Anda di halaman 1dari 5

MATA KULIAH HUKUM ACARA PERDATA

QUIS

Dosen Pengasuh:
Dr. Sulaiman, S.H., M.Hum

Di susun oleh,

Nama :Kapri Jaya Sakna (200510028)

Kelas : IIIC ( 3/Tiga )

UNIVERSITASMALIKUSSALEH
2021/2022
Soal

1. Jelaskan hubungan antara hukum acara perdata dengan hukum perdata.!


Jawaban:
Hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin
ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim. Dengan perkataan lain, hukum
acara perdata adalah peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya menjamin
pelaksanaan hukum perdata materiil. Terlebih Hukum acara prdata dan Hukum perdata saling
berhubungan dan tidak bisa terpisahkan, apabila kita menilai dari kedua fungsi dan
keterkaitan antara Hukum Perdata dengan Hukum Acara Perdata.

2. Berikan komentar Saudara tentang tujuan hukum acara perdata, Jelaskan.!


Jawaban:
Menurut pendapat saya, Hukum acara perdata memiliki peran besar dalam mempertahankan
dan melaksanakan hukum perdata materiil, artinya hukum perdata materiil itu dipertahankan
oleh alat-alat penegak hukum berdasarkan hukum acara perdata. Untuk merealisir
pelaksanaan dari hukum perdata materiil.

3. Buatlah satu contoh surat gugatan yang di ajukan oleh Penggugat dan apa saja yang
harus ada dalam isi surat gugatan tersebut.!
Jawaban:
SURAT GUGATAN CERAI

Kepada Yth.
Bapak / IbuKetua Pengadilan Negeri / Lhokseumawe
Di
Tempat
Dengan Hormat

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan Hormat,
Kami yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Faizal Hakim Muttakin Bin Abdul Salmana


Umur : 38 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : Sarjana Pendidikan
Pekerjaan : Guru
Tempat kediaman di : Jl. Mawar, No. 20, Kec. Banda Sakti, Kota
Lhokseumawe, Aceh Utara

Selanjutnya disebut sebagai Penggugat


Dengan hormat, Penggugat mengajukan gugatan cerai terhadap Istri saya:

Nama : Bulan Permata Sari Binti Mbokyem Kinara


Umur : 32 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir :Sekolah Menengah Atas
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tempat kediaman di : Jl. Angsa Dua, No.03, Kecamatan Idi
Rayeuk, Aceh Timur.

Selanjutnya disebut sebagai Tergugat.

Adapun alasan/dalil - dalil gugatan Penggugat sebagai berikut :


1.Bahwa Penggugat dengan Tergugat adalah suami istri yang melangsungkan
pernikahan pada tanggal 23 April 2012, dan dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah
Kantor Urusan Agama Kecamatan Banda Sakti, sesuai Kutipan Akta Nikah
Nomor : 174/7/IV/2012 tanggal 25 April 2012.

2.Bahwa, sesaat setelah akad nikah Tergugat mengucapkan sighat taklik talak
(talak bersyarat) terhadap Penggugat yang bunyinya sebagaimana tercantum di
dalam Buku Kutipan Akta Nikah tersebut ;

3.Bahwa setelah pernikahan tersebut Penggugat dengan Tergugat bertempat


tinggal di Jl. Mawar, No. 20, Kec. Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, Aceh Utara,
selama 2 tahun 1 bulan dan selama pernikahan tersebut Penggugat dengan
Tergugat telah rukun baik sebagaimana layaknya suami istri dan kini telah di
karuniai 2 orang anak, 1 orang anak laki-laki dan 1 lagi anak permpuan masing
masing bernama :
a). Siddik Ibrahim lahir tanggal 28 Oktober 2013
b). Malika Putri Anjani lahir tanggal 06 Mei 2014

4. Bahwa pada mulanya rumah tangga Penggugat dan Tergugat dalam keadaan
rukun namun sejak bulan September tahun 2017 ketentraman rumah tangga
Penggugat dengan Tergugat mulai goyah, yaitu antara Penggugat dengan
Tergugat sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang penyebabnya antara
lain :
• Tergugat sama sekali tidak mau memperhatikan Penggugat beserta anaknya,
yakni ia lebih mementingkan diri sendiri daripada kepentingan Penggugat dan
anaknya, contoh halnya seperti soal kewajiban seorang istri dalam melayani atau
menunaikan hak-hak suami dan anak-anaknya;

5. Bahwa Perselisihan dan pertengkaran itu berkelanjutan terus-menerus sehingga


akhirnya sejak tanggal 10 bulan Februari Tahu 2019 hingga sekarang selama
kurang lebih 2 tahun 3 bulan, Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat
tinggal/berpisah ranjangkarena Penggugat/Tergugat telah pergi meninggalkan
tempat kediaman bersama, yang mana dalam pisah rumah tersebut saat ini
Penggugat bertempat tinggal di Jl. Mawar, No. 20, Kec. Banda Sakti, Kota
Lhokseumawe, Aceh Utara dan Tergugat bertempat tinggal di Jl. Angsa Dua,
No.03, Kecamatan Idi Rayeuk, Aceh Timur dan selama itu sudah tidak
adahubungan lagi;

6. Bahwa adanya perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus tersebut


mengakibatkan rumah tangga Penggugat dan Tergugat tidak ada kebahagiaan
lahir dan batin dan tidak ada harapan untuk kembali membina rumah tangga;
7. Bahwa pihak keluarga sudah berusaha mendamaikan Penggugat dan Tergugat
namun tidak berhasil.

8. Bahwa atas dasar uraian diatas gugatan Penggugat telah memenuhi alasan
perceraian sebagaimana diatur dalam Undang- Undang No.1 tahun 1974 Jo.
Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 pasal 19 Jo. Kompilasi Hukum Islam
pasal 116.

9. Bahwa Penggugat sanggup membayar seluruh biaya yang timbul akibat


perkara ini.
Berdasarkan alasan/dalil-dalil diatas, Penggugat mohon agar Ketua Pengadilan
Agama Kelas Sleman segera memeriksa dan mengadili perkara ini, selanjutnya
menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut :

PRIMAIR
1. Mengabulkan gugatan Penggugat;
2. Menceraikan perkawinan Penggugat ( Faizal Hakim Muttakin Bin Abdul
Salmana ) dengan Tergugat ( Bulan Permata Sari Binti Mbokyem Kinara );
3. Membebankan biaya perkara menurut Hukum;

SUBSIDAIR
Atau menjatuhkan putusan lain yang seadil-adilnya;

Demikian atas terkabulnya gugatan ini, Penggugat menyampaikan terima kasih.


Wassalamu'alaikum wr. wb.

Lhokseumawe, Rabu, 5 Mei 2021


Hormat Penggugat

(Faizal Hakim Muttakin )

Apa saja yang harus ada dalam isi surat gugatan tersebut?

Persyaratan mengenai isi gugatan dapat dijumpai dalam Pasal 8 nomor 3 Reglement Op de
Burgerlijke Rechts Vordering (“RV”). Menurut ketentuan tersebut gugatan pada pokoknya harus
memuat:

a. Identitas para pihak


Yang dimaksud dengan identitas ialah ciri dari penggugat dan tergugat yaitu, nama lengkap,
tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, agama dan tempat tinggal, kewarganegaraan (kalau perlu).
Pihak-pihak yang ada sangkut pautnya dengan persoalan harus disebutkan dengan jelas
mengenai kapasitas dan kedudukannya apakah sebagai penggugat, tergugat, pelawan, terlawan,
pemohon dan termohon;

b. Alasan-alasan gugatan (fundamentum petendi atau posita) yang terdiri dari dua bagian:
1) Bagian yang menguraikan kejadian atau peristiwanya (fetelijkegronden);
2) Bagian yang menguraikan tentang dasar hukumnya (rechtgronden);

c. Tuntutan (onderwerp van den eis met een duidelijke ed bepaalde conclusie) atau petitum:
1) Tuntutan pokok atau tuntutan primer yang merupakan tuntutan sebenarnya atau apa yang
diminta oleh penggugat sebagaimana yang dijelaskan dalam posita;
2) Tuntutan tambahan, bukan tuntutan pokok yang langsung berhubungan dengan pokok
perkara yang merupakan tuntutan pelengkap daripada tuntutan pokok, tuntutan tambahan
berwujud:
i. Tuntutan agar tergugat dihukum untuk membayar biaya perkara;
ii. Tuntutan uitvoerbaar bij voorraad yaitu tuntutan agar putusan dapat dilaksanakan
lebih dulu meskipun ada perlawanan, banding dan kasasi. Di dalam praktik,
permohonan uitvoerbaar bij voorraad sering dikabulkan, namun demikian Mahkamah
Agung menginstruksikan agar hakim jangan secara mudah mengabulkan (permohonan
tersebut, editor);
Catatan editor: Mengenai poin ini lihat juga Surat Edaran Mahkamah Agung No. 6
Tahun 1975 perihal Uitvoerbaar bij voorraad tanggal 1 Desember 1975, editor);
iii. Tuntutan agar tergugat dihukum untuk membayar bunga (moratair) apabila tuntutan
yang dimintakan oleh penggugat berupa sejumlah uang tertentu;
iv. Tuntutan agar tergugat dihukum untuk membayar uang paksa (dwangsom), apabila
hukuman itu tidak berupa pembayaran sejumlah uang selama ia tidak memenuhi isi
putusan.
v. Dalam hal putusan cerai sering disebut juga tuntutan nafkah bagi istri (Pasal 59 ayat
[2], Pasal 62, Pasal 65 Huwelijks Ordonantie voor Christen Indonesiers, S. 1933
No. 74, S. 1936 No. 607 [HOCI] atau Ordonansi Perkawinan Kristen, Pasal 213,
Pasal 229 KUHPerdata/Burgerlijk Wetboek) atau pembagian harta (Pasal 66 HOCI,
Pasal 232 KUHPerdata).

3) Tuntutan subsider atau pengganti


Tuntutan ini diajukan dalam rangka mengantisipasi apabila tuntutan pokok dan tambahan
tidak diterima oleh hakim. Biasanya tuntutan ini berbunyi “Ex Aequo Et Bono” yang artinya
hakim mengadili menurut keadilan yang benar atau mohon putusan seadil-adilnya

Anda mungkin juga menyukai