MENYENTIL KESADARAN MASYARAKAT DESA HUTADA’A SECARA
KONSISTEN SEBAGAI BENTUK PEMULIHAN EKONOMI DARI AKAR
Pandemi covid-19 telah membawa dampak yang signifikan terhadap perekonomian di
Indonesia, termasuk di Provinsi Gorontalo. Berbagai perubahan drastis dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat secara signifikan telah berhasil memberikan dampak yang cukup dahsyat bagi sebagian lapisan masyarakat. Jika kita melipir ke miniatur yang lebih kecil, problematika yang bisa dilihat yakni dampak resesi ekonomi pandemi yang terjadi di Desa Hutada’a, Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Beberapa lapisan masyarakat, terutama masyarakat dengan status ekonomi menengah ke bawah mengalami keterpurukan ekonomi yang sangat dalam. Tentu berbagai strategi tak luput dikembangkan oleh Pemerintah Desa setempat untuk mencoba perlahan membangkitkan perekonomian desa pasca pandemi. Salah satu kelompok masyarakat terdampak yang menjadi prioritas utama bagi Desa, yakni para kepala keluarga yang memiliki anak penderita stunting. Hal ini tentu dipandang krusial, karena permasalahan stunting sangat erat kaitannya dengan pengaruh kualitas sumber daya manusia dan kesehatan. Melalui kerja sama yang dibangun Pemerintah Desa Hutada’a dengan kelompok mahasiswa KKN Tematik UNG Tahun 2021 periode April-Juni, diciptakanlah sebuah program pengadaan bantuan kolam aquaponik bagi lima belas kepala keluarga tersebut. Pendekatan ekonomi menjadi opsi paling mumpuni untuk diambil Pemerintah Desa, karena kemandirian finansial dianggap sebagai akar dari permasalahan stunting ini. Adapun lima belas anak yang menderita stunting ini tersebar di tiga dusun. Sehingga pada periode Juni 2021, dibuatlah tiga kolam aquaponik yang akan dikelola secara berkelompok berdasarkan lokasi dusun. Namun, terdapat kendala, dusun kelompok tiga menolak untuk diberikan tanggung jawab pengelolaan tersebut dengan alasan mereka tidak punya waktu yang cukup ditengah kesibukan mereka untuk merawat kolam aquaponik. Sedangkan pada faktanya, sebagian besar anak yang terdampak stunting berada di wilayah dusun 3. Kebijakan strategis pemulihan stunting melalui pendekatan ekonomi ini pun dinilai oleh Universitas Negeri Gorontalo sebagai usaha yang sangat bagus dan optimal. Sehingga, mereka memberikan voucher senilai 85 juta dari Pemerintah Pusat untuk memaksimalkan program usaha mandiri kolam aquaponik di Desa Hutada’a. Dengan harapan, jumlah tiga kolam yang telah ada pada periode Juni 2021, bisa dikelola dengan maksimal bahkan pada periode tiga bulan kemudian, diharapkan akan dibumikan kolam aquaponik pada tiap rumah di Desa Hutada’a. Tentu ini merupakan salah satu usaha kreatif dan mandiri yang telah diresmikan oleh Pemerintah Desa Hutada’a. Namun, pada realisasinya, dari tiga kolam yang telah diadakan, hanya satu kolam yang berhasil produktif dan dikelola dengan baik, yakni kolam yang dipegang oleh kelompok Karang Taruna Desa Hutada’a. Padahal, target utama dari manfaat ekonomis kolam aquaponik ini adalah para kepala keluarga yang anaknya menderita stunting. Bantuan dana sebesar apapun dan pengadaan jenis usaha apapun yang disediakan oleh Pemerintah tentu tidak akan berjalan optimal jika tidak ada kesadaran dari masyarakat. Namun, sebagai pemegang kendali terhadap berbagai isu strategis di Desa, seharusnya Pemerintah Desa lah yang mesti bertanggung jawab atas ketidak optimalan ini. Secara tidak langsung, akar utama dari rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk mandiri dan cerdas dalam memulihkan ekonomi keluarga mereka adalah inkonsistensi Pemerinta Desa dalam mengontol dan memantau perkembangan program kolam aquaponik yang telah diterapkan. Mengubah perspektif masyarakat yang multicultural ini tentu bukanlah hal yang mudah, selama kesadaran dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa, berbagai bantuan usaha tentu tidak akan berjalan secara berkelanjutan, dan pemulihan ekonomi Desa Hutada’a akan menjadi seusatu yang sulit diraih. Salah satu kebijakan yang perlu dicoba oleh Pemerintah Desa Hutada’a adalah konsisten menyentil aspek edukasi kepada berbagai lapisan masyarakat di Desa Hutada’a. Kesadaran akan pentingnya memperjuangkan kestabilan finansial sebelum menikah harus bisa secara konsisten disentil kepada para remaja di Desa. Pentingnya pendidikan dan pencapaian target individual seharusnya sudah bisa dibumikan kepada anak-anak usia sekolah dasar hingga mereka remaja, karena di usia inilah kepribadian dan kognitif terus dibentuk. Inilah sebenarnya akar yang harus diperbaiki Pemerintah Desa untuk memulihkan berbagai persoalan ekonomi di wilayahnya.