G U G A T A N1
persyaratan isi gugatan dalam Pasal 8 nomor 3 Reglement Op de Burgerlijke Rechts Vordering (“RV”).
Menurut ketentuan tersebut gugatan pada pokoknya harus memuat:
B. Alasan-alasan gugatan (fundamentum petendi atau posita) yang terdiri dari dua bagian:
1) Bagian yang menguraikan kejadian atau peristiwanya (fetelijkegronden);
2) Bagian yang menguraikan tentang dasar hukumnya (rechtgronden);
C. Tuntutan (onderwerp van den eis met een duidelijke ed bepaalde conclusie) atau petitum:
1) Tuntutan pokok atau tuntutan primer yang merupakan tuntutan sebenarnya atau apa yang
diminta oleh penggugat sebagaimana yang dijelaskan dalam posita;
2) Tuntutan tambahan, bukan tuntutan pokok yang langsung berhubungan dengan pokok perkara
yang merupakan tuntutan pelengkap tuntutan pokok, tuntutan tambahan berwujud:
a. Tuntutan agar tergugat dihukum untuk membayar biaya perkara;
b. Tuntutan uitvoerbaar bij voorraad yaitu tuntutan agar putusan dapat dilaksanakan lebih dulu
meskipun ada perlawanan, banding dan kasasi. Di dalam praktik, permohonan uitvoerbaar bij
voorraad sering dikabulkan, namun demikian Mahkamah Agung menginstruksikan agar
hakim jangan secara mudah mengabulkan (permohonan tersebut, lihat Surat Edaran
Mahkamah Agung No. 6 Tahun 1975 perihal Uitvoerbaar bij voorraad tanggal 1
Desember 1975)
3) Tuntutan subsider atau pengganti; Tuntutan ini diajukan dalam rangka mengantisipasi apabila
tuntutan pokok dan tambahan tidak diterima oleh hakim. Tuntutan ini berbunyi “Ex Aequo Et
Bono” yang artinya hakim mengadili menurut keadilan yang benar atau mohon putusan seadil-
adilnya.
1
Dasar hukum: Reglement Op de Burgerlijke Rechts Vordering (RV) (S. 1847 No. 52 jo. S. 1849 No. 43); Burgerlijk Wetboek,
Staatsblad 1847 No. 23).
KANTOR ADVOKAT__________________________
Jl. ___________________________________________
Tlp.________________ e.Mail ____________________
2
Perkara perceraian, jika perceraian diajukan oleh pihak istri (Penggugat) maka perkara itu disebutnya sebagai perkara
“Cerai Gugat”. Sedangkan jika ternyata perkara perceraian itu diajukan oleh pihak Suami (Pemohon), maka perkara
demikian disebut sebagai permohonan “Cerai Talak”. Jadi, bagi istri yang berstatus sebagai Penggugat, maka surat yang
diajukan disebut dengan surat gugatan cerai talak, sebaliknya sang suami yang menyandang status sebagai Pemohon, maka
surat yang diajukan disebut sebagai surat permohonan cerai talak.
3
perbedaan penyebutan antara yang mengajukan perkara perceraian dari pihak suami, dengan yang mengajukan perkara
perceraian dari pihak isteri. Orang atau subjek hukum yang mengajukan perkara perceraian di pengadilan disebut sebagai para
pihak atau pihak berperkara. Dalam hal perkara perceraian, jika yang mengajukan perceraian adalah pihak suami, maka
sang suami selanjutnya disebutnya sebagai pihak “Pemohon”, sedangkan sang istri disebut sebagai “Termohon”.
Sebaliknya, bila yang mengajukan perkara perceraian adalah dari pihak Istri, maka sang istri disebut sebagai
“Penggugat”, sedangkan suami disebut sebagai pihak “Tergugat”. Kadang kala, subjek hukum yang berperkara di lembaga
peradilan, secara umum disebut sebagai para pencari keadilan, atau biasa juga disebut sebagai para pihak berperkara, atau lebih
singkat lagi, para pihak.
Pekerjaan :
Alamat :
Kewarganegaraan :
Selanjutnya disebut sebagai Tergugat/Termohon*;4
2. Bahwa setelah menikah, PENGGUGAT dan TERGUGAT tinggal bersama dirumah kontrakan di
__________, kemudian pada tahun __________ PENGGUGAT dan TERGUGAT menempati
rumahnya sendiri di ______________________________ sampai dengan saat sekarang;
3. Bahwa selama pernikahan tersebut, PENGGUGAT dan TERGUGAT telah dikaruniai 1 (Satu) orang
anak yaitu : __________lahir pada tanggal __________ (11 tahun);
4. Bahwa semula rumah tangga PENGGUGAT dan TERGUGAT hidup rukun dan harmonis, namun sejak
kurang lebih 4 (Empat) tahun yang lalu rumah tangga PENGGUGAT dan TERGUGAT selalu diwarnai
pertengkaran/perselisihan yang terus menerus;
6. Bahwa jika terjadi pertengkaran/perselisihan maka TERGUGAT selalu membentak-bentak dan marah-
marah terhadap PENGGUGAT;
7. Bahwa akibat seringnya terjadi pertengkaran/perselisihan maka beberapa bulan ini (kurang lebih sudah
6 (enam) bulan) TERGUGAT sering pergi dari rumah dan tidak memberitahukan keberadaannya namun
ketika pulang ke rumah lalu ditanya oleh PENGGUGAT tentang kepergiannya maka TERGUGAT
sering marah-marah dan membentak PENGGUGAT;
8. Bahwa walaupun masih satu rumah namun PENGGUGAT dan TERGUGAT sudah tidak melakukan
hubungan sebagaimana layaknya suami istri baik lahir maupun batin;
4
Bila tergugat tidak diketahui tempat tinggalnya lagi atau GHOIB, maka tuliskan alamat terakhir tergugat ditambah dengan
“sekarang tidak diketahui tempat tinggalnya yang jelas dan pasti diseluruh wilayah Republik Indonesia”.
5
Lihat contoh alasan perceraian di bagian akhir contoh surat gugatan ini.
9. Bahwa karena seringnya terjadi pertengkaran dan perselisihan juga sering perginya TERGUGAT dari
rumah maka PENGGUGAT berkesimpulan bahwa rumah tangga PENGGUGAT dan TERGUGAT
sudah tidak harmonis lagi dan tidak mungkin lagi untuk dipertahankan karena kebahagiaan dan
ketentraman rumah tangga tidak dapat terwujud sebagaimana yang dikehendaki oleh Undang-undang
Perkawinan;
10. Bahwa atas dasar uraian diatas gugatan Penggugat telah memenuhi alasan perceraian sebagaimana
diatur dalam Undang- Undang No.1 tahun 1974 Jo. Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 pasal 19 Jo.
Kompilasi Hukum Islam pasal 116.
11. Bahwa anak Penggugat dan Tergugat selama ini tinggal bersama Penggugat/Tergugat*, karena itu untuk
kepentingan anak-anak itu sendiri dan rasa kasih sayang Penggugat terhadap mereka, maka Penggugat
mohon agar anak-anak tersebut ditetapkan dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat;
12. Bahwa TERGUGAT sebagai seorang ayah mempunyai kewajiban untuk memberi uang nafkah yang
meliputi biaya pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, sandang dan pangan kepada anaknya dari hasil
perkawinannya dengan PENGGUGAT hingga berusia 21 tahun atau menikah;
13. Bahwa karena sudah 3 (Tiga) tahun TERGUGAT tidak memberi uang nafkah kepada PENGGUGAT
maka mohon agar TERGUGAT dihukum membayar uang nafkah sebesar Rp. 2.000.000,- (Dua Juta
Rupiah) per bulan terhitung sejak bulan April 2009 sampai dengan perkara ini mempunyai kekuatan
hukum tetap, dan dihukum pula untuk membayar uang iddha dan mut’ah 6, masing-masing uang iddha
sebesar Rp. 6.000.000,- (Enam Juta Rupiah) dan uang mut’ah sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima Juta
Rupiah);
14. Bahwa PENGGUGAT menyatakan sanggup membayar biaya yang timbul dalam perkara ini.
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, PENGGUGAT mohon kepada Ketua Pengadilan Agama Kota
__________, agar memeriksa dan mengadili perkara ini, dan memutuskan sebagai berikut :
1. Menerima dan mengabulkan gugatan ini untuk seluruhnya;
2. Menjatuhkan talak satu bain sughro7 TERGUGAT (__________) kepada PENGGUGAT (__________);
3. Menetapkan bahwa anak hasil perkawinan antara PENGGUGAT dengan TERGUGAT yang bernama
__________ berada dalam pengasuhan PENGGUGAT;
4. Menghukum TERGUGAT untuk memberi uang nafkah yang meliputi biaya pendidikan, kesehatan,
kesejahteraan, sandang dan pangan kepada anaknya dari hasil perkawinannya dengan PENGGUGAT
hingga berusia 21 tahun atau menikah;
6
Nafkah mut'ah adalah pemberian dari bekas suami kepada istrinya yang dijatuhi talak berupa uang atau benda lainnya. Nafkah
iddah adalah nafkah yang wajib diberikan kepada istri yang ditalak dan nafkah ini berlangsung selama 3-12 bulan tergantung
kondisi haid istri yang dicerai.
7
Talak ba'in shugra (talak ba'in kecil) adalah talak yang tidak boleh dirujuk lagi, tetapi bekas suami istri dapat kawin kembali.
5. Menghukum TERGUGAT membayar uang nafkah sebesar Rp. 2.000.000,- (Dua Juta Rupiah) per bulan
terhitung sejak bulan April 2009 sampai dengan perkara ini mempunyai kekuatan hukum tetap, uang
iddha sebesar Rp. 6.000.000,- (Enam Juta Rupiah) dan uang mut’ah sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima Juta
Rupiah);
6. Menetapkan biaya perkara menurut hukum.
atau, apabila Pengadilan Agama kota Malang berpendapat lain, PENGGUGAT mohon putusan yang seadil-
adilnya (ex aequo et bono);
____________________
____________________
menjalani hukuman Penggugat bekerja keras sendiri memenuhi kebutuhan rumah tangganya sehingga
Penggugat merasa keberatan dan tertekan atas keadaan tersebut;
Tergugat pada bulan....... tahun ....... melakukan penganiayaan yang berat kepada Penggugat, yakni
menempeleng Penggugat sampai pingsan/memar, melakukan penganiayaan dengan senjata tajam,
memukul Penggugat dengan benda-benda keras sehingga Penggugat mengalami cidera berat dan harus
dirawat dirumah sakit hingga beberapa hari. Karena kejadian tersebut, Penggugat merasakan trauma yang
hebat, dan selalu ketakutan apabila bertemu dengan Tergugat, oleh karena keselamatan jiwa Peggugat
yang terancam, maka Penggugat tidak sanggup lagi melanjutkan rumah tangga dengan Tergugat, dengan
demikian perlakuan Tergugat tersebut telah melanggar janji ta'lik talak yang diucapkan sesudah akad
nikah, untuk itu Penggugat merasa keberatan (tidak rela) dan bersedia membayar iwadl (pengganti);
Tergugat sejak bulan ...... tahun ..... mengalami kecelakaan/menderita lumpuh akibat strok/impoten
(lemah syahwat) yang sampai sekarang berlangsung ....tahun .....bulan, meskipun Tergugat telah berobat
baik secara medis maupun non medis Tergugat belum menunjukkan tanda-tanda kesembuhan, sehingga
selama itu Tergugat tidak mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami/ tidak dapat
memberi nafkah lahir maupun bathin kepada Penggugat sehingga Penggugat mengalami penderitaan
yang cukup berat oleh karena itu Peggugat tidak sanggup melanjutkan rumah tangga dengan Tergugat;