Anda di halaman 1dari 5
Kapri Jaya Sakna IVC (Empat ) / 200510028 MK : Perbandingan Hukum Pidana Dosen : Zul AKLi, SH, MH. Salotu, 02/07/2022 Ujian Akhir Smester 1. Jelaskan perbedaan penerapan penjatuhan hukuman mati antara Thailand dengan Indonesia. Jawaban: Pelaksanaan Pidana Mati di Indonesia dilakukan dengan Metode ditembak sampai mati sebagaimana yang diatur dalam UU No.2/Pnps/1964 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati, Pelaksanaan Pidana Mati di Thailand dilakukan dengan Metode Suntik Mati sebagaimana diatur dalam Peraturan Departemen Kehakiman Tahun 2003 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Thailand atau disebut juga Ministry of Justice Regulation in 2003. Pelaksanaan Pidana Mati di Indonesia Kebaikan : Efek takut yang dirasakan masyarakat sangat besar, biaya yang dikeluarkan relatif Lebih efisien serta belban eksekutor tembak mati Sedikit Lebih ringan. ‘Kelemahan : Besar kemungkinan terpidana mati masih hidup setelah dilakukannya eksekusi pidana mati dan jenazah terpidana mati rusak. Pelaksanaan Pidana Mati di Thailand Kebaikan : Suntik mati tidak menyakiti terpidana, jenazah terpidana mati tidak rusak dan tetap memberikan efek takut kepada masyarakat. Kelemahan : Peredaran zat yang diperLukan untuk eksekusi suntik mati terbatas dan organ dalam terpidana mati rusak. Dari pembahasan mengenai kebaikan dan kelemahan pelaksanaan pidana mati di kedua negara, dapat disimpulkan bahwa Indonesia Lebin mengutamakan aspek tujuan pelaksanaan Pidana Mati yaitu sebagai _pembalasan atas kejahatan yang telah dilakukan dan memberikan rasa takut agar masyarakat tidak melakukan tindak pidana. Sedangkan “Ketentuan PeLaksanaan Pidana Mati Thailand lebih mengutamakan sisi kemanusiaan dalam pelaksanaan pidana Mati terhadap terpidana. 2. Perbedaan penjatuhan hukum pidana isLam dengan hukum pidana terhadap pelaku perzinahan. Dipindai dengan CamScanner Jawaban : - Berdasarkan Hukum Islam Penjatuhan ‘uqubat hudud atas jarimah zina tidak cukup didasarkan dengan pengakuan semata, melainkan harus dikuatkan dengan sumpah terdakwa, sesuai dengan Pasal 38 Ayat (2) dan (3) yang berbunyi: (2) Dalam hal tersangka meneruskan pengakuannya, hakim menguruhnya bersumpah bahwa dia telah melakukan Jarimah Zina. (3) Apabila tersangka bersumpah bahwa dia telah melakukan Zina, hakim menjatuhkan ‘Uqubat Hudud dicambuk 100 (seratus) kali, dan di jatuhi hukuman berdasarkan pasal_35 dalam Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat yang berbunyi: Setiap Orang yang dengan sengaja melakukan Jarimah Zina dengan orang yang berhubungan Mahram dengannya, selain diancam dengan ‘Uqubat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 _ayat (1) dapat ditambah dengan ‘Uqubat Ta’zir denda paling banyak 100 (seratus) gram emas murni atau “uqubat Ta’zir _penjara paling Lama 10 (sepuluh) butan. dan harus ada tuntutan Jaksa Penutut Umum (JPU). Jika Jaksa Penuntut Umum (JPU) menuntut bebas, maka hakim dapat memutus menurut bukti dan keyakinannya. - Menurut Hukum Pidana Kasus Perselingkuhan Perzinahan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) diatur dalam pasal 284 KUHP, yang berbunyi : Dihukum penjara selama-Lamanya 9 bulan, Laki-Laki yang beristeri melakukan zina sedang diketahuinya bahwa pasal 27 KUHPerdata berlaku, dan perempuan yang bersuami melakukan zina. Perbuatan perzinahan adalah detik aduan yang hanya dapat dilihat jika ada pengaduan dari pinak yang memiLiki hak untuk mengadukan hal tersebut ( pasal 284 ayat 2 KUHP yang berbunyi : (2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan suami (isteri yang mendapat matu dan jika pada suami (isteri) itu beriaku pasal 27 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (sipil) Dipindai dengan CamScanner dalam tempo 3 bulan sesudah pengaduan itu, diikuti dengan permintaan akan bercerai atau bercerai tempat tidur dan meja makan (scheiding van tafel en bed) oleh perbuatan itu juga). Pengaduan-pun oleh hukum dibatasi dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak peristiwa tersebut diketahui atau dalam jangka waktu 9 bulan, jika _pengadu berada diluar negeri ( pasal 74 ayat 1 KUHP yang berbunyi: _pengaduan hanya boleh diajukan dalam waktu 6 (enam) bulan sejak orang yang berhak mengadukan mengetahui adanya kejahatan, jika bertempat tinggal di Indonesia, atau dalam waktu 9 (sembilan) bulan jika bertempat tinggal di Luar negeri). 3. Jelaskan tujuan pemidanaan menurut hukum islam, Jawaban : Tujuan pemidanaan dalam Islam tidak hanya berorientasi pada kemaslahatan pelaku kejahatan (offender oriented), tetapi juga berorientasi pada kemaslahatan korban kejahatan (victim oriented), termasuk di sini adalah kepentingan masyararakat sebagai sebuah sistem yang terganggu oleh suatu kejahatan. Ciri knusus dari tujuan pemidanaan dalam Islam adalah sifatnya yang berdimensi ganda, duniawi dan ukhrawi, 4, Jelaskan secara singkat jenis tindak pidana dan sanksinya menurut hukum islam. Jawaban: Berdasarkan berat ringannya hukuman, hukum pidana Islam mengenal tiga macam golongan kesalahan. Pertama tindak pidana hudud, yang Sering diartikan sebagai hukum atau ketetapan ALLah SWT. Orang yang melakukan tindak pidana ini akan dikenai hukuman sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, tidak bisa ditambah atau dikurangi. Hukuman yang diberikan kepada para pelaku tindak pidana hudud merupakan hak Tuhan yang tidak bisa dinapuskan, baik oleh perseorangan yang menjadi korban tindak pidana itu sendiri maupun oleh masyarakat yang diwakili Lembaga negara, Dalam hukum Islam dikenal tujuh macam tindak pidana hudud, yaitu: zina, _gazaf (Mmenuduh orang berbuat zina), Meminum minuman keras, mencuti, hirabah (orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya), murtad, dan orang _ Dipindai dengan CamScanner yang memberontak terhadap penguasa yang sah. Kedua, tindak pidana kisas dan diat (ganti rugi). Tindakan pidana ini berkenaan dengan kejahatan terhadap orang, seperti membunuh dan menganiaya. Bagi pelaku tindak pidana ini akan dikenai hukuman kisas atau diat dari individu yang menjadi korban. Kadar jumlah hukuman yang diberikan ditentukan oleh sang korban, namun tidak memiliki aturan batasan minimal ataupun maksimal. Adapun tindak pidana kisas dan diat ini terbagi dalam Lima macam, yakni: _pembunuhan yang disengaja, pembunuhan yang menyerupai disengaja, _pembunuhan tersalah, penganiayaan yang disengaja, dan penganiayaan yang tersalah, Penganiayaan yang dimaksud di sini adalah perbuatan yang tidak sampai menghilangkan jiwa sang korban, seperti pemukulan dan pelukaan. Ketiga, tindak pidana takzir. Berupa kejahatan yang tidak termasuk dalam hudud karena bentuk hukumannya diserahkan kepada kebijakan hakim. stilah takzir ini bermakna memberikan pendidikan (pendisiplinan). Maksudnya adalah memberikan hukuman yang bertujuan mengoreksi atau merehabilitasi pelaku kejahatan, Hukum Islam tidak menentukan macam-macam hukuman untuk tiap-tiap tindak pidana takzir, tetapi hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, dari yang paling ringan sampai yang paling berat, Dalam hal ini, hakim diberi kebebasan untuk memilih hukuman-hukuman yang sesuai dengan macam tindak pidana takzir serta keadaan si pelaku. Singkatnya, hukuman-hukuman tindak pidana takzir tidak mempunyai batasan tertentu. Jenis tindak pidana takzir tidak ditentukan banyaknya, seperti halnya tindak pidana hudud dan kisas yang sudah ditentukan jumlah dan Jenisnya. Hukum Islam sendiri hanya menentukan sebagian tindak pidana takzir, seperti riba, mengkhianati janji, memaki orang, dan menyuap. Adapun sebagian besar dari tindak pidana takzir diserankan kepada _penguasa untuk menentukannya. Meski demikian, hukum Islam tidak memberikan wewenang kepada penguasa untuk dapat menentukan tindak Dipindai dengan CamScanner pidana dengan sekehendak hati, tetapi harus sesuai dengan kepentingan masyarakat dan tidak boleh berlawanan dengan ketentuan serta ‘prinsip-prinsip umum hukum Islam. Dipindai dengan CamScanner

Anda mungkin juga menyukai