyalur.
14. Pengguna Anggaran Kementerian Agama yang selanjutnya disebut PA
adalah Menteri Agama sebagai pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran pada Kementerian Agama.
15. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah
pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian
dari kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada
Kementerian Agama.
16. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah
pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
belanja negara.

3
17. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar yang selanjutnya
disebut PP-SPM adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh KPA
untuk melakukan pengujian atas Surat Permintaan Pembayaran dan
menerbitkan Surat Perintah Membayar.
18. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan di
bidang agama.
19. Direktorat Jenderal adalah unsur pelaksana pada kementerian yang
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pendidikan Islam.
20. Direktorat adalah unsur pelaksana pada Direktorat Jenderal yang
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pendidikan diniyah dan pondok pesantren.
21. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi yang selanjutnya disebut
Kantor Wilayah adalah instansi vertikal pada Kementerian Agama di
tingkat Provinsi.
22. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut
Kantor Kementerian Agama adalah instansi vertikal pada Kementerian
Agama di tingkat Kabupaten/Kota.

4
BAB II
PELAKSANAAN BANTUAN

A. Asas Bantuan
ASAS pelaksanaan Bantuan yaitu kepastian bentuk, kepastian identitas
penerima, kejelasan tujuan, kejelasan penanggung jawab, dan
ketersediaan anggaran.

B. Tujuan Bantuan
1. Meringankan beban biaya operasional pendidikan dalam kegiatan
pembelajaran pada satuan pendidikan kesetaraan yang diselenggarakan
oleh pondok pesantren salafiyah.
2. Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi santri
untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu
sehingga tidak ada santri putus sekolah.

C. Pemberi Bantuan
Pemberi Bantuan Operasional Pendidikan pada Satuan Pendidikan
Kesetaraan pondok pesantren salafiyah adalah Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam melalui Satuan Kerja Direktorat Pendidikan Diniyah dan
Pondok Pesantren.

D. Sasaran dan Kriteria


Sasaran program BOP Pendidikan Kesetaraan PPS adalah Pesantren
Salafiyah yang menyelenggarakan satuan pendidikan kesetaraan. Kriteria
satuan pendidikan sebagai penerima bantuan sebagai berikut:
1. Pesantren salafiyah yang aktif menyelenggarakan kegiatan satuan
pendidikan kesetaraan.
2. Terdaftar pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota setempat
dibuktikan dengan piagam Nomor Statistik Pesantren (NSP).
3. Memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN).
4. Mendapatkan rekomendasi dari Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota atau Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi,
yang menyatakan keberadaan, keaktifan, dan kelayakan sebagai
lembaga penerima bantuan.
5. Terdaftar dalam pendataan EMIS sebagai satuan Pendidikan
Kesetaraan pada Pondok Pesantren Salafiyah.
6. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak atas namalembaga (jika ada).

E. Bentuk dan Besaran Bantuan.


1. Anggaran Dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS Tahun Anggaran 2022
sebagai Bantuan Pemerintah yang disalurkan dalam bentuk uang
secara non tunai.
2. Besaran Dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS Tahun Anggaran 2022
setiap Lembaga penerima bantuan sebesar Rp. 20.000.000,00
(dua puluh juta rupiah).

5
F. Alokasi Anggaran Dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS
1. Anggaran Dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS Tahun Anggaran 2022
dialokasikan dalam DIPA Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
2. Anggaran Dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS Tahun Anggaran 2022
dialokasikan pada Kelompok Akun Belanja Barang Pemberi Bantuan
Operasional Dalam Bentuk Uang.
3. Pelaksana program BOP Pendidikan Kesetaraan PPS Tahun Anggaran
2022 adalah Satker Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok
Pesantren yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab penyaluran
dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS.
4. Pelaksanaan anggaran dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

G. Prosedur Penyaluran Dana Bantuan


1. Pengajuan Bantuan
a. Pesantren penyelenggara Pendidikan Kesetaraan mengajukan
usulan/proposal Bantuan kepada pemberi bantuan yang terdiri:
1) surat permohonan Bantuan yang ditandatangani kepala PKPPS;
2) surat rekomendasi dari Kantor Wilayah dan/atau Kantor
Kementerian Agama yang menyatakan keberadaan, keaktifan, dan
kelayakan sebagai lembaga penerima bantuan;
3) screen shoot pemutakhiran data pada aplikasi EMIS;
4) Rencana Anggaran Biaya; dan
5) profil singkat PKPPS.
b. Pengajuan Bantuan disampaikan dalam bentuk berkas digital
(soft copy) melalui layanan aplikasi bantuan (online) yang ditentukan
oleh pemberi bantuan;
c. Pengajuan usulan/proposal Bantuan dapat dilakukan sebelum
tahun anggaran berjalan.
2. Seleksi Calon Penerima Bantuan
a. Pemberi bantuan merekapitulasi pengajuan dana BOP Pendidikan
Kesetaraan PPS, yang antara lain memuat:
1) Identitas Lembaga (nama lembaga, alamat, desa/keluarahan,
kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi);
2) Nomor Statistik Pesantren (NSP) yang ditetapkan oleh pengelola
Sistem Informasi dan Manajemen Pendidikan (EMIS) Pendidikan
Islam;
3) Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) yang ditetapkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
4) Rekening Bank atas nama lembaga.
b. Pemberi bantuan melakukan verifikasi dan validasi, mengoreksi dan
menelaah daftar pengajuan untuk diajukan menjadi calon penerima
dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS.

6
c. Untuk mendapatkan data yang valid, daftar calon penerima bantuan
diverifikasi dengan cara :
1) PPK dapat memberikan tugas perjalanan dinas verifikasi dan
validasi calon penerima bantuan melalui kunjungan ke lokasi
calon penerima bantuan dengan mekanisme Perjalanan Dinas
Dalam Negeri, untuk melihat kebenaran data pengajuan dan
kelayakan lembaga sebagai penerima bantuan;
2) PPK berkoordinasi dengan Kanwil Kementerian Agama dan/atau
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk mendapat
kebenaran data pengajuan dan kelayakan sebagai penerima
bantuan.
3) PPK dapat bekerjasama dengan Inspektorat Jenderal
Kementerian Agama untuk verifikasi dan validasi calon penerima
bantuan melalui kunjungan ke lokasi calon penerima bantuan.
d. Hasil Verifikasi dan Validasi berupa :
1) Dokumen Instrumen Verifikasi dan Validasi yang berisi
keterangan tentang kesesuaian dengan persyaratan dan
kelayakan sebagai penerima bantuan apabila verifikasi dilakukan
melalui perjalanan dinas verifikasi calon penerima bantuan.
2) Dokumen lain yang mendukung pemohon bantuan untuk
diajukan calon penerima bantuan (foto-foto dan dokumen
lainnya).
e. PPK melakukan seleksi penerima bantuan berdasarkan
kriteria/persyaratan yang telah ditetapkan di dalam petunjuk teknis.
3. Penetapan dan Pengesahan Penerima Bantuan.
a. PPK memastikan calon penerima dana BOP Pendidikan Kesetaraan
PPS Tahun Anggaran 2022 telah memenuhi persyaratan dan kriteria
sebagai penerima bantuan.
b. Penetapan Keputusan Penetapan Penerima BOP Pendidikan
Kesetaraan PPS Tahun Anggaran 2022 dapat dilakukan dalam 1
(satu) keputusan atau dalam beberapa keputusan.
c. Berdasarkan hasil seleksi calon penerima bantuan, PPK menetapkan
Surat Keputusan Penetapan Penerima Dana BOP Pendidikan
Kesetaraan PPS Tahun Anggaran 2022 dan disahkan oleh KPA,
paling sedikit memuat:
1) Identitas penerima Bantuan.
2) Nilai uang Bantuan, dan
3) Nomor rekening, nama rekening dan nama Bank penerima
bantuan.
d. Dalam hal penerima dana bantuan tidak memiliki nomor rekening
sebagaimana dimaksud pada huruf c nomor (3), nomor rekening yang
dicantumkan dalam Surat Keputusan Penetapan Penerima Dana
BOP Pendidikan Kesetaraan PPS adalah nomor rekening Bank
penyalur.

7
4. Pemberitahuan dan Penyampaian SK Penerima Bantuan
a. PPK menginformasikan kepada penerima dana BOP Pendidikan
Kesetaraan PPS mengenai penetapan sebagai penerima bantuan
pemerintah, persyaratan pencairan dana bantuan pemerintah, serta
ketentuan dan format Laporan Pertanggungjawaban Penerima
Bantuan.
b. Surat Keputusan Penetapan Penerima Dana BOP Pendidikan
Kesetaraan PPS Tahun Anggaran 2022 yang telah disahkan oleh KPA
disampaikan kepada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
dan diteruskan kepada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
c. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota mensosialisasikan
Surat Keputusan Penetapan Penerima Dana BOP Pendidikan
Kesetaraan PPS Tahun Anggaran 2022 kepada seluruh lembaga
penerima bantuan.

H. Tata Kelola Pencairan Dana Bantuan


1. Pencairan dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS Tahun Anggaran 2022
dilakukan melalui pembayaran langsung (LS) dalam bentuk uang
secara non tunai kepada penerima bantuan melalui Bank penyalur.
2. Pencairan dana bantuan dilaksanakan dengan 1 (satu) tahap sekaligus
setelah penerima bantuan telah melengkapi dan memuhi syarat
administrasi.
3. Dokumen persyaratan pencairan dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS
dengan melampirkan:
a. Perjanjian Kerja Sama/Kontrak penerima bantuan dengan PPK yang
telah ditandatangani oleh penerima bantuan;
b. Rencana penggunaan dana bantuan yang diterima;
c. Kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh
penerima bantuan;
d. Surat Pernyataan Tanggung Mutlak (SPTJM); dan
e. Rekening atas nama Lembaga.
4. PPK melakukan pengujian dokumen persyaratan pencairan dengan
melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen persyaratan pencairan
dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS.
5. Dalam hal verifikasi tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis, PPK
menyampaikan informasi kepada lembaga penerima bantuan untuk
melengkapi dan/atau memperbaiki dokumen persyaratan pencairan
melalui Kanwil Kementerian Agama.
6. PPK menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) setelah verifikasi
dan validasi telah sesuai dengan Petunjuk Teknis.
7. SPP disampaikan oleh PPK kepada PPSPM dilampiri dengan
kelengkapan sesuai ketentuan yang berlaku untuk dapat diterbitkan
Surat Perintah Membayar (SPM).
8. Setelah SPP dinyatakan lengkap dan benar sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, PPSPM menerbitkan SPM-LS untuk diserahkan
ke KPPN selaku kuasa Bendahara Umum Negara (BUN) untuk dapat
menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) BOP Pendidikan

8
Kesetaraan PPS ke rekening Kuasa Pengguna Anggaran Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam.
9. Pemindahbukuan ke rekening penerima bantuan dari rekening bank
Penyalur dilakukan setelah dokumen persyaratan penyaluran dari
Lembaga dikirim ke Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok
Pesantren melalui softcopy ke alamat email yang telah ditentukan.
10. Tata cara pencairan dana bantuan yang mencakup penerbitan SPP,
SPM dan SP2D berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai tata cara pembayaran dalam rangka pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
I. Komponen Penggunaan Dana Bantuan
Penggunaan dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS dapat digunakan untuk
membiayai komponen kegiatan-kegiatan berikut :
Komponen
No. Item Pembiayaan Penjelasan
Pembiayaan
1. Penyelenggaraan • Penanggungjawab • Diperuntukan
Ujian • Ketua Panitia pembiayaan honor
• Sekretaris • Pembiayaan
• Bendahara transportasi dalam hal
• Anggota koordinasi dengan
• Pengawas instansi lain terkait
• Korektor Ujian
• Tenaga Proktor • Pembiayaan
• Tenaga Teknisi berpedoman pada
• Tenaga Pembuatan SBM tahun 2022 atau
Naskah Soal peraturan yang
berlaku, dan selama
tidak dibiayai dari
sumber dana lainnya
(APBN/APBD)
2. Bahan Habis Pakai • ATK • Bahan habis pakai
• Penggandaan lainnya yang terkait
• Perlengkapan dengan kebutuhan
penyelenggaraan operasional
ujian pembelajaran
• Dokumentasi • Pembiayaan selama
• Transportasi tidak dibiayai dari
• Konsumsi sumber dana lainnya
• Bahan habis pakai (APBN/APBD)
lainnya
3. Perangkat Jaringan • Server • Untuk pembelian
Komputer • Komputer Dekstop perangkat jaringan
• Wireless/LAN Card komputer
• Router dikhususkan pada
• Hub/Switch Pondok Pesantren
• Repeater yang akan
mengadakan ANBK

9
• Access Point • Jumlah Komputer
• Kabel Jaringan disesuaikan dengan
• Perangkat Jaringan kebutuhan
Lainnya
4. Sarana prasarana Jasa pemakaian • Selama tidak dibiayai
lainnya dalam Komputer dalam dari APBN/APBD
menunjang US proses Ujian Berbasis lainnya
dan/atau AN Komputer

Dalam menggunakan dana bantuan, satuan pendidikan harus


memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam penggunaan dana BOP harus memperhatikan pelaksanaan
pembiayaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sehingga tidak ada
dobel pengeluaran anggaran.
2. Pembelian/pengadaan barang/jasa yang dilakukan oleh lembaga harus
memperhatikan prinsip kualitas, keterbukaan dengan melibatkan
unsur wali santri/masyarakat dan ekonomis dalam menentukan
barang dan tempat pembeliannya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
3. Semua bukti-bukti pengeluaran harus disesuaikan dengan yang
tercatat pada Buku Kas Umum dan berdasarkan pada Rencana
Anggaran Biaya yang telah diajukan oleh penerima bantuan.

J. Ketentuan Perpajakan
Kewajiban pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penghasilan 21 (PPh 21) yang merupakan penghasilan honorarium atas
penggunaan dana BOP menjadi tanggung jawab penerima bantuan sesuai
ketentuan Peraturan dan Undang-Undang terkait Perpajakan.

K. Laporan Pertanggungjawaban BOP


1. Pertanggungjawaban BOP Pendidikan Kesetaraan PPS dilaksanakan
dengan tertib administrasi, transparan, dan akuntabel.
2. Pertanggungjawaban BOP Pendidikan Kesetaraan PPS terdiri dari
Laporan Pertanggungjawaban Penerima Bantuan dan Laporan
Pelaksanaan penyaluran Anggaran.
3. Penerima dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS harus menyampaikan
Laporan Pertanggungjawaban Bantuan kepada PPK sesuai dengan
Perjanjian Kerja Sama/Kontrak setelah pekerjaan selesai atau pada
akhir tahun anggaran meliputi :
a. Laporan jumlah dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS yang diterima,
dipergunakan dan sisa dana;
b. Pernyataan bahwa pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan
bukti-bukti pengeluaran telah disimpan.

10
4. Dalam hal terdapat sisa dana, penerima dana BOP harus
menyampaikan bukti surat setoran sisa dana ke rekening Kas Negara
kepada PPK sesuai dengan Perjanjian/Kontrak penerima bantuan
dengan PPK sebagai dokumen tambahan Laporan Pertanggungjawaban
Penerima dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS. Laporan
Pertanggungjawaban Penerima BOP merupakan dokumen yang sah dan
dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum.
5. Penerima dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS menyimpan
sekurangnya 1 (satu) rangkap salinan Laporan Pertanggungjawaban
Penerima dana bantuan sebagai dokumen untuk kelengkapan
administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat pengawas fungsional.
6. Laporan Pelaksanaan Penyaluran Anggaran Dana BOP Pendidikan
Kesetaraan PPS adalah bentuk pertanggungjawaban penggunaan
anggaran yang berasal dari APBN serta disusun dan dilaporkan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Laporan pelaksanaan penyaluran dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS
disampaikan segera setelah dilakukan penyaluran sekurangnya berupa:
a. Salinan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang
Penetapan dan Daftar Penerima Dana BOP Pendidikan Kesetaraan
PPS;
b. Salinan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D); dan
c. Salinan pemindahbukuan dari rekening KPA ke rekening penerima
bantuan.

L. Larangan dan Sanksi


1. Larangan
Dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS dilarang untuk:
a. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan.
b. Dipinjamkan kepada pihak lain.
c. Membeli Lembar Kerja Peserta didik (LKS) dan bahan/peralatan
yang tidak mendukung proses pembelajaran;
d. Membeli software/perangkat lunak untuk pelaporan keuangan
BOP.
e. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas pada satuan
pendidikan dan memerlukan biaya besar, misalnya studi banding,
studi tour (karya wisata) dan sejenisnya.
f. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk ustadz.
g. Membeli pakaian/seragam/sepatu bagi ustadz/santri untuk
kepentingan pribadi (bukan inventaris pesantren), kecuali untuk
santri miskin penerima PIP;
h. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat.
i. Membangun gedung/ruangan baru.
j. Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses
pembelajaran.
k. Investasi saham/reksadana.
l. Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana
pemerintah pusat atau pemerintah daerah secara penuh.

11
m. Membiayai kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya dengan
operasional setiap satuan pendidikan, misalnya iuran dalam rangka
perayaan hari besar nasional dan upacara keagamaan/acara
keagamaan.
n. Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/sosialisasi/
pendampingan terkait program BOP/perpajakan program BOP yang
diselenggarakan lembaga di luar Kementerian Agama.
2. Sanksi
Segala bentuk pelanggaran atas pengelolaan dana BOP Pendidikan
Kesetaraan PPS yang tidak sesuai dengan ketentuan akan diberikan
sanksi menurut peraturan perundang-undangan, khususnya tidak
mendapatkan dana bantuan yang serupa dan bantuan lainnya pada
tahun berikutnya.

12
BAB III
PENGENDALIAN, PENGAWASAN DAN LAYANAN
PENGADUAN MASYARAKAT

A. Pengendalian
KPA menyelenggarakan pengendalian intern terhadap pelaksanaan
pengelolaan dana bantuan operasional pendidikan pada pondok pesantren
penyelenggara pendidikan kesetaraan.
B. Pengawasan
Kegiatan pengawasan yang dimaksud adalah kegiatan yang bertujuan
untuk mengurangi atau menghindari masalah yang berhubungan dengan
penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan keuangan negara,
pungutan liar dan bentuk penyelewengan lainnya. Pengawasan meliputi
pengawasan melekat, pengawasan fungsional dan pengawasan
masyarakat.
1. Pengawasan Melekat
Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh
pimpinan masing-masing instansi kepada bawahannya, baik di tingkat
pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota maupun tingkat Pondok Pesantren.
Prioritas utama adalah pengawasan yang dilakukan oleh Kantor Wilyah
Kementerian Agama Provinsi kepada Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota serta dari Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota kepada lembaga penerima bantuan.
2. Pengawasan Fungsional Internal
Instansi pengawas fungsional yang melakukan pengawasan secara
internal adalah Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI. Instansi
tersebut bertanggungjawab untuk melakukan audit sesuai dengan
kebutuhan lembaga atau atas permintaan instansi yang akan diaudit.
3. Pengawasan Fungsional Eksternal
Instansi pengawas eksternal yang melakukan pengawasan adalah
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Instansi ini
bertanggungjawab untuk melakukan audit sesuai dengan kebutuhan
lembaga tersebut atau permintaan instansi yang akan diaudit. Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) sesuai dengan kewenangannya dapat
melakukan pemeriksaan terhadap penggunaan dana bantuan.
4. Pengawasan Masyarakat
Dalam rangka transparansi pelaksanaan bantuan operasional
pendidikan, program ini juga dapat diawasi oleh unsur masyarakat dan
unit-unit pengaduan masyarakat yang terdapat di tingkat Pondok
Pesantren, Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat. Lembaga tersebut
melakukan pengawasan dalam rangka memotret pelaksanaan bantuan
dimaksud namun tidak melakukan audit. Apabila terdapat indikasi
penyimpangan dalam pengelolaan dana bantuan, dapat segera
dilaporkan kepada instansi pengawas fungsional atau lembaga
berwenang lainnya.

13
C. Layanan Pengaduan Masyarakat
1. Layanan pengaduan masyarakat bagi dimaksudkan untuk:
a. Membangun keterbukaan dan partisipasi publik dalam rangka
pelaksanaan public accountability dan mewujudkan good governance
di lingkungan Kementerian Agama;
b. Meningkatkan peran masyarakat sebagai bentuk pengawasan
melekat oleh masyarakat; serta mengetahui deteksi dini terhadap
penyimpangan dan mencari solusi terbaik.
2. Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan secara langsung,
menyampaikan secara tertulis, menyampaikan melalui portal
pengaduan pada website Kementerian Agama dan/atau menyampaikan
melalui akun media sosial resmi Kementerian Agama sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3. Mekanisme pengaduan dilakukan dengan cara:
a. Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan secara langsung
ataupun tertulis ke :
Subdit Pendidikan Kesetaraan
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Gedung Kementerian Agama Lantai 8 Jalan Lapangan Banteng
Barat Nomor 3-4 Kota Jakarta Pusat 10710 - DKI Jakarta
Email : sbdtkesetaraan@gmail.com

Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan melalui akun media


sosial resmi Kementerian Agama :

(1) Twitter : @Kemenag_RI


(2) Fan Page Facebook : Kementerian Agama RI

b. Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan melalui Layanan


Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR) pada portal:
www.lapor.go.id

4. Masyarakat pelapor harus dapat menunjukkan bukti-bukti pengaduan,


seperti foto, dokumen, atau bukti lain yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
5. Pengaduan masyarakat dilampirkan sebagai pelengkap/pendukung
laporan pelaksanaan BOP Pendidikan Kesetaraan PPS.

14
BAB IV
PENUTUP

Petunjuk Teknis BOP Pendidikan Kesetaraan PPS Tahun Anggaran 2022


disusun dan ditetapkan sebagai acuan bagi semua pelaksana program dan
lembaga penerima bantuan dalam mengelola dana bantuan tersebut mulai dari
tingkat pusat hingga Satuan Pendidikan. Diharapkan dengan adanya petunjuk
teknis pelaksanaan dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS dapat terlaksana
dengan baik dan akuntabel.

DIREKTUR JENDERAL,

TTD

MUHAMMAD ALI RAMDHANI

15
LAMPIRAN

14
KOP SURAT SATKER

PERJANJIAN KERJASAMA
ANTARA
DIREKTORAT PENDIDIKAN DINIYAH DAN PONDOK PESANTREN
DENGAN
PENDIDIKAN KESETARAAN PADA PONDOK PESANTREN SALAFIYAH
TENTANG
PEMBERIAN DANA BOP PENDIDIKAN KESETARAAN PPS

NOMOR : ................................................
NOMOR : ................................................

Pada hari ini ………. tanggal ……… bulan……… tahun dua ribu dua puluh dua,
kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : …………………….
NIP : …………………….
Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen, berdasarkan Keputusan
Kuasa Pengguna Anggaran No. ….. tanggal ………..
Alamat : …………………….
Bertindak Untuk Dan Atas Nama Direktorat Pendidikan Diniyah Dan Pondok
Pesantren selanjutnya disebut PIHAK KESATU;
2. Nama : …………………….
Jabatan : Penanggungjawab/Pimpinan Pendidikan Kesetaraan
Pondok Pesantren ………….. berdasarkan Surat Ketua
Yayasan/Organisasi Penyelenggara Pendidikan yang
Berdasarkan Hukum No : ,,,,,,,, Tanggal ……….
Alamat : …………………….

Bertindak untuk dan atas nama Pondok Pesantren ……………………..,


selanjutnya disebut PIHAK KEDUA;

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA


PIHAK, menerangkan terlebih dahulu bahwa berdasarkan :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 191, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6406);

16
7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2021 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2022 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6735);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4769);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 90, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4863);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5423) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 229, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6267);
12. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 168);
13. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 203)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2021
tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 106);
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1191)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
178/PMK.05/2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1736);
15. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan
Keagamaan Islam (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
822);
16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme
Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian
Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
1340) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 173/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan
Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1745);
17. Peraturan Menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang Bantuan
Pemerintah pada Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 1655) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 62 Tahun 2016 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang
Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Agama (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 2097);

17
18. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 1495);
19. Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2019 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 1117);
20. Peraturan Menteri Agama Nomor 21 Tahun 2019 tentang Perubahan Ketiga
Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang Bantuan
Pemerintah pada Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 1131);
21. Peraturan Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2020 tentang Pejabat
Perbendaharaan Negara Pada Kementerian Agama (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 172);
22. Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2020 tentang Pendirian dan
Penyelenggaraan Pesantren (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 1432);
23. Peraturan Menteri Agama Nomor 31 Tahun 2020 tentang Pendidikan
Pesantren (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1405);
24. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.02/2021 tentang Standar
Biaya Masukan Tahun Anggaran 2022 (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 658).
25. Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen Nomor ……… tanggal ………. Tentang
Penetapan Penerima Dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS.

PARA PIHAK menyepakati hal-hal sebagai berikut:


1. PIHAK KESATU memberikan Dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS kepada
PIHAK KEDUA untuk melaksanakan biaya operasional sebagaimana diatur
dalam Petunjuk Teknis;
2. PIHAK KEDUA menerima tugas yang diberikan PIHAK KESATU sebagaimana
dimaksud butir 1 di atas;
3. Dokumen-dokumen berikut merupakan satu-kesatuan dan bagian yang
tidak terpisahkan dari Kontrak ini:
a. Addendum Kontrak;
b. Perubahan RAB.

PARA PIHAK sepakat dan setuju mengikatkan diri dalam suatu perjanjian
dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut :

Pasal 1
MAKSUD DAN TUJUAN

(1) Maksud dibuatnya perjanjian ini adalah untuk mengatur pelaksanaan


penyaluran dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS yang dananya berasal
dari DIPA Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Tahun Anggaran 2022.
(2) Tujuan dibuatnya perjanjian ini adalah agar pelaksanaan penyaluran dana
Bantuan Operasional dilakukan secara lebih efektif, efisien dan akuntabel.

Pasal 2
NILAI BANTUAN OPERASIONAL
(1) Nilai dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS yang dituangkan dalam
perjanjian ini adalah sebesar Rp. ……… (….. dengan huruf ……).
(2) Nilai bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam
daftar perhitungan sebagaimana lampiran perjanjian ini yang merupakan
satuan kesatuan dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan
dengan perjanjian ini.

18
Pasal 3
PEMBEBANAN DANA BANTUAN OPERASIONAL
Penyaluran Dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS dibebankan pada DIPA
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Tahun Anggaran 2022 dengan kode
pembebanan ……….

Pasal 4
TATA CARA PENYALURAN
(1) Penyaluran dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS dilakukan dengan
pengajuan Surat Perintah Membayar (SPM) kepada KPPN …….. oleh PIHAK
KESATU untuk selanjutnya diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D) yang ditujukan langsung kepada rekening PIHAK KEDUA melalui
Bank … Rekening No. … atas nama Pondok Pesantren…………..
(2) Pencairan pembayaran dilakukan satu tahap setelah PIHAK KEDUA
mengajukan syarat-syarat penyaluran kepada PIHAK KESATU dengan
dilampiri:
1. Rencana Anggaran Biaya;
2. Perjanjian kerja sama yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan
dan PPK;
3. Kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh
Pimpinan Penerima Bantuan;
4. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).
(3) PIHAK KESATU memproses tagihan dan menerbitkan Surat Perintah
Membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 2 (dua) hari
kerja setelah diterima tagihan dari PIHAK KEDUA secara benar dan
lengkap.
Pasal 5
HAK DAN KEWAJIBAN
(1) Hak dan Kewajiban PIHAK KESATU meliputi:
a. PIHAK KESATU berhak melakukan monitoring penggunaan dana
Bantuan Operasional yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA;
b. PIHAK KESATU berhak meminta laporan periodik mengenai pelaksanaan
Bantuan Operasional yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA;
c. PIHAK KESATU berkewajiban menyalurkan Dana Bantuan Operasional
kepada PIHAK KEDUA setelah dipenuhi syarat-syarat penyaluran dana
bantuan;
(2) Hak dan Kewajiban PIHAK KEDUA meliputi :
a. PIHAK KEDUA berhak untuk menerima Dana Bantuan Operasional
sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 2, setelah dipenuhinya seluruh
syarat dan ketentuan penyaluran dana kepada PIHAK KESATU;
b. PIHAK KEDUA berkewajiban menggunakan Dana Bantuan Operasional
sesuai Petunjuk Teknis;
b. PIHAK KEDUA berkewajiban melaporkan penggunaan Dana Bantuan
Operasional paling lambat tanggal 31 Desember 2022 kepada PIHAK
KESATU;
c. PIHAK KEDUA berkewajiban menyetorkan ke Kas Negara sisa dana
bantuan Operasional yang tidak digunakan sampai dengan akhir Tahun
Anggaran 2022 paling lambat tanggal 31 Desember 2022;
d. PIHAK KEDUA berkewajiban menyampaikan keterangan-keterangan
serta bukti-bukti yang diperlukan untuk pengawasan/pemeriksaan yang
dilakukan oleh PIHAK KESATU.

Pasal 6
PERNYATAAN KESANGGUPAN
Dengan menandatangani perjanjian ini, PIHAK KEDUA menyatakan
kesanggupan untuk :
1. Menggunakan dana bantuan operasional sesuai dengan petunjuk Teknis
Pelaksanaan BOP Pendidikan Kesetaraan PPS;

19
2. Menyetorkan ke Kas Negara sisa dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS yang
tidak digunakan sampai dengan akhir Tahun Anggaran 2022 paling lambat
tanggal 31 Desember 2022.

Pasal 7
SANKSI
Dalam hal PIHAK KEDUA tidak melaksanakan sebagian atau seluruhnya isi
perjanjian ini, PIHAK KESATU akan mengenakan sanksi berupa sanksi
administratif dan/atau sanksi lain berupa penghentian penyaluran dana
Bantuan Operasional pada tahun berikutnya, termasuk dan tidak terbatas
melaporkan kepada pihak berwajib apabila ditemukan unsur tindak pidana.

Pasal 8
LAPORAN BERKALA PENGGUNAAN DANA
PIHAK KEDUA berkewajiban melaporkan penggunaan dana Bantuan kepada
PIHAK KESATU.

Pasal 9
PENGAKHIRAN PERJANJIAN KERJASAMA
(1) Perjanjian ini berakhir sampai dengan 31 Desember 2022.
(2) Surat perjanjian dapat diakhiri oleh salah satu kondisi antara lain :
a. Ada ketentuan perundang-undangan dan/atau kebijakan perintah yang
tidak memungkinkan berlangsungnya Surat Perjanjian ini; dan
b. Salah Satu Pihak mengakhiri Surat Perjanjian ini karena adanya
Peristiwa Wanprestasi terhadap ketentuan Hak dan Kewajiban
sebagaimana diatur pada Pasal 6 Surat Perjanjian ini.
(3) PIHAK yang berkehendak untuk mengakhiri Surat Perjanjian ini
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) b. dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Harus memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK lainnya dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum tanggal pengakhiran yang
dikehendaki;
b. Tidak memberitahukan hak, kewajiban dan tanggunjawab masing-
masing pihak yang masih harus dilakukan dan/atau diselesaikan
terhadap pihak lainnya berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Surat
Perjanjian ini;
c. PARA PIHAK sepakat dan setuju utnuk mengenyampingkan ketentuan
Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum perdata, sehingga
pengakhiran Surat Perjanjian ini secara sah cukup dilakukan dengan
pemberitahuan tertulis dari masing-masing pihak dan tidak
memerlukan penetapan atau putusan pengadilan; dan
d. Pihak yang akan mengakhiri surat perjanjian setelah terlebih dahulu
melaporkan kepada Menteri Agama selaku wakil pemerintah yang
memberikan penugasan.

Pasal 10
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
(1) PARA PIHAK berkewajiban untuk berupaya sungguh-sungguh
menyelesaikan secara damai semua perselisihan yang timbul dari atau
berhubungan dengan Surat perjanjian ini.
(2) Penyelesaian secara damai dapat dilakukan melalui musyawarah secara
langsung antara PARA PIHAK atau melalui perantaraan pihak ketiga yang
disepakati oleh Para Pihak dalam bentuk mediasi.
(3) Apabila penyelesaian perselisihan tidak dapat dilakukan oleh PARA PIHAK
secara musyawarah, Para Pihak menetapkan Pengadilan Negeri ….. sebagai
tempat penyelesaian perselisihan.

20
Pasal 11
PENUTUP
(1) PARA PIHAK menyatakan telah menyetujui untuk melaksanaan perjanjian
ini sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Perjanjian ini dibuat dalam rangka2 (dua) terdiri dari 2 (dua) asli bermaterai
cukup untuk PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA.
(3) Perjanjian ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : ……………
Tanggal : …………. 2022

Untuk dan atas nama Untuk dan atas nama


Kantor Wilayah Kementerian Agama Pondok Pesantren …………
Provinsi ….. / Kantor Kementerian PENANGGUNGJAWAB/PIMPINAN
Agama Kabupaten ….. / Kota …….. PENDIDIKAN KESETARAAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN, PONDOK PESANTREN

Materai Rp. 10.000,00

………………………… …………………………
Nip …………………..

21
KOP SURAT

SURAT PERNYATAAN
TANGGUNG JAWAB MUTLAK

Nama Pondok Pesantren : ……………………………………………………


NSPP : ……………………………………………………
NPSN : ……………………………………………………
Nama Penanggungg Jawab : ……………………………………………………
Alamat Pondok Pesantren : ……………………………………………………
……………………………………………………
Nama Bantuan : BOP Pendidikan Kesetaraan PPS
Tahun Anggaran 2022

Berdasarkan Surat Keputusan Nomor ……………………………. dan


Perjanjian Kerja Sama Nomor ………………….. mendapatkan BOP
Pendidikan Kesetaraan PPS sebesar Rp. ………………… (…..dengan
huruf……).

Dengan ini menyatakan bahwa :


a. Telah menerima pencairan dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS
Tahun 2022 dengan nilai nominal sebesar Rp. …………………………
(…..dengan huruf……).
b. Bertanggung jawab penuh atas pengeluaran yang telah dibayar lunas
kepada yang berhak menerima;
c. Bersedia menyimpan dengan baik seluruh bukti pengeluaran belanja
yang telah dilaksanakan;
d. Bersedia untuk dilakukan pemeriksaannya terhadap bukti-bukti
pengeluaran oleh aparat pengawas fungsional pemerintah.
e. Apabila dikemudian hari, pernyataan yang saya buat ini
mengakibatkan kerugian Negara maka saya bersedia dituntut
penggantian kerugian Negara dimaksud sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya.

………….... , ………………......... 2022


Penanggunggjawab/Pimpinan
Pondok Pesantren

Materai Rp. 10.000,00


……………………………………

22
KOP SURAT

LAMPIRAN PERTANGGUNGJAWABAN
DANA BOP PENDIDIKAN KESETARAAN PPS
TAHUN 2022

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Pondok Pesantren : ……………………………………………………
Nama Penanggungg Jawab : ……………………………………………………
Alamat Pondok Pesantren : ……………………………………………………
Nama Bantuan : BOP Pendidikan Kesetaraan PPS
Tahun Anggaran 2022
Berdasarkan Surat Keputusan Nomor ………………. dan Perjanjian Kerja
sama Nomor …………… telah menerima dana BOP Pendidikan Kesetaraan
PPS Tahun Anggaran 2022 dengan nilai nominal sebesar Rp. ………………
(…..denagn huruf…..).
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini Saya menyampaikan
laporan pertanggungjawaban bantuan sebagai berikut :
1. Laporan penggunaan jumlah dana :
a. Jumlah total dana yang diterima : Rp.…..(....dengan huruf…..)
b. Jumlah total dana yang dipergunakan : Rp.…..(....dengan huruf…..)
c. Jumlah total sisa dana : Rp……(….dengan huruf…..)
2. Telah menyelesaikan seluruh pekerjaan 100% dana BOP Pendidikan
Kesetaraan PPS Tahun Anggaran 2022 berdasarkan perjanjian Kerja
Sama tersebut di atas.
Berdasarkan hal tersebut di atas, saya dnegan ini menyatakan dengan
sebenar-benarnya bahwa:
1. Bukti-bukti pengeluaran penggunaan dana BOP Pendidikan
Kesetaraan PPS Tahun Anggaran 2022 sebesar Rp. ………….
(……dengan huruf……) telah kami simpan sesuai dengan ketentuan
untuk kelengkapan administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat
pangawas fungsional.
2. Telah menyetorkan sisa dana bantuan ke Kas Negara sebesar
Rp.………..(…..dengan huruf…..) sebagaimana Bukti Penerimaan
Negara (BPN) terlampir.
3. Apabila di kemudian hari, atas penggunaan dana BOP Pendidikan
Kesetaraan PPS Tahun Anggaran 2022 mengakibatkan kerugian
Negara maka saya bersedia di tuntut penggantian kerugian Negara
dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Demikian laporan pertanggunjawaban dana BOP Pendidikan Kesetaraan
PPS Tahun Anggaran 2022 ini kami buat dengan sesungguhnya dan
penuh tanggung jawab .
…………. , ……………… 2022
Penanggunggjawab/Pimpinan
Pondok Pesantren

materai Rp. 10.000,00

……………………………………

23
KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN

Nomor : ……………………

Sudah terima dari : Kuasa Pengguna Anggaran


Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Jumlah Uang : Rp. …………………………………………………………………...
Terbilang : …………………………………………………………………..........
Untuk Pembayaran : Penggunaan dana BOP Pendidikan Kesetaraan PPS Tahun
Anggaran 2022 Berdasarkan Surat Perjanjian Kerjasama
Penerima Dana Bantuan No. ………………….. Tanggal
……………….

Tempat, ……….tanggal………….

Penanggungjawab /Pimpinan
Pondok Pesantren

Tanda Tangan, stempel di atas


Materai Rp. 10.000,00

(Nama Jelas……………………..)

Setuju dibebankan pada mata anggaran berkenaan


a.n. Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Pembuat Komitmen

Tanda Tangan dan Stempel

(Nama Jelas………………..)
NIP. ………………………..

24
BUKU KAS UMUM

Nama PPS :
Desa/Kecamatan : FORMAT K-1

Kabupaten : Diisi oleh Bendahara PPS

Propinsi : Disimpan di PPS

Penerimaan Pengeluaran
No. Tanggal No. Kode No. Bukti Uraian Saldo
(Debet) (Kredit)

1 2 3 4 5 6 7 8

Mengetahui …….,…………………..20……..

Kepala PPS Bendahara PPS

(……………..…..) (……………………….)

25
BUKU PEMBANTU PAJAK

Nama PPS : ……………………………

Desa/Kecamatan : …………………………… FORMAT K-2

Kabupaten : …………………………… Diisi oleh Bendahara PPS

Provinsi : …………………………… Disimpan di PPS

No. Tanggal No. Kode No. Bukti Uraian PPN PPh 21 Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8

Jumlah Penerimaan

Mengetahui ……………..,………………….

Kepala PPS Bendahara PPS

…………………………………. ………………………………….

26

Anda mungkin juga menyukai