Departemen Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
BOGOR
2020
1 Isidi dalam diktat ini telah disesuaikan dengan silabus mata kuliah Matem-
atika Diskret K2020.
Daftar Isi
i
Daftar Isi ii
1
1.1 Aturan Jumlah dan Kali 2
Contoh 1.2 Aturan jumlah dapat diperluas untuk lebih dari dua tugas. Mis-
alnya, seorang instruktur laboratorium komputer memiliki 4 jenis buku bahasa
pemrograman: 5 buku (judul) tentang C++, 4 buku tentang FORTRAN, 3
buku tentang Java, dan 5 buku tentang Pascal: Jika seorang praktikan dian-
jurkan untuk meminjam satu buku bahasa pemrograman dari sang instruktur,
maka ada 5 + 4 + 3 + 5 = 17 buku yang bisa dia pinjam.
De…nisi 1.2 (Aturan Kali) Jika suatu prosedur dapat dipecah menjadi
dua tahap, dan jika tahap pertama menghasilkan m keluaran yang mungkin
dan masing-masing keluaran dilanjutkan ke tahap kedua dengan n keluaran
yang mungkin, maka prosedur tersebut akan menghasilkan mn keluaran yang
mungkin.
Contoh 1.3 Pada Contoh 1.2, jika seorang praktikan diwajibkan menguasai
keempat jenis bahasa pemrograman yang masing-masing diberi waktu satu
bulan untuk mempelajarinya, maka ada 5 4 3 5 = 120 cara belajar yang
mungkin.
De…nisi 1.3 Jika dalam suatu kotak berisi n obyek (benda) yang berbeda,
maka banyaknya cara memilih (mengambil) r obyek dari kotak itu dengan
urutan diperhatikan dan pengulangan (pengembalian) dibolehkan adalah
nr
Ungkapan dari de…nisi di atas bisa diganti dengan: “banyaknya cara men-
empatkan n obyek yang berbeda ke dalam r posisi yang berbeda pula dengan
pengulangan dibolehkan adalah nr cara”.
Contoh 1.4 Untuk penyimpanan data, suatu memori utama komputer me-
muat sejumlah besar sirkuit, masing-masing mampu menyimpan suatu bit (0
atau 1). Sirkuit simpanan ini disusun berdasarkan satuan-satuan yang dise-
but dengan sel. Untuk mengidenti…kasi sel di dalam memori utama, masing-
masing diberikan satu dan hanya satu nama yang disebut dengan adres.
Pada beberapa jenis mesin komputer, adres direpresentasikan sebagai daftar
terurut terdiri atas 8 bit yang secara kolektif disebut dengan byte. Dengan
aturan kali, maka ada 28 adres yang bisa digunakan untuk mengidenti…kasi
sel dimana informasi akan disimpan.
Soal 1.1.1 Seorang turis asing akan melakukan perjalanan dari Jakarta ke
Bandung menggunakan mobil. Pemandu Wisata menjelaskan bahwa ada 2 al-
ternatif yang bisa dipilih, yaitu lewat Purwakarta atau Cianjur. Jika memilih
jalur Cianjur, ada 2 alternatif yang bisa dipilih, yaitu lewat Jonggol atau Bo-
gor. Jika memilih jalur Bogor, ada 3 alternatif yang bisa dipilih, yaitu lewat
Parung, Cibinong, atau Tol, kemudian dari Bogor dilanjutkan dengan 2 al-
ternatif, yaitu lewat Puncak atau Sukabumi. Ada berapa cara perjalanan yang
bisa ditempuh turis tersebut dari Jakarta ke Bandung, apabila:
Soal 1.1.3 Syarat penulisan plat nomor mobil untuk wilayah Bogor dan sek-
itarnya adalah:
1.2 Permutasi
Diberikan suatu himpunan yang beranggota n obyek, sembarang susunan
linear (mendatar) dari obyek-obyek tersebut disebut permutasi. Permutasi
berukuran r dari n obyek bisa diartikan sebagai menempatkan n obyek yang
berbeda ke dalam r posisi yang berbeda pula dengan cara pengulangan
tidak dibolehkan. Jika n obyek dinotasikan dengan a1 ; a2 ; :::; an ; dan r
adalah intejer positif dengan 1 r n; maka banyaknya permutasi beruku-
ran r dari n obyek, dinotasikan P (n; r); adalah
n!
n (n 1) (n 2) ::: (n r + 1) = (n r)!
pos-1 pos-2 pos-3 pos-r
Contoh 1.5 Di dalam suatu kelas yang terdiri 10 mahasiswa, dipilih 5 dan
disuruh berjajar dalam suatu baris untuk difoto. Tentukan banyaknya susunan
yang mungkin.
Contoh 1.6 Susunan huruf (kata) akan dibentuk dengan mengambil huruf-
huruf yang ada di dalam kata KOMPUTER. Tentukan banyaknya kata (susun-
an huruf tidak harus mempunyai arti) yang bisa dibentuk:
3. jika kata terdiri atas 12 huruf dengan syarat pengulangan huruf di-
bolehkan.
3. jika kata terdiri atas 12 huruf dengan syarat pengulangan huruf di-
bolehkan adalah 812 :
Contoh 1.7 Tentukan banyaknya kata yang mungkin dibentuk dengan meng-
ambil semua huruf di dalam kata MATEMATIKA.
Contoh 1.8 Buktikan bahwa jika n dan k adalah intejer positif dengan n =
2k; maka 2n!k adalah intejer (n! habis dibagi oleh 2k )
intejer. z
2
Ini merupakan suatu contoh pembuktian dengan pendekatan kombinatorika.
1.2 Permutasi 6
5 4 3 2 1 = 5!
5 4 4 3 3 2 2 1 1 = (5!)(4!):
Soal 1.2.5 Ada berapa susunan dari huruf-huruf di dalam kata SOCIOLOG-
ICAL? Kemudian, ada berapa susunan agar A dan G bersebelahan? Ada
berapa susunan agar semua vokal bersebelahan?
Soal 1.2.6 Ada berapa intejer positif n yang bisa dibentuk dengan menggu-
nakan angka 3; 4; 4; 5; 5; 6; dan 7 sehingga n 5000000:
1. P (n; 2) = 90:
Soal 1.2.9 Ada berapa cara jika 7 orang duduk mengelilingi meja bundar?
Kemudian, jika 2 orang ingin duduk bersebelahan, ada berapa susunan yang
mungkin?
1.3 Kombinasi
De…nisi 1.5 Kombinasi berukuran r dari n obyek dapat diartikan sebagai
seleksi (pengambilan) berukuran r dari kumpulan beranggota n obyek den-
gan urutan tidak diperhatikan dan pengulangan (pengembalian) tidak
dibolehkan.
P (n; r) n!
C(n; r) = = :
r! (n r)!r!
Rumus ini dijelaskan dengan argumen berikut. Setiap satu kombinasi beruku-
ran r dari n obyek akan menentukan r! permutasi berukuran r dari n obyek,
sehingga untuk C(n; r) kombinasi akan menghasikan
n n n
= 1, = n, dan = 1:
0 1 n
n
Selanjutnya, dide…nisikan bahwa r
= 0 jika:
12 12 12 11 10 9
= = =
8 4 1 2 3 4
: 495:
1.3 Kombinasi 9
5
2. Banyaknya cara mengerjakan 3 soal dari 5 soal pertama adalah 3
;
7
dan banyaknya cara mengerjakan 5 soal dari 7 soal terakhir adalah 5
:
Secara keseluruhan proses mengikuti aturan kali, sehingga ada 53 7
5
cara mengerjakan soal.
(a) 3 soal dari 5 nomor soal pertama dan 5 soal dari 7 nomor soal
terakhir, berarti ada 53 7
5
cara pengerjaan.
(b) 4 soal dari 5 nomor soal pertama dan 4 soal dari 7 nomor soal
terakhir, berarti ada 54 7
4
cara pengerjaan.
(c) 5 soal dari 5 nomor soal pertama dan 3 soal dari 7 nomor soal
terakhir, berarti ada 55 7
3
cara pengerjaan.
5 7 5 7 5 7
+ +
3 5 4 4 5 3
6! 7
2!2!1!1! 4
: 6300
6!
:
2!2!1!1!
1.3 Kombinasi 10
Bukti. Dari de…nisi jelas bahwa suatu string yang panjangnya 10 dan
berbobot genap jika dan hanya jika banyaknya simbol 1 dalam string terse-
but juga genap. Dengan demikian banyaknya simbol 1 dalam string yang
mungkin adalah 0; 2; 4; ..., 10: Misalkan banyaknya simbol 1 dalam string
adalah j; maka banyaknya string yang mungkin adalah
10 10 j
2
j
Bilangan ini diperoleh dari menempatkan simbol 1 sebanyak j ke dalam 10
posisi simbol dalam string:
simbol:
:
posisi: 1 2 3 5 6 7 8 9 10
Teorema 1.2 (Teorema Binomial) Jika x dan y adalah variabel dan n adalah
intejer positif, maka
Xn
n i n i
n
(x + y) = xy : (1.1)
i=0
i
P
n
n
1. i
= 2n :
i=0
P
n
n
2. ( 1)i i
= 0:
i=0
1. x = 1 dan y = 1;
2. x = 1 dan y = 1;
Contoh 1.14 Himpunan kuasa (power set) dari suatu himpunan A; dino-
tasikan dengan P(A); adalah koleksi (himpunan) semua subhimpunan dari
A: Jika jAj = n; dengan n intejer positif, jelaskan bahwa banyaknya subhim-
punan berkardinal k; dengan 0 k n; adalah nk ; dan
Xn
n
jP(A)j = = 2n :
k=0
k
i=0
i
X
7
7
= (2)i ( 3)7 i
xi y 7 i
i=0
i
1.3 Kombinasi 13
(a + 2b 3c + 2d + 5)16 :
Jawab. Karena
adalah koe…sien dari (a)2 (2b)3 ( 3c)2 (2d)5 (5)4 : Dengan demikian,
16!
(1)2 (2)3 ( 3)2 (2)5 (5)4 = 435 891 456 000 000
(2!)(3!)(2!)(5!)(4!)
n
Soal 1.3.2 Jika n adalah intejer positif dan n > 1; buktikan bahwa 2
+
n 1
2
merupakan bentuk kuadratik.
Soal 1.3.3 Suatu panitia terdiri dari 12 orang yang dipilih dari 10 pria dan
10 wanita. Tentukan banyaknya cara pemilihan, jika:
Soal 1.3.4 Tentukan banyaknya byte yang memuat banyaknya simbol “1”
sedikitnya 5:
1.3 Kombinasi 15
Soal 1.3.5 Tentukan banyaknya cara jika 12 buku yang berbeda didistribusi-
kan ke 4 anak sehingga:
Soal 1.3.7 Dari Contoh 1.13, tentukan banyaknya string dengan panjangnya
10 yang:
3. berbobot 4:
1. (x + y)12 :
2. (x + 2y)12 :
3. (2x 3y)12 :
1. (x + y)10 :
2. (x + y + z)10 :
3. (w + x + y + z)5 :
P
n
1
1. i!(n 1)!
:
i=0
P
n
( 1)i
2. i!(n 1)!
:
i=0
Soal 1.3.13 Tunjukkan bahwa untuk sembarang intejer positif m dan n ber-
laku
m+n m+n
n = (m + 1) :
m m+1
Soal 1.3.15 Untuk x suatu bilangan nyata dan n intejer positif, tunjukkan
bahwa:
1. 1 = (1 + x)n n
1
x1 (1 + x)n 1
+ n
2
x2 (1 + x)n 2
+ ( 1)n n
n
xn :
2. 2n = (2 + x)n n
1
x1 (2 + x)n 1
+ n
2
x2 (2 + x)n 2
+ ( 1)n n
n
xn :
X50
50 i
8 = x100 :
i=0
i
1.4 Kombinasi dengan pengulangan 17
Contoh 1.18 Ada berapa cara apabila 13 kelereng yang identik didistribusikan
ke dalam 5 lubang yang berbeda?
Jawab. Dengan argumen yang sama dengan jawaban Contoh 1.17 diper-
oleh jawaban
17! 17
= :
4!13! 13
z
Jawab. Dengan argumen yang sama dengan jawaban Contoh 1.17 diper-
oleh jawaban
25! 25 25
= = :
5!20! 20 5
z
Catatan 1.1 Dari ketiga contoh terakhir di atas, kita sampai pada kesim-
pulan bahwa ketiga pernyataan berikut adalah ekuivalen:
x1 + x2 + ::: + xn = r;
Contoh 1.20 Ada berapa cara apabila kita ingin memberikan 7 apel dan 6
jeruk kepada 4 orang anak apabila masing-masing anak sedikitnya menerima
1 apel?
6 9
1 :
3 6
: 1680 z
Jawab. 3 Misalkan
x1 + x2 + x3 + x4 + x5 + x6 = k; (1.4)
maka banyaknya solusi yang dimaksud adalah semua solusi Persamaan 1.4,
untuk 0 k 199: Dengan aturan jumlah diperoleh jawaban
X
199
6+k 1
:
k=0
k
: 95 746 959 700Jawaban ini kalau dicari nilainya cukup melelahkan; apalagi
kalau ruas kanan Pertidaksamaan 1.3 jauh lebih besar dari 200; katakan-
lah 2000: Berikut ini diberikan penyelesaian dengan pendekatan identitas
kombinatorial. Mencari banyaknya solusi intejer dari Pertidaksamaan 1.3
setara dengan mencari banyaknya semua solusi persamaan
x1 + x2 + x3 + x4 + x5 + x6 + x7 = 200;
3
Ini merupakan suatu contoh solusi yang berhubungan dengan analisis komputasi.
1.4 Kombinasi dengan pengulangan 20
Ringkasan
Soal 1.4.1 Tentukan ada berapa cara pendistribusian 10 koin kepada 5 orang
anak jika:
x1 + x2 + x3 + x4 = 32;
apabila:
1. xi 0; 1 i 4;
2. xi > 0; 1 i 4;
3. x1 ; x2 5; x3 ; x4 7;
4. xi 8; 1 i 4;
5. xi 2; 1 i 4; dan
2. Jika dijit 1; 3; dan 7 harus muncul paling banyak satu kali, tentukan
banyaknya semua intejer berdijit-5 yang saling tidak ekuivalen.
Soal 1.4.4 Tentukan jumlah solusi intejer dari persamaan
x1 + x2 + x3 + x4 + x5 < 500;
jika:
1. xi 0; 1 i 5:
2. xi 2; 1 i 5:
Soal 1.4.5 Perhatikan segmen program berikut, dimana i; j; k dan m adalah
peubah-peubah intejer.
for i := 1 to 20 do
for j := 1 to i do
for k := 1 to j do
for m := 1 to k do
print (i j) + (k m)
Berapa kali perintah print dieksekusi?
Soal 1.4.6 Perhatikan segmen program berikut, dimana i; j; k dan CO
U N T ER adalah peubah-peubah intejer dengan COU N T ER di berikan nilai
awal 10:
COU N T ER := 10
for i := 1 to 15 do
for j := 1 to 15 do
for k := 1 to 15 do
COU N T ER := COU N T ER + 1
Pertanyaannya, berapa nilai COU N T ER setelah segmen tersebut diek-
sekusi?
10 + 153
: 3385
Soal 1.4.7 Perhatikan segmen program berikut, dimana i; j; k; IN CREA-
M EN T dan SU M adalah peubah-peubah intejer.
IN CREAM EN T := 0
SU M := 0
for i := 1 to 10 do
for j := 1 to i do
for k := 1 to j do
IN CREAM EN T := IN CREAM EN T + 1
SU M := SU M + IN CREAM EN T
1.4 Kombinasi dengan pengulangan 24
1. x1 + x2 + x3 = 10; 0 xi ; 1 i 3:
2. x1 + x2 + x3 + x4 = 4; 2 xi ; 1 i 4:
Bab 2
Di dalam bab ini, pembicaraan banyak terkait dengan sifat-sifat dasar inte-
jer (bilangan bulat). Materinya ditekankan pada bahasan tentang: induksi
matematik, de…nisi rekursif, dan algoritme pembagian.
Sifat dasar intejer yang melandasi induksi matematik dinyatakan pada prin-
sip berikut ini.
Prinsip Pengurutan Baik (well-ordering principle): Setiap subhimpunan
tak-kosong dari Z+ mempunyai unsur terkecil.
25
2.1 Prinsip Induksi Matematik 26
P
n
(n)(n+1)
1. 1 + 2 + 3 + ::: + n = i= 2
:
i=1
P
n
(n)(n+1)(2n+1)
2. i2 = 6
:
i=1
P
n
(n2 )(n+1)2
3. i3 = 4
:
i=1
P
n
(n)(3n 1)
4. 1 + 4 + 7 + ::: + (3n 2) = (3i 2) = 2
:
i=1
1 1 1 1
P
n
1 n
5. 1:2
+ 2:3
+ 3:4
+ ::: + n(n+1)
= i(i+1)
= n+1
:
i=1
P
n
2i+1 n(n+2)
6. i2 (i+1)2
= (n+1)2
:
i=1
2.1 Prinsip Induksi Matematik 27
P
k
(k)(k+1)
Berdasarkan asumsi diketahui i= 2
; maka
i=1
X
k+1 X
k
i = i + (k + 1)
i=1 i=1
(k)(k + 1)
= + (k + 1)
2
(k)(k + 1) + 2 (k + 1)
=
2
(k + 1)(k + 2)
= :
2
z
1. Jika n 3; maka 2n 2n + 1:
n3
2. 12 + 22 + ::: + (n 1)2 < 3
:
2k+1 2(k + 1) + 1:
2k+1 2(k + 1) + 2k
Karena k 3; maka 2k 1: Dari fakta-fakta 2k+1 2(k +1)+2k dan 2k 1
kita simpulan bahwa
z
Perhatikan dua prosedur pseudocode berikut ini.
PROSEDUR 1
procedure SumOfSquares1 (n: positive integer)
begin
sum := 0
for i := 1 to n do
sum := sum + i2
end
PROSEDUR 2
procedure SumOfSquares1 (n: positive integer)
begin
sum := n (n + 1) (2 n + 1) =6
end
Terlihat bahwa kedua prosedur di atas sama-sama menghitung jumlah
kuadrat intejer positif dari 1 sampai dengan n. Karena Prosedur 1 meng-
gunakan perintah loop for, maka total operasinya melibatkan n adisi dan
n multiplikasi (ini belum termasuk n 1 adisi untuk penambahan variabel
counter i): Sedangkan Prosedur 2 hanya melibatkan 2 adisi, 3 multiplikasi, 1
divisi; dan yang lebih penting lagi jumlah operasinya tidak tergantung pada
nilai n: Akibatnya, Prosedur 2 jauh lebih e…sien dibandingkan Prosedur 1.
Hal ini memperlihatkan salah satu pentingnya prinsip induksi matematik
dalam masalah komputasi. Lebih jauh lagi kita perhatikan beberapa contoh
berikut ini.
2.1 Prinsip Induksi Matematik 29
Contoh 2.3 Kita amati jumlah intejer positif ganjil berurutan berikut.
1) 1 = 1 (= 12 )
2) 1 + 3 = 4 (= 22 )
3) 1 + 3 + 5 = 9 (= 32 )
4) 1 + 3 + 5 + 7 = 16 (= 42 )
Dari 4 intejer positif pertama ini, kita dapatkan pola untuk membuat suatu
konjektur (suatu proposisi yang belum diketahui benar dan salahnya) yang
berbunyi: Jumlah n intejer positif ganjil pertama yang berurutan
adalah n2 ; dengan kata lain, 8n 2 Z+ ;
X
n
S (n) : (2i 1) = n2 :
i=1
X
k+1 X
k
(2i 1) = (2i 1) + [2(k + 1) 1]
i=1 i=1
2
= k + [2(k + 1) 1]
= k 2 + 2k + 1
= (k + 1)2 :
Contoh 2.4 Diantara banyak barisan bilangan yang cukup menarik di dalam
matematika diskret dan kombinatorika adalah barisan bilangan harmonik:
H1 ; H2 ; H3 ; :::, dimana
H1 = 1
1
H2 = 1 +
2
1 1
H3 = 1+ +
2 3
..
.
Bukti. Untuk n = 1;
X
1
Hi = (1 + 1)H1 1,
i=1
H1 = 2:H1 1 ,
1 = 2:1 1 ,
1 = 1; benar.
P
Misalkan ki=1 Hi = (k + 1)Hk k benar untuk suatu intejer k > 1: Dari
asumsi ini, maka
X
k+1 X
k
Hi = Hi + Hk+1
i=1 i=1
= [(k + 1)Hk k] + Hk+1
= ((k + 1)Hk+1 1) k + Hk+1
= [(k + 1) + 1]Hk+1 1 k
= [(k + 1) + 1]Hk+1 (k + 1):
(a) S(n0 ); S(n0 + 1); S(n0 + 2); :::; S(n1 1); S(n1 ) benar, dan
Jika S(n0 ); S(n0 + 1); :::; S(n1 ); :::; S(k) benar, maka S(k + 1)benar
a0 = 1; a1 = 2; a2 = 3; dan
an = an 1 + an 2 + an 3; 8n 2 Z; n 3:
Buktikan bahwa 8n 2 N; an 3n :
ak+1 = ak + ak 1 + ak 2
3k + 3k 1 + 3k 2
3k + 3k + 3k = 3k+1 :
1 = 1 (1)
2+3+4 = 1+8 (2)
5+6+7+8+9 = 8 + 27 (3)
10 + 11 + 12 + 13 + 14 + 15 + 16 = 27 + 64 (4)
Buatlah konjektur rumus umum dari keempat persamaan di atas, dan buk-
tikan kebenaran konjektur yang anda buat.
Soal 2.1.2
2.2 De…nisi Rekursif 32
3. Buatlah konjektur hasil umum yang digeneralisasi dari Soal 1: dan Soal
2:, kemudian buktikan kebenaran konjektur yang anda buat.
p 1 ^ p 2 ^ p3 ^ p4 , (p1 ^ p2 ^ p3 ) ^ p4
, [(p1 ^ p2 ) ^ p3 ] ^ p4
, (p1 ^ p2 ) ^ (p3 ^ p4 )
, p1 ^ [p2 ^ (p3 ^ p4 )]
, p1 ^ (p2 ^ p3 ^ p4 ):
Dari fakta ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa berdasarkan sifat asosi-
atif tanda kurung bisa diletakkan secara bebas. Hasil ini dimantabkan secara
lebih umum pada penyataan di dalam contoh berikut ini.
Fn = Fn 1 + Fn 2
n k Jml. Brs
0 1 20
1 1 1 21
2 1 2 1 22
3 1 3 3 1 23
4 1 4 6 4 1 24
a) a1 = 5; dan
b) an+1 = an + 5; untuk n 1:
a)’ b1 = 3; dan
1. cn = 7n:
2. cn = 7n :
3. cn = 3n + 7:
4. cn = 7:
5. cn = n2 :
6. cn = 2 ( 1)n :
Soal 2.2.2
Soal 2.2.3
jx + yj2 = (x + y)2
= x2 + 2xy + y 2
x2 + 2 jxj jyj + y 2
= jxj2 + 2 jxj jyj + jyj2
= (jxj + jyj)2 :
a) a0 = 1; a1 = 1; a2 = 1; dan
b) untuk n 3; an = an 1 + an 3 :
p n
Buktikan bahwa an+2 2 untuk setiap n 0:
P
n
1. untuk n 0; buktikan bahwa Fi = Fn+2 1:
i=0
P
n
Fi 1 Fn+2
2. untuk n 1; buktikan bahwa 2i
=1 2n
:
i=1
Soal 2.2.7
i i+1
i2 = + :
2 2
i i+1 i+2
i3 = +4 + :
3 3 3
(8a; b 2 Z) ab = 0 ) a = 0 _ b = 0;
(8a; b 2 Z) a 6= 0 ^ b 6= 0 ) ab 6= 0;
1. 1 j a dan (a j 0 dengan a 6= 0)
2. [(a j b) ^ (b j a)] ) a = b:
3. [(a j b) ^ (b j c)] ) a j c:
5. (x = y + z) ^ ((a j x) ^ (a j y)) ) a j z:
6. (8a; b 2 Z+ ) (a j b) ) a b:
a j c1 x1 + c2 x2 + ::: + cn xn
bx + cy = xma + yna
= (xm + yn)a;
z
Bukti untuk teorema berikut ini dianjurkan sebagai kegiatan mandiri,
dan ini telah dibahas secara lengkap matakuliah Pengantar Teori Bilangan.
2.3 Algoritme Pembagian 41
a = qb + r; 0 r < b:
Dalam hal ini a disebut yang dibagi, b adalah yang membagi, q adalah
hasil bagi, dan r adalah sisa pembagian. Selanjutnya sisa pembagian
dinotasikan dengan r = a mod b dan hasil bagi dinotasikan q = a div b:
67
q = b c
7
r = 67 mod 7
4. Misalkan a; b 2 Z+ :
a = ( q)b r
= ( q)b b + b r
= ( q 1)b + (b r):
Dalam hal ini, a(< 0) dibagi oleh b(> 0) diperoleh hasil bagi
q 1(< 0) dan sisanya b r; dimana 0 < b r < b:
72 mod 11
De…nisi 2.2 Jika b 2 adalah suatu intejer, maka sembarang intejer positf
a dapat diekspresikan secara tunggal sebagai
a = an b n + an 1 b n 1
+ ::: + a1 b + a0 ; (2.1)
dimana 0 ai < b untuk i = 0; 1; :::; n dan an 6= 0: Ruas kanan Persamaan
2.1 disebut representasi basis b dari a; dan dinotasikan dengan
a = (an an 1 :::a1 a0 )b :
2.3 Algoritme Pembagian 44
Banyaknya dijit dari a disebut dengan presisi atau panjang dari a: Dalam
de…nisi di atas terlihat bahwa presisi dari a adalah n: Jika n = 0; maka a
disebut intejer presisi tunggal. Sedangkan jika n > 0; maka a disebut sebagai
intejer presisi ganda.
Dari De…nisi 2.2, berikut ini diberikan prosedur untuk mengubah repre-
sentasi basis-b dari intejer a kebentuk standar desimal dari a:
PROSEDUR 4
procedure ChangeDecimal((an an 1 :::a1 a0 )b : intejer)
begin
a := 0
for i := 0 to n do
a := a + ai bi
return(a)
end
z
Algoritme representasi basis b dinyatakan dalam prosedur berikut dengan
input intejer a 0 dan b 2:
PROSEDUR 5
procedure Basis-bRepresetation(a, b : intejer positif )
begin
i := 0
x := a
q := b xb c
ai := x q b
while q > 0 do
begin
i := i + 1
x := q
q := b xb c
ai := x q b
end
return((an an 1 :::a1 a0 )b )
end
Representasi Besaran-bertanda
Tanda dari suatu intejer (baik positif maupun negatif) dan besarannya (nilai
mutlak) direprsentasikan sebagai representasi besaran-bertanda. Intejer posi-
tif diberi suatu tanda dijit 0; sementara intejer negatif diberi suatu tanda dijit
b 1: Untuk suatu representasi basis-b bedijit n (berupa barisan) terdiri dari:
bn 1 1 intejer positif, bn 1 1 intejer negatif, dan 0 mempunyai dua rep-
resentasi. Sebagai ilustrasi, berikut ini diberikan tabel representasi besaran
bertanda untuk biner dari intejer dalam selang [ 7; 7]:
2.3 Algoritme Pembagian 47
Representasi Komplemen
Soal 2.3.1
Soal 2.3.2 Tentukan hasil bagi q dan sisa r dari pembagian a oleh b yang
diketahui berikut ini.
1. a = 23 dan b = 7:
2. a = 115 dan b = 12:
3. a = 0 dan b = 42:
4. a = 434 dan b = 31:
Soal 2.3.3 Tuliskan intejer berbasis-10 berikut ini ke dalam basis-2, basis-4;
dan basis-8:
a) 137 b) 6243 c) 12:345.
Soal 2.3.4 Tuliskan intejer berbasis-10 berikut ini ke dalam basis-2 dan basis-
16:
a) 22 b) 527 c) 1234 d) 6923.
Soal 2.3.7 Tuliskan masing-masing dari bilangan biner berikut ini ke dalam
representasi komplemen dua, hasilnya mengikuti pola 8-bit.
Soal 2.3.8 Jika suatu mesin menyimpan intejer dengan metode komplemen
dua, berapa intejer terbesar dan terkecil yang dapat disimpan apabila meng-
gunakan pola 8-bit.
a) 3 2 X; dan
b) jika a; b 2 X; maka a + b 2 X:
Buktikan bahwa
c = maxfx 2 Z+ (x j a) ^ (x j b)g:
2.4 Algoritme Euclides (Euclidean Algorithm) 50
Teorema 2.5 Misalkan c = gcd (a; b) : Jika pembagi bersama d dari a dan
b; maka d j c:
Teorema 2.6 Untuk setiap a; b 2 Z+ ; ada tepat satu c 2 Z+ sehingga c =
gcd (a; b) : Selanjutnya ada x; y 2 Z sehingga c = xa + yb (c adalah suatu
kombinasi linear dari a dan b):
Sifat-sifat dasar dari pembagi bersama terbersar dapat dirinci sebagai
berikut. Misalnya c = gcd (a; b) ; maka:
1. c adalah intejer positif terkecil dari himpunan fxa + yb=x; y 2 Zg:
2. Jika d = sa + tb untuk suatu s; t 2 Z; maka c j d:
3. gcd (a; b) = gcd ( a; b) = gcd (a; b) = gcd ( a; b) = gcd (b; a) :
4. gcd (a; 0) = jaj dan gcd (0; 0) tak terde…nisikan.
a b
5. c = gcd (a; b) ) gcd ;
c c
= 1:
Intejer a dan bdisebut prima relatif (koprima) jika gcd (a; b) = 1; selan-
jutnya ada x; y 2 Z sehingga xa + yb = 1:
Contoh 2.18 Karena gcd (42; 70) = 14; maka ada x; y 2 Z; sehingga
42x + 70y = 14 , 3x + 5y = 1:
Mudah diperiksa bahwa x = 2 dan y = 1 adalah solusinya. Kemudian
untuk k 2 Z;
3(2 + 5k) + 5( 1 3k) = 1;
juga
42(2 5k) + 70( 1 + 3k) = 14:
Jadi nilai x dan y tidak tunggal.
Teorema 2.7 (Algoritme Euclid) Misalkan a; b 2 Z+ ; jika dengan algo-
ritme pembagian berlaku langkah-langkah berikut ini:
Langkah ke-1 a = q 1 b + r1 0 < r1 < b
Langkah ke-2 b = q2 r1 + r2 0 < r2 < r1
Langkah ke-3 r1 = q3 r2 + r3 0 < r3 < r2
.. .. ..
. . .
,
Langkah ke-(i+2) ri = qi+2 ri+1 + ri+2 0 < ri+2 < ri+1
.. .. ..
. . .
Langkah ke-k rk 2 = qk rk 1 + rk 0 < rk < rk 1
Langkah ke-(k+2) rk 1 = qk+1 rk :
maka rk = gcd (a; b) :
2.4 Algoritme Euclides (Euclidean Algorithm) 51
1 = 28 1 (27)
= 28 1 (111 3 (28))
= ( 1) (111) + (4) (28)
= ( 1) (111) + (4) (250 2 (111))
= (4) 250 + ( 9) (111) :
z
Terkait dengan implementasi, algoritme Euclid dapat dirinci dalam Prose-
dur 6 untuk mencari gcd (a; b) dimana a; b 2 Z+ :
2.4 Algoritme Euclides (Euclidean Algorithm) 52
PROSEDUR 6
procedure gcd(a; b: intejer positif, a b)
begin
r := a mod b
d := b
while r > 0 do
begin
c := d
d := r
r := c mod d
end
return(d)
end
c = minfx 2 Z+ (a j x) ^ (b j x)g:
1. 8n 2 Z+ ; berlaku
lcm(1; n) = lcm(n; 1) = n:
2. 8a; n 2 Z+ ; berlaku
lcm(a; na) = na:
Teorema 2.8 Misalnya c = lcm (a; b) : Jika y adalah kelipatan bersama dari
a dan b; maka c j y:
2.4 Algoritme Euclides (Euclidean Algorithm) 53
(168)(456)
lcm(168; 456) = = 3192:
24
z
Algoritme Euclid dapat diperluas sehingga tidak hanya mengasilkan pem-
bagi bersama terbesar dari dua intejer a dan b; tetapi juga menghasilkan
intejer x dan y yang memenuhi ax + by = d; diberikan dalam Prosedur 7.
PROSEDUR 7
procedure gcd(a; b: intejer positif, positif, a b)
begin
if b = 0 then
begin
d := a; x := 1; y := 0
return(d; x; y)
end
x2 := 1; x1 := 0; y2 := 0; y1 := 1
while b > 0 do
begin
q := b ab c; r := a qb; x := x2 qx1 ; y := y2 qy1
a := b; b := r; x2 := x1 ; x1 := x; y2 := y1 ; y1 := y
end
d := a; x := x2 ; y := y2
return(d; x; y)
end
q r x y a b x2 x1 y2 y1
4864 3458 1 0 0 1
1 1406 1 1 3458 1406 0 1 1 1
2 646 2 3 1406 646 1 2 1 3
2 114 5 7 646 114 3 5 3 7
5 76 27 38 114 76 5 27 7 38
1 38 32 45 76 38 27 32 38 45
2 0 91 28 38 0 32 91 45 128
z
Catatan bahwa jawaban dengan tabel pada contoh di atas dapat diseder-
hanakan sebagai berikut, demi perhitungan menggunakan pensil dan kertas.
i qi+1 ri xi yi
0 4864 1 0
1 1 3458 0 1
2 2 1406 1 1
3 2 646 2 3
4 5 114 5 7
5 1 76 27 38
6 2 38 32 45
7 0
De…nisi 2.5 Intejer positif p disebut prima jika faktor dari p hanyalah 1
dan dirinya sendiri p: Intejer positif yang bukan prima disebut komposit.
Dari de…nisi tersebut jelas bahwa suatu intejer positif p adalah prima jika
memenuhi
p = ab ) a = 1 _ b = 1:
2.4 Algoritme Euclides (Euclidean Algorithm) 55
z
2.4 Algoritme Euclides (Euclidean Algorithm) 56
10:9:8:7:6:5:4:3:2:n = 21:20:19:17:16:15:14:
Tunjukkan bahwa 17 j n:
17 j 10:9:8:7:6:5:4:3:2:n:
Soal 2.4.2
a b
gcd( ; ) = 1
d d
c2 j ab:
2. Berapa nilai yang mungkin dari gcd(n; n+3)? Bagaimana dengan gcd(n; n+
4)?
Soal 2.4.4 Tentukan nilai-nilai dari c 2 Z+ ; 10 < c < 20; sedemikian se-
hingga persamaan Diophantine 84x+990y = c tidak mempunyai solusi. Ten-
tukan solusi untuk nilai-nilai c yang lainnya (nilai c dalam kasus persamaan
mempunyai solusi).
Soal 2.4.5
a + b = c , a + b c(mod n)
ab = c , ab c(mod n)
6+7 = 3
4 8 = 2
3 9 = 3 + 1 = 4:
(7 13) mod 15
Catatan 2.1 Berdasarkan Teorema 2.6, gcd(a; n) = 1 jika dan hanya jika
ada intejer x dan y sehingga
ax + ny = 1 , ax 1= ny , ax 1 (mod n):
Ini berarti x adalah invers dari a modulo n dan untuk menghitung x dapat
digunakan Prosedur 7, dengan input a dan n:
: 0
gcd (210; 163)
1
: 163 mod 210 = 67 = 2
1
35 mod 100
1
: 97 : 121 mod 200 = 81
Zn = fa 2 Zn = gcd(a; n) = 1g
Contoh: Z10 = f1; 3; 7; 9g, Z15 = f1; 2; 4; 7; 8; 11; 13; 14g, dan Z5 =
f1; 2; 3; 4g: Kardinalitas dari Zn ; yaitu jZn j; disebut dengan bilangan Phi
Euler dinotasikan dengan (n) ;
122 mod 23
(n) = jZn j:
ap a (mod p)
Teorema 2.15 Jika p dan q adalah dua intejer positif dengan gcd(p; q) = 1;
maka
(pq) = (p): (q):
Khususnya, jika p dan q keduanya prima, maka
(pq) = (p 1)(q 1)
Konsep relasi dan fungsi adalah salah satu landasan terpenting yang digu-
nakan untuk memahami banyak konsep lain di dalam matematika seperti:
aljabar, kalkulus, teori graf, dsb. Namun demikian, sesuai dengan tema
matematika diskret, bahasan relasi dan fungsi disini akan digunakan pen-
dekatan teori himpunan yang kebanyakan melibatkan konsep kombinatorial.
61
3.1 Produk Cartesian dan Relasi 62
R2 = f(x; y) x; y 2 Rg ; R3 = f(x; y; z) x; y; z 2 Rg
Rn = f(x1 ; x2 ; :::; xn ) x1 ; x2 ; :::; xn 2 Rg
A B = f(a; 1); (a; 2); (a; 3); (b; 1); (b; 2); (b; 3)g;
B A = f(1; a); (1; b); (2; a); (2; b); (3; a); (3; b)g;
A2 = f(a; a); (a; b); (b; a); (b; b)g
B2 = f(1; 1); (1; 2); (1; 3); (2; 1); (2; 2); (2; 3); (3; 1); (3; 2); (3; 3)g
A3 = f(a; a; a); (a; a; b); (a; b; a); (a; b; b); (b; a; a); (b; a; b); (b; b; a); (b; b; b)g
z
Dari contoh di atas terlihat bahwa secara umum A B tidak sama dengan
B A; namun aturan kali menjamin bahwa jA Bj = jB Aj :
R R = R2 dikenal sebagai bidang (bilangan nyata) dari koordinat geometri
atau kalkulus berdimensi dua. R+ R+ adalah interior dari kuadran pertama
dari bidang yang bersangkutan. Secara sama, R3 merupakan ruang-3 Euclid-
ean.
R1 = f(a; 1); (b; 3)g; R2 = f(a; 1); (a; 3); (b; 2); (b; 3)g;
R3 = f(b; 2)g; R4 = ?; R5 = A B:
3.1 Produk Cartesian dan Relasi 63
R = f(x; y) 2 R2 x2 + y 2 = 4g
1. A (B \ C) = (A B) \ (A C) :
2. A (B [ C) = (A B) [ (A C) :
3. (A \ B) C = (A C) \ (B C) :
4. (A [ B) C = (A C) [ (B C) :
Soal 3.1.2 Misalkan A = f1; 2; 3; 4g; B = f2; 5g; dan C = f3; 4; 7g; ten-
tukan A B; B A; A (B [ C); (A [ B) C; dan (A C) [ (B C):
3. tentukan jA Bj :
3.2 Fungsi
3.2.1 Pengertian Fungsi
De…nisi 3.3 Fungsi (pemetaan) f dari himpunan A ke himpunan B; dino-
tasikan f : A ! B; adalah suatu relasi dari A ke B (berarti f A B) yang
setiap anggota dari A muncul hanya sekali sebagai komponen pertama dari
pasangan terurut keanggotaan relasi yang bersangkutan.
Dari de…nisi di atas, jika (a; b) 2 f; maka dapat ditulis b = f (a). Dalam
hal ini b disebut imej dari a dibawa oleh f; sedangkan a disebut preimej dari
b oleh f: Penulisan ringkas dengan menerapkan lambang logika dari de…nisi
di atas dapat dinyatakan de…nisi berikut ini.
De…nisi 3.5 Relasi f dari A ke B adalah suatu fungsi jika memenuhi kedua
syarat berikut
Dari de…nisi di atas, jelas bahwa relasi f dari A ke B adalah bukan fungsi
jika
[(9a 2 A) (8b 2 B) b 6= f (a)] _ [(9a1 ; a2 2 A) (a1 = a2 ) ^ (f (a1 ) 6= f (a2 ))]
Contoh 3.8 Berdasarkan De…nisi 3.5, berikan analisis apakah relasi pada
Contoh 3.2 merupakan fungsi dari A ke A.
Jawab. R pada Contoh 3.2 adalah bukan fungsi karena ada anggota A;
sebut saja 4 2 A; sehingga untuk setiap b 2 A; berlaku (4; b) 2
= R (sifat
universalitas tidak dipenuhi). Atau, bisa juga menggunakan alasan bahwa
ada anggota A; sebut saja 0 2 A; sehingga (0; 1) 2 R dan juga (0; 2) 2 R
(sifat ketunggalan tidak dipenuhi). z
Contoh 3.9 Berdasarkan De…nisi 3.5, berikan analisis apakah relasi pada
Contoh 3.3 merupakan fungsi dari R ke R.
f : R ! R , (8x 2 R) (9!y) y = f (x) = 3x 1
3.2 Fungsi 67
Jawab. R pada Contoh 3.3 adalah fungsi dan berikut ini diberikan
pembuktiannya.
Soal 3.2.1 Berdasarkan De…nisi 3.5, berikan analisis apakah relasi pada
Contoh 3.5 merupakan fungsi dari Z ke Z.
Soal 3.2.2 Berdasarkan De…nisi 3.5, berikan analisis apakah relasi pada
Contoh 3.6 merupakan fungsi dari R ke R.
De…nisi 3.7
(e) Kebalikan:
1 1
jika 0 < x < y, maka 0 < <
y x
Catatan bahwa tidak semua aturan pemetaan yang sifatnya implisit bisa
dengan mudah diubah ke bentuk implisit secara analitik (aljabar). Sebagai
ilustrasi, sin (2xy 1) xy 2 = 5 sangat sulit ditentukan bentu implisitnya
secara analitik (perlu pendekatan numerik).
x21 = x22 ) x21 + 4x1 = x22 + 4x2 ) x21 + 4x1 5 = x22 + 4x2 5
Dengan
p kata lain, untuk setiap x 2 ( 1; 1], ada y 2 R (yaitu y =
1 x) sehingga y = f (x).
x1 = x2 ) (1 x1 ) = (1 x2 )
3.2 Fungsi 71
Dengan
p kata lain, untuk setiap x 2 [ 5; 5], ada y 2 [0; 1) (yaitu
y = 25 x2 ) sehingga y = f (x).
2. Misalkan x1 ; x2 2 [ 5; 5] dengan sifat x1 = x2 ; berarti 5 x1 = x 2
5; berdasarkan 3.7 (Jelaskan secara terinci!), diperoleh
0 x21 = x22 25 ) 0 25 x21 = 25 x22
dan karena (25 x21 ) 0; kita simpulkan
q q
25 x21 = 25 x22 , f (x1 ) = f (x2 )
Dengan kata lain, untuk setiap x1 ; x2 2 [ 5; 5], jika x1 = x2 ; maka
f (x1 ) = f (x2 ) :
3.2 Fungsi 72
z
Salah satu konsep penting dari fungsi bilangan real adalah pengartian
limit, dan telah banyak dibahas di dalam matakuliah Kalkulus. Namun
demikian, pada bagian ini bahasan kita tekankan pada pendekatan formal
berdasarkan aspek logika. Berikut ini diberikan de…nisinya.
jika
(8 > 0) (9 > 0) [(0 < jx aj < ) ) (jf (x) Lj < )]
Ambil sembarang > 0 (betapapun kecilnya), berikut ini kita tentukan nilai
> 0 yang nilainya bergantung pada sehingga kalimat implikasi terse-
but benar. Dengan menggunakan sifat-sifat R dan nilai mutlak, perhatikan
bahwa dari
x2 + x 5 7 = x2 + x 12 = j(x 3) (x + 4)j = jx 3j jx + 4j
jx + 4j = j(x 3) + 7j < 8
Soal 3.2.3 Tentukan apakah relasi-relasi berikut ini merupakan fungsi, dan
jika merupakan fungsi, carilah imejnya.
f (x) = bxc
f (x) = dxe
Jawab:
3 3 3 3 = 34
3.3 Fungsi Injektif 75
Jawab: 34 :
tidak injektif.
f (a) = f (b) ) 3a + 7 = 3b + 7 ) 3a = 3b ) a = b:
3!
Jawab. Semuanya ada P (3; 2) = 1!
= 6 fungsi injektif dari A ke B;
yaitu:
f = f(1; w); (2; x); (3; x); (4; y); (5; y)g:
Jika A1 = f1; 2g; A2 = f2; 3g; dan A3 = f2; 3; 4; 5g; tentukan f (A1 ); f (A2 )
dan f (A3 ):
Bukti. Disini hanya akan dibuktikan untuk No. 2., lainnya disisakan
sebagai latihan.
Ambil sembarang b 2 f (A1 \ A2 ); maka 9a 2 A1 \ A2 sehingga f (a) = b:
Karena a 2 A1 \ A2 ; berarti a 2 A1 dan a 2 A2 ; akibatnya f (a) 2 f (A1 ) dan
f (a) 2 f (A2 ); dan ini berarti f (a) = b 2 f (A1 ) \ f (A2 ): Kesimpulannya
g(q) = 3q + 7; 8q 2 Q;
h(r) = 3r + 7; 8r 2 R:
Maka:
3.3 Fungsi Injektif 79
Soal 3.3.2
Soal 3.3.4
a) a1 = 1; dan
tidak surjektif.
f (x) = 3x + 1; 8x 2 Z;
g(x) = x2 ; 8x 2 R;
g(x) = 3x + 1; 8x 2 Q;
h(x) = x3 ; 8x 2 R;
adalah surjektif.
y 1
g(x) = g( )
3
y 1
= 3(( )+1
3
= y:
Contoh 3.28 Jika A = fx; y; zg dan B = f1; 2g; jelaskan bahwa semua
fungsi f : A ! B adalah surjektif kecuali f merupakan fungsi konstan.
Selanjutnya, simpulkan bahwa ada 6 cara mende…nisikan fungsi surjektif dari
A ke B: Kemudian, nyatakan secara umum untuk A sembarang himpunan
dengan jAj = m 2; sedangkan ditetapkan B = f1; 2g; maka ada
2m 2
z
Dua contoh terakhir di atas mengarah ke suatu pola (generalisasi) yang
di berikan berikut ini, tanpa pembuktian.
Jawab:
X
3
3 3 4 3 4 3 4 3 4
( 1)k (3 k)4 = 3 2 + 1 0
k=0
3 k 3 2 1 0
= (1 81) (3 16) + (3 1) (1 0)
= 36
z
3.4 Fungsi Surjektif dan Bilangan Stirling Jenis Kedua 85
Contoh 3.33 7 orang yang tidak saling kenal berada di lantai dasar sebuah
gedung yang secara bersamaan akan menggunakan suatu lift untuk naik ke
lantai atas. Jika gedung tersebut mempunyai 4 lantai (tingkat) diatas lantai
dasar, tentukan probabilitas bahwa lift harus berhenti di setiap lantai lantaran
ada diantara ketujuh orang tersebut yang keluar dari lift.
Jawab. Ukuran ruang contoh dari contoh soal ini adalah banyaknya
cara 7 orang memilih 4 lantai (atau banyaknya cara pende…nisian fungsi
dari domain berukuran 7 ke kodomain berukuran 4), yaitu 47 = 16384 cara.
Sedangkan ukuran ruang kejadiannya merupakan model Contoh 3.31, yaitu
8400 cara. Dengan demikian, probabilitas bahwa lift harus berhenti di setiap
8400
lantai adalah 16384 = 0; 5127: z
Jawab. Pertanyaan pada contoh soal ini merupakan model Contoh 3.31.
Dengan demikian,
z
Contoh berikut ini akan mengarah generalisasi bilangan Stirling jenis ke-
dua.
Contoh 3.35 Jika A = fa; b; c; dg dan B = f1; 2; 3g; maka ada 36 fungsi
surjektif dari A ke B: Bentuk verbal dari pernyataan ini adalah ada 36
cara mendistribusikan 4 obyek yang berbeda ke dalam 3 wadah “yang da-
pat dibedakan” (urutan wadah diperhatikan), dengan syarat tidak ada wadah
yang kosong. Dari 36 cara tersebut, perhatikan 6 contoh berikut ini:
1) fa; bg1 fcg2 fdg3 2) fa; bg1 fdg2 fcg3
3) fcg1 fa; bg2 fdg3 4) fcg1 fdg2 fa; bg3
5) fdg1 fa; bg2 fcg3 6) fdg1 fcg2 fa; bg3
dengan, misalnya, notasi fcg2 diartikan sebagai c ada di dalam wadah kedua.
Sekarang, jika wadah “tidak lagi dapat dibedakan”(urutan wadah tidak diper-
hatikan), maka keenam (3!) contoh tersebut dianggap identik (tidak dibedakan).
Dengan demikian, ada 36 3!
= 6 cara mendistribusikan 4 obyek yang berbeda
ke dalam 3 wadah “yang identik” (urutan wadah tidak diperhatikan), dengan
syarat tidak ada wadah yang kosong.
Bilangan ini dinotasikan dengan S(m; n); dan disebut bilangan Stirling
jenis kedua. Perhatikan bahwa jika jAj = m n = jBj ; maka banyaknya
fungsi surjektif dari A ke B adalah n!:S(m; n):
Teorema 3.3 Bilangan Stirling jenis kedua S(m; n) dapat dirumuskan se-
cara rekursif dengan
S(m; 1) = 1; S(m; m) = 1;
S(m; n) = S(m 1; n 1) + n:S(m 1; n); untuk 2 n m 1:
P
n
Contoh 3.36 Untuk m n; S(m; i) adalah banyaknya cara yang mungkin
i=1
untuk mendistribusikan m obyek yang berbeda ke dalam n wadah yang iden-
tik dengan ada wadah yang kosong diperbolehkan. Perhatikan dari baris ke-4
dalam tabel bilangan Stirling di atas, bahwa ada
X
3
S(4; i) = S(4; 1) + S(4; 2) + S(4; 3) = 1 + 6 + 7 = 14 cara
i=1
Soal 3.4.1 Berikan suatu contoh himpunan berhingga A dan B dengan jAj ;
jBj 4 dan fungsi f : A ! B sedemikian sehingga
Soal 3.4.4
1. Periksalah bahwa
X
n
n
( 1)k (n k)m = 0
k=0
n k
untuk n = 5 dan m = 2; 3; 4:
P
5
m
2. Periksalah bahwa 57 = i
(i!)S(7; i):
i=1
Soal 3.4.5
Contoh 3.38 Misalkan A = f1; 2; 3; 4; 5g; suatu permutasi pada A bisa di-
pandang sebagi fungsi (aturan pemetaan) p : A ! A yang bijektif, sebagai
misal:
p(1) = 3; p(2) = 5; p(3) = 4; p(4) = 2; p(5) = 1
atau dipandang sebagai himpunan
P = f(1; 3) ; (2; 5) ; (3; 4) ; (4; 2) ; (5; 1)g
atau dipandang sebagai urutan (susunan)
p = (3; 5; 4; 2; 1)
Suatu cara penulisan yang lain untuk permutasi p:
1 2 3 4 5
p= ;
3 5 4 2 1
dan dalam hal ini baris yang atas dipandang sebagai domain dari p; sedangkan
baris yang bawah dipandang sebagai imejnya:
3.5 Komposisi Fungsi dan Fungsi Invers 92
maka
f (x) = bxc + 1 = n + 1 = dxe = g(x):
Kesimpulannya, walaupun f dan g mempunyai rumus yang berbeda, f = g:
f = f(1; a); (2; a); (3; b); (4; c)g dan g = f(a; x); (b; y); (c; z)g:
Jadi
g f = f(1; x); (2; x); (3; y); (4; z)g:
Dengan mudah dapat dilihat bahwa secara umum fungsi komposit tidak
komutatif. Dalam hal ini, ada pasangan fungsi f dan g sehingga g f 6= f g:
maka
f c f = 1A dan f f c = 1B :
g f = 1A dan f g = 1B :
g f = 1A dan f g = 1B ;
maka g adalah tunggal (unik). Dalam hal ini g disebut invers dari f; dino-
tasikan g = f 1 ; selanjutnya
1
f = f c dan (f 1
) 1
= f:
h f = 1A dan f h = 1B ;
maka
h = h 1B = h (f g) = (h f ) g = 1A g = g
z
3.5 Komposisi Fungsi dan Fungsi Invers 95
1
Bukti. ()) Misalkan f invertibel, maka ada tepat satu f sehingga
1 1
f f = 1A dan f f = 1B :
dan
f (g (y)) = f (x) = y , (f g) (y) = 1B (y) , (f g) = 1B
Jadi, g = f 1
sehingga f invertibel. z
1
Bukti. Asumsikan f dan g invertibel, maka ada funsi f : B ! A dan
1
g : C ! B sehingga
1 1
f f = 1A dan f f = 1B :
1 1
g g = 1B dan g g = 1C
3.5 Komposisi Fungsi dan Fungsi Invers 96
1
Berdasarkan Teorema 3.4, g f juga invertibel dengan invers (g f ) dan
1
(g f ) (g f ) = 1A
Di lain pihak,
1
(f g 1 ) (g f ) = f 1
g 1 g f= f 1
1B f
1
= f f = 1A
Jadi, (g f ) 1
=f 1
g 1: z
f = f(1; 7); (2; 7); (3; 8); (4; 6); (5; 9); (6; 9)g;
1 1 1
1. f (B1 \ B2 ) = f (B1 ) \ f (B2 ) ;
1 1 1
2. f (B1 [ B2 ) = f (B1 ) [ f (B2 ) ; dan
1 1
3. f B1 = f (B1 ):
1. f fungsi injektif,
3. f fungsi invertibel.
Soal 3.5.1
Soal 3.5.2
2x2 8
f (x) = 2x 4 dan g (x) = :
x+2
Periksalah bahwa f = g:
1. f g; g f; g h; h g; f (g h) ; dan (f g) h:
2. f 2 ; f 3 ; g 2 ; g 3 ; h2 ; h3 ; dan h500 :
1. f = f(x; y) 2x + 3y = 7g:
2. f = f(x; y) ax + by = c; b 6= 0g:
3. f = f(x; y) y = x3 g:
4. f = f(x; y) y = x4 + xg:
1 1 1 1 1 1
1. f ( 10); f (0); f (4); f (6); f (7); dan f (8):
a) B = f0; 1g b) B = f 1; 0; 1g c) B = [0; 1]
d) B = [0; 1) e) B = [0; 4] f ) B = (0; 1] [ (4; 9)
Soal 3.5.9
R1 = f(1; 1); (1; 4); (2; 2); (2; 1); (3; 4); (4; 4)g
R2 = f(x; y) 2 A A x yg
adalah re‡eksif.
A2 = f(ai ; aj ) ai ; aj 2 A; ai 6= aj g;
1. R1 = f(1; 2); (2; 1); (1; 3); (3; 1)g adalah simetrik tetapi tidak re‡eksif
pada A:
2. R2 = f(1; 1); (2; 2); (3; 3); (3; 2)g adalah re‡eksif tetapi tidak simetrik
pada A:
3. R3 = f(1; 1); (2; 2); (3; 3)g adalah re‡eksif sekaligus simetrik pada A:
4. R4 = f(1; 1); (2; 2); (3; 3); (2; 3); (3; 2)g adalah re‡eksif sekaligus simetrik
pada A:
5. R5 = f(1; 1); (2; 3); (3; 3)g adalah bukan re‡eksif maupun simetrik pada
A:
A1 = f(ai ; ai ) 1 i ng dan
A2 = f(ai ; aj ) 1 i; j n; i 6= jg:
jA2 j = jA Aj jA1 j = n2 n
De…nisi 3.29 Diberikan himpunan indeks I = f1; 2; :::; kg: Suatu partisi
P dari himpunan X adalah keluarga subhimpunan tak-kosong dari X;
ditulis P = fXi 6= ? i 2 Ig; yang memenuhi:
S
k
1. Xi = X; dan
i=1
2. untuk setiap i 6= j; Xi \ Xj = ?:
Contoh 3.53 Misalkan X = f1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; 10; 11; 12; 13; 14; 15; 16g:
Keluarga subhimpunan P = fX1 ; X2 ; X3 ; X4 ; X5 g dengan
X1 = f1; 5; 9g; X2 = f2; 3; 4; 6; 7g; X3 = f8g;
X4 = f10; 11; 13; 14g; X5 = f12; 15; 16g
merupakan suatu partisi pada X:
Konvers dari teorema di atas juga benar, yaitu: setiap partisi dari X
akan menentukan suatu relasi ekuivalensi R pada X: Dalam hal ini, xRy
jika dan hanya jika x dan y berada di dalam suatu part yang sama.
Soal 3.6.1 Jika A = f1; 2; 3; 4g; berikan contoh suatu relasi R pada A yang
bersifat berikut ini:
Kompleksitas Komputasi
Dari de…nisi di atas terlihat bahwa pembatasan nilai fungsi f oleh keli-
patan m nilai fungsi g berlaku untuk nilai n k; sedangkan untuk k < n
105
4.1 Dominasi Fungsi 106
Dari contoh di atas ini, secara umum bisa dibuktikan bahwa fungsi kuadrat
saling mendominasi satu sama lain. Jadi, untuk sembarang fungsi kuadrat
adalah anggota dari O (n2 ) :
Dari contoh di atas ini, secara umum bisa dibuktikan bahwa fungsi ku-
bik saling mendominasi satu sama lain. Jadi, untuk sembarang fungsi ku-
bik adalah anggota dari O (n3 ) : Juga bisa dibuktikan bahwa fungsi kuadrat
didominasi oleh fungsi kubik, tetapi fungsi kuadrat tidak mendominasi fungsi
kubik.
n (n + 1) n (n + 1) (2n + 1)
f (n) = ; dan g (n) = :
2 6
Jadi, f adalah fungsi kuadrat dan g adalah fungsi kubik, sehingga
f 2 O n2 ; dan g 2 O n3
Dari beberapa contoh dominansi fungsi di atas, sampailah kita pada dua
observasi berikut ini yang nantinya bisa di manfaatkan untuk analisis algo-
ritme.
Soal 4.1.1 Gunakan Tabel Oh-besar untuk menentukan bentuk Oh-besar fungsi-
fungsi f : Z+ ! R berikut. (Beberapa diantaranya kemudian buktikan!)
f (n) = 3n + 1:
Nilai ini berasal dari: 1 assignment untuk nilai awal variabel y; n assignment
untuk variabel i; dan 2 operasi pada blok statemen for yang diulang sebanyak
n kali. Sedangkan de…nisi f (n) untuk Prosedur 10 adalah
f (n) = 5n + 3:
Nilai ini berasal dari: 2 assignment untuk nilai awal variabel y dan i; 4 operasi
pada blok statemen while yang diulang sebanyak n kali, dan ada (n + 1)
4.2 Analisis Algoritme 111
PROSEDUR 12
procedure Power(a : real; n : intejer positif)
begin
y := 1:0
for i := 1 to n do
y := y a
return(y)
end
Jawab. Dengan rincian perhitungan yang sama dengan jawaban pada
contoh-contoh sebelumnya diperoleh bahwa
f (n) = 3n + 1:
Nilai ini berasal dari: 1 assignment untuk nilai awal variabel y; n assignment
untuk variabel i; dan 2 operasi pada blok statemen for yang diulang sebanyak
n kali. Jadi, f 2 O (n) ; sehingga lamanya waktu Prosedur 12 menghitung
an adalah linear. z
Pertanyaan yang timbul menyusul jawaban Contoh 1.17 adalah adakah
algoritme yang lain untuk menghitung an yang mempunyai fungsi komplek-
sitas waktu lebih baik. Untuk itu perhatikan analisis perhitungan berikut.
Berdasarkan de…nisi
an := aa:::a
| {z }
n kali
dan dengan sifat asosiatif perkalian diperoleh bahwa, untuk n genap:
n
an := (aa)(aa)::: (aa) = (a2 ) 2
| {z }
n
2
kali
PROSEDUR 13
procedure Power(a : real, n : intejer positif)
begin
y := 1:0
i := n
while i > 0 do
begin
if i 6= 2 b 2i c then
y := y a
i := b 2i c
if i > 0 then
a := a a
end
return(y)
end
Jawab.
Outputnya adalah y = a7 :
4.2 Analisis Algoritme 114
Outputnya adalah y = a8 :
z
Dari Contoh 4.9, bisa kita amati bahwa banyaknya proses pengulangan
untuk n = 7 adalah 3 = log2 4 + 1; dan untuk n = 8 adalah 4 = log2 8 + 1:
Sedangkan banyaknya perbandingan dalam proses pengulangan untuk n =
7 adalah 4; dan untuk n = 8 adalah 5: Secara umum untuk menentukan
fungsi komplesitas komputasi Prosedur 13, perhatikan pola perhitungan
banyaknya proses pengulangan dan perbandingan dalam tabel berikut ini.
n Banyaknya ulangan Banyaknya perbandingan
2 2 = log2 2 + 1 3 = log2 2 + 2
3 2 3
4 3 = log2 4 + 1 4 = log2 4 + 2
5 3 4
6 3 4
7 3 4
8 4 = log2 8 + 1 5 = log2 8 + 2
4.3 Algoritme Pelacaan Linear 115
Problem Order
Berukuran n log2 n n n log2 n n2 2n n!
2 1 2 2 4 4 2
16 4 16 64 256 6; 5 104 2; 1 1013
64 6 64 384 4096 1; 84 1019 > 1089
begin
sum := 0
for i := 1 to n do
(a)
for j := 1 to n do
sum := sum + 1
end
begin
sum := 0
for i := 1 to n do
(b)
for j := 1 to n n do
sum := sum + 1
end
4.3 Algoritme Pelacaan Linear 118
begin
sum := 0
for i := 1 to n do
(c)
for j := i to n do
sum := sum + 1
end
begin
sum := 0
i := n
while i > 0 do
(d) begin
sum := sum + 1
i := b 2i c
end
end
Bab 5
Relasi Rekurensi
119
5.1 Relasi Rekurensi Linear Order Pertama 120
gannya juga linear dengan koe…sien konstan, maka disebut relasi rekurensi
homogen linear order pertama dengan koe…sien kontan.
Nilai a0 atau a1 yang diketahui pada suatu relasi rekurensi disebut nilai
syarat batas. Ekspresi a0 = A, dimana A konstan, juga disebut sebagai syarat
awal. Syarat batas menentukan ketunggalan solusi.
a0 = 5;
a1 = 3a0 = 3 (5) ;
a2 = 3a1 = 3 (3 (5)) = 32 (5) ;
a3 = 3a2 = 3 32 (5) = 33 (5) ;
a4 = 3a3 = 3 33 (5) = 34 (5) :
Hasil ini membawa kita pada rumusan bahwa untuk setiap n 0; an = 5(3n )
yang disebut solusi umum dari Relasi (5.1).
Kesimpulan: Solusi umum dari suatu relasi rekurensi
an = Adn ; n 0:
Contoh 5.2 Carilah a12 jika a2n+1 = 5a2n ; dimana an > 0 untuk n 0; dan
a0 = 2: Walaupun relasi rekurensi ini tak-linear, jika dimisalkan bn = a2n ;
maka diperoleh relasi yang baru bn+1 = 5bn untuk n 0; dan p nb0 = 4; adalah
n
linear dengan solusi bn = 4 (5 ) : Dengan demikian an = 2( 5) untuk n 0;
p 12
dan a12 = 2 5 = 31250:
Bentuk umum relasi rekurensi linear order pertama dengan koe…sien kon-
stan adalah:
an+1 + can = f (n) ; n 0;
dimana c adalah konstan dan f adalah fungsi yang mengambil nilai intejer
tak-negatif. Jika f (n) = 0 untuk setiap n 2 N; relasi ini disebut homogen.
Salah satu metode mengurutkan data yang cukup populer, walaupun
tidak yang paling e…sien, adalah suatu teknik yang disebut Bubble Sort.
disini input adalah intejer positif n dan larik bilangan nyata x1 ; x2 ; :::; xn
yang akan diurutkan dalam urutan menaik. Perhatikan algoritme Bubble
Sort yang dinyatakan dalam prosedur berikut:
PROSEDUR 15
procedure BubbleSort(x1 ; x2 ; :::; xn : real)
begin
for i := 1 to n 1 do
for j := n downto i + 1 do
if xj < xj 1 do
begin
temp := xj 1
xj 1 := xj
xj := temp
end
end
Untuk menghitung fungsi komplesitas waktu f (n) ketika algoritme di atas
digunakan pada suatu input larik berukuran n 1; kita harus menghitung
jumlah total perbandingan dalam mengurutkan n bilangan yang bersangku-
tan. Jika an menyatakan banyaknya perbandingan, maka kita dapatkan relasi
rekurensi berikut:
an = an 1 + (n 1); n 2; a1 = 0:
Relasi ini adalah linear order pertama dan tak-homogen. Karena tidak ada
5.2 Relasi Rekurensi Linear Homogen Order Kedua dengan Koe…sien
Konstan 122
a1 = 0
a2 = a1 + (2 1) = 1
a3 = a2 + (3 1) = 1 + 2
a4 = a3 + (4 1) = 1 + 2 + 3
a5 = a4 + (5 1) = 1 + 2 + 3 + 4:
n2 n
an = 1 + 2 + 3 + ::: + (n 1) = :
2
Kesimpulannya, Bubble Sort menentukan fungsi komplesitas waktu f :
+
Z ! R dengan
n2 n
f (n) = an = :
2
Akibatnya, ukuran running time algoritme di atas adalah f 2 O (n2 ) :
C n an + C n 1 an 1 + ::: + Cn k an k = f (n) ; n k;
C n an + C n 1 an 1 + C n 2 an 2 = 0; n 2: (5.2)
Pada dasarnya kita akan mencari solusi dalam bentuk an = crn ; dimana
c 6= 0 dan r 6= 0:
Substitusikan an = crn ke Persamaan (5.2), kita dapatkan
Cn crn + Cn 1 crn 1
+ Cn 2 crn 2
= 0: (5.3)
5.2 Relasi Rekurensi Linear Homogen Order Kedua dengan Koe…sien
Konstan 123
Cn r 2 + Cn 1 r + Cn 2 =0
0 = r2 + r 6 = (r 2) (r + 3) ) r = 2; 3
an = c1 (2n ) + c2 ( 3)n
an = 2n 2 ( 3)n :
a3 = 23 2 ( 3)3
z
KASUS-B (Dua Akar Kompleks Saling Konjuget)
Sebelum masuk ke pembahasan inti, kita ingat kembali Teorema DeMoivre:
Jika
z = x + iy 2 C; z 6= 0;
dapat kita tuliskan
p y
z = r (cos + i sin ) ; r= x2 + y 2 ; dan = tan untuk x 6= 0:
x
Jika x = 0; maka untuk y > 0;
z n = rn (cos n + i sin n ) n 0:
p 10
Contoh 5.4 Tentukan 1 + 3i :
p p
Jawab. Misalkan z = 1 + 3i; maka x = 1; y = 3, r = 2; dan = 3:
Jadi
p 10 10 10
1+ 3i = 210 cos + i sin
3 3
4 4
= 210 cos + i sin
3 3
p ! !
1 3
= 210 i
2 2
p
= 29 1 + 3i :
r2 2r + 2 = 0 ) r = 1 i
5.2 Relasi Rekurensi Linear Homogen Order Kedua dengan Koe…sien
Konstan 125
0 = r2 4r + 4 = (r 2)2 ) r = 2
adalah dua akar real sama. Berarti solusinya an = 2n . Oleh karena itu, kita
harus mencari satu solusi lagi yang bebas linear, ambil saja an = f (n) 2n ,
dimana f (n) tidak konstan. Untuk mencari f (n), digunakan substitusi
1
an = (2)n + n (2)n = (2)n + n (2)n 1
; n 0:
2
z
Bentuk Umum: Jika
C n an + C n 1 an 1 + ::: + Cn k an k = 0; dengan
A0 rn + A1 nrn + A1 n2 rn + ::: + Am 1 nm 1 rn
= A0 + A1 n + A1 n2 + ::: + Am 1 nm 1
rn
dimana A0 ; A1 ; A1 ; :::; Am 1 adalah sembarang konstan.
an an 1 = f (n); n 1;
X
n
an = a0 + f (i) : (5.6)
i=1
Kita dapat
P menyelesaikan Persamaan (5.6) dalam n; jika kita dapat meru-
muskan ni=1 f (i) :
an an 1 = 3n2 ; n 1; dan a0 = 7:
5.3 Relasi Rekurensi Tak-homogen 127
X
n X
n X
n
2
an = a0 + f (i) = 7 + 3i = 7 + 3 i2
i=1 i=1 i=1
n (n + 1) (2n + 1)
= 7+3
6
1
= 7 + (n) (n + 1) (2n + 1)
2
z
Daftar Pustaka
128